Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

Disusun oleh :
1. Dini Martiani
2. Entin Niasari
3. Fanny Fanuridz Haz
4. Karta Atmanagara
5. Mega Fazriatul Nurjanah
6. Ririn Silvia Dewi
7. Vera Fajriah Nurmilah

Dosen Pengempu :
Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


PRODI S1 KEPERAWATAN KELAS NON REGULER
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyusun Makalah Keperawatan Anak tentang “Asuhan
Keparawtan Pneumonia“ ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Makalah ilmiah ini telah disusun oleh kami dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Cirebon, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................................4
B. Rumusan masalah........................................................................................4
C. Tujuan penulisan..........................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................5
1. Konsep Dasar Pneumonia............................................................................5
a. Definisi..................................................................................................5
b. Etiologi..................................................................................................6
c. Klasifikasi.............................................................................................6
d. Patofisiologi..........................................................................................8
e. Manifestasi Klinis ................................................................................9
f. Komplikasi ...........................................................................................10
g. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................10
h. Penatalaksanaan....................................................................................11
2. Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................12
a. Pengkajian.............................................................................................12
b. Diagnosa Keperawatab.........................................................................15
c. Intervensi Keperawatan........................................................................16
d. Implementasi Keperawatan...................................................................24
e. Evaluasi Keperawatan...........................................................................24
3. Tinjauan Kasus............................................................................................25
BAB III : PENUTUPAN..........................................................................................36
A. Kesimpulan..................................................................................................36
B. Saran............................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah bentuk infeksi saluran pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru.
Paru-paru terdiri dari kantung-kantung kecil yang disebut alveoli,yang diisi dengan udara ketika
orang yang sehat bernafas. Ketika seorang individu memiliki pneumonia, alveoli diisi dengan
nanah dan cairan, yang membuat bernapas menyakitkan dan membatasi asupan
oksigen.1Pneumonia merupakan faktor penyebab kematian terbesar pada anak-anak di seluruh
dunia, dengan kasus kematiansebesar 920.136 pada anak-anak di bawah usia 5 tahun (tahun
2015), angka ini menyumbang 16% dari semua kematian anak-anak di bawah lima tahun.
1Kasus pneumonia yang terjadi di Indonesia pada tahun 2017 adalah sebanyak 447.431
balita, dengan angka kejadian tertinggi di Jawa Barat sebanyak 126.936 balita (28,36%).
Pneumonia disebabkan oleh sejumlah agen infeksi, termasuk virus, bakteri, dan jamur.Sebagian
besar anak-anak yang sehat dapat melawan infeksi dengan pertahanan alami mereka, anak-anak
yang sistem kekebalannya terganggu memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia. Sistem
imun seorang anak mungkin dilemahkan oleh kekurangan gizi, terutama pada bayi yang tidak
disusui secara eksklusif.

A. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Pneumonia?
b. Apa Klasifikasi Pneumonia?
c. Bagaimana patofisiologi Pneumonia?
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui tentang Pneumonia
b. Untuk mengetahui factor penyebab Pneumonia
2. Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Dasar Pneumonia


A. Definisi
Pneumonia adalah suatu penyakit sistem pernafasan yang mengalami peradangan
yaitu proses inflamasi yang mengakibatkan edema jaringan interstisial paru dan
ekstravasasi cairan ke alveoli sehingga mengakibatkan hipoksemia (Donna & Marilyn,
2002)
Selain itu berdasarkan sumber lain mengatakan bahwa pneumonia adalah
keradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa
disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium (Sudarsono, 2005)
Menurut sumber lain pneumonia adalah keadaan inflamasi akut yang terdapat
pada parenkim paru (bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini merupakan penyakit
infeksi karena ditimbulkan oleh bakteri, virus, atau jamur (Jonh Dally, 2010)
Jadi kesimpulan definisi dari ketiga sumber yaitu pneumonia adalah suatu
penyakit sistem pernafasan yang mengalami peradangan di bagian parenkim paru
(bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini biasanya dikarenakan oleh bakteri, virus,
ataupun jamur.

