Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PNEUMONIA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas penyakit tropis dan degeneratif

Dosen Pembimbing : Meily Nirnasari, S.Kep, Ns, M.Biomed

Disusun oleh :

Nadya Paramitha 212113022

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PENGETAHUAN HANGTUAH

TANJUNGPINANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dan Asuhan Keperawatan
Pada Pneumonia” dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata
Pelajaran Penyakit Tropis dan Degeneratif . Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang penyakit tropis dan degeneratif bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Tanjungpinang , 11 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................


1. Latar Belakang ..............................................................................................................
2. Rumusan Masalah .........................................................................................................
3. Tujuan Penelitisn ...........................................................................................................
Tujuan Umum ................................................................................................................
Tujuan Khusus ...............................................................................................................
4. Manfaat ..........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ..............................................................................................
1. Konsep Dasar Demam Typoid ......................................................................................
a. Definisi .....................................................................................................................
b. Etiologi ......................................................................................................................
c. Manifestasi Klinis......................................................................................................
d. Patofisiologi...............................................................................................................
e. Pathway......................................................................................................................
f. Klasifikasi .................................................................................................................
g. Komplikasi ................................................................................................................
h. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................
i. Penantalaksanaan ......................................................................................................
j. Cara Penularan ..........................................................................................................
k. Pencegahan ...............................................................................................................
2. Konsep Asuhan Keperawatan .......................................................................................
a. Pengkajian..................................................................................................................
b. Diagnosa Keperawatan dan Diagnosa banding .........................................................
c. Intervensi Keperawatan .............................................................................................
d. Implementasi Keperawatan ......................................................................................
e. Evaluasi Keperawatan .............................................................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................................
1. Kesimpulan.....................................................................................................................
2. Saran ..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Pneumonia ialah peradangan yang kebanyakan mengenai jaringan paru, mencangkup


bronkiolus respiratori, alveoli, dan mengakibatkan tergabungnya jaringan paru (Padila,
2018). Pneumonia merupakan keadaan peradangan akut yang terdapat pada jaringan paru
(bronkiolus dan alveoli paru), pneumonia dapat diakibat oleh viris, jamur dan bakteri
(John Daly, 2020). Pneumonia merupakan terjadinya inflamasi jaringan paru yang
diakibatkan oleh mikroorganisme, meliputi jamur, mikrobakteria, dan virus. (Brunner &
Suddarth, 2021). Bakteri yang menyebabkan pneumonia yaitu Streptococcus pneumonia
yang merupakan flora normal yang ada di tenggorokan manusia yang sehat. Namun
apabila imun dalam tubuh mengalami penurunan disebabkan oleh usia, gangguan
kesehatan, maupun asupan makanan, setelah menginfeksi bakteri tersebut akan
menggandakan diri, yeng menyebabkan timbulnya pneumonia yang cukup serius dan
harus ditangani dengan cepat.
Perluasan infeksi dapat mengalami penyebaran yang cepat kedalam tubuh melalui
pembuluh darah. Tanda dan gejala pada pneumonia biasanya adalah suhu tubuh ≥38°C,
batuk, sputum, peningkatan jumlah angka leukosit, pemeriksaan fisik ditemukan adanya
suara napas bronkial dan ronchi (Brunner & Suddarth, 2021). Pnemonia di dunia angka
kejadian pneumonia pada tahun 2018, didapatkan tingkat rata-rata sebesar lebih dari 1.400
data pneumonia per 100.000 kasus atau 0,014%, itu tandanya kasus per 7 lansia setiap
tahunnya. Angka kejadian terbesar pneumonia terjadi di Asia Selatan dengan 2.500 data
per 100.000 kasus dan Afrika Barat dan Tengah dengan 1.620 data per 100.000 lansia
(UNICEF, 2019). Angka kejadian pneumonia di Indonesia pada tahun 2018 di Indonesia,
didapatkan rata-rata sebanyak 20,06% pada kasus pneumonia (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan uraian tersebut kelompok tertarik untuk membuat makalah dengan
tujuan memahami gambaran judul Asuhan Keperawatan pada Klien Pneumonia secara
lebih mendalam.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam studi kasus ini
adalah bagaimana asusuhan keperawatan dengan Pneumonia.
3. Tujuan Penelitisan
a. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada Pneumonia.
b. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Pneumonia


