Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN TB PARU

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Metodologi Keperawatan

Disusun oleh :

1. Adven Sitorus (21001) 13. Ellis Hutasoit (21013)


2. Aldi Manalu (21002) 14. Eva Hutauruk (21014)
3. Angel Nadeak (21003) 15. Evelina Sitorus (21015)
4. Angeli Muliakni (21004) 16. Evi Maretta (21016)
5. Anisa Sinaga (21005) 17. Feronica Hutagalung (21018)
6. Arni Simamora (21006) 18. Fitri Sipahutar (21019)
7. Dharma Hutabarat (21007) 19. Gelvina Panggabean (21020)
8. Desi Hutauruk (21008) 20. Glentina Purba (21021)
9. Dezna Nababan (21009) 21. Grace Purba (21022)
10. Dodi Sitinjak (21010) 22. Harpen Sihotsng (21023)
11. Doni Hutagalung (21011) 23. Imelia Hutapea (21024)
12. Elisabeth Hutabarat (21012) 24. Ingin Simanjuntak (21025)

DIPLOMA III AKADEMI KEPERAWATAN


PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
TARUTUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya
sehingga kami bisa menyalesaikan tugas Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Pernafasan TB Paru ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Elisabeth Lumbantoruan S.Kep, Ns, M.Kep, pada mata kuliah Metodologi Keperawatan.
Makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan kita tentang Asuhan Keperawatan
Dengan Ganguan Sistem Pernafasan TB Paru bagi penulis dan juga pembaca. Kami juga
berterimakasih kepada Ibu Elisabeth Lumbantoruan S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen mata
kuliah Metodologi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan kami sesuai dengan mata kuliah yang kami pelajari. kami juga berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi ilmu pengetahuannya dan yang mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Tarutung, 19 November 2022

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3.Tujuan ............................................................................................................. 1
1.4.Manfaat ........................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1. Konsep Dasar TB Paru
2.1.1. Defenisi ........................................................................................... 3
2.1.2. Etiologi ............................................................................................ 4
2.1.3. Patofisiologi .................................................................................... 6
2.1.4. Tanda Dan Gejala ........................................................................... 8
2.1.5. Faktor pencetus atau Resiko ........................................................... 8
2.1.6. Komplikasi ...................................................................................... 8
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 9
2.1.8. Penatalaksanaan .............................................................................. 9

2.2. Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian ....................................................................................... 11
2.2.2. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 15
2.2.3. Perencanaan Keperawatan .............................................................. 15
2.2.4. Implementasi Keperawatan ............................................................. 20
2.2.5. Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 20

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1. Pengkajian ...................................................................................................... 21
3.2. Diagnosa Keperawatan................................................................................... 31
3.3. Intervensi Keperawatan .................................................................................. 32
3.4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ...................................................... 34

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan .................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit mengenai parenkim paru-paru yang paling
sering menular, biasanya penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.Mikobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga dari penduduk di
dunia. Menurut WHO, sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan angka kematian
di negara semakin berkembang (WHO 1993). TB dapat menyebar 4eseha kesetiap bagian
tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfa. Awal mula infeksi biasanya
terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan.pasien kemudian bisa membentuk
penyakit aktif karena respon 4eseha imun tubuh yang ltidak adekuat.
TB ditularkan 4eseha seorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme
dari dalam tubuhnya. Individu yang rentan menghirup droplet akan menjadi terinfeksi.
Bakteria kemudian di transmisikan ke alveoli lalu memperbanyak diri. Reaksi inflamasi
menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa.
Saat ini TB masih terus meningkat meskipun banyak orang yang masih meyakini
bahwa penyakit ini merupakan masalah pada waktu lampau. Meskipun sering terlihat
sebagai penyakit paru, TB dapat mengenai selain paru (16%) dan mempengaruhi organ
dan jaringan lain. TB adalah masalah 4esehatan masyarakat di seluruh dunia yang sangat
erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk, perumahan dibawah
standar, dan tidak memadainya layanan 4esehatan.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa landasan teori atau teoritik keperawatan dengan TB Paru?
b. Bagaimana penatalaksanaan untuk penderita TB Paru?

1.3 Tujuan

b. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami serta mengetahui landasan teori pada penyakit TB
Paru .
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui landasan teori keperawatan untuk TB Paru.

1
1.4 Manfaat

a. Untuk Mahasiswa
Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat serta sebagai bahan
pembandingan tugas serupa.
b. Untuk masyarakat
Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan terkait kesehatan
c. Untuk tenaga kesehatan
Penulisan ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar TB Paru


2.1.1 Defenisi

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuatsehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian
pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan,baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya.
Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan
China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986
merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di
Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA
positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia
begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan
informasi lengkap tentang penyakit TBC.
Definisi TBC menurut beberapa tokoh, TBC paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkin paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Somantri,2009). Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan tuberkulosis
(TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang
berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. Irman
Somantri,Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan pasa sistem Pernapasan
(Jakarta: Salemba Medika, 2009). Iskandar Junaidi, Penyakit Paru dan Saluran Napas
(Jakarta: Buana Ilmu Populer,2010).

Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang


disebabkan oleh Mycobaktrium Tuberculosis. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi
dapat menyerang semua organ atau jaringan tubuh, misalnya pada lymph node, pleura dan
area osteoartikular. Biasanya pada bagian tengah granuloma tuberkel mengalami nekrosis
perkijuan (Depkes RI, 2002).

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007).

3
Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang,
usus, ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium tuberculosis berbentuk
batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,miskin,
atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta
kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh
TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei
prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut
laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka
insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk),
dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

2.1.2 Etiologi

Mycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk batang dan bersifat


tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA), dengan ukuran
panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, dan untuk mengenang jasanya, bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum
(KP) yang disebabkan oleh Bakteri Mycobakterium tuberkulosis. Sebagian besar
komponen Mycobaktrium tuberkulosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen.
oleh karena itu, Mycobakterium tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru
yang kandungan oksigennya tinggi, daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk
penyakit tuberkulosis.

Kuman TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ lain dalam tubuh. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun

4
Mycobacterium tuberculosis

Cara penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila
sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-
lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen. Gejala batuk TBC
menular melalui udara dari satu orang ke orang lainnya. Bakteri penyebab TBC ini
menyebar ke udara saat penderita TBC batuk, bersin atau pun berbicara. Lalu, orang yang
menghirup bakteri tersebut pun dapat terinfeksi bakteri penyebab TBC tersebut. Hal
tersebutlah yang menjadi satu-satunya cara penyebaran dan penularan dari bakteri TBC,
sedangkan banyak orang mengira berbagai hal lainnya juga dapat menjadi penyebab
tertularnya penyakit TBC, padahal berbagai hal tersebut sebenarnya tidak berpengaruh
dalam hal penularan gejala batuk TBC.

Hal apa saja yang sering dianggap sebagai cara penularan dari TBC, namun padahal tidak?
Ini dia:
1. Berjabat tangan dengan penderita TBC.
2. Berbagi makanan atau minuman dengan orang yang menderita TBC.
3. Berciuman.
4. Menyentuh bagian toilet atau wastafel.
5. Memakai sikat gigi bersama.

5
2.1.3 Patofisiologi

Ketika seorang klien TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak sengaja
keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai, dan tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei menguap. Menguapnya bakteri droplei
ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberculosis yang
mengandung dalam droplet nuclei terbang ke udara. Apabila bakteri ini dihirup oleh orang
sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberculosis. Penularan bakteri
lewat udara disebut dengan istilah air borne infection. Bakteri yang terhisap akan melewati
pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi
dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri
tuberculosis dan focus ini disebut focus primer, lesi primer, atau focus Ghon. Reaksi juga
terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan focus primer disebut sebagai
kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjdi
sensitive terhadap protein yang dibuat bakteri tuberculosis dan bereaksi positif terhadap
tes tuberculin atau tes Mantoux.

Berpangkal dari komples primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
berbagai jalan, yaitu :
1. Percabangan bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronchus dapat mengenai area paru atau
melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran
pencernaan.
2. Sistem saluran limfe
Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional limfadenopati atau
akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus
limfatikus dan menimbulkan tuberculosis milier.
3. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati ke paru dapat membawa atau mengangkat
material yang mengandung bakteri tuberculosis dan bakteri ini dapat mencapai
berbagai organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan
meningen.
4. Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh
dan bakteri tuberculosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman
(tidur). Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit keras atau memakai obat
yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberculosis yang
dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut sebagai reaktivasi infeksi primer atau
infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer
terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri
tuberculosis baru. Biasanya infeksi pasca primer terjadi didaerah apeks paru.

6
Tuberkulosis Primer
Tuberculosis primer adalah infeksi penderita TB dari penderita yang belum
mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila banteri TB terhirup dari udara
melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernapasan,
maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveolar. Jika
pada proses ini bakter ditangkap oleh makrofag lemah, maka bakteri akan berkembang
biak dalam tubuh makofag yang lemah dan menghancurkan makrofag. Dari proses ini
dihasilkan bahan kemoktasis yang menarik monosit dan aliran darah membentuk tuberkel.
Bakteri TB menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional
(hilus) membentuk epiteloid granuloma. Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai
akibat timbulnya hipersensitivitas seluler (delayed hipersensitivitas) terhadap bakteri TB.
Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin.
Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk focus Ghon, sedangkan focus
inisial bersama-sama dengan limfadenopati bertempat di hilus dan disebut juga TB Primer.
Bakteri menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan akan tersangkut
pada berbagai organ. Jadi TB Primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.

Tuberculosis Sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB masih hidup
dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% di antaranya tidak mengalami
kekambuhan. Reaktivasi penyakit TB terjadi bila daya tahan tubuh menurun.
Berbeda dengan TB Primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan organ
lainnya jarang terkena. Lesi lebih terbatas dan terlokalisasi. Reaksi imunologis terjadi
dengan adanya pembentukan granuloma. Nekrosis jaringan lebih mencolok dan
menghasilkan lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut tuberkuloma. Protease yang
dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menyebabkan pelunakan bahan kaseosa. Secara
umum dapat dikatakan bahwa, pembentukan kavitas dan manifestasi lainnnya dari TB
Sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas seluler
(delayed hipersensitivitas).
TB Paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber eksogan,
terutama pada usia tua, yang semasa mudanya pernah mempunyai riwayat terkena TB.
Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru, kerusakan paru diakibatkan oleh produksi
sitokin yang berlebihan. Kavitas yang terjadi diliputi oleh jaringan fibrotic yang tebal dan
berisi pembuluh darah pulmonal. Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotic yang
tebal. Masalah lain pada kavitas yang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergillus
yang menumbuhkan mycetoma (Isa,2001).

7
2.1.4 Tanda dan Gejala

Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
Pasien TB Paru menampakkan gejala klinis, yaitu :
a. Demam
b. Batuk/batuk berdarah
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
a. Tanda-tanda infiltrate (redup, bronchial, ronki basah, dan lain-lain)
b. Tanda-tanda penarikkan paru, diafragma, dan mediatinum.
c. Secret di saluran napas dan ronkhi.
d. Suara napas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan
bronkus.