B. Etiologi
Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat menular dari
komunitas atau dari rumah sakit (nosocomial). Pasien dapat menghisap bakteri, virus,
parasit, dan agen iritan (Maryy & Donna, 2014).
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu :
a. Bakteri
Bakteri biasanya ditemukan pada pasien dengan usia lanjut. Organisme gram positif
seperti : Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
b. Virus
Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo, virus ini
dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus. Jenis virus pneumonia

5
diantaranya virus influenza, dan adenovirus. Meskipun virus – virus ini menyerang
saaluran pernafasan bagian atas tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia,
terutama pada anak – anak.
c. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan udara
mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumonicitis carini pneumonia ((PCP) biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

C. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ini terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah :
a. Berdasarkan agen penyebab
Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara melalui atmosfer, juga
dapat melalui aspirasi dari nosofaring atau orofaring. Pneumonia baktrerial dibagi
menjadi 3 jenis yaitu:
1) Community Acquired Pneumonia (CAP)
Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat umumnya disebabkan oleh
streptococcus pneumonia dan biasanya menimbulkan pneumonia lobar. Biasanya
pasien mengalami gejala menggigil, serta demam tinggi.
2) Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
Pneumonia yang kejadiannya bermula di Rumah Sakit. Penyakit ini adalah
penyebab kematian yang terbanyak pada pasien di Rumah Sakit. Mikroorganisme
penyebabnya biasanya bakteri gram negative dan stafilokokus.
3) Pneumonia Aspirasi
Pneumonia Aspirasi dapat menyebabkan obstruksi atau tersumbatnya saluran
nafas, pneumonitis oleh bahan kimiawi (asam lambung, enzim, dan pencernaan)
serta infeksi.
b. Berdasarkan area paru yang terkena
1) Pneumonia lobaris
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus baik kanan maupun kiri.

6
2) Bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak – bercak infeksi pada berbagai tempat di paru.
Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan sering terjadi
pada orang tua ataupun bayi.
c. Berdasarkan rentang usia
1) Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan
- Pneumonia berat
Adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan < 60x/menit atau tarikan kuat
dinding dada bagian bawah ke dalam.
- Bukan pneumonia
Tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam.
2) Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan – 5 tahun
- Pneumonia berat
Adanya nafas sesak dan tarikan dinding dada bagian bawah
- Pneumonia
Disertai nafas cepat, usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafasnya 50x/menit.
Untuk usia 1 – 5 tahun frekuensi nafasnya 40x/menit.
- Bukan pneumonia
Batuk pilek biasa tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan
tidak ada nafas cepat.

7
D. Patofisiologi

8
E. Manifestasi Klinis
Menurut amin dan hardhi (2015), tanda dan gejala pneumonia adalah sebagai berikut :
1. Demam, paling sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5
O
C – 40,5 OC bahkan dengan infeksi ringan.
2. Meningitis, yaitu tanda – tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam tiba – tiba dengan disertai sakit kepala , nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher. Adanya tanda kernig dan brudzinski dan akan berkurang saat
suhu turun.
3. Anoreksia merupakan hal umum yang disertai dengan penyakit masa kanak – kanak.
Sering kali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih
besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang
sampai ke tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap
selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyetai
infeksi pernafasan, khususnya karena virus,
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, lubang hidung dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusui pada bayi.
8. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
9. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih
besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan peroral
10. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusui atau makan/minum, atau
memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress
pernapasan berat.

9
F. Komplikasi

Menurut Suzanne dan Brenda (2013), komplikasi pneumonia menyebabkan


hipotensi dan syok, gagal pernapasan, atelektasis, efusi pleura, delirium, superinfeksi dan
adhesi. Beberapa kelompok orang yang lebih beresiko mengalami komplikasi, seperti
lansia dan balita. Sejumlah komplikasi pneumonia yang dapat terjadi adalah:

1. Infeksi aliran darah


Infeksi aliran darah atau bakterimia terjadi akibat adanya bakteri yang masuk ke
dalam aliran darah dan menyebarkan infesi ke organ-organ lain.
2. Abses paru atau paru bernanah
Abses paru dapat ditangani dengan antibiotik, namun terkadang juga membutuhkan
tindakan medis untuk membuang nanahnya.
3. Efusi pleura
Kondisi di mana cairan memenuhi ruang yang menyelimuti paru-paru.

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang pneumonia adalah :
1. Sinar-X mengidentifikasi distribusi structural (missal : lobar, bronchial dapat juga
menyatakan abses)
2. Biopsy paru untuk menetapkan diagnose
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi membantu dalam membedakan diagnose organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru untuk mengetahui paru – paru menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spiometrik static untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
7. Bronkoskop untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

10
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
1. Berikan Oksigen 1-2 L/menit.
2. IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
1) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:
1) Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
2) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

11
II. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan.
1. Anamnesa
a) Identitas pasien
Terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, nama
penanggung jawab, dan lain – lain.
b) Identitas penanggung jawab
Nama ayah dan ibu atau penanggung jawab, usia, pendidikan, pekerjaan sumber
penghasilan, agama, alamat.
c) Identitas Saudara Kandung
Jumlah saudara kandung, hubungan dengan pasien
d) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sesak nafas
e) Riwayat kesehatan sekarang
Pada penderita pneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai
dengan batuk berdahak adanya suara nafas tambahan, pasien biasanya lemah, dan
nafsu makan menurun, kadang disertai dengan diare.
f) Riwayat kesehatan dahulu
Klien sering sakit pernafasan bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak, atau
pertussis serta memiliki faktor pemicu pneumonia misalnya riwayat terpapar asap
rokok, debu, atau polusi dalam jangka panjang.
g) Riwayat Keluarga
Penyakit yang pernah atau yang sedang diderita oleh keluarga (baik
berhubungan/tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien), gambar
genogram dengan ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
h) Riwayat Imunisasi

12
Riwayat imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu
imunisasi).
i) Riwayat Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan Fisik : Berat badan, tinggi badan, waktu tumbuh gigi, jumlah
gigi, pengukuran lingkar lengan atas, pengukuran lingkar kepala.
2. Perkembangan Tiap Tahap : Usia anak saat berguling, duduk, merangkak,
berdiri, berjalan, senyum kepada orang lain pertama kali, bicara pertama kali,
kalimat pertama yang disebutkan dan umur mulai berpakaian tanpa bantuan.
j) Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI
2. Pemberian Susu Formula : Alasan pemberian, jumlah pemberian dan cara
pemberian.
3. Pola Perubahan Nutrisi
k) Riwayat Psikososial
1. Yang mengasuh anak dan alasannya
2. Pembawaan anak secara umum (periang, pemalu, pendiam, dan kebiasaan
menghisap jari, membawa gombal, ngompol)
3. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman, keselamatan anak,
ventilasi, letak barang-barang)
l) Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi : Selera makan anak sebelum sakit dan saat sakit.
2. Cairan : Jenis minuman sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi minum,
kebutuhan cairan dan cara pemenuhan sebelum sakit serta saat sakit.
3. Pola eliminasi : Tempat pembuangan sebelum sakit dan saat sakit, frekuensi,
konsistensi, kesulitan dan obat pencahar yang diberikan sebelum sakit serta
saat sakit.
4. Pola istirahat tidur : Jam tidur anak saat siang dan malam, pola tidur, kebiasaan
sebelum tidur, kesulitan tidur sebelum sakit dan saat sakit.
5. Olahraga : Program olahraga, jenis dan frekuensi, kondisi setelah keluarga
sebelum sakit dan saat sakit.

13
6. Personal hygiene : Mandi (meliputi cara, frekuensi, dan alat mandi), cuci
rambut (Frekuensi dan cara), gunting kuku (Frekuensi dan cara), gosok gigi
(frekuensi dan cara).
7. Aktifitas mobilitas fisik : Kegiatan sehari-hari, pengaturan jadwal harian,
penggunaan alat bantu aktivitas, serta kesulitan pergerakan tubuh ssebelum
sakit dan saat sakit.
8. Rekreasi : Perasaan saat sekolah, waktu luang, perasaan setelah rekreasi, waktu
senggang keluarga dan kegiatan hari libur sebelum sakit dan saat sakit.

2. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
Biasanya pada pasien pneumonia pasien terlihat lemah, pucat, dan sesak nafas
b) Tanda – tanda vital
Didapatkan suhu meningkat (39O-40OC), nadi cepat dan kuat, pernafasan cepat dan
dangkal
c) Sistem pernafasan
Terdapat sekret, pernafasan cuping hidung dan dangkal. Ada tarikan dinding dada,
suara nafas ronchi dan wheezing.
d) Sistem pencernaan
Klien biasanya pucat, sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat.
Bising usus (+), lembek/kembung/tegang, distensi abdomen
e) Sistem integument
Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor kulit jelek, CRT > 2
f) Sistem saraf
Kaji tingkat kesadaran, ditemukan adanya sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat, jika dikaji pada mata biasanya konjungtiva anemis, dan
sclera ikterik.
g) Sistem kardiovaskuler
Denyut nadi perifer melemah, bila terjadi komplikasi , maka akan terdengar suara
tambahan
h) Sistem endokrin

14
Kaji adanya pembesaran limfe atau tidak. Kaji terjadinya pembesaran kelenjar
tyroid, palpitasi, europati, dan netrinopati.

i) Sistem genitourinaria
Pengukuran volume ouput urine berhubungan dengan intake cairan,klien sering
mengalami penurunan produksi urine akibat perpindahan cairan melalui proses
evaporasi karena demam.
j) Sistem musculoskeletal
Klien tampak lemah, penurunan aktifitas, sianosis oada ujung jari dan kaki, akral
hangat.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, sebagai akibat
dari masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan pada klien dengan Pneumonia
menurut Anisa (2019) adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi alveoli
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
darah
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan
anak
8. Resiko tumbuh kembang berhubungan dengan hospitalisasi

15
16
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnose keperawatan SLKI SIKI

1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan intervensi Latihan Batuk Efektif
O
efektif b.d sekresi yang selama 3 jam, maka Bersihan
Identifikasi kemampuan batuk
tertahan d.d batuk tidak Jalan Napas Meningkat, dengan Monitor adanya retensi sputum
efektif. kriteria hasil : Monitor dada dan gejala infeksi saluran nafas
Monitor input dan output cairanT
Batuk efektif meningkat Atur posisi semi Fowler atau Fowler
Produksi sputum menurun Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
Buang sekret pada tempat sputum
Dispnea menurun E
Frekuensi napas normal 12-20 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
kali/menit detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari
Pola napas membaik mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat langsungsetelah tarik
nafas dalam yang ke-3
K
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu.Manajemen Jalan Nafas
O
Monitor pola nafas
Monitor bunyi nafas tambahan
Monitor sputum

17
T
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tiltdan
chin-lift(jaw-thrustjika dicurigai trauma servikal)
Posisikan semi-fowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigensi sebelum penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep
McGlll
Berikan oksigen
E
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
Ajarkan teknik batuk efektif
K
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu.
2. Defisit nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
psikologis (keengganan selama 2 jam, maka defisit O
untuk makan) nutrisi membaik, dengan Identifikasi status nutrisi
kriteria hasil : Identifikasi alergi dan intoleransi makan
Porsi makan yang dihabiskan Identifikasi makanan yang disukai
meningkat Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Pengetahuan tentang pilihan Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
makanan yang sehat meningkat Monitor asupan makanan

18
Frekuensi makan membaik Monitor berat badanMonitor hasil pemeriksaan
Nafsu makan membaik laboratorium
T
Lakukan oral hygienesebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
E
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
K
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
3. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen energi
ketidakseimbangan antara selama 2 jam , maka toleransi O
suplai dan kebutuhan aktivitas meningkat, dengan Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
oksigen d.d merasa lemah. kriteria hasil : mengakibatkkan kelemahan
Kemudahan dalam melakukan Monitor kelemahan fisik dan emosional
aktivitas sehari-hari meningkat Monitor pola dan jam tidur

19
Dispnea saat setelah aktivitas Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
menurun melakukan aktivitas
Perasaan lemah menurun T
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Frekuensi napas normal 12-20
Lakukan rentang gerak pasif/aktif
x/menit
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
E
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
K
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4. Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan intervensi Pemantauan respirasi
ketidakseimbangan ventilasi- selama 3 jam , maka pertukaran O
perfusi gas meningkat, dengan kriteria Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
hasil : Monitor pola napas
Dispnea menurun Monitoe kemampuan batuk efektif
Bunyi napas tambahan Monitor adanya produksi sputum

20
menurun Monitor adanya sumbatan jalan napas
Gelisah menurun Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Pola napas membaik Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasioksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray torax
T
Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
Dokumentasian hasil pemantauan
E
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
5. Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia
penyakit selama 3 jam , maka O
termoregulasi membaik, dengan Identifikasi penyebab hipertermia
kriteria hasil : Monitor suhu tubuh
Menggigil menurun Monitor kadar elektrolit
Pucat menurun Monitor haluaran urine
Suhu tubuh normal 36,5 °C- Monitor komplikasi akibat hipertermia
37,5 °C

21
Suhu kulit membaik
T
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipas permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari jikamengalami hyperhidrosis
Lakukan pendinginan eksternal
Hindari pemberian antipiretik atau aspirinBerikan
oksigen jika perlu
E
Ajarkan tirah baring
K
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
jika perlu.
6. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi O
pencedera fisiologis selama 3 jam , maka tingkat Identifikasi lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi,
nyeri menurun, dengan kriteria kualitas, intensitas nyeri
hasil : Identifikasi skala nyeri
Keluhan nyeri menurun Identifikasi respons nyeri non verbal
Meringis menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan

22
Sikap protektif menurun memperingan nyeri
Gelisah menurun Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Frekuensi nadi membaik Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetic
T
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
E
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkaan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
K
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

23
7. Defisit Pengetahuan b.d Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan
kurang terpapar informasi selama 3 jam , maka tingkat O
d.d menanyakan masalah pengetahuan meningkat, dengan Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
yang dihadapi kriteria hasil :Kriteria informasi
Hasil :Perilaku sesuai anjuran T
meningkat Sediakan materi dan media pendidikan tentang
Kemampuan menjelaskan penyakit
pengetahuan tentang penyakit Pneumonia
yang di derita meningkat Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Pertanyaan tentang masalah Berikan kesempatan untuk bertanya
yang dihadapi menurun E
Persepsi yang keliru terhadap Jelaskan pengertian penyakit pneumonia, penyebab
penyakit menurun dan cara pengobatannya.

24
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan, intervensi dan implementasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan
(Nursalam, 2013)

25
B. TINJAUAN KASUS
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : An Z
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 18 Desember 2020
Tanggal Masuk RS : 16 Juni 2021
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2021
Diagnosa Medis : Pneumonia
2. Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. D
Umur : 30 Tahun
Alamat : Indramayu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Ayah : Tn. F
Umur : 33 Tahun
Alamat : Indramayu
Pekerjaan : Karyawan Swasta

B. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan bahwa anak mengalami batuk-batuk dan sesak nafas
C. Riwayat kesehatan Sekarang
Keluarga mengatakan, awal masuk rumah sakit karena An. Z mengalami
batuk-batuk, sesak nafas, disertai demam. Setelah dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital, didapatkan hasil Suhu : 380C Frekuensi Nadi :
110x/menit, Respirasi : 61x/menit SPO2 : 95%
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pada saat An. R. F berusia satu bulan, ia
pernah dirawat dirumah sakit karena demam, batuk, pilek dan kejang.
E. Riwayat Keluarga
Tidak ada dalam keluarga yang memiliki riwayat penyakit menurun
maupun menular
F. Riwayat Imunisasi
Status imunisasi dasar belum lengkap, An. Z baru mendapatkan imunisasi
HB 0, Polio, dan BCG
G. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
riwayat prenatal Ibu An.Z melakukan pemeriksaan kehamilan di
Puskesmas Indramayu sebanyak lima kali. Pada masa kehamilan, sakit
yang biasa dirasakan ibu mual dan sakit kepala serta cepat lelah. Riwayat
intranatal Ibu bersalin di Poned Indramayu dengan usia kehamilan 38
minggu dan ditolong oleh bidan dengan jenis persalinan spontan. Saat ibu
melahirkan, bayi langsung menangis dengan berat badan bayi 2800 gram
dan kulit berwarna merah. Riwayat postnatal An.Z mendapat ASI sampai
dengan usia 2 bulan, dan pada usia 3 bulan bayi sudah mendapatkan susu
formula.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Composmentis
2. Keadaan Umum : Baik
3. Tanda-tanda Vital : N : 110x/menit, R : 61x/menit, S : 380C SPO2 :
95%
4. Berat Badan : 7200 gram
5. Panjang Badan : 64 cm
6. Kepala : bentuk kepala bulat, tidak ada kelainan bentuk,
tidak ada benjolan, kulit kepala bersih, rambut
hiatam dan tebal
7. Mata : mata simetris, konjungtiva anemis, mata bersih,
mata bisa berkedip, sklera tidak ikterik, pupil
isokor, reflek cahaya baik bereaksi terhadap
cahaya
8. Hidung : hidung bersih, terdapat pernapasan cuping hidung

27
9. Mulut : mukosa bibir kering, reflek menelan baik, mulut
tampak bersih
10. Telinga : telinga simetris, telinga bersih
11. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat
benjolan
12. Trorax : bentuk dada simetris, terdapat suara ronchi pada
paru kanan, terdapat retraksi dinding dada
13. Abdomen : Bentuk abdomen simetris, tidak terdapat benjolan
maupun massa, bising usus 36x/menit, tidak
terdapat mual dan muntah
14. Sistem pencernaan : Normal, sudah BAB dan BAK, tidak ada Diare
15. Ekstremitas : Tidak ada fraktur, pergerakan sendi bebas, tidak
ada oedem baik ekstremitas atas maupun bawah
16. Kulit : Normal, turgor kulit baik, akral hangat.
17. Genetalia : Area genetalia bersih, tidak ada kelainan bentuk,
tidak terpacsang DC ataupun kteter urine

I. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan Hasil
17-06-2021 Hemoglobin 12.0 g/dL
Eritrosit 5.60 10^6/uL
Hematokrit 39.9%
Monosit 10.8%
Neutrofil 3.2510^3/uL
Limfosit 7.79 10^3/uL
Trombosit 276 10^3/uL

J. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperplasia
dinding jalan nafas ditandai dengan batuk tidak efektif, sputum
berlebih, dan Wheezing.
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

28
K. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan SDKI Tujuan dan Kriteria dan Hasil Intervensi Keperawatan SIKI
SLKI
Dx1 : pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi selama Terapi Oksigen
1x24 jam diharapkan pola napas Observasi :
Penyebab
menjadi efektif dengan kriteria hasil : a. Monitor kecepatan O2
1. Depresi pusat pernapasan
Pola Napas : b. Monitor adanya produksi sputum
2. Hambatan upaya napas (mis. Nyeri
a. Dispnea dari skala 2 (cukup c. Monitor efektifitas terapi O2
saat bernapas, kelemahan otot
meningkat) menjadi 4 (cukup d. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
pernapasan)
menurun) e. Auskultasi bunyi napas
3. Deformitas dinding dada
b. Tekanan ekspirasi dari f. Monitor saturasi oksigen
4. Deformitas tulang dada
tekanan 2 (cukup menurun) Terapeutik :
5. Gangguan neuromuskular
menjadi 4 (cukup meningkat) a. Atur interval pemantauan
6. Gangguan neurologis (mis.
c. Tekanan inspirasi dari skala 2 respirasi sesuai kondisi pasien
Elektroensefalogram [EEG] Positif,
(cukup menurun) menjadi 4 b. Dokumentasi hasil pemantauan
cedera kepala, gangguan kejang)
(cukup meningkat) Edukasi :
7. Imaturitas neurologis
d. Pemanjangan fase ekspirasi a. Jelaskan tujuan dan prosedur
8. Penurunan energi
dari skala 2 (cukup pemantauan
9. Obesitas
meningkat) menjadi 4 (cukup b. Informasi hasil pemantauan
10. Posisi tubuh yang menghambat
menurun) Kolaborasi :
ekspansi paru
e. Frekuensi napas dari skala 3 a. Kolaborasi penentuan dosis O2
11. Sindrom hipoventilasi
(sedang) menjadi 5 b. Kolaborasi penggunaan O2 saat
12. Kerusakan inervasi diafragma
(membaik) aktivitas dan tidur
(kerusakan saraf C5 keatas)
13. Cedera pada medula spinalis
14. Efek agen farmakologis
15. Kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan
2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal (mis,
takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul,
cheyne-stokes)
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Eksursi dada berubah

Dx2 Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
Penyebab selama Observasi :

