Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA PADA ANAK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak
Oleh Kelompok 8
RESKIANA / 12020016
RISMAWATI / 12020018

INTITUSI KESEHATAN DAN BISNIS


KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawtan
Pneumonia Pada Anak” dapat selesai dengan tepat waktu

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak”
selain itu tugas ini bertujuan untuk menambah wawasan penulis tentang
Pneomonia pada anak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu “Bestfy Anitasari,


S.Kep.,M.Kep,Sp.Mat” telah memberikan tugas ini dan kami juga mengucapkan
terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palopo, 12 desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pneumonia........................................................................5
B. Etiologi Pneumonia............................................................................5
C. Patopisiologi.......................................................................................5
D. Klasifikasi...........................................................................................8
E. Manifetasi Klinis.................................................................................8
F. Pemeriksaan Diagnosis.......................................................................9
G. Penatalaksanaan..................................................................................9
H. Komplikasi.........................................................................................10
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.........................................................................................16
B. Saran...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, yang lebih banyak dibandingkan
dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Persentasenya yaitu 19% dari
semua penyebab kematian balita, kemudian disusul diare 17%, sehingga World Health
Oganization (WHO) menyebutnya sebagai pneumonia is the leading killer of children
worldwide. Setiap tahun di dunia diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena
pneumonia (1 balita/20 detik) dari 9 juta total kematian balita. Diantara lima kematian
balita, satu disebabkan oleh pneumonia, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit
ini sehingga pneumonia disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten
killer of children (Pertiwi dkk 2016).

Di Indonesia, pneumonia juga merupakan urutan kedua penyebab kematian pada balita
setelah diare. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) melaporkan bahwa kejadian pneumonia
sebulan terakhir (period prevalence) mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1
‰ menjadi 2,7 ‰ pada tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh pneumonia
tahun 2007 cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5%.2,3 Demikian juga hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang melaporkan bahwa prevalensi pneumonia dari
tahun ke tahun terus meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002 menjadi 11,2% pada tahun
2007 (Athena & Ika 2014).
Dari latar belakang tersebut, maka kelompok kami melakukan pengelolaan kasus
keperawatan dalam bentuk makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak yang
Mengalami Pneumonia”

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A. Prince). Dengan
gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi asing, berupa radang
paruparu yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Dahlan, Zuh
2006).

B. Etiologi
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan
sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr oleh P. Aeruginosa dan
enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat.
Setelah masuk paruparu organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil
mengahlahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab
terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu:
a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus hemolyticus,
streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, mycobacterium tuberkolusis, bacillus
friedlander.
b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V.
c. Influenza.
d. Mycoplasma pnemonia
e. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
f. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing
g. Pnemonia hipostatik
h. Sindrom loefflet

C. Patopisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak sampai usia
lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orangorang dengan gangguan penyakit
pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang
paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena
penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah
kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan
oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system
pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan
yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru,
ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-
paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
(Sipahutar, 2007).

Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai alveoli,


reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke dalam
alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri.
Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke
dalam perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi
hipoksemia (Engram 1998).

Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan


respon yang khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 :177)
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya
protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan
bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir
setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,
bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga
dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat
fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
1. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah.
Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.

2. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
D. Klasifikasi
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi menjadi :
a. Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih
2. lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral
atau “ganda”.
3. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia
loburalis.
4.Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam
dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.

b. Klasifikasi Pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:


1.Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK,
penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika
spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko untukjenis

pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.


3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan
tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya
nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.

E. Manifestasi Klinik
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,540,5 bahkan dengan
infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang euphoria dan
lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan
berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat
yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat, tetapi dpat
mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi
bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.

F. Pemeriksaan Diagnosa
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain :
1. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail); dapat
juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus
4. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

G. Penatalaksanaan
Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu
berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang
lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau
penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya
membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara
lain:
a. Oksigen 1-2L/menit.
b. IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan
kesimbangan asam basa dan elektrolit.
e. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
f. Untuk kasus pneumonia community based:
g. Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
h. Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
i. Untuk kasus pneumonia hospital based:
j. Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
k. Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

H. Komplikasi
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi
bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Penyakit Sekarang
- Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
g. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
j. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
▪ Sputum : merah muda, berkarat
▪ Perpusi : pekak datar area yang konsolidasi
▪ Premikus : taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
▪ Bunyi nafas menurun
▪ Warna : pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari Rencana
pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas.Batasan
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
lebih.Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan
tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek
pleura (Mansjoer,2000).

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
b.Ketidakefektifan pola nafas
c.Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea, demam
d.Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
e.Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasioanl


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC Label Respiratory 1.Untuk mengetahui keadaan
bersihan jalan keperawatan selama ..x.. jam Monitoring umum klien.
nafas b.d diharapkan jalan nafas pasien 1.Monitor vital sign 2.Penurunan bunyi napas
inflamasi dan bersih (suhu, RR, Nadi) dapat menunjukkan
obstruksi jalan NOC 2.Monitor respirasi atelektasis
nafas •Respiratory status: dan oksigenasi 3.Untuk mencatat adanya
ventilation 3.Auskultasi bunyi suara napas tambahan.
•Respiratory status: airway napas 4.Berguna untuk melunakan
patency 4.Anjurkan keluarga secret
Kriteria Hasil pasien memberikan 5.Untuk melancarkan
• Mendomonstrasikan batuk minuman hangat atau mengencerkan dahak dan
efektif dan suara nafas bersih, susu hangat melancarkan jalan nafas.
tidak ada sianosis dan 5.Kolaborasi dalam 6.Untuk membantu pasien
dyspneu pemberian terapi bernafas lebih
• Menunjukkan jalan nafas nebulizer sesuai baik/mengurangi sesak nafas
yang paten indikasi 7.Merangsang batuk atau
• Mampu mengidentifikasi 6.Berikan O2 dengan pembersihan jalan nafas
dan mencegah faktor yang menggunakan nasal suara mekanik pada faktor
dapat menghambat jalan nafas 7.Penghisapan yang tidak mampu
(suction) sesuai melakukan karena batuk
indikasi. efektif atau penurunan
tingkat kesadaran.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC 1.Untuk memastikan ada
pola nafas keperawatan selama ..x.. jam 1.Buka jalan nafas atau tidaknya sumbatan pada
diharapkan pola nafas pasien 2.Pastikan posisi untuk jalan nafas
normal memaksimalkan 2.Agar pasien dapat bernafas
NOC ventilasi dengan optimal/lebih baik
• Respiratory status: ventilasi 3.Auskultasi suara 3.Untuk mengetahui adanya
• Respiratory status: airway nafas, catat adanya suara nafas
patency suara tambahan tambahan
• Vital sign status Kriteria 4. Monitor vital sign 4.Untuk mengetahui kondisi
hasil: (pernafasan) dan status pernafasan pasien dan status
• Mendemonstrasikan batuk O2 O2
efektif, suara nafas yang 5.Keluarkan secret 5.Untuk mengeluarkan secret
bersih, tidak ada cyanosis, dengan batuk atau yang menghambat jalan
dyspneu suction nafas.
• Menunjukkan jalan nafas
yang paten (irama nafas, tidak
tercekik, tidak ada nsuara
nafas abnormal)
Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
3. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1.Monitoring status 1.Untuk mengetahui status
volume cairan b.d keperawatan selama ..x.. hidrasi (kelembaban hidrasi pasien
intake oral tidak jam diharapkan membrane mukosa, 2.Untuk memastikan jumlah
adekuat, kebutuhan volume cairan nadi yang adekuat) cairan yang masuk dan
takipnea, demam pasien terpenuhi. secara tepat keluar
NOC 2.Atur catatan intake 3.Untuk memenuhi
• Fluid balance dan output cairan kebutuhan cairan pasien
• Hydration secara akurat 4.Untuk mengetahui factor
• Nutritional status: food and 3.Beri cairan yang risiko ketidakseimbangan
fluid intake sesuai cairan dan mencegah secara
Kriteria Hasil Fluid monitoring: dini factor tersebut
• Mempertahankan urine 4.Identifikasi factor 5.Komplikasi letal dapat
output sesuai dengan usia, dn risiko ketidak terjadi selama awal periode
BB, BJ, urien normal, HT seimbangan cairan pengobatan antimikroba.
normal (hipertermi, infeksi, Kurva suhu tubuh
• Tekanan darah, nadi, suhu muntah dan diare) memberikan indeks respon
tubuh dalam batas normal 5.Monitoring tekanan pasien terhadap terapi.
• Tidak ada tanda-tanda darah, nadi dan RR Hipotensi yang terjadi dini
dehidrasi, elestisitas turgor IV teraphy: pada perjalanan penyakit
kulit baik membran mukosa 6.Lakukan 5 benar dapat mengindikasikan
lembab, tidak ada rasa haus pemberian terapi infuse hipoksia atau bakterimia.
yang berlebihan (benar obat, dosis, Antipiretik diberikan dengan
pasien, rute, frekuensi) kewaspadaan, karena
7.Monitoring tetesan antipiretik dapat
dan tempat IV selama mengakibatkan penurunan
pemberian suhu dan dengan demikian
mengganggu evalusasi kurva
suhu
6.Untuk memastikan terapi
diberikan secara benar
7.Untuk memastikan
pemberian terapi diberikan
secara tepat
4. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan NIC Activity Therapy 1.Untuk dapat memberikan
aktivitas keperawatan selama ..x.. 1. Kaloborasikan program yang sesuai dan
b.d isolasi jam diharapkan energi dengan tenaga tepat.
respiratory psikologis maupun fisiologi rehabilitasi medik 2. Untuk mengetahui
pasien terpenuhi dalam merencanakan kemampuan pasien dalam
NOC program terapi yang melakukan suatu aktivitas
• Energy conervation tepat 3. Untuk membantu pasien
• Activity tolerrance 2. Bantu pasien dalam
• Self care: Adls mengidentifikasikan beraktivitas
aktivitas yang mampu 4. Untuk dapat mengetahui
Kriteria hasil: dilakukan kekurangan pasien dalam
• Berpartisipasi dalam 3. Bantu untuk beraktivitas dan memberikan
aktifitas fisik tanpa disertai mendapatkan alat penanganan yang tepat
peningkatan tekanan darah, bantuan aktivitas 5. Untuk bisa membuat
nadi, RR seperti kursi roda pasien selalu termotivsi dan
• Mempu melakukan 4. Bantu pasien dan besemangat
aktivitas sehari-hari secara keluarga untuk 6.Untuk mengetahui
mandiri mengidentifikasi kesanggupan dan keinginan
• Tanda tanda vital normal kekurangan dalam pasien dalam melakukan
• Energy psikomotor aktivitas aktivitas
• Level kelemahan 5. Bantu pasien
• Mampu berpindah: dengan mengembangkan
atau tanpa bantuan motivasi dan peguatan
• Status kardiopulmonari 6. Monitor respon fisik,
adekuat emosi, sosial, dan
• Sirkulasi status baik spiritual
5. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan NIC 1. Untuk bisa mengukur
pengetahuan keperawatan selama ..x.. jam 1. Berikan penilaian tingkat pengetahuan keluarga
b.d perawatan diharapkan pengetahuan tentang tingkat pasien
anak pulang keluarga pasien bertambah. pengetahuan pasien 2. Untuk mempermudah
NOC tentang proses penyakit keluarga pasien mengerti
• Knowlwdge: disease process yang spesifik tentang penyakit pasien dan
• Knowledge: health Behavior 2. Gambarkan tanda dapat mengetahui tanda dan
dan gejala yang biasa gejalanya
muncul pada penyakit, 3. Untuk mengetahui
Kriteria Hasil: dengan cara yang tepat penyebab yang dapat
• Keluarga pasien menyatakan 3. Identifikasi menimbulkan penyakit
paham tentang penyakit, kemungkinan penyebab pasien menjadi semakin
kondisi, prognosis, dan dengan cara yang tepat memburuk
program pengobatan 4. Diskusikan pilihan 4.Untuk bisa memberikan
• Keluarga pasien mampu terapi atau penanganan terapi yang tepat pada pasien
melakukan prosedur yang
dijelaskan secara benar
• Keluarga pasien mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan
oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Sebagai
perawat yang profesional dalam melakukan proses keperawatan harus memperhatikan
hal-hal tersebut di atas agar implementasi yang diberikan sesuai dengan diagnosa
keperawatan dan tepat pada sasaran.
B. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan
keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Athena & Ika Dharmayanti. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol. 8. No. 8. H. 359-360. Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC

Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby

Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby

Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai