Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya
sehingga kami bisa menyalesaikan tugas Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Sistem Pernafasan TB Paru ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Elisabeth Lumbantoruan S.Kep, Ns, M.Kep, pada mata kuliah Metodologi Keperawatan.
Makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan kita tentang Asuhan Keperawatan
Dengan Ganguan Sistem Pernafasan TB Paru bagi penulis dan juga pembaca. Kami juga
berterimakasih kepada Ibu Elisabeth Lumbantoruan S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen mata
kuliah Metodologi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan kami sesuai dengan mata kuliah yang kami pelajari. kami juga berterimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi ilmu pengetahuannya dan yang mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
(Penulis)
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3.Tujuan ............................................................................................................. 1
1.4.Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan .................................................................................................... 40
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit mengenai parenkim paru-paru yang paling
sering menular, biasanya penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.Mikobacterium tuberculosis telah menginfeksi sepertiga dari penduduk di
dunia. Menurut WHO, sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan angka kematian
di negara semakin berkembang (WHO 1993). TB dapat menyebar 4eseha kesetiap bagian
tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfa. Awal mula infeksi biasanya
terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan.pasien kemudian bisa membentuk
penyakit aktif karena respon 4eseha imun tubuh yang ltidak adekuat.
TB ditularkan 4eseha seorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme
dari dalam tubuhnya. Individu yang rentan menghirup droplet akan menjadi terinfeksi.
Bakteria kemudian di transmisikan ke alveoli lalu memperbanyak diri. Reaksi inflamasi
menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa.
Saat ini TB masih terus meningkat meskipun banyak orang yang masih meyakini
bahwa penyakit ini merupakan masalah pada waktu lampau. Meskipun sering terlihat
sebagai penyakit paru, TB dapat mengenai selain paru (16%) dan mempengaruhi organ
dan jaringan lain. TB adalah masalah 4esehatan masyarakat di seluruh dunia yang sangat
erat kaitannya dengan kemiskinan, malnutrisi, kepadatan penduduk, perumahan dibawah
standar, dan tidak memadainya layanan 4esehatan.
1.3 Tujuan
b. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami serta mengetahui landasan teori pada penyakit TB
Paru .
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui landasan teori keperawatan untuk TB Paru.
1
1.4 Manfaat
a. Untuk Mahasiswa
Dengan adanya penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat serta sebagai bahan
pembandingan tugas serupa.
b. Untuk masyarakat
Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan terkait kesehatan
c. Untuk tenaga kesehatan
Penulisan ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuatsehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian
pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan,baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya.
Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan
China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis
(TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986
merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di
Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA
positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini
setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia
begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan
informasi lengkap tentang penyakit TBC.
Definisi TBC menurut beberapa tokoh, TBC paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkin paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Somantri,2009). Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan tuberkulosis
(TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang
berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. Irman
Somantri,Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan pasa sistem Pernapasan
(Jakarta: Salemba Medika, 2009). Iskandar Junaidi, Penyakit Paru dan Saluran Napas
(Jakarta: Buana Ilmu Populer,2010).
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007).
3
Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang,
usus, ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium tuberculosis berbentuk
batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,miskin,
atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta
kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh
TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei
prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut
laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka
insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk),
dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
2.1.2 Etiologi
Kuman TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ lain dalam tubuh. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun
4
Mycobacterium tuberculosis
Hal apa saja yang sering dianggap sebagai cara penularan dari TBC, namun padahal tidak?
Ini dia:
1. Berjabat tangan dengan penderita TBC.
2. Berbagi makanan atau minuman dengan orang yang menderita TBC.
3. Berciuman.
4. Menyentuh bagian toilet atau wastafel.
5. Memakai sikat gigi bersama.
5
2.1.3 Patofisiologi
Ketika seorang klien TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak sengaja
keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai, dan tempat lainnya. Akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei menguap. Menguapnya bakteri droplei
ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberculosis yang
mengandung dalam droplet nuclei terbang ke udara. Apabila bakteri ini dihirup oleh orang
sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberculosis. Penularan bakteri
lewat udara disebut dengan istilah air borne infection. Bakteri yang terhisap akan melewati
pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi
dimana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri
tuberculosis dan focus ini disebut focus primer, lesi primer, atau focus Ghon. Reaksi juga
terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan focus primer disebut sebagai
kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjdi
sensitive terhadap protein yang dibuat bakteri tuberculosis dan bereaksi positif terhadap
tes tuberculin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari komples primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
berbagai jalan, yaitu :
1. Percabangan bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronchus dapat mengenai area paru atau
melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran
pencernaan.
2. Sistem saluran limfe
Penyebaran lewat saluran limfe menyebabkan adanya regional limfadenopati atau
akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus
limfatikus dan menimbulkan tuberculosis milier.
3. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati ke paru dapat membawa atau mengangkat
material yang mengandung bakteri tuberculosis dan bakteri ini dapat mencapai
berbagai organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan
meningen.
4. Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh
dan bakteri tuberculosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman
(tidur). Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit keras atau memakai obat
yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberculosis yang
dorman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut sebagai reaktivasi infeksi primer atau
infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer
terjadi. Selain itu, infeksi pasca primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri
tuberculosis baru. Biasanya infeksi pasca primer terjadi didaerah apeks paru.
6
Tuberkulosis Primer
Tuberculosis primer adalah infeksi penderita TB dari penderita yang belum
mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila banteri TB terhirup dari udara
melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernapasan,
maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveolar. Jika
pada proses ini bakter ditangkap oleh makrofag lemah, maka bakteri akan berkembang
biak dalam tubuh makofag yang lemah dan menghancurkan makrofag. Dari proses ini
dihasilkan bahan kemoktasis yang menarik monosit dan aliran darah membentuk tuberkel.
Bakteri TB menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah bening regional
(hilus) membentuk epiteloid granuloma. Granuloma mengalami nekrosis sentral sebagai
akibat timbulnya hipersensitivitas seluler (delayed hipersensitivitas) terhadap bakteri TB.
Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan terlihat pada tes tuberkulin.
Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk focus Ghon, sedangkan focus
inisial bersama-sama dengan limfadenopati bertempat di hilus dan disebut juga TB Primer.
Bakteri menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah dan akan tersangkut
pada berbagai organ. Jadi TB Primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.
Tuberculosis Sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB masih hidup
dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% di antaranya tidak mengalami
kekambuhan. Reaktivasi penyakit TB terjadi bila daya tahan tubuh menurun.
Berbeda dengan TB Primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan organ
lainnya jarang terkena. Lesi lebih terbatas dan terlokalisasi. Reaksi imunologis terjadi
dengan adanya pembentukan granuloma. Nekrosis jaringan lebih mencolok dan
menghasilkan lesi kaseosa (perkijuan) yang luas dan disebut tuberkuloma. Protease yang
dikeluarkan oleh makrofag aktif akan menyebabkan pelunakan bahan kaseosa. Secara
umum dapat dikatakan bahwa, pembentukan kavitas dan manifestasi lainnnya dari TB
Sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas seluler
(delayed hipersensitivitas).
TB Paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber eksogan,
terutama pada usia tua, yang semasa mudanya pernah mempunyai riwayat terkena TB.
Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru, kerusakan paru diakibatkan oleh produksi
sitokin yang berlebihan. Kavitas yang terjadi diliputi oleh jaringan fibrotic yang tebal dan
berisi pembuluh darah pulmonal. Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotic yang
tebal. Masalah lain pada kavitas yang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergillus
yang menumbuhkan mycetoma (Isa,2001).
7
2.1.4 Tanda dan Gejala
Gejala utama TB paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum,
malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada, dan batuk darah.
Pasien TB Paru menampakkan gejala klinis, yaitu :
a. Demam
b. Batuk/batuk berdarah
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
a. Tanda-tanda infiltrate (redup, bronchial, ronki basah, dan lain-lain)
b. Tanda-tanda penarikkan paru, diafragma, dan mediatinum.
c. Secret di saluran napas dan ronkhi.
d. Suara napas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan
bronkus.
2.1.16 Komplikasi
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnostic terbaik dari penyakit TB diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi
melalui isolasi bakteri. Bahan pemeriksaan untuk isolasi Mycobacterium Tuberculosis
berupa :
a. Sputum, diambil pada pagi hari / sputum yang baru keluar.
b. Urine. Urine pertama di pagi hari
c. Cairan kumbah lambung. Pemeriksaan ini digunakan jika klien tidak dapat
mengeluarkan sputum.
d. Bahan-bahan lain, misalnya pus.
2.1.8 Penatalaksanaan
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberculosis paru menjadi tiga bagian yaitu
pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).
Pencegahan TB Paru
1. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB BTA positif. Pemeriksaan meliputi : tes tuberculin, klinis, dan
radiologis. Bila tes tuberculin positif maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negative diberikan BCG
vaksinasi.
2. Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu,
misal : penghuni rumah tahanan, petugas kesehatan, siswa-sisiwi pesantren.
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan
tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun di tingkat rumah sakit.
9
Pengobatan Tuberkulosis Paru
Berikut penatalaksanaan pengobatan tuberkulosisi. Mekanisme Kerja Obat
anti-Tuberkulosis (OAT).
a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat
· Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan
Streptomisin (S)
· Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan Isoniazid (INH).
Pengobatan TB terbagi dalam dua fase yaitu fase intensif ( 2-3 bulan ) dan fase
lanjutan ( 4-7 bulan ). Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai rekomendasi WHO adalah Rifampisin,
Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol. (Depkes RI, 2004).
Disamping itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal
dengan Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC). Lima komponen DOTSC
yang direkomendasikan WHO yaitu :
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan sputum secara makroskopik langsung, dan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur.
3. Pengobatan TB dengan panduan OAT jangka pendek di bawah pengawasan langsung
oleh PMO, khususnya dalam dua bulan pertama di mana penderita harus minum obat
setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan panduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
Penemuan penderita. Terdapat empat kategori yaitu : kategori I,II,III, dan IV.
Kategori ini didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan.
10
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
A. Anamnesis
Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain-lain
2) Keluhan Utama
A. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk
B. Batuk Berdahak
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau
bercak-bercak darah
C. Sesak Nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
D. Nyeri Dada
11
3) Keluhan Sistematis
a. Demam
keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada sore hari atau pada
B. Riwayat Kesehatan
b) Nyeri dada
c) Batuk, dan
d) Sputum
2) Kesehatan Dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera dan pembedahan
3) Kesehatan Keluarga
sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernapasan dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit
12
2) BreathingInspeksi :
Palpasi :
pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian
ditemukan pada klien TB Paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Perkusi :
Pada klien TB Paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. pada klien dengan komplikasi efusi pleuradidapatkan bunyi
redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan
Aukultasi :
Pada klien TB Paru bunyi napas tambahan ronki pada sisi yang sakit
1) Brain
wajah meringis, menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengkajian pada mata,
biasanya didapatkan konjungtiva anemis pada TB Paru yang hemaptu, dan ikterik
13
2) Bledder
Memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.
3) Bowel
4) Bone
(a) Kepala
(b) Rambut
(c) wajah
1. Wicara
14
2. THT
secret/tidak
secret/tidak
intervensi keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaborasi.
15
Tabel 2.2.3 Perencanaan Keperawatan
d. Anjurkan d. Untuk
pasien untuk meningkatkan
memakai pengeluaran
pakaian yang panas melalui
menyerap radiasi
keringat
e. Kolaborasi : e. Mengurangi
Pemberian panas dengan
paracetamol farmakologis
500mg
3 Setelah a. Catat status a. Berguna dalam
dilakukan nutrisi pasien mendefinisikan
tindakan dari turgor kulit derajat/luasnya
keperawatan dan berat badan masalah dan
diharapkan pilihan
kebutuhan intervensi yng
nutrisi pasien tepat
terpenuhi
dengan criteria
hasil : b. Kaji adanya b. Dapat
Menunjukkan anoreksia, mempengaruhi
peningkatan mual, muntah, pilihan diet dan
berat badan dan dan catat mengidentifikasi
melakukan kemungkinan area pemecahan
perubahan pola hubungan masalah untuk
makan dengan obat meningkatkan
pemasukan
e. Kolaborasi : e. Membantu
Pemberian mengurangi
injeksi mual dan
ranitidine membantu nafsu
50mg, antacid makan secara
500mg dan farmakologis
curcuma 50mg
4 Setelah a. Kaji a. Belajar
dilakukan kemampuan tergantung
tindakan pasien untuk kepada emosi
keperawatan belajar dan kesiapan
diharapkan mengetahui fisik
pasien masalah,
mengetahui kelemahan,
informasi lingkungan,
tentang media yang
penyakitnya, terbaik bagi
dengan criteria pasien
hasil : Pesien
memperlihatkan b. Identifikasi b. Dapat
peningkatan gejala yang menunjukkan
pengetahuan harus kemajuan atau
mengenai dilaporkan pengaktifan
perawatan diri keperawatan, ulang penyakit
contoh atau efek obat
hemoptisis, yang
nyeri dada, memerlukan
demam, evaluasi
kesulitan berlanjut
bernapas
c. Jelaskan dosis c. Meningkatkan
obat, frekuensi kerja sama
pemberian, dalam program
kerja obat yang pengobatan dan
diharapkan dan mencegah
alasan penghentian
pengobatan obat sesuai
lama, kaji perbaikan
potensial kondisi pasien
interaksi
dengan obat
lain
f. Berikan f. Informasi
instruksi dan tertulis
informasi menurunkan
tertulis khusus hambatan pasien
pada pasien untuk mengingat
untuk rujukan. sejumlah besar
Contohnya informasi.
jadwal obat
keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil
atas.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini diuraikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. M berusia 58 tahun dengan
diagnosa medis Tuberkulosis Paru (TB Paru) diwilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu I, dimulai sejak
tanggal 06 April 2020 sampai tanggal 08 April 2020. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan
secara bertahap diawali dengan pengkajian, perumusan masalah keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan yang disebut sebagai proses keperawatan,
selanjutnya dijabarkan sebagaimana uraian- uraian tersebut dibawah ini:
Pengkajian
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia
Nama : Ny. R
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
21
3.1.3. Riwayat Kesehatan
3.1.3.1 Keluhan Utama: Ny. M mengatakan batuk berdahak selama 1bulan,jika batuk nyeri
3.1.3.2 Riwayat penyakit sekarang: Ny. M mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien
berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu terakhir, klien
datang ke Wilayah Kerja Puskesmas Siak Hulu I pada tanggal 03 April 2020
sekitar 09.00 WIB dibantu oleh keluarganya, pasien terlihat lemas, tampak meringis
kesakitan, Tekanan Darah: 100/80 mmHg, Nadi: 90x/menit, Respirasi: 28X/menit, Suhu:
3.1.3.3 Riwayat Penyakit Dahulu: Ny. M mengatakan sejak 1 bulan terakhir klien mengalami
batuk berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun sejak seminggu
pasien tidak memiliki penyakit lain selain batuk dan tidak pernah dirawat di rumah
sakit.
3.1.3.4 Riwayat Kesehatan Keluarga: tidak ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit menular, keluarga juga menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang
22
3.1.3.5 Genogram
Keterangan :
: perempuan
: pasien
3.1.3.6.2 Aspek psikososial : Suami Ny. M sudah meninggal dan Ny. M hanya ibu rumah
tangga biasa.
23
3.1.4 Pola Kesehatan Fungsional
3.1.4.1 Pola persepsi kesehatan dan manajemen Ny. M tidak tahu tentang penyakit yang
dideritanya, Ny. M menceritakan keluhan yang muncul kepada keluarga. Jika sakit
Ny. M membeli obat di warung dekat rumahnya dan mengatakan sudah sering
1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan bernafas secara normal, tidak mengunakan alat
bantu pernafasan.
2. Saat dikaji Ny. M didapatkan bahwa pernafasan klien meningkat (28 x/i) hal ini
1. Sebelum sakit klien mengatakan makan 3x sehari dan minum > 5 gelas per hari.
2.Saat dikaji sakit Ny. M mengatakan tidak ada nafsu makan sejak seminggu terakhir,
jika Ny. M makan semuanya terasa pahit dan Ny. M merasakan seperti ingin muntah.
1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan BAB 1x dalam sehari dan BAK 4-5 kali sehari.
2. Saat dikaji Ny. M mengatakan tidak mengalami gangguan BAB dan BAK.
1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan setiap pagi hari selalumenyempatkan waktu untuk
2. Saat dikaji Ny. M mengatakan badan terasa sesak nafas dan bawaannya selalu letih.
1. Sebelum sakit Ny. M mengatakan tidur 6-7 jam per hari dan tidur siang tidak ada.
2. Saat dikaji Ny. M mengatakan jika berkomunikasi dengan perawat atau dokter
Saat dikaji Ny. M mengatakan tetap shalat, yang mana sebelum sakit Ny. M selalu
2. Saat dikaji Ny. M mengatakan badannya terasa kurus sekali, terasa kulit pembalut
Kesadaran :
Composmentis
Nadi : 90x/menit
Suhu : 39,2o C
RR : 28 x/menit
BB Sekarang : 45 Kg
3.1.5.2.1 Kepala : Bentuk kepala meschepal, rambut panjang , rambut warna hitam
3.1.5.2.2 Mata : Bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva berwarnamerah muda, sclera
berwarna putih, tidak terdapat oedema, bentuk pupil isokor, reflek pada cahaya
meosis.
3.1.5.2.3 Hidung : Tidak terdapat pernafasan cuping hidung. Bentuk simetris kiri kanan,
25
3.1.5.2.4 Mulut : Terdapat karang gigi, bibir kering, mulut bersih, tidak adagigi palsu.
3.1.5.2.7 Jantung:
5mid clavikula.
suaratambahan
3.1.5.2.8 Paru-Paru
3.1.5.2.9 Abdomen
26
3.1.5.2.10 Ekstremitas :
3.1.5.2.10.1 Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku
20gtt/i
terasa panas saat diraba pada lutut, nyeri tekan pada lutut (+), kekuatan otot normal
(555/555)
6. Vitamin B6 : 2 X 1Tab
27
3.1.7 Data Fokus
Ny. M mengatakan :
perawatan penyakitnya
28
- N: 90 x/menit
- RR: 28x/menit
- S: 39,2o C
- BB Sekarang : 45Kg
3.1.8 Analisa
Analisa Data
penumpukansekret
dengananoreksia
Implementasi dan evaluasi yang dilakukan penulis selama tindakan keperawatan dari tanggal: 06-08 April 2020
A:
- Masalah defisit pengetahuan sudah
teratasi
P :
- Hentikan intervensi
Rabu, 08 Ketidakefektifan 1.1 Mengidentifikasi kemampuan S: Elin Erlina
April 2020 jalan napas batuk - Pasien mengatakan tidak terlalu sesak
berhubungan 1.2 Memantau adanya retensi jika posisi duduk
dengan adanya sputum O:
penumpukan 1.3 Posisikan semif fowler atau - Pasien dalam posisi semifowler
fowler - Pola pernapasan pasien RR : 24 x/mt
1.4 Memberikan minum air hangat A:
1.5 Jelaskan tujuan dan prosedur - Masalah Pola napas tidak efektif
batuk efektif teratasi
P:
- Hentikan intervensi
Rabu, 08 Perubahan nutrisi 2.1 Identifikasi status nutrisi S:
April 2020 kurang dari 2.2 Identifiksi alergi dan - Pasien mengatakan sudah nafsu makan
kebutuhan tubuh intoleransi makanan - Pasien mengatakan merasakan tidak
berhubungan 2.3 Monitor asupan makanan mual lagi
2.4 Berikan makanan tinggi kalori - Pasien mengatakan habis 8 -
tinggi protein 10 sendok makan, biskuit dan buah-
2.5 Anjurkan pasien untuk buahan
menghabiskan porsi makan A :
- Masalah Defisit nutrisi teratasi
sebagian
P :
- Lanjutkan intervensi
- 2.4 Berikan makanan tinggi kalori
tinggi protein
- 2.5 Anjurkan pasien untuk
menghabiskan porsi makan
Rabu, 08 Kurang 3.2. Sediakan materi dan media S:
April 2020 pengetahuan pendidikan - Pasien dan keluarga mengatakan
berhubungan Kesehatan sudah dapat mengerti akan
dengan kurangnya 3.4. Jelaskan faktor resiko penyakitnya
informasi yang dapat - Pasien dan keluarga mampu
memahami informasi yang diberikan
O:
- Pasien dan keluarga terlihat
aktif saat pendkes dan sering
bertanya
- Pasien dan keluaraga terlihat
sudah dapat memahami akan
penyakitnya
A:
- Masalah defisit pengetahuan sudah
P:
- Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Siak Hulu I Kabupaten Kampar dengan diagnosa tuberkulosis paru yang dimulai pada
hari Senen s/d rabu tanggal 06 s/d 08 April 2020, sehingga dapat diketahui sejauh mana
yang penulis pergunakan berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. M selama 3 hari dan melakukan
pengkajian baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapat kesimpulan sebagai
berikut :
1. Dari pengkajian didapatkan data aspek bio : data subjektif meliputi yang ditemukan,
yaitu : klien mengatakan mengeluh batuk berdahak, sesak napas, mual, napsu makan
menurun, Berat badan sebelum sakit 50 Kg, Berat badan selama sakit 45 Kg, bibir
kering, suhu tubuh naik turun. Data objektif : Pasien terlihat lemas, Tekanan darah :
dan
40
3. Perencanaan keperaatan pada kasus Ny. M ini sesuai dengan teori yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya. Penulis menetapkan perencanaan sesuai dengan kondisi dan
keluahan yang dirasakan oeh klien baik saat pengkajian pertama maupun
keperawatan.
4. Impementasi keperawatan yang dilakukan pada kasus Ny. M ini mengacu pada
intervensi yang telah disusun oleh penulis pada asuhan keperawatan kien dengan
oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan
yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan
yang diberikan pada evaluasi yang peneliti lakukan selama 3 hari pada pasien dengan
41
DAFTAR PUSTAKA
42