2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Pneumonia
3. Menyusun Perencanaan keperawatan pada klien Pneumonia
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien Pneumonia
5. Melakukan evaluasai keperawatan pada klien Pneumonia
4. Manfaat
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan studi
kasus, khususnya dalam melakakukan asuhan keperawatan pada Pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR MEDIK
A. DEFINISI

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan
benda-benda asing. Pneumonia dapat di kelompokkan menurut agen penyebabnya dimana
pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di udara. Aspirasi organisme dari
nasofaring atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke
paru melalui saluran pernapasan, masuk ke bronkhiolus dan alveoli lalu menimbulkan reaksi
peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan
interstitial (Manurung dkk, 2015).
Pneumonia merupakan penyakit pernapasan akut yang menyebabkan perubahan gambaran
radiologis dan penyakit ini dikelompokkan berdasarkan tempat kejadian penularan, karena hal
ini dapat mempengaruhi mikroorganisme patogen sehingga bisa menentukan terapi empiris
yang paling tepat (Kemenkes RI, 2019).

B. Etiologi
Pneumonia dikenal dengan istilah radang paru-paru berkaitan dengan berbagai
mikroorganisme dan dapat menular dari komunitas atau dari rumah sakit (nosocomial). Klien
dapat menghisap bakteri, virus, parasit, atau agen iritan, atau klien dapat menghirup cairan atau
makanan. Klien dapat juga memproduksi banyak mukus dan pengentalan cairan alveolar
sebagai akibat pertukaran gas terganggu. Semua ini dapat mendorong kepada radang jalur udara
bagian bawah. Organisme yang secara umum dikaitkan dengan infeksi meliputi Staphylococcus
aureus, Streptococus pneumonia, Haemophilus influenza, Mycoplasma pneumoniae, Legionella
pneumonia, Chlamydia pneumoniae (parasit), dan Pseudomonas aeruginosa (DiGiulio, Jackson,
dan Keogh, 2014).

Pneumonia bisanya disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah (Riyadi, 2021):
a) Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. influenza, klebsiela
mycoplasmapneumonia).
b) Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza)
c) Jamur atau fungi (Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).
d) Protozoa (Pneumokistis karinti).
e) Bahan kimia (Aspirasi makan atau susu atau isi lambung, keracunan
hidrokarbonsepertiminyak tanah atau bensin).
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring
pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi
atau penarikan dinding dada bagian bawah saat bernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan
taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan
pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia
menunjukan gejala klinis sebagai berikut:
• Batuk
• Sputum produktif
• Sesak nafas
• Ronchi
• Demam tidak stabil
• Leukositosis
• Infiltrat.
Menurut DiGiulio, Jackson, dan Keogh (2018) “tanda dan gejala pneumonia sebagai berikut

 Napas pendek karena inflamasi pada paru-paru, pertukaran gas terganggu.


 Kesulitan bernapas (dyspnea) karena inflamasi dan mukus pada paruparu.
 Demam karena proses infeksi.
 Kedinginan karena suhu badan naik.
 Batuk karena produksi mukus dan iritasi jalur udara.
 Terdengar suara serak karena ada cairan di dalam rongga alveolar dan jalur udara yang lebih
kecil.
 Rhonci karena lendir di dalam jalur udara, mendesis karena inflamasi di dalam jalur udara
yang lebih besar.
 Dahak tak berwarna, mungkin bercak darah karena iritasi di jalur udara atau mikroorganisme
menyebabkan infeksi.
 Takikardia dan tachypnea ketika tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen.
 Sakit katika bernapas karena inflamasi pleuritic, efusi pleural, atau atelektasis.
 Sakit kepala, nyeri otot (myalgia), sakit tulang sendi, atau mual dapat terjadi tergantung pada
organisme yang menginfek
D. Patofisiologi

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran


respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadi serbukan fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli.
Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah,
terdapat fibrin dan leukosit di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini
disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal
(Nursalam, 2016).
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke dalam
alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan
debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke lobus yang sama, atau mungkin
ke bagian lain dari paru- paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui saluran limfe
paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami
konsolidasi, maka kapasitas vital dan comliance paru menurun, serta aliran darah yang
mengalami konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi perfusi yang
mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat oleh karena
saturasi oksigen yang menurun dan hipertakipnea. Pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal
nafas (Nursalam, 2016)
E. Pathway

Faktor Lingkungan
(udara,bakteri,virus,jamur)
masuk melalui saluran napas atas

Infeksi dan peradangan

Hiperseksi kelenjar Bau mulut tidak sedap Kontraksi otot polos


mukosa napas saluran
pernapasan
Anoneks
Akumulasi secara
berlebihan Intake kurang Penyempitan saluran
pernapasan
Secara mengental dijalan Defisit Nutrisi
napas
Keletihan otot
pernapasan
Obsrurasi jalan napas
Gangguan penerimaan O2
Dan pengeluaran C02

Dispnea, gas darah


arteri,abnormal,hiperkapnia
,hipaksemia,hipoksia,konfu
Dispnea, fase ekspirasi si,napas,cuping hidung, pola
memanjang, ortopena kapasitas Batuk yang tidak efektif. pernapasan abronomal
paru,pola napas Penurunan bunyi napas Dispnea,gas darah,
normal.taklpnea,hiperlentilasi sputum dalam jumlah yang (kecepatan, irama,
pernafasan sukar. berlebihan, perubahan kedalaman) skosis
pada napas tambahan
(ronci. Wheezing crackies)

Gangguan Pertukaran Pola Nafas Tidak


Gas Efektif
Bersihan Jalan
Nafas Tidak
Efektif
F. Klasifikasi

Berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak anatomi (Nursalam, 2016) sebagai berikut:
a) Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
 Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak
menjalanirawat inap di rumah sakit.
 Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama perawatan di
rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
 Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik ketika
makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi
dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mungkin mengandung bakteri aerobic atau
penyebab lain dari pneumonia.
 Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi pada
penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.

b) Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi

 Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus
paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
 Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnya.
 Pneumonia interstisial proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

G. Komplikasi

Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi, (Ryusuke,
2017)sebagai berikut :

 Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah
dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan
timbul efusi.

 Efusi pleura.
 Emfisema.
 Meningitis.
 Abses otak.
 Endokarditis.
 Osteomielitis
H. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang
Menurut Somantri (2015) “diagnosis studi pneumonia adalah sebagai berikut”:
b. Chest X-ray: teridektifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkial), dapat juga
menunjukkan multipel abses atau infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bakterial), atau penyebaran/extensive nodul infiltrat (sering kali viral), pada
pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
c. Analisis gas darah (Analysis Blood Gasses-ABGs) dan Pulse Oximetry: abnormalitas mungkin
tergantung dari luasnya kerusakan paru-paru
d. Pewarnaan Gram atau Culture Sputum dan Darah: didapatkan dengan needle biopsy, aspirasi
transtrakheal, fiberoptic bronchoscopy, atau biopsi paru-paru terbuka untuk mengeluarkan
orgnisme penyebab. Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti Diplococcus
pneumoniae, Staphylococcuc aureus, A.hemolitic streptococcus, dan Hemophilus influenzae.
e. Periksa Darah Lengkap (Complete Blood Count-CBC): leukositosis biasanya timbul,
meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood count-WBC) rendah pada infeksi virus.
f. Tes Serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik.
g. LED (laju endapan darah): meningkat
h. Pemeriksaan Fisik Paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar): tekanan
saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hipoksemia.
I. Penatalaksaan Medis
Menurut DiGiulio, Jackson, dan Keogh (2014), penatalaksanaan medis yang tepat klien
dengan pneumonia sebagai berikut:
 Oksigen tambahan diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan tubuh. Antibiotik
diberikan untuk orgasme (secara empiris) sampai hasil kultur dahak didapatkan. Klien
mungkin memerlukan bronkodilator untuk membantu membuka jalan udara.
 Memberikan oksigen jika diperlukan
 Untuk infeksi bakterial, memberikan antibiotik seperti macrolides (azithomycin,
clarithomicyn), fluoroquinolones (levofloxacin, moxifloxacin), beta-lactams (amoxilin atau
clavulanate, cefotaxime, ceftriaxone, cefuroxime axetil, cefpodoxime, ampicillin atau
sulbactam), atau ketolide (telithromycin).
 Memberikan antipyrethic jika demam agar klien lebih nyaman : Acitaminophen, ibuprofen
 Memberikan bronkodilator untuk menjga jalur udara tetap terbuka, memperkuat aliran udara
jika perlu: Albuterol, metaproteranol, levabuterol via nebulizer atau metered dose inhaler.
 Menambah asupan cairan untuk membantu menghilangkan sekresi dan mencegah dehidrasi.
 Menjelaskan kepada klien bagaimana menggunakan spinometer insentif untuk mendorong
napas dalam, monitor kemajuan.
J. Cara Penularan
Pada umunya, penularan pneumonia adalah melalui percikan ludah (batuk oleh penderita
lain dan tidak ditutup), kontak langsung melalui mulut atau melalui kontak secara tidak langsung
melalui kontaminasi pada alat makan. Penyebaran infeksi pneumonia ada dua, yaitu :
 Melalui aerosol (mikroorganisme yang melayang-layang di udara) yang keluar pada saat
batuk maupun bersin.
 Melalui kontak langsung dari benda yang telah tercemar mikroorganisme penyebab
(hand to hand transmission).
Dari beberapa penelitian klinik, laboratorium dan penelitian lapangan, diperoleh kesimpulan
bahwa sebenarnya kontak hand to hand transmission merupakan penyebab tersering
dibandingkan penularan secara aerosol.
K. PENCEGAHAN
Menurut Kemenkes (2020) pencegahan pneumonia selain dengan menghindarkan atau
mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, yaitu dengan pendidikan
kesehatan di komunitas, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam hal memanfaatkan
pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan antibiotika yang benar dan efektif,
dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatan
gizi termasuk pemberian ASI eksklusif dan asupan zinc, peningkatan cakupan imunisasi, dan
pengurangan polusi udara didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko. Penelitian terkini
juga menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia. (Kementerian
Kesehatan RI, 2020).
Usaha untuk mencegah pneumonia ada 2 menurut Kementerian Kesehatan RI, 2020 yaitu:
a) Pencegahan Non spesifik, yaitu:
 Meningkatkan derajat sosio-ekonomi
 Lingkungan yang bersih, bebas polusi
b) Pencegahan Spesifik
1) Cegah BBLR
2) Pemberian makanan yang baik/gizi seimbang
3) Berikan imunisasi
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Menurut Rizki, 2018, Fokus pengkajian yang dilakukan pada pneumonia dengan gangguan
pertukaran gas adalah sebagai berikut:
1) Identitas klien
2) Keluhan utama : keluhan utama pada pasien pneumonia adalah sesak napas
3) Keadaan kesehatan saat ini : lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara napas tambahan
(ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah, diare).
4) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat
b) Tanda-tanda vital : TD menurun, sesak napas, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,
distress pernapasan, sianosis.
c) Inspeksi: frekuesi irama, kedalaman dan upaya bernapas, seperti takipnea, dipsnea
progresif, pernafasan dangkal.
d) Auskultasi: suara napas tambahan dan suara paru.
e) Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan pada paru.
f) Pemeriksaan diagnostik : analisa gas darah, pemeriksaan darah, rontgen thorax.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan masalah
pneumonia:
a) Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus berlebihan yang ditandai
dengan jumlah sputum dalam jumlah yang berlebihan, dispnea,sianosis, suaranafas tambahan
(ronchi). D.0001.
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kalpier yang
ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispnea saat aktifitas ringan, sianosis. D.0003.
c) Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Hambatan Upaya Nafas. D0005.
d) Defisit Nutrisi Berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan. D0019.
C. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


