DOSEN PMBIMBING
OLEH
NIM :K201801020
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan rahmat serta hidaya-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan makalah PENULISAN IILMIAH tentang “MASALAH
KESEHATAN MENTAL AKIBAT PANDEMI COVID-19” tepat pada
waktunya.
Kendari , 11 juni
2021
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN………………………………………………………….
1.1LATAR BELAKANG………………………………………………
1.2RUMUSAN MASALAH……….…………………………………...
1.3TUJUAN MASALAH…………….…………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………….……………….
BAB III………………………………….………………………………….
PENUTUP…………………………………………………………………..
3.1KESIMPULAN……………………………………………………...
3.2SARAN……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...…
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, dampak dari pandemi Covid 19 membuat krisis
kesehatan global dan sosial ekonomi yang belum pernah terjadi
sebelumnya di dunia. Di Indonesia, kehidupan jutaan anak dan
keluarga seakan terhenti. Menurut data Unicef, April 2020,
menyatakan bahwa 99 persen anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun
di seluruh dunia (2,34 miliar) tinggal di salah satu dari 186 negara
dengan beberapa bentuk pembatasan gerakan yang berlaku karena
Covid 19. Enam puluh persen anak tinggal di salah satu dari 82 negara
dengan lockdown penuh (7 persen) atau sebagian (53 persen) – yang
jumlahnya mencakup 1,4 miliar jiwa muda.
(https://www.unicef.org/indonesia/id/p ress-releases/jangan-biarkan-
anak- anak-menjadi-korban-tersembunyi- pandemi-covid-19).
Bila ditinjau dari angka penderita Covid 19 dari usia anak maka
awalnya banyak kalangan memperkirakan bahwa anak-anak tidak
akan terinfeksi karena ketahanan tubuh mereka. Asumsi tersebut
terbukti keliru. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut
hingga 18 Mei lalu ada 584 anak terkonfirmasi positif COVID-19, 14
di antaranya meninggal. Lalu, jumlah Pasien Dalam Pengawasan
(PDP) berusia anak jumlahnya mendapai 3.324, 129 di antaranya
meninggal. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak menyebut penderita COVID-19 berusia 0 sampai 17 tahun
mencapai lima persen dari total kasus (Nawangsih, 2020).
Menurut Riset Kesehatan Nasional Indonesia (RISKESDAS)
2013: (1) sekitar 3,7% (9 juta) orang menderita depresi, dari populasi
250 juta orang, (2) sekitar 6% (14 juta) orang berusia 15 tahun ke
atas menderita gangguan mood (suasana hati) seperti dperesi dan
kecemasan, (3) sekitar 1,7 per 1000 orang menderita gangguan
psikologis kronis, seperti skizofrenia. Untuk meningkatkan kesehatan
mental di Indonesia perlu adanya: (1) kolaborasi antara berbagai sector
sangat penting, karena kesehatan mental adalah hasil interaksi antara
factor psikologis, social dan biologis, (2) strategi yang menyertakan
dorongan, pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi harus
ditekankan, (3) organisasi kesehatan mental, pemerintah dan
masyarakat umum harus bekerja sama untuk menciptakan perubahan
(D. Ayuningtyas and M. Rayhani, 2018).
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penuulisan yaitu :
1. Untuk mengetahui dampak dari psikis pandemic covid-19 sehingga
mennyebabkan stress dan trauma
2. Untuk mengetahui pengertian dari kesehatan mental
3. Untukk mengetahui efek dari psikososial darii pandemic covid-19
4. Untuk mengetahui strategi pengendalian covid-19
5. Untuuk mengetahui sosialisasi mengatasi mental health terdampak
covid-19 melalui video edukasi
6. Untuuk mengetahui data perkembangan covid-19
BAB II
PEMBAHASAN
(https://lifestyle.kompas.com/read/202 0/04/20/071500020/anak-juga-
bisa- stres-simak- gejalanya?page=all#page2.)
Trauma masa kanak-kanak sering melibatkan reaksi negatif, yang
disebut stres traumatis, mengikuti pengalaman yang luar biasa,
menjengkelkan, atau menakutkan — disebut peristiwa traumatis —
yang menantang kemampuan anak untuk mengatasinya. Peristiwa
traumatis biasanya adalah situasi yang berada di luar kendali, di luar
pengalaman yang biasa, dan membuat seseorang merasa seolah-olah
hidupnya atau hidup orang lain mungkin dalam bahaya (Brown, 2020).
Dampak psikologis dari situasi COVID-19 adalah hal yang perlu
diperhatikan selain perlindungan fisik.
B. Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap
individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri berdasarkan
referensi junal tahun 2015 berjudul “Kesehatan Mental Masyarakat
Indonesia (Pengetahuan, dan Keterbukaan Masyarakat terhadap
Gangguan Kesehatan Mental)”. Kesehatan mental menurut APA
(2018) adalah kondisi kesehatan yang melibatkan perubahan emosi,
pemikiran atau perilaku. Penyakit mental dikaitkan dengan
kesusahan atau masalah dalam kegiatan sosial, pekerjaan atau
keluarga. Meskipun masalah kesehatan mental saat ini banyak
ditemui mengganggu orang dewasa seperti depresi, kecemasan,
gangguan makan, dan psikosis, namun menurut O’Reilly (2015)
banyak masalah kesehatan mental tersebut yang sudah memunculkan
gejala atau hambatan saat masih anak- anak dan remaja. Artinya,
mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat
berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan
kontribusi kepada komunitas mereka. Kesehatan mental yang sehat
dan positif penting untuk dimiliki karena hal itu memungkinkan
orang untuk bekerja secara produktif. Ini termasuk memberikan
kontribusi yang berarti bagi komunitas kita, mewujudkan potensi kita
sepenuhnya dan memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan
hidup. Beberapa penelitian menemukan bahwa kesehatan mental
positif tidak tergantung pada kondisi mental atau penyakit. Orang
yang memiliki penyakit mental masih mungkin memiliki tingkat
kesehatan mental positif yang berbeda dan orang yang tidak sakit
mental mungkin kekurangan kesehatan mental positif. Ada banyak
cara untuk menjaga kesehatan mental yang positif seperti cukup
tidur, mempelajari keterampilan untuk menghadapinya, aktif secara
fisik, berhubungan dengan orang lain dan banyak lagi. Beberapa
orang mungkin juga memerlukan bantuan profesional.
b. Guided Imagery
Yaitu pejamkan mata lalu bayangkan sesuatu yang menyenangkan.
Meskipun kenyamanan ini hanya bersifat jangka pendek, namun bisa
menjadi pertolongan pertama psikologis dalam menanggulangi
kecemasan berlebihan.
c. Selftalk
Yaitu bicaralah kepada diri sendiri dengan kalimat positif, karena
pikiran positif akan meningkatkan kualitas emosi dan perasaan.
d. Expessive Writing
Yaitu refleksikan pikiran dan perasaan yang dialami selama pandemi
dalam bentuk tulisan (Z. V Segal, J. D. Teasdale, and J. M.
G. Williams, 2004).
2. Pendekatan spiritualisme, yaitu pahami bahwa ada Dzat yang Maha
Kuasa dan Maha Mengendalikan segala sesuatu. Meningkatkan
spiritualisme bisa diterapkan dengan menulis jurnal kebersyukuran.
3. Bijak dalam menyaring informasi seputar COVID-19, bisa dilakukan
dengan beberapa cara yaitu kita bisa mempercayai informasi yang
reliabel atau valid (misalnya WHO), batasi waktu dalam membaca
berita, tidak semua informasi dari berbagai sumber harus kita ketahui,
dan saring informasi sebelum di sharing.
4. Menerapkan hidup bersih dan sehat, dengan cara sering mencuci tangan,
menggunakan masker dan pastikan asupan gizi tercukupi dan istirahat
teratur.
5. Olahraga teratur, dengan berolahraga, hormon endorfin yang dihasilkan
tubuh kita meningkat.
6. Berpikir positif hadapi corona virus, dapat menjadi cara yang efektif
untuk menanggulangi rasa cemas berlebihan (E. R. Surjaningrum,
2012).
C. EFEK PISKOSOSIAL DARI COVID-19PANDEMI
1. Pemasangan spanduk
Spanduk ini dibuat dan dipasang karena kurangnya
pengetahuan masyarakat umum khususnya masyarakat di
Kelurahan Air Putih mengenai pentingnya kesehatan mental
selama COVID-19 agar bisa di lihat oleh banyak orang dan
menambah pengetahuan untuk masyarakat umum mengenai
pentingnya mental health dimasa COVID-19. Kegiatan
berlangsung di Mushalla Ibadurrahman Kelurahan Air Putih,
dilaksanakan pemasangan spanduk tentang Sehat Mental Selama
Masa Pandemi Covid-19.
Gambar 3. Spanduk Edukasi Kesehatan Mental yang Telah Terpasang
2. Penyebaran brosur
Brosur ini dibuat dan disebarkan kepada warga setempat di
Kelurahan Air Putih dengan mendatangi rumah-rumah warga
RT/RW 06/02 karena banyak warga yang tidak keluar rumah dan
diberi kepada beberapa warga yang ikut membantu tim dalam
pemasangan spanduk. Tujuan program ini agar membiasakan
masyarakat untuk membaca sehingga mendapatkan informasi
mengenai kesehatan mental selama masa pandemi COVID- 19.
3. Pembagian masker
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Saat ini, dampak dari pandemi Covid 19 membuat krisis kesehatan
global dan sosial ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya di
dunia. Di Indonesia, kehidupan jutaan anak dan keluarga seakan
terhenti. Menurut data Unicef, April 2020, menyatakan bahwa 99
persen anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun di seluruh dunia (2,34
miliar) tinggal di salah satu dari 186 negara dengan beberapa bentuk
pembatasan gerakan yang berlaku karena Covid 19. Enam puluh
persen anak tinggal di salah satu dari 82 negara dengan lockdown
penuh (7 persen) atau sebagian (53 persen) – yang jumlahnya
mencakup 1,4 miliar jiwa muda.
(https://www.unicef.org/indonesia/id/p ress-releases/jangan-biarkan-
anak- anak-menjadi-korban-tersembunyi- pandemi-covid-19).
B. SARAN
Kondisi pandemi yang menuntut banyak perubahan ini menimbulkan
kekhawatiran tentang bagaimana anak-anak akan mengingat pandemi
virus corona ke depannya
DAFTAR PUSTAKA
Çaki, Neşe, Dino Krupić, and Philip J Corr. n.d. “PYSCHOSOCIAL EFFECTS
OF THE COVID-19 PANDEMIC,” 16.
“Fenomena Stress Dan Pembiasaan Belajar Daring Dimasa Pandemi Covid-19 |
Jatira | EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN.” n.d. Accessed
July 16, 2021.
https://www.edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/187.
Meutia, Amalia. 2020. “DAMPAK PANDEMI COVID 19 PADA PSIKIS DAN
INGATAN ANAK” 10 (1): 7.
Rifani, Dira Anjania, and Dedi Rianto Rahadi. 2021. “Ketidakstabilan Emosi
dan Mood Masyarakat Dimasa Pandemi Covid-19.” Jurnal Manajemen
Bisnis 18 (1): 22–34. https://doi.org/10.38043/jmb.v18i1.2747.