2.1.5 Faktor Pencetus atau Resiko

a. Kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif.


b. Riwayat terpajan TB sebelumnya.
c. Status gangguan imun (missal: lansia, kanker, HIV)
d. Penggunaan obat injeksi dan alkoholisme.
e. Masyarakat yang kurang mendapat pelayanan kesehatan yang memadai (missal :
gelandangan, penduduk miskin, minoritas, dll)
f. Kondisi medis yang sudah ada, termasuk diabetes, gagal ginjal kronis, silicosis, dan
malnutrisi).
g. Imigran dari Negara dengan insidensi TB yang tinggi (misal:Asia Tenggara)
h. Institusionalisasi (misal: penjara)
i. Tinggal di lingkungan padat penduduk bawah standar.
j. Pekerjaan (misal: tenaga kesehatan)

2.1.16 Komplikasi

1. Kerusakan jaringan paru yang masif


2. Gagal napas
3. Fistula bronkopleural
4. Pneumotoraks
5. Efusi Pleura
6. Pneumonia
7. Infeksi organ tubuh lain oleh focus mikrobakterial kecil
8. Penyakit hati terjadi sekunder akibat terapi obat
8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Rontgen Thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan


dan ini tergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap OAT,
apakah sama baiknya dengan respon dari klien. Penyembuhan yang lengkap sering kali
yang terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada
penyembuhan yang lengkap.
b. CT scan atau MRI memperlihatkan adanya gangguan meluasnya kerusakan paru.
c. Radiologis TB Paru Milier

Pemeriksaan Laboratorium
Diagnostic terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi
melalui isolasi bakteri. Bahan pemeriksaan untuk isolasi Mycobacterium Tuberculosis
berupa :
a. Sputum, diambil pada pagi hari / sputum yang baru keluar.
b. Urine. Urine pertama di pagi hari
c. Cairan kumbah lambung. Pemeriksaan ini digunakan jika klien tidak dapat
mengeluarkan sputum.
d. Bahan-bahan lain, misalnya pus.

2.1.8 Penatalaksanaan

Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis paru menjadi tiga bagian yaitu
pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).

Pencegahan TB Paru
1. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB BTA positif. Pemeriksaan meliputi : tes tuberculin, klinis, dan
radiologis. Bila tes tuberculin positif maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negative diberikan BCG
vaksinasi.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu,
misal : penghuni rumah tahanan, petugas kesehatan, siswa-sisiwi pesantren.
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit.

9
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Berikut penatalaksanaan pengobatan tuberkulosisi. Mekanisme Kerja Obat
anti-Tuberkulosis (OAT).
a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
· Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S)
· Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Isoniazid (INH).

b. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant).


· Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Isoniazid (INH).
· Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan Isoniazid.
Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid (Z).
c. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap
bakteri terhadap asam.
· Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam pra amino
salisilik (PAS), dan sikloserine.
· Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid dalam keadaan
telah terjadi resistensi sekunder.

Pengobatan TB terbagi dalam dua fase yaitu fase intensif ( 2-3 bulan ) dan fase
lanjutan ( 4-7 bulan ). Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol. (Depkes RI, 2004).
Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal
dengan Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC). Lima komponen DOTSC
yang direkomendasikan WHO yaitu :
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan sputum secara makroskopik langsung, dan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur.
3. Pengobatan TB dengan panduan OAT jangka pendek di bawah pengawasan langsung
oleh PMO, khususnya dalam dua bulan pertama di mana penderita harus minum obat
setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan panduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

Penemuan penderita. Terdapat empat kategori yaitu : kategori I,II,III, dan IV.
Kategori ini didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan.

10
2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Konsep keperawatan Tuberkulosis Paru meliputi :


1. Pengkajian

A. Anamnesis

1) Identitas Diri Pasien

Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain

2) Keluhan Utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta

pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 4 keluhan, yaitu :

A. Batuk

Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk

bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah

B. Batuk Berdahak

Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau

bercak-bercak darah

C. Sesak Nafas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena

ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.

D. Nyeri Dada

Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB

11
3) Keluhan Sistematis

a. Demam

keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada

malam hari mirip dengan influenza

b. Keluhan Sistematis Lain

keluhan yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia,penurunan berat

badan dan malaise

B. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang :

a) Keadaan pernapasan (napas pendek)

b) Nyeri dada

c) Batuk, dan

d) Sputum

2) Kesehatan Dahulu :

Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan

3) Kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB


C. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum dan tanda – tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien biasanya didapatkan

peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai

sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan

frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit

penyulit seperti hipertensi.

12
2) BreathingInspeksi :

a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan klien dengan TB Paru biasanya

terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat adanya penurunan

proporsi anterior-posterior bading proporsi diameter lateral

b) Batuk dan sputum

Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi sekret dansekresi

sputum yang purulen

Palpasi :

Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB Paru tanpa komplikasi

pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian

kiri dan kanan. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya

ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.

Perkusi :

Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor pada

seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleuradidapatkan bunyi

redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan

Aukultasi :

Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit

1) Brain

Kesadaran biasanya komposmentis, ditemukan adanya sianosis periferapabila

gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif, klien tampak

wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada mata,

biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan ikterik

pada pasien TB Paru dengan gangguan fungsi hati.

13
2) Bledder

Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan.

Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.

3) Bowel

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan

penurunan berat badan

4) Bone

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB Paru. gejala yangmuncul

antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap.

5) Pemeriksaan Fisik Head To Toe

(a) Kepala

Kaji keadaan Kulit kepala bersih/tidak, ada benjolan/tidak, simetris/tidak

(b) Rambut

Kaji pertumbuhan rata/tidak, rontok, warna rambut

(c) wajah

Kaji warna kulit, struktur wajah simetris/tidak

(d) Sistem Penglihatan


Kaji kesimetrisan mata, conjungtiva anemia/tidak, sclera ikterik/tidak )

(e) Wicara dan THT

1. Wicara

Kaji fungsi wicara, perubahan suara,afasia, dysfonia

14
2. THT

a. Inspeksi hidung : kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada

secret/tidak

b. Telinga : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani, ada

secret/tidak

c. Palpasi : Kaji THT ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukansekret

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengananoreksia

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

2.2.3. Intervensi Keperawatan

Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam

intervensi keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal

diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,

kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta

memehami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi.

Sebagai profesi perawat mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam

menentukan asuhan keperawatan (A. Aziz Alimul Hidayat,2009).

15
Tabel 2.2.3 Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


Kriteria Hasil
1 Setelah a. Kaji fungsi a. Ronkhi, mengi
dilakukan pernapasan menunjukkan
tindakan (bunyi napas, akumulasi
keperawatan, kecepatan, sekret/
diharapkan irama, ketidakmampun
bersihan jalan kedalaman, dan untuk
napas dengan penggunaan otot membersihkan
kriteria hasil : bantu aksesori) jalan napas
Pasien dapat
mengeluarkan b. Catat b. Pengeluaran sulit
sekret tanpa kemampuan bila sekret sangat
bantuan, Pasien pasien tebal, sputum
berpartisipasi mengeluarkan berdarah kental/
dalam program dahak, catat darah cerah
pengobatan karakter, jumlah (misal infeksi,
dahak, adanya atau tidak
hemoptisis kuatnya hidrasi)

c. Ajarkan pasien c. Posisi membantu


posisi semi memaksimalkan
fowler tinggi ekspansi paru
dan latihan dan menurunkan
napas dalam upaya
pernapasan

d. Anjurkan pasien d. Pemasukan


untuk banyak tinggi cairan
minum air untuk
sedikitnya mengencerkan
2500ml perhari. sekret,
membantu agar
dahak mudah
dikeluarkan
e. Kolaborasi : e. Antibiotik
Pemberian terapi spectrum luas,
OAT 3 tablet/hari membunuh
dan injeksi kuman TBC
cefotaxim 1gr
2 Setelah a. Pantau suhu a. Sebagai
dilakukan tubuh indikator untuk
tindakan mengetahui
keperawatan status hipetermi
diharapkan suhu
tubuh kembali b. Anjurkan untuk b. Dalam kondisi
normal dengan banyak minum demam terjadi
kriteria hasil : air putih untuk peningkatan
suhu tubuh mencegah evaporasi yang
dalam rentang dehidrasi memicu
(36oC – 37oC) timbulnya
dehidrasi

c. Anjurkan istri c. Mengurangi


pasien agar suhu tubuh dan
memberikan memberikan
kompres hangat kenyamanan
pada lipatan pada pasien
ketiak dan dengan faktor
femur konduksi

d. Anjurkan d. Untuk
pasien untuk meningkatkan
memakai pengeluaran
pakaian yang panas melalui
menyerap radiasi
keringat

e. Kolaborasi : e. Mengurangi
Pemberian panas dengan
paracetamol farmakologis
500mg
3 Setelah a. Catat status a. Berguna dalam
dilakukan nutrisi pasien mendefinisikan
tindakan dari turgor kulit derajat/luasnya
keperawatan dan berat badan masalah dan
diharapkan pilihan
kebutuhan intervensi yng
nutrisi pasien tepat
terpenuhi
dengan criteria
hasil : b. Kaji adanya b. Dapat
Menunjukkan anoreksia, mempengaruhi
peningkatan mual, muntah, pilihan diet dan
berat badan dan dan catat mengidentifikasi
melakukan kemungkinan area pemecahan
perubahan pola hubungan masalah untuk
makan dengan obat meningkatkan
pemasukan

c. Motivasi pasien c. Menurunkan


untuk makan iritasi gaster dan
sedikit tapi meningkatkan
sering status nutrisi

d. Dorong pasien d. Membantu


untuk sering menghemat
beristirahat energy

e. Kolaborasi : e. Membantu
Pemberian mengurangi
injeksi mual dan
ranitidine membantu nafsu
50mg, antacid makan secara
500mg dan farmakologis
curcuma 50mg
4 Setelah a. Kaji a. Belajar
dilakukan kemampuan tergantung
tindakan pasien untuk kepada emosi
keperawatan belajar dan kesiapan
diharapkan mengetahui fisik
pasien masalah,
mengetahui kelemahan,
informasi lingkungan,
tentang media yang
penyakitnya, terbaik bagi
dengan criteria pasien
hasil : Pesien
memperlihatkan b. Identifikasi b. Dapat
peningkatan gejala yang menunjukkan
pengetahuan harus kemajuan atau
mengenai dilaporkan pengaktifan
perawatan diri keperawatan, ulang penyakit
contoh atau efek obat
hemoptisis, yang
nyeri dada, memerlukan
demam, evaluasi
kesulitan berlanjut
bernapas
c. Jelaskan dosis c. Meningkatkan
obat, frekuensi kerja sama
pemberian, dalam program
kerja obat yang pengobatan dan
diharapkan dan mencegah
alasan penghentian
pengobatan obat sesuai
lama, kaji perbaikan
potensial kondisi pasien
interaksi
dengan obat
lain

d. Kaji potensial d. Mencegah dan


efek samping menurunkan
pengobatan dan ketidaknyamana
pemecahan n sehubungan
masalah dengan terapi
dan
meningkatkan
kerjasama dalam
program

e. Dorong pasien e. Memberikan


atau orang kesempatan
terdekat untuk untuk
menyatakan memperbaiki
takut atau kesalahan
masalah, jawab
pertanyaan
secra nyata

f. Berikan f. Informasi
instruksi dan tertulis
informasi menurunkan
tertulis khusus hambatan pasien
pada pasien untuk mengingat
untuk rujukan. sejumlah besar
Contohnya informasi.
jadwal obat

2.2.3 Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan

oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan

keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil

yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan

diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di

atas.

2.2.4. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atautidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki

pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi

keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang

ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan

dalam kriteria hasil.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. M berusia 58 tahun dengan
diagnosa medis Tuberkulosis Paru (TB Paru) diwilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu I, dimulai sejak
tanggal 06 April 2020 sampai tanggal 08 April 2020. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan
secara bertahap diawali dengan pengkajian, perumusan masalah keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan yang disebut sebagai proses keperawatan,
selanjutnya dijabarkan sebagaimana uraian- uraian tersebut dibawah ini:
Pengkajian

3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Umur : 58 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Bahasa Daerah “Ocu”Pendidikan : SMA


Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Kruing 8 B 37/ 2 Pandau

Diagnosa Medis: Tuberkulosis Paru (TB Paru)

Tanggal pengkajian : 06 April 2020


2. Penanggung Jawab

Nama : Ny. R

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kruing 8 B 37/ 2 Pandau

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan Klien: Anak

21
3.1.3. Riwayat Kesehatan

3.1.3.1 Keluhan Utama: Ny. M mengatakan batuk berdahak selama 1bulan,jika batuk nyeri

terasa pada dada sebelah kanan.

3.1.3.2 Riwayat penyakit sekarang: Ny. M mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien

mengalami batuk berdahak, dahak susah untuk dikeluarkan, mengeluh batuk

berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu terakhir, klien

datang ke Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu I pada tanggal 03 April 2020

sekitar 09.00 WIB dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat lemas, tampak meringis

kesakitan, Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Nadi: 90x/menit, Respirasi: 28X/menit, Suhu:

39,2OC, BB: 45Kg (Sekarang), BB: 50Kg (sebelum Sakit).

3.1.3.3 Riwayat Penyakit Dahulu: Ny. M mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien mengalami

batuk berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu

terakhir. Ny. M mengatakan sudah sering

mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan membeli obat di warung,

pasien tidak memiliki penyakit lain selain batuk dan tidak pernah dirawat di rumah

sakit.

3.1.3.4 Riwayat Kesehatan Keluarga: tidak ada anggota keluarganya yang menderita

penyakit menular, keluarga juga menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit menurun seperti DM, dan Hipertensi.

22
3.1.3.5 Genogram

Keterangan :

: laki-laki : tinggal serumah

: perempuan

: pasien

3.1.3.6 Riwayat Sosial Ekonomi

3.1.3.6.1 Riwayat pekerjaan : Ny. M hanya sebagai ibu rumah tangga,


penghasilan diperoleh dari penghasilan Ny. R dan suaminya rata-rata perbulan berkisar

1.500.000 s/d 2.000.000,00 perbulannya.

3.1.3.6.2 Aspek psikososial : Suami Ny. M sudah meninggal dan Ny. M hanya ibu rumah

tangga biasa.

23
3.1.4 Pola Kesehatan Fungsional

3.1.4.1 Pola persepsi kesehatan dan manajemen Ny. M tidak tahu tentang penyakit yang

dideritanya, Ny. M menceritakan keluhan yang muncul kepada keluarga. Jika sakit

Ny. M membeli obat di warung dekat rumahnya dan mengatakan sudah sering

mengalami batuk berbulan-bulan namun sembuh dengan membeli obat di warung,

dan tidak pernah dirawat di rumah sakit.

3.1.4.2 Pola Oksigenasi

1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan bernafas secara normal, tidak mengunakan alat

bantu pernafasan.

2. Saat dikaji Ny. M didapatkan bahwa pernafasan klien meningkat (28 x/i) hal ini

dikarenakan adanya sekret dijalan nafas, klien mengatakan nafas sesak.

3.1.4.3 Pola nutrisi

1. Sebelum sakit klien mengatakan makan 3x sehari dan minum > 5 gelas per hari.

2.Saat dikaji sakit Ny. M mengatakan tidak ada nafsu makan sejak seminggu terakhir,

jika Ny. M makan semuanya terasa pahit dan Ny. M merasakan seperti ingin muntah.

3.1.4.4 Pola Eliminasi

1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan BAB 1x dalam sehari dan BAK 4-5 kali sehari.

2. Saat dikaji Ny. M mengatakan tidak mengalami gangguan BAB dan BAK.

3.1.4.5 Pola Aktivitas

1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan setiap pagi hari selalumenyempatkan waktu untuk

berjalan pagi/olah raga santai di pagi hari.

2. Saat dikaji Ny. M mengatakan badan terasa sesak nafas dan bawaannya selalu letih.

3.1.4.6 Pola Istirahat

1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan tidur 6-7 jam per hari dan tidur siang tidak ada.

2. Saat dikaji Ny. M mengatakan susah untuk tidur karena batuk.


3.1.4.7 Personal Hygiene

1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan mandi 2x/hari (Pagi dan Sore).

2. Saat dikaji Ny. M mengatakan mandi tetap 2x sehari.

3.1.4.8 Pola Komunikasi


1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan berkomunikasi dengan bahasa daerah “ocu”.

2. Saat dikaji Ny. M mengatakan jika berkomunikasi dengan perawat atau dokter

menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah “ocu”.

3.1.4.9 Pola Spiritual

Saat dikaji Ny. M mengatakan tetap shalat, yang mana sebelum sakit Ny. M selalu

shalat berjamaah di Masjid yang berdekatan dengan rumah Ny. M.

3.1.4.10 Pola Aman dan Nyaman


24
1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan nyaman dengan tubuhnya yangsehat.

2. Saat dikaji Ny. M mengatakan badannya terasa kurus sekali, terasa kulit pembalut

tulang, Ny. M mengatakan malu dengan kondisi tubuhnya saat ini

3.1.5 Pemeriksaan Fisik

3.1.5.1 Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum (KU) : Baik

Kesadaran :

Composmentis

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

Nadi : 90x/menit

Suhu : 39,2o C

RR : 28 x/menit
BB Sekarang : 45 Kg

BB Sebelum Sakit : 50 Kg.


3.1.5.2 Pemeriksaan Fisik

3.1.5.2.1 Kepala : Bentuk kepala meschepal, rambut panjang , rambut warna hitam

beruban, tekstur kasar, dan tidak ada benjolan.

3.1.5.2.2 Mata : Bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva berwarnamerah muda, sclera

berwarna putih, tidak terdapat oedema, bentuk pupil isokor, reflek pada cahaya

meosis.

3.1.5.2.3 Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Bentuk simetris kiri kanan,

bersih tidak ada sekret, dan bisa mencium aroma wangi-wangian.

25

3.1.5.2.4 Mulut : Terdapat karang gigi, bibir kering, mulut bersih, tidak adagigi palsu.

3.1.5.2.5 Telinga : Tidak ada serument, pendengaran baik.

3.1.5.2.6 Leher : Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid dan pembesaran JVP

3.1.5.2.7 Jantung:

3.1.5.2.7.1 Inspeksi : Dada simetris.

3.1.5.2.7.2 Palpasi : Teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS

5mid clavikula.

3.1.5.2.7.3 Perkusi : Pekak

3.1.5.2.7.4 Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi

suaratambahan

3.1.5.2.8 Paru-Paru

3.1.5.2.8.1 Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidaktampak

menggunakan otot bantu penafasan.


3.1.5.2.8.2 Palpasi : Vocal vemitus normal.

3.1.5.2.8.3 Perkusi : pekak

3.1.5.2.8.4 Auskultasi : terdapat ronchi, Whizzing tidak.

3.1.5.2.9 Abdomen

3.1.5.2.9.1 Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan

3.1.5.2.9.2 Auskultasi : Bising usus normal

3.1.5.2.9.3 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

3.1.5.2.9.4 Perkusi : Timpani

26
3.1.5.2.10 Ekstremitas :

3.1.5.2.10.1 Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku

tampak bersih, kekuatan otot normal(555/555), terpasang IVFD D5%

20gtt/i

Bawah: tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap,

terasa panas saat diraba pada lutut, nyeri tekan pada lutut (+), kekuatan otot normal

(555/555)

3.1.5.2.11 Kulit : Turgor kulit kering, warna sawo matang

3.1.5.2.12 Genetalia : Tidak terpasang kateter

3.1.5.3 Terapi Medik

1. IVFD : Dektrose 5% 20 gtt/I

2. Ranitidine inj. 25mg/ml : 2x1 (amp)


3. Injeksi Ceftriaxone : 1x 1gr

4. OAT kategori I Paket (Obat TB Merah) (Rifampicin 150mg, Isoniazid

75mg, Pyrazinamide 400mg, Ethambutole 275mg ) : 1 X 1 pagi hari,


sebelum makan, pada saat perut kosong).

5. Mucohexyine syr : 3 X 5mg

6. Vitamin B6 : 2 X 1Tab

3.1.6 Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Tabel. 3.1 Hasil Pemeriksaan tanggal : 03-04-2020

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


BTA : P/S/S (-/+/+) (-/-/-) Tidak Normal
RO Thorak - - Tidak dilakukan
Hemoglobin 10Mg/dl 12-14mg/dl Normal
Leukosit 14.000mm3 5000-10000mm3 Tidak Normal
Haematokrit 42% 40-48%

27
3.1.7 Data Fokus

Data subjektif (DS)

Ny. M mengatakan :

- Batuk Berdahak sejak 1 bulan terakhir

- Dahak susah untuk dikeluarkan

- Ny. M Mengatakan nafas sesak

- Ny. M Mengatakan Susah untuk bernafas jika batuk, karena dahak

tidak bisa dikeluarkan

- Ny. M mengatakan tidak nafsu makan sejak seminggu terakhir

- Ny. M Mengatakan jika makan terasa pahit

- Ny. M mengatakan Jika makan rasa ingin muntah

- Ny. M mengatakan berat badan menurun


- Ny. M dan keluarga mengatakan tidak tahu dengan penyakit yang

diderita oleh Ny. M


Data Objektif (DO)

- Ny. M tampak batuk dan susah mengeluarkan dahaknya

- Ny. M tampak sesak dan demam

- Porsi makanan yang diberikan tampak tidak dimakan

- Ny. M tampak kurus

- Ny. M dan keluarga tampak bertanya kepada perawat tentangpenyakit

yang diderita Ny. M, apakah bisa disembuhkan.

- Ny. M tampak bingung saat ditanyakan tentang penyakit dan cara

perawatan penyakitnya

28

- TD: 100/80 mmHg

- N: 90 x/menit

- RR: 28x/menit

- S: 39,2o C

- BB Sekarang : 45Kg

- BB Sebelum Sakit : 50Kg.

3.1.8 Analisa

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS:- Ny. M Mengatakan: Microbacterium Bersihan
1) Batuk Berdahak tuberculosa jalan nafas
sejak 1 bulan tidak
terakhir Masuk dalam lapang efektifnya

2) Dahak susah untuk paru


dikeluarkan
Do: - Ny. M Tampak : Sampai ke Alveoli
1) Ny. M Tampak
Pembentukan
Batuk dan susah
Tuberkel
mengeluarkan
peradangan
dahaknya
2) TTV
Infeksi primer pada
- TD: 100/80 mmhg
alveoli
- N: 90x/menit
- RR: 28x/menit
Produksisekret
- S: 39,2o C
berlebihan
- BB Sekarang:45Kg
- BB Sebelum Sekret kental
Sakit:50Kg
2 DS: - Ny. M Mengatakan: TBC Primer Perubahan
1) Ny. M mengatakan nutrisi
tidak nafsu makan Meluas kurang dari
sejak seminggu Terjadi Haematogen kebutuhan
terakhir Bakteremia masuk ke tubuh
2) Ny. M Mengatakan Peritonium
jika makan terasa
pahit As. Lambung
3) Ny. Mj mengatakan meningkat
Jika makan rasa
ingin muntah Mual, Muntah
4) Ny. M mengatakan
berat badan Anoreksia
menurun

DO: - Ny. M Tampak:


1) Ny. M Tampak
lemah
2) Porsi makanan yang
diberikan tampak tidak
dimakan
3) Ny. M tampak
kurus
BB Sekarang : 45Kg
BB Sebelum Sakit: 50Kg.
3 menanyakan apakah infeksi Kurang Kurang
penyakit Ny. M bisa Informasi Pengetahuan
disembuhkan Batuk
DO: - Ny. M Tampak :
1) Ny. M dan keluarga Kuman Keluar
tampak bertanya Resti penyebaran
kepada perawat
tentang penyakit yang
diderita Ny. M, apakah
bisa disembuhkan.
2) Ny. M tampak
bingung saat
ditanyakan tentang
penyakit dan cara
perawatan penyakitnya
3) TTV
- TD: 100/80 mmhg
- N: 90x/menit
- RR: 28x/menit
- S: 39,2o C
- BB Sekarang:45Kg
BB Sebelum Sakit:
50Kg

3.2. Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian tanggal 06 April 2020, penulis mengangkat diagnosa

keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang ditemukan, yaitu :

1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan adanya

penumpukansekret

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengananoreksia

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.


31
3.3. Intervensi Keperawatan

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


(SLKIa) (SIKI)
Keperawatan
1 Bersihan Jalan Setelah dilakukan 1.1 Monitor
Nafas tidak efektif tindakan keperawatan frekuensi, irama
berhubungan selama 3 x 24 jam kedalaman dan
dengan Infeksi, diharapkan pasien : upaya napas
ditandai dengan Dengan kriteria hasil : 1.2 Monitor adanya
adanya eksudat di 1. M retensi sputum
alveolus. endemonstrasikan 1.3 Posisikan semif
batuk efektif dan fowler atau
suara nafas yang fowler
bersih, tidak ada 1.4 Auskultasi
sianosis dan suara napas
dyspneu (mampu 1.5 Jelaskan tujuan
mengeluarkan dan prosedur
sputum, mampu batuk efektif
bernafas dengan
mudah).
2. Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal, dan
tidak ada suara nafas
abnormal).
3. Mampu
mengidentifikasi dan
mencegah faktor
yang dapat
menghambat jalan
nafas
2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 2.1 Identifikasi
kurang dari tindakan keperawatan status nutrisi
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam Identifiksi alergi
berhubungan diharapkan pasien dan intoleransi
dengan anoreksia Dengan kriteria hasil : makanan
1. Adanya peningkatan 2.3 Monitor
berat badan sesuai asupan makanan
dengan tujuan 2.4 Berikan
2. Berat badan ideal makanan tinggi
sesuai dengan tinggi kalori tinggi protein
badan 2.5 Anjurkan
3. Mampu pasien untuk
mengidentifikasi menghabiskan porsi
kebutuhan nutrisi makan
4. Tidak ada tanda-
tanda mal nutrisi
5. Menunjukkan
peningktan fungsi
pengecapan dari
menelan dan tidak
terjadi penurunan
berat badan yang
berarti
3 Kurang Setelah dilakukan 3.1. Identifikasi
pengetahuan tindakan keperawatan kesiapan dan
berhubungan selama 1x25 menit kemampuan
dengan kurangnya diharapkan pasien menerima informasi
informasi. Kriteria Hasil : 3.2. Sediakan
1. Pasien dan materi dan media
keluarga pendidikan
menyatakan Kesehatan
pemahaman 3.3. Jadwalkan
tentang penyakit, pendidikan
kondisi, progosis kesehatan sesuai
dan kesepakatan
program 3.4. Jelaskan
pengobatan faktor resiko
2. Pasien dan yang dapat
keluarga mampu mempengaruhi
melaksanakan kesehatan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya.
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Implementasi dan evaluasi yang dilakukan penulis selama tindakan keperawatan dari tanggal: 06-08 April 2020

Tabel 3.4 Impementasi dan Evaluasi


Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
keperawatan
Senin,06 Ketidakefektifan 1.1 Mengidentifikasi kemampuan S : Elin Erlina
April 2020 jalan napas batuk - Pasien mengatakan sesak berkurang
berhubungan 1.2 Memantau adanya retensi jika posisi duduk
dengan adanya sputum O:
penumpukan 1.3 Posisikan semif fowler atau - Pasien terlihat sesak jika berbaring
fowler - Pasien dalam posisi semifowler
1.4 Memberikan minum air hangat - Pola pernapasan pasien cepat RR : 28
1.5 Jelaskan tujuan dan prosedur x/mt
batuk efektif A:
- Masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- 1.1 Monitor frekuensi, irama
kedalaman dan upaya napas
- 1.2 Monitor pola napas
- 1.3 Monitor kemampuan batuk efektif
- 1.4 Monitor adanya sumbatan jalan
napas
Perubahan nutrisi 2.1 Identifikasi status nutrisi S:
kurang dari 2.2 Identifiksi alergi dan - Pasien mengatakan tidak nafsu makan
kebutuhan tubuh intoleransi makanan - Pasien mengatakan merasa mual jika
berhubungan 2.3 Monitor asupan makanan makan
2.4 Berikan makanan tinggi kalori - Pasien mengatakan hanya habis 5
tinggi protein sendok makan
O:
- BB : Sebelum sakit 50 kg
Sesudah sakit 45 kg
A :
- Masalah perubahan nutrisi belum
teratasi
P :
- Lanjutkan intervensi
- 2.1 Identifikasi status nutrisi
- 2.2 Identifiksi alergi dan intoleransi
makanan
- 2.3 Monitor asupan makanan
- 2.4 Berikan makanan tinggi kalori
tinggi protein
- 2.5 Anjurkan pasien untuk
menghabiskan porsi makan
Kurang 3.1. Identifikasi kesiapan dan S :
pengetahuan kemampuan menerima informasi - Pasien dan keluarga mengatakan belum
berhubungan 3.2. Sediakan materi dan media mengerti akan penyakitnya
dengan kurangnya pendidikan - Pasien dan keluarga belum mampu
informasi Kesehatan memahami informasi yang diberikan
3.3. Jadwalkan pendidikan O :
kesehatan sesuai kesepakatan - Pasien dan keluarga menjadwalkan
pendidikan kesehatan
A:
- Masalah defisit pengetahuan belum
teratasi
P :
- Lanjutkan intervensi
3.2. Sediakan materi dan media pendidikan
Kesehatan
3.4. Jelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
Selasa, 07 Ketidakefektifan 1.1 Mengidentifikasi kemampuan S : Elin Erlina
April 2020 jalan napas batuk - Pasien mengatakan sesak berkurang
berhubungan 1.2 Memantau adanya retensi jika posisi duduk
dengan adanya sputum O:
penumpukan 1.3 Posisikan semif fowler atau - Pasien terlihat sesak jika berbaring
fowler - Pasien dalam posisi semifowler
1.4 Memberikan minum air hangat - Pola pernapasan pasien cepat RR : 26
1.5 Jelaskan tujuan dan prosedur x/mt
batuk efektif A:
- Masalah pola napas tidak efektif
belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
- 1.1 Monitor frekuensi, irama
kedalaman dan upaya napas
- 1.2 Monitor pola napas
- 1.3 Monitor kemampuan batuk efektif
- 1.4 Monitor adanya sumbatan jalan
napas
Selasa, 07 Perubahan nutrisi 2.1 Identifikasi status nutrisi S:
April 2020 kurang dari 2.3 Monitor asupan makanan - Pasien mengatakan tidak nafsu makan
kebutuhan tubuh 2.4 Berikan makanan tinggi kalori - Pasien mengatakan merasa mual jika
berhubungan tinggi protein makan
2.5 Anjurkan pasien untuk - Pasien mengatakan hanya habis 5 – 8
menghabiskan porsi makan sendok makan
O:
- BB : Sebelum sakit 50 kg
Sesudah sakit 45 kg
A :
- Masalah perubahan nutrisi belum
teratasi
P :
- Lanjutkan intervensi
- 2.1 Identifikasi status nutrisi
- 2.2 Identifiksi alergi dan intoleransi
makanan
- 2.3 Monitor asupan makanan
- 2.4 Berikan makanan tinggi kalori
tinggi protein
- 2.5 Anjurkan pasien untuk menghbiskan
porsi makan
Selasa, 07 Kurang 3.2. Sediakan materi dan media S:
April 2020 pengetahuan pendidikan - Pasien dan keluarga mengatakan
berhubungan Kesehatan sudah dapat mengerti akan
dengan kurangnya 3.4. Jelaskan faktor resiko penyakitnya
informasi yang dapat - Pasien dan keluarga mampu
mempengaruhi kesehatan memahami informasi yang diberikan
O:
- Pasien dan keluarga terlihat
aktif saat pendkes dan sering
bertanya
- Pasien dan keluaraga terlihat
sudah dapat memahami akan
penyakitnya