30
Fisiologis : 1x24 jam a. Monitor pola napas (frekuensi,
1. Spasme jalan napas diharapkan kedalam, usaha napas)
2. Hipersekresi jalan napas bersihan jalan b. Monitor bunyi napas tambahan
3. Disfungsi neuromuskuler napas menjadi efektif (mis. Gurgling, mengi,
4. Benda asing dalam jalan napas dengan kriteria wheezing, ronkhi kering)
5. Adanya jalan napas buatan hasil c. Monitor sputum (jumlah, warna,
6. Sekresi yang tertelan : aroma)
7. Hiperplasia dinding jalan napas Bersihan Jalan Napas : Terapeutik :
8. Proses infeksi a.Batuk efektif dari skala 2 (cukup a. Posisikan semi fowler atau fowler
9. Respon alergi menurun) menjadi 4 (cukup b. Berikan minuman hangat
10. Efek agen farmakologis (mis. meningkat) c. Lakukan fisioterapi dada jika
Anastesi) b.Produksi sputum dari skala 3 perlu
Situasional : (sedang) menjadi 5 (menurun) d. Berikan oksigen
1. Merokok Aktif c.Dispnea dari skala 2 (cukup Edukasi :
2. Merokok Pasif meningkat) menjadi 4 (cukup a. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
3. Terpajan Polutan menurun) b. Ajarkan teknik batuk efektif
Gejala dan Tanda Mayor d.Frekuensi napas dari skala 3 Kolaborasi :
Subjektif : (sedang) menjadi 5 (membaik) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Tidak Tersedia e.Pola napas dari skala skala 3 ekspektoran, mukolitik
Objektif : (sedang) menjadi 5 (membaik)
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, Wheezing dan/ronkhi
kering
5. Mekonium dijalan napas (pada
neonatus)
Gejala dan Tanda Minor

31
Subjektif :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas beubah
5. Pola napas berubah
Dx3 Hipertermi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia :
Penyebab keperawatan selama 3 x 24 jam a. Monitor suhu tubuh.
1. Dehidrasi diharapkan termoregulasi membaik, b. Sediakan lingkungan yang dingin.
2. Terpapar lingkungan panas dengan kriteria hasil : c. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
3. Proses penyakit 1. Menggigil menurun. d. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Ketidaksesuaian pakaian 2. Kulit merah menurun. e. Berikan cairan oral.
dengan suhu lingkungan 3. Pucat menurun. f. Anjurkan tirah baring.
5. Peningkatan laju metabolisme 4. Suhu tubuh membaik. g. Kolaborasi pemberian cairan dan
6. Respon trauma 5. Suhu kulit membaik. elektrolit intravena.
7. Aktivitas berlebihan 6. Tekanan darah membaik Regulasi Temperatur :
a. Monitor tekanan darah, frekuensi
8. Penggunaan inkubator
pernafasan dan nadi.
Gejala dan Tanda Mayor
b. Monitor suhu tubuh anak tiap dua
Subjektif
jam, jika perlu.
Tidak tersedia c. Monitor warna dan suhu kulit.
Objektif : d. Tingkatkan asupan cairan dan
Suhu tubuh diatas nilai normal nutrisi yang adekuat.
Gejala dan Tanda Minor e. Kolaborasi pemberan antipiretik,
Subjektif jika perlu.

32
Tidak tersedia
Objektif :
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

L. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Diagnosa Tujuan Khusus Implementasi Evaluasi


Keperawatan
17-6-2021 Pola Nafas Tidak Setelah Pola Napas : - Memonitor kecepatan S : Pasien mengatakan
a. Dispnea dari
Efektif dilakukan O2 sesak sedikit berkurang
skala 2 (cukup
intervensi meningkat) - Memonitor adanya
menjadi 4 (cukup O : sesak berkurang,
selama 1x24 jam produksi sputum
menurun)
diharapkan pola b. Tekanan ekspirasi - Memonitor saturasi terpasang oksigen ,
dari tekanan 2

33
napas menjadi (cukup menurun) oksigen produksi sputum (-),
menjadi 4 (cukup
efektif - Memonitor efektifitas Ttv :
meningkat)
c. Tekanan inspirasi terapi O2 Spo2 : 99
dari skala 2
- Memonitor tanda-tanda
(cukup menurun)
menjadi 4 (cukup hiperventilasi A : Resiko pol napas
meningkat)
- Mengauskultasi bunyi efektif
d. Pemanjangan fase
ekspirasi dari napas
skala 2 (cukup P : - monitor kecepatan
meningkat)
menjadi 4 (cukup O2
menurun) - monitor adanya
e. Frekuensi napas
dari skala 3 produksi sputum
(sedang) menjadi - monitor saturasi
5 (membaik)
oksigen

17-6-2021 Bersihan jalan Setelah Bersihan Jalan a. Memonitor pola napas S : pasien mengatakan
dilakukan Napas : (frekuensi, kedalam,
nafas tidak efektif seperti ada dahak dileher
intervensi a.Batuk efektif dari usaha napas)
selama skala 2 (cukup b. Memonitor bunyi
1x24 jam menurun) menjadi napas tambahan (mis. O : respirasi : 16 x/mnt
Diharapkan 4 (cukup Gurgling, mengi,
bersihan jalan meningkat) wheezing, ronkhi Tidak ada suara napas
napas menjadi b. Produksi kering)

34
efektif sputum dari c. Memonito tambahan, terdapat spitum
skala 3 sputum(jumlah, warna,
dengan warna hijau kental
(sedang) menjadi 5 aroma)
(menurun) d. Memberikan minuman dan tidak berbau
c. Dispnea dari skala hangat
fisioteraphy dada telah
2 (cukup e. Melakukan fisioterapi
meningkat) dada jika perlu dilakukan.
menjadi 4 (cukup
menurun)
d. Frekuensi napas A :. Resiko Bersihan jalan
dari skala 3 nafas tidak efektif
(sedang) menjadi 5
(membaik)
e. Pola napas dari P : Memonitor pola napas
skala skala 3 (frekuensi, kedalam,
(sedang) menjadi 5 usaha napas)
(membaik) - Memonitor bunyi
napas tambahan
(mis. Gurgling,
mengi, wheezing,
ronkhi kering)
- Memonitor
sputum(jumlah, warna,
aroma)
- Memberikan minuman
hangat
a. Melakukan
fisioterapi dada jika

35
perlu

17-6-2021 Hipertermi Setelah 1. Menggigil - Memonitor suhu tubuh. S : pasien mengatakan


menurun. - melonggarkan atau
dilakukan lepaskan pakaian. demam berkurang
2. Kulit merah
asuhan menurun.
3. Pucat menurun. Regulasi Temperatur :
keperawatan O : Suhu : 36,8 C
4. Suhu tubuh
selama 3 x 24 membaik. - Memonitor tekanan Respirasi 16 x/mnt
5. Suhu kulit darah, frekuensi
jam diharapkan pernafasan dan nadi. Nadi 78 x/mnt
membaik.
termoregulasi 6. Tekanan darah - Memonitor suhu tubuh Spo2 : 99
anak tiap dua jam, jika
membaik Warna kulit coklat
membaik perlu.
- Memonitor warna dan A : Resiko Hipertermi
suhu kulit.
P : Memonitor tekanan
darah, frekuensi pernafasan
dan nadi.
Memonitor suhu tubuh
anak tiap dua jam, jika
perlu.
Memonitor warna dan suhu
kulit.

36
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumonia disebabkan oleh sejumlah agen infeksi, termasuk virus, bakteri, dan
jamur. Sebagian besar anak-anak yang sehat dapat melawan infeksi dengan
pertahanan alami mereka, anak-anak yang sistem kekebalannya terganggu
memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia. Sistem imun seorang anak
mungkin dilemahkan oleh kekurangan gizi, terutama pada bayi yang tidak disusui
secara eksklusif. Jadi kesimpulan definisinya yaitu pneumonia adalah suatu
penyakit sistem pernafasan yang mengalami peradangan di bagian parenkim paru
(bronkiolus dan alveoli paru), penyakit ini biasanya dikarenakan oleh bakteri,
virus, ataupun jamur.

B. SARAN
Kepada tenaga kesehatan untuk memahami faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada balita, dengan mengedukasi kepada orang tua
balita tentang pemenuhan gizi yang baik, manfaatp emberian ASI eksklusif dan
makanan pendamping ASI, pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap, serta
lingkungan rumah yang memenuhi syarat, sebagai pencegahan untuk mengurangi
jumlah penderita danmenurunkan angka kematian pneumonia pada balita.

37
DAFTAR PUSTAKA
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:eiIICmaymyoJ:repository.pkr.ac.id/1171/1/SLAMET-
KTI.pdf+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id (diaksees pada tanggal 17/6/2021)

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:ix8ql6k5nhMJ:repository.poltekkesdenpasar.ac.id/4461/3/BAB%2520II
%2520Tinjauan%2520Pustaka.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id (diaksees pada
tanggal 17/6/2021)

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:PVzjaVclk7UJ:eprints.poltekkesjogja.ac.id/2082/2/KTI
%2520Wara.docx+&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id (diaksees pada tanggal 17/6/2021)

M.Bachrudin, Moh.Najib. Keperawatan Medikal Bedah 2016. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. ISBN : 12120

38

Anda mungkin juga menyukai