KEPERAWATAN (SLKI) (SIKI)
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi  Untuk mengetahui
gas b.d selama 3x24 jam maka Definisi : mengumpulkan dan frekuenasi, irama,
ketidakseimbangan Kriteria hasil: menganalisis data untuk kedalamandan upaya
ventilasi-perfusi d.d 1. Dispnea memastikan kepatenan jalan napas baik atau buruk
pola napas abnormal 2. PCO2 napas dan keefektifan pertukaran  Untuk mengetahui
3. PO2 gas kemampuan batuk
4. Takikardia Observasi  Untuk mengetahui
5. pH arteri  Monitor frekuensi, irama, tambahan saat bernapas
6. Bunyi nafas tambahan kedalaman, dan  Untuk mngetahui adanya
7. Pola nafas abnormal upaya napas sputum
8. Kesadaran  Monitor pola napas (seperti
9. Warna kulit abnormal bradipnea,takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk
efektif
 Monitor adanya
produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Terapi Oksigenasi
Definisi: memberikan tambahan
oksigen untuk mencegah dan
mengatasi kondisi kekurangan
oksigen jaringan.
Observasi
 Monitor kecepatan
aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi
oksigen
 Monitor aliran oksigen
secara periodik dan pastikan
fraksi yang diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis.oksimetri,
analisa gas darah ), jika perlu
 Monitor kemampuan
melepaskan oksigen makan
 Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
 Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
 Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trachea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan
nafas
 Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
 Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengat tingkat
mobilisasi pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
2. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi Latihan Batuk Efektif  Untuk memaksimalkan
tidak efektif b.d sekresi 3x24 jam maka pernafasan Definisi : melatih pasien yang ventilasi
yang tertahan d.d batuk meningkat tidak memiliki kemampuan  Untuk mengetahui
yang tidak efektif Kriteria hasil: batuk efektif untuk adanya suara tambahan
1. Batuk efektif membersihkan laring, trakea,  Untuk memenuhi
2. Sulit bicara dan bronkiolus dari jalan napas kebutuhan oksigen
3. Gelisah atau  Untuk memperbaiki pola
4. Sianosis bendaasing di dalam jalan napas napas
5. Frekuensi nafas Tindakan/ observasi  Untuk mengoptimalkan
6. Pola nafas berubah  ldentifikasi kemampuan batuk pernapasan
 Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
 Monitor input dan output
cairan (mis. Jumlah dan
karateristik
Terapeutik
 Atur posisi semi fowler atau
fowler
 Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat
sputum
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
 Anjurkan tarik napas melalui
hidung selama 4 detik, diahan
selama 2 detik kemudian dari
mulut dengan bibir mecucu
selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3kali
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran jika perlu

Edukasi Fisioterapi Dada


Definisi : Mengajarkan
memobilisasi sekresi napas
melalui perkusi, getaran, dan
drainase postural
Tindakan observasi
ldentifikasi kemampuan pasien
dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
 Persiapan materi dan edukasi
 Jadwalkan waktuyang tepat
untuk memberikan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
dengan pasien dan keluarga
 Berikan kesempatan pasien
dan keluarga untuk
bertanya
Edukasi
 Jelaskan kontraindikasi
fisioterapi dada
 Jelaskan tujuan dan prosedur
fisioterapi dada
 Ajarkan mengeluarkan sekret
melalui pernapasan dalam
 Ajarkan batuk selama dan
setelah prosedur
3. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi  Untuk mengetahui
b.d hambatan upaya 3x24 jam maka Kriteria hasil: Definisi : Mengumpulkan dan frekuenasi, irama,
napas d.d dispnea 1. Dispnea menganalisis data untuk kedalamandan
2. Tekanan ekspirasi memastikan kepatenan jalan upaya napas baik atau
3. Tekanan inspirasi napas dan keefektifan pertukaran buruk
4. Ekskursi dada gas  Untuk mengetahui
5. Kedalaman nafas Observasi Kemampuan
6. Pola nafas berubah  Monitor frekuensi, irama, batuk
kedalaman, dan upaya napas  Untuk mengetahui adanya
 Monitor pola napas (seperti bunyi tambahan saat
bradipnea,takipnea, bernapas
hiperventilasi, Kussmaul,  Untuk mngetahui adanya
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik) sputum
 Monitor kemampuan batuk
efektif
 Monitor adanya produksi
sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil r-ray toraks
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Manajemen Jalan Napas
Definisi : Mengidentifikasi dan
mengelola kepatenan jalan napas
Observasi
 Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,usaha
napas)
 Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling,mengi, weezing,
ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
 Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi
sebelum Penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000
ml hari, jika tidak
kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik. jika perlu
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi, Observasi 1. untuk mengidentifikasi status
maka diharapkan status nutrisi a) Identifikasi status nutrisi nutrisi
(L.03030)membaik. b) Monitor asupan makanan 2. untuk memonitor asupan
Dengan kriteria hasil: c) Monitor berat badan makanan
a) Porsi makanan yang Terapeutik 3. untuk membantu pasien
dihabiskan meningkat a) Berikan makanan tinggi serat memenuhi kebutuhan nutrisinya
b) Diare menurun untuk mencegah konstipasi
c) Berat badan membaik b) Berikan makanan tinggi kalori
d) Indeks Massa Tubuh (IMT) dan tinggi protein
membaik c) Berikan suplemen makanan, jika
e) Nafsu makan membaik perlu
d) Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
e) Berikan makanan sesuai
keinginan, jika memungkinkan
Edukasi
a) Anjurkan orang tua atau keluarga
membantu memberi makan kepada
pasien
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu b) Kolaborasi pemberian
antiemetil sebelum makan, jika
perlu
D. Implementasi
NO DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1. Gangguan pertukaran gas b.d  Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
ketidakseimbangan ventilasi-  Memonitor pola napas
perfusi d.d pola napas  Memonitor kemampuan batuk efektif
abnormal  Mendokumentasikan hasil pemantauan
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Menginformasikan hasil pemantauan,
2. Bersihan jalan napas tidak  Mengidentifikasi kemampuan batuk
efektif b.d sekresi yang  Memonitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
tertahan d.d batuk yang tidak  Mengatur posisi semi fowler atau fowler
efektif  Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Menganjurkan tarik napas melalui hidung selama 4 detik,
diahan selama 2 detik kemudian dari mulut dengan bibir
mecucu selama 8 detik
 Menganjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga
3kali

3. Pola napas tidak efektif b.d  Memonitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
hambatan upaya napas d.d  Memonitor adanya sumbatan jalan napas
dispnea  Memonitor saturasi oksigen
 Mengatur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

4. Deficit nutrisi b.d  mengidentifikasi status nutrisi


peningkatan kebutuhan  memonitor asupan makanan

metabolisme  memonitor berat badan


 memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 memberikan suplemen makanan, jika perlu
E. Evaluasi
Menurut setiadi (2022) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan tahapan
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan terbagi menjadi
dua yaitu
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan
dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus dilaksanakan segra
setelah perencanaan keperawatan telah diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas
intervensi tersebut. Evaluasi formatif harus dilaksanakan terus menerus hingga tujuan yang telah
ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri atas analisis
rencana asuhan keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan
menggunakan from evaluasi. Ditulis dalam catatan perawatan.
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan
perkembangan. Fokus evaluasi sumatif adalah perubahan prilaku atau setatus kesehatan klien
pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna.
Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah teratasi: jika
klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, tujuan tercapai
sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien menunjukan perubahan sebagian dari standar dan
kriteria yang telah ditetapkan, dan tujuan tidak tercapai/ masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.Perumusan
evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif,
objektif, analisis data dan perencanaan.
1) S (subjektif)
Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia
2) O (objektif)
Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
3) A (analisis)
Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data
objektif.
4) P (perencanaan)
Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang
maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ackley,B.J.,Ladwig,G,B., &Makic,M,B.F,(2017) Nursing Diagnosis Handbook, An,Evifence-


Based Guide to Planning Care.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Pneumonia.WebMD. Diakses pada 2022. Pneumonia. NHS.

Diakses pada 2022. Pneumonia. Healthline. Diakses pada 2022. Everything You Need to

Know About Pneumonia.

Herdman,T,H,.&Kamitsuru,S.(2014) Nursing Diagnosis Definitions and Classifications 2015-

2017.10th Ed.Oxford;Wiley Blackwel

http://eprints.undip.ac.id/44050/3/M_Reza_Zayinur_R_G2A009010_Bab2KTI.p

Rahayu, S., & Harnanto, A. M. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan :Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia 2.
Rhamadhani, P. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. B Dengan Pneumonia Di Ruang
Rawat Inap Paru Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018.
Rini, Ika Setyo. (2019). Pertolongan pertama gawat darurat. Malang: UB Press Sarfika, R.,
Maisa, E. A., & Freska, W. (2018). Komunikasi Teraupetik dalam Keperawatan.
Padang: Andalas University Press.
Selam, Jahya. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Pneumonia Di Ruang
Cendana Rumah Sakit Bhayangkara Kupang.
Setiati, Alwi, Sudoyo, & Simabrata. (2016). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. In Penyakit
Dalam (6th ed.). Interna Publishing.
CONTOH SOAL KASUS PNOUMONIA

1. Seorang pasien dirawat di rumah sakit selama 5 hari, namun setelah di rawat pasien mengeluh sesak nafas,
badan terasa menggigil, lalu melakukan pemeriksaan foto thorax, dari hasil pemeriksaan ditemukan infiltrat baru atau
progresif. Vital sign: TD: 80/60 mmhg, P: 88 x/i, RR : 24x/i., dan T : 39,5°
C.dari kasus diatas dapat di simpulkan bahwa pasien tersebut menderita?

Jawaban : Pneumonia nasokomial

2. Seorang pasien bernama Tn.M berumur 37 tahun menderita pneumonia onset awal yang di sebabkan oleh
bakteri Strepcococcus Pneumoni, maka dokter memerikan obat cephalosporin generasi ke tiga, berikut adalah obat yang
dimaksud adalah?

Jawaban : cettriaxone, cetotaxime

3. Seorang pasien berumur 60 tahun dirawat di rumah sakit dengan diagnose penyakit pneumonia nasokomial,
vital sign: TD: 80/60, T: 38,50 C, RR: 26 x/i, P: 84 x/i, dari data tersebut, penatalaksanaan utama yang dilakukan
adalah?

Jawaban : Suplementasi Oksigen

4. Seorang Dokter spesialis paru melakukan tindakan pengobatan kepada pasien nya yang terkena penyakit
pneumonia nasokomial yang bernama Tn. Q berumur 40 tahun, setelah itu dokter dan perawat melakukan penyuluhan
berupa pengetahuan untuk pencegahan pneumonia nasokomial kepada keluarga pasien. Berikut adalah pencegahan dari
penyakit itu adalah?

Jawaban : menjauhi pasien

5. Seorang pasien bernama Tn.O berumur 50 tahun menderita pneumonia nasokomial, dilakukan observasi vital
sign, didapat : TD: 90/60 mmg, T:
38,5°c, P : 84 x/, RR : 24×/i ,sebagai seorang perawat anda harus mengetahu prognosis (factor resiko) dari pasien
tersebut, berikut adalah factor yang akan memperburuk prognosis dari penyakit tersebut adalah?

Jawaban : Umur > 60 tahun, Koma waktu masuk, Syok dan Penyakit yang mendasarina berat, hipotensi

Anda mungkin juga menyukai