Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS

(PPOK)

OLEH

IGNASIUS LOYOLA MUJUR


HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT OBSTRUSI PARU KRONIS(PPOK)

RUANGAN MELATI

RSUD DR. BEN MBOI RUTENG

OLEH
IGNASIUS LOYOLA MUJUR

NPM : 161 420 1011

Ruteng, mei 2018

Mengetahui

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns.Salahuddin, S.Kep Ns.Olivien S. Ningsih, S.Kep,M.Kep


PENYKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS

(PPOK)

A. TINJAUAN TEORI

1. DEFENISI

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruction Pulmonaly Disease
(COPD) Merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama ditanadai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai
gambaran patofisiologi utamanya (Price, Sylvia Anderson, 2008). PPOK adalah penyakit
paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara dis
Liran pernapasan yang bersifat progesif nonreversibel atau reversibel palsial, serta adanya
respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2009).

PPOK adalah salah satu dari sekelompok penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat indonesia. Hal ini disebabka oleh meningkatnya usia harapan hidup dan
semakin tingginya pajanan faktor resiko, seperti banyaknya jumlah perokok, serta
pencemaran udara didalam maupun diluara ruangan (Pesrsatuan Dokter Paru Indonesia,2011).
PPOK adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis,
emfisima, dan asma. PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dyspnea
saat beraktifitas dan penurunan aliaran masuk dan keluar udara di paru paru (smaltzer dan
bare, 2007).
Penyakit paru obstrusi kronik adalah sekresi mukoid bronchial bertambah secara menetap
disertai dengan kecendrungan terjadi infeksi yang berulang disertai batuk produktif selama 3
bulan jangka waktu 2 tahun berturut turut.(DavidOvedaff, 2002)

2. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini belum diketahui,menurut Muttaqin Arif (2008),
Penyebab dari PPOK adalah:
 Kebiasaan merokok, merupakan penyebab utama pada bronchitis dan emfisema.
 Adanya infeksi: haemophilus influensa dan streptococuspneumonia
 Polusi oleh zat zat pereduksi.
 Faktor keturunan.
 Faktor sosial-ekonomi: keadaan lingkungan dan ekonomi yang memburuk.
3. PATOFISIOLOGI

Saluran pernapasan dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen
untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksidan dan air sebagai hasil
metabolisme. Proses ini terdiri dari 3 tahap yaitu:ventilasi, difusi, dan perfusi.
Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru paru. Difusi adalah
peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah. sedangkan perfusi adