Disusun oleh :
TANJUNGPINANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dan Asuhan Keperawatan
Pada Pneumonia” dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata
Pelajaran Penyakit Tropis dan Degeneratif . Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang penyakit tropis dan degeneratif bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam studi kasus ini
adalah bagaimana asusuhan keperawatan dengan Pneumonia.
3. Tujuan Penelitisan
a. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada Pneumonia.
b. Tujuan Khusus
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan
benda-benda asing. Pneumonia dapat di kelompokkan menurut agen penyebabnya dimana
pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara. Aspirasi organisme dari
nasofaring atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke
paru melalui saluran pernapasan, masuk ke bronkhiolus dan alveoli lalu menimbulkan reaksi
peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial (Manurung dkk, 2015).
Pneumonia merupakan penyakit pernapasan akut yang menyebabkan perubahan gambaran
radiologis dan penyakit ini dikelompokkan berdasarkan tempat kejadian penularan, karena hal
ini dapat mempengaruhi mikroorganisme patogen sehingga bisa menentukan terapi empiris
yang paling tepat (Kemenkes RI, 2019).
B. Etiologi
Pneumonia dikenal dengan istilah radang paru-paru berkaitan dengan berbagai
mikroorganisme dan dapat menular dari komunitas atau dari rumah sakit (nosocomial). Klien
dapat menghisap bakteri, virus, parasit, atau agen iritan, atau klien dapat menghirup cairan atau
makanan. Klien dapat juga memproduksi banyak mukus dan pengentalan cairan alveolar
sebagai akibat pertukaran gas terganggu. Semua ini dapat mendorong kepada radang jalur udara
bagian bawah. Organisme yang secara umum dikaitkan dengan infeksi meliputi Staphylococcus
aureus, Streptococus pneumonia, Haemophilus influenza, Mycoplasma pneumoniae, Legionella
pneumonia, Chlamydia pneumoniae (parasit), dan Pseudomonas aeruginosa (DiGiulio, Jackson,
dan Keogh, 2014).
Pneumonia bisanya disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah (Riyadi, 2021):
a) Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. influenza, klebsiela
mycoplasmapneumonia).
b) Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza)
c) Jamur atau fungi (Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).
d) Protozoa (Pneumokistis karinti).
e) Bahan kimia (Aspirasi makan atau susu atau isi lambung, keracunan
hidrokarbonsepertiminyak tanah atau bensin).
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring
pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi
atau penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan
taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan
pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia
menunjukan gejala klinis sebagai berikut:
• Batuk
• Sputum produktif
• Sesak nafas
• Ronchi
• Demam tidak stabil
• Leukositosis
• Infiltrat.
Menurut DiGiulio, Jackson, dan Keogh (2018) “tanda dan gejala pneumonia sebagai berikut
Faktor Lingkungan
(udara,bakteri,virus,jamur)
masuk melalui saluran napas atas
Berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak anatomi (Nursalam, 2016) sebagai berikut:
a) Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak
menjalanirawat inap di rumah sakit.
Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama perawatan di
rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik ketika
makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi
dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau
penyebab lain dari pneumonia.
Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi pada
penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus
paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnya.
Pneumonia interstisial proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
G. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi, (Ryusuke,
2017)sebagai berikut :
Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah
dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan
timbul efusi.
Efusi pleura.
Emfisema.
Meningitis.
Abses otak.
Endokarditis.
Osteomielitis
H. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang
Menurut Somantri (2015) “diagnosis studi pneumonia adalah sebagai berikut”:
b. Chest X-ray: teridektifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkial), dapat juga
menunjukkan multipel abses atau infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bakterial), atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pada
pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
c. Analisis gas darah (Analysis Blood Gasses-ABGs) dan Pulse Oximetry: abnormalitas mungkin
tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru
d. Pewarnaan Gram atau Culture Sputum dan Darah: didapatkan dengan needle biopsy, aspirasi
transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan
orgnisme penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti Diplococcus
pneumoniae, Staphylococcuc aureus, A.hemolitic streptococcus, dan Hemophilus influenzae.
e. Periksa Darah Lengkap (Complete Blood Count-CBC): leukositosis biasanya timbul,
meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood count-WBC) rendah pada infeksi virus.
f. Tes Serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
g. LED (laju endapan darah): meningkat
h. Pemeriksaan Fisik Paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan
saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hipoksemia.
I. Penatalaksaan Medis
Menurut DiGiulio, Jackson, dan Keogh (2014), penatalaksanaan medis yang tepat klien
dengan pneumonia sebagai berikut:
Oksigen tambahan diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh. Antibiotik
diberikan untuk orgasme (secara empiris) sampai hasil kultur dahak didapatkan. Klien
mungkin memerlukan bronkodilator untuk membantu membuka jalan udara.
Memberikan oksigen jika diperlukan
Untuk infeksi bakterial, memberikan antibiotik seperti macrolides (azithomycin,
clarithomicyn), fluoroquinolones (levofloxacin, moxifloxacin), beta-lactams (amoxilin atau
clavulanate, cefotaxime, ceftriaxone, cefuroxime axetil, cefpodoxime, ampicillin atau
sulbactam), atau ketolide (telithromycin).
Memberikan antipyrethic jika demam agar klien lebih nyaman : Acitaminophen, ibuprofen
Memberikan bronkodilator untuk menjga jalur udara tetap terbuka, memperkuat aliran udara
jika perlu: Albuterol, metaproteranol, levabuterol via nebulizer atau metered dose inhaler.
Menambah asupan cairan untuk membantu menghilangkan sekresi dan mencegah dehidrasi.
Menjelaskan kepada klien bagaimana menggunakan spinometer insentif untuk mendorong
napas dalam, monitor kemajuan.
J. Cara Penularan
Pada umunya, penularan pneumonia adalah melalui percikan ludah (batuk oleh penderita
lain dan tidak ditutup), kontak langsung melalui mulut atau melalui kontak secara tidak langsung
melalui kontaminasi pada alat makan. Penyebaran infeksi pneumonia ada dua, yaitu :
Melalui aerosol (mikroorganisme yang melayang-layang di udara) yang keluar pada saat
batuk maupun bersin.
Melalui kontak langsung dari benda yang telah tercemar mikroorganisme penyebab
(hand to hand transmission).
Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium dan penelitian lapangan, diperoleh kesimpulan
bahwa sebenarnya kontak hand to hand transmission merupakan penyebab tersering
dibandingkan penularan secara aerosol.
K. PENCEGAHAN
Menurut Kemenkes (2020) pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau
mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan
kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan
pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif,
dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan
gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan
pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini
juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia. (Kementerian
Kesehatan RI, 2020).
Usaha untuk mencegah pneumonia ada 2 menurut Kementerian Kesehatan RI, 2020 yaitu:
a) Pencegahan Non spesifik, yaitu:
Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
Lingkungan yang bersih, bebas polusi
b) Pencegahan Spesifik
1) Cegah BBLR
2) Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang
3) Berikan imunisasi
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Menurut Rizki, 2018, Fokus pengkajian yang dilakukan pada pneumonia dengan gangguan
pertukaran gas adalah sebagai berikut:
1) Identitas klien
2) Keluhan utama : keluhan utama pada pasien pneumonia adalah sesak napas
3) Keadaan kesehatan saat ini : lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara napas tambahan
(ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah, diare).
4) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat
b) Tanda-tanda vital : TD menurun, sesak napas, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,
distress pernapasan, sianosis.
c) Inspeksi: frekuesi irama, kedalaman dan upaya bernapas, seperti takipnea, dipsnea
progresif, pernafasan dangkal.
d) Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.
e) Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan pada paru.
f) Pemeriksaan diagnostik : analisa gas darah, pemeriksaan darah, rontgen thorax.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan masalah
pneumonia:
a) Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan yang ditandai
dengan jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan, dispnea,sianosis, suaranafas tambahan
(ronchi). D.0001.
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kalpier yang
ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispnea saat aktifitas ringan, sianosis. D.0003.
c) Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Nafas. D0005.
d) Defisit Nutrisi Berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan. D0019.
C. Intervensi Keperawatan
3. Pola napas tidak efektif b.d Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
hambatan upaya napas d.d Memonitor adanya sumbatan jalan napas
dispnea Memonitor saturasi oksigen
Mengatur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Diakses pada 2022. Pneumonia. Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to
http://eprints.undip.ac.id/44050/3/M_Reza_Zayinur_R_G2A009010_Bab2KTI.p
Rahayu, S., & Harnanto, A. M. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan :Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia 2.
Rhamadhani, P. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. B Dengan Pneumonia Di Ruang
Rawat Inap Paru Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018.
Rini, Ika Setyo. (2019). Pertolongan pertama gawat darurat. Malang: UB Press Sarfika, R.,
Maisa, E. A., & Freska, W. (2018). Komunikasi Teraupetik dalam Keperawatan.
Padang: Andalas University Press.
Selam, Jahya. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Pneumonia Di Ruang
Cendana Rumah Sakit Bhayangkara Kupang.
Setiati, Alwi, Sudoyo, & Simabrata. (2016). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. In Penyakit
Dalam (6th ed.). Interna Publishing.
CONTOH SOAL KASUS PNOUMONIA
1. Seorang pasien dirawat di rumah sakit selama 5 hari, namun setelah di rawat pasien mengeluh sesak nafas,
badan terasa menggigil, lalu melakukan pemeriksaan foto thorax, dari hasil pemeriksaan ditemukan infiltrat baru atau
progresif. Vital sign: TD: 80/60 mmhg, P: 88 x/i, RR : 24x/i., dan T : 39,5°
C.dari kasus diatas dapat di simpulkan bahwa pasien tersebut menderita?
2. Seorang pasien bernama Tn.M berumur 37 tahun menderita pneumonia onset awal yang di sebabkan oleh
bakteri Strepcococcus Pneumoni, maka dokter memerikan obat cephalosporin generasi ke tiga, berikut adalah obat yang
dimaksud adalah?
3. Seorang pasien berumur 60 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnose penyakit pneumonia nasokomial,
vital sign: TD: 80/60, T: 38,50 C, RR: 26 x/i, P: 84 x/i, dari data tersebut, penatalaksanaan utama yang dilakukan
adalah?
4. Seorang Dokter spesialis paru melakukan tindakan pengobatan kepada pasien nya yang terkena penyakit
pneumonia nasokomial yang bernama Tn. Q berumur 40 tahun, setelah itu dokter dan perawat melakukan penyuluhan
berupa pengetahuan untuk pencegahan pneumonia nasokomial kepada keluarga pasien. Berikut adalah pencegahan dari
penyakit itu adalah?
5. Seorang pasien bernama Tn.O berumur 50 tahun menderita pneumonia nasokomial, dilakukan observasi vital
sign, didapat : TD: 90/60 mmg, T:
38,5°c, P : 84 x/, RR : 24×/i ,sebagai seorang perawat anda harus mengetahu prognosis (factor resiko) dari pasien
tersebut, berikut adalah factor yang akan memperburuk prognosis dari penyakit tersebut adalah?
Jawaban : Umur > 60 tahun, Koma waktu masuk, Syok dan Penyakit yang mendasarina berat, hipotensi