A:
- Masalah defisit pengetahuan sudah
teratasi
P :
- Hentikan intervensi
Rabu, 08 Ketidakefektifan 1.1 Mengidentifikasi kemampuan S: Elin Erlina
April 2020 jalan napas batuk - Pasien mengatakan tidak terlalu sesak
berhubungan 1.2 Memantau adanya retensi jika posisi duduk
dengan adanya sputum O:
penumpukan 1.3 Posisikan semif fowler atau - Pasien dalam posisi semifowler
fowler - Pola pernapasan pasien RR : 24 x/mt
1.4 Memberikan minum air hangat A:
1.5 Jelaskan tujuan dan prosedur - Masalah Pola napas tidak efektif
batuk efektif teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Rabu, 08 Perubahan nutrisi 2.1 Identifikasi status nutrisi S:
April 2020 kurang dari 2.2 Identifiksi alergi dan - Pasien mengatakan sudah nafsu makan
kebutuhan tubuh intoleransi makanan - Pasien mengatakan merasakan tidak
berhubungan 2.3 Monitor asupan makanan mual lagi
2.4 Berikan makanan tinggi kalori - Pasien mengatakan habis 8 -
tinggi protein 10 sendok makan, biskuit dan buah-
2.5 Anjurkan pasien untuk buahan
menghabiskan porsi makan A :
- Masalah Defisit nutrisi teratasi
sebagian
P :
- Lanjutkan intervensi
- 2.4 Berikan makanan tinggi kalori
tinggi protein
- 2.5 Anjurkan pasien untuk
menghabiskan porsi makan
Rabu, 08 Kurang 3.2. Sediakan materi dan media S:
April 2020 pengetahuan pendidikan - Pasien dan keluarga mengatakan
berhubungan Kesehatan sudah dapat mengerti akan
dengan kurangnya 3.4. Jelaskan faktor resiko penyakitnya
informasi yang dapat - Pasien dan keluarga mampu
memahami informasi yang diberikan
O:
- Pasien dan keluarga terlihat
aktif saat pendkes dan sering
bertanya
- Pasien dan keluaraga terlihat
sudah dapat memahami akan
penyakitnya
A:
- Masalah defisit pengetahuan sudah
P:
- Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. M Di Puskesmas

Siak Hulu I Kabupaten Kampar dengan diagnosa tuberkulosis paru yang dimulai pada

hari Senen s/d rabu tanggal 06 s/d 08 April 2020, sehingga dapat diketahui sejauh mana

keberhasilan proes Asuhan Keperawatan yang telah dilaksanakan. Adapun pembahasan

yang penulis pergunakan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. M selama 3 hari dan melakukan

pengkajian baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapat kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dari pengkajian didapatkan data aspek bio : data subjektif meliputi yang ditemukan,

yaitu : klien mengatakan mengeluh batuk berdahak, sesak napas, mual, napsu makan

menurun, Berat badan sebelum sakit 50 Kg, Berat badan selama sakit 45 Kg, bibir

kering, suhu tubuh naik turun. Data objektif : Pasien terlihat lemas, Tekanan darah :

100/80mmHg, Nadi: 90x/menit, Suhu: 39,2OC, Respirasi: 28x/menit

2. Diagnosa Keperawatan utama yang muncul pada pasien yaitu

a. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan adanya penumpukan secret,

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

dan

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

40
3. Perencanaan keperaatan pada kasus Ny. M ini sesuai dengan teori yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya. Penulis menetapkan perencanaan sesuai dengan kondisi dan

keluahan yang dirasakan oeh klien baik saat pengkajian pertama maupun

kelanjutannya. Perencanana keperawatan merupakan proses perawatan dengan

melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam intervensi

keperawatan.

4. Impementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus Ny. M ini mengacu pada

intervensi yang telah disusun oleh penulis pada asuhan keperawatan kien dengan

penderita TB Paru mengacu pada pedoman Buku Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI). Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan

oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan

yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan

dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di

gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat di atas.

5. Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan

yang diberikan pada evaluasi yang peneliti lakukan selama 3 hari pada pasien dengan

diagnosa keperawatan ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan adanya

penumpukan secret, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

41
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3.” Jakarta : EGC.


Kapita Selekta Penyakit Nurse’s Quick Check. edisi 2, alih bahasa Dwi Widiarti,
2011. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, Kartini, dkk. 1999. “Kapita Selekta Kedokteran.” Fakultas
Kedokteran UI : Media Aesculapius.
Muttaqin, Arif, 2008. “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan.” Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi
12”. Jakarta : EGC,
Somantri, Irman, 2008. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.” Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson Judith M, Ahern Nancy R, 2011. “ Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
edisi 9,Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.” Jakarta : EGC
http://fatimatuszahro97.blogspot.com/2014/12/laporan-pendahuluan-tb-paru.html

42

Anda mungkin juga menyukai