Anda di halaman 1dari 19

KONSEP TEORI DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PNEUMONIA PADA ANAK

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Keperawatan Anak

Oleh :

1) Putri Sinta Hasanah (201802088)


2) Ria Kurnia Fitri (201802089)
3) Ridho Frediansyah (201802090)
4) Rizal Saputra (201802091)
5) Seni Catur Puspa (201802092)
6) Tri Wulandari (201802093)
7) Umi Rosihatun Hima (201802094)
8) Wahyu Andika (201802095)
9) Wahyu Shekry Armando (201802096)
10) Yuli Widia Sari (201802097)
11) Yulinar Mashuri (201802099)
12) Ni Kadek Andani Sumantri (201802100)
13) Yunita Ayu Puspitas Sari (201802101)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BANYUWANGI

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, serta taufik, dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Teori dan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia Pada Anak” untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperwatan anak. Kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Serta kami ucapkan terimakasih pula
kepada para pembaca yang bersedia memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan,
untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran serta usulan demi perbaikan di makalah
yang akan datang.

Banyuwangi, 13 Mei 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………..... i

Kata Pengantar ……………………………………………………………………......... ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………………….. iii

BAB I Pendahuluan……………………………………………………………......…… 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………… 1


1.2 Tujuan Umum dan Khusus…………………………………………………………. 2

BAB II Konsep Teori …………………………………………………………………… 3

2.1 Definisi Pneumonia …………………………………………………………………. 3


2.2 Klasifikasi Pneumonia ………………………………………………………………. 3
2.3 Etiologi Penumonia …………………………………………………………………. 5
2.4 Pathway ……………………………………………………………………………... 6
2.5 Manifestasi Klinis ……………………………………………………………………. 6
2.6 Pemeriksaan penunjang …………………………………………………………….. 7
2.7 Komplikasi ………………………………………………………………………….. 8
2.8 Penatalaksanaan ……………………………………………………………………. 8

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan ………………………………………………… 10

3.1 Pengkajian ………………………………………………………………………...... 10


3.2 Diagnosa …………………………………………………………………………..... 12

BAB IV Kesimpulan dan Saran ………………………………………………………... 12

4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………… 13

4.2 Saran ……………………………………………………………………………… 13

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 14

iii
iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya
bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan
penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran
pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar
orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat
rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang
kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah
menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius
yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78)

Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA


(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan
agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan
penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program
P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia : usia dibawah 2 bulan
(Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia). Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2
bulan – Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia
mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan
frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold),
pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit
yang tercakup dalam program ini.

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi,


tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-
negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per
tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

1
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka
kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan
kepadatan pada bagian paru.

Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu,
penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen.
Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau
mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah
streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus
misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78).

1.2 Tujuan Umum dan Khusus


1. Agar pembaca mengetahui definisi dari pneumonia pada anak.
2. Agar pembaca mengetahui klasifikasi dari pneumonia.
3. Agar pembaca mengetahui etiologi pneumonia pada anak.
4. Agar pembaca mengetahui pathway pneumonia pada anak.
5. Agar pembaca mengetahui manifestasi klinis pneumonia pada anak.
6. Agar pembaca mengetahui pemeriksaan diagnostik yang digunakan pada pneumonia
pada anak.
7. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada pneumonia pada
anak.
8. Agar pembaca dapat mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan pada
pneumonia yang terjadi pada anak.

2
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
lobaris, pneumonia interstiasialis dan  bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu
infeksi. ( S. A. Frice. 2005, Hal 804).

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan
kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia
radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam
minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia
terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian
substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia
lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal  76-78).

2.2 Klasifikasi Pneumonia


1. Pneumonia Bakteri/Tipikal
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari
bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang
terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit
pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan
tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak
paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun
seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru
kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,

3
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan
infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena
infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan
pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus
dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya
klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi
influenza. Pneumonia Atipikal, disebabkan mycoplasma, legionella, dan
chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
2. Pneumonia Akibat Virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri
hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa
menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat
virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri
otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk
lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya
bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda
terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna
hijau atau merah tua  (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
3. Pneumonia Bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru.
Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada
bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh
dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu
menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi
terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala
konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super
infeksi) dan sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar

4
penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka
macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-
814).

2.3 Etiologi Pneumonia

Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae.


Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia
yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466).

 Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter.


 Virus: virus influenza, adenovirus.
 Micoplasma pneumonia.

5
2.4 Pathway

2.5 Manifestasi Klinis

Secara umum dapat dibagi menjadi :

a) Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5°C sampai
40,5°C).
b) Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45
kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger,

6
merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c) Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronki.
d) Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas
tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura
(nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura
lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada
pneumonia lobus kanan bawah).
e) Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura
pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan pneumonia :

a. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat


juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul
(lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA/nadi  oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil  biosi jarum,
aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum
meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos,
hemophlus influenza : CMV.  Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia sementara.

7
d. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu
dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
f. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia).
g. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah.
h. Bilirubin : Mungkin meningkat.
i. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra
nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik.
2.7 Komplikasi
 Abses kulit.
 Abses jaringan lunak.
 Otitis media.
 Sinusitis.
 Meningitis pururental.
 Perikarditis dan epiglotis kadang ditemukan pada infeksi H. Influenza Tipe B.
2.8 Penatalaksanaan
a) Oksigen 1-2 L / menit.
b) IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose
10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai
dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c) Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
d) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transpormukosilier.
e) Koreksi gangguan keseimbangan asam – basa dan elektrolit.
f) Untuk kasus pneumonia komuniti base:
 Ampicilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian.

8
 Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian.
g) Untuk kasus pneumonia hospital base :
 Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
 Amikasim 10 – 15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
b. Alasan MRS
Keluhan utama : Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala, dan kelemahan.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak
yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap
makanan, debu, TB dan riwayat merokok.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB,
Asthma, ISPA dan lain-lain.
f. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, biasanya orang tua menganggap
anaknya benar-benar sakit jika anak sudah mengalami sesak nafas.
g. Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf pusat), mual
dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikroorganisme).
h. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
melalui proses evaporasi karena demam.
i. Pola tidur dan istirahat

10
Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak nafas, sering menguap
serta kadang menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan.
j. Pola aktivitas
Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak kelelmahan fisik.
Anak lebih suka digendong dan bedrest.
k. Pola hubungan dan peran
Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak diam dan selalu bersama
orang tuanya.
l. Pola persepsi dan konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak suka
bermain, ketakutan.
m. Pola sensori dan kognitif
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat
akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.
n. Pola reproduksi seksual
Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah puberta mungkin
tergangguan menstruasi.
o. Pola penanggulangan stress
Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah anak menangis, kalau sudah
remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung.
p. Pola tata nilai dan keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapat
sumber kesembuhan dari Tuhan Yang Maha Esa.
q. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
 Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas.
 Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolent.
 Tanda-tanda vital :
- TD : hipertensi.
- Nadi : takikardi.
- RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal.

11
- Suhu : hipertermi.
 Kepala : tidak ada kelainan.
 Mata : konjungtiva biasanya anemis.
 Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung.
 Paru-paru :
- Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi
paru, ada penggunaan otot bantu nafas.
- Palpasi : adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada daerah yang
terkena.
- Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani.
- Auskultasi : bisa terdengar ronki.
 Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada
kelemahan.
 Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran
pernafasan akibat peningkatan mukus yang berlebih.
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru yang menurun.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar
kapiler oleh adanya edema alveoli.
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum.
5) Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan.
6) Ansietas pada (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kondisi anak.
7) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebihan terhadap evaporasi yang berlebih.
8) Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat sekunder terhadap anoreksia, peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.

12
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam
nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang
mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung,
diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak
antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat
dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan
karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah
orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.

4.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kami berharap agar pihak pembaca terutama
masyarakat awam mampu mengetahui apa itu pneumonia sampai bagaimana cara
penanganan pneumonia yang benar dan dapat menambahkan pengetahuan tentang
pneumonia.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-mustofakam-6696-2-babii.pdf
Gabs, G. 2010. Askep Anak Pneumonia. (http://gardengab.com/, diakses tanggal 19 Mei
2020).
Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
Mansjoer, Arif., Suprohaita, Wardhani, W.A., dan Setiowulan, wiwiek │Eds.│. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Auscalapius.
Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4.
EGC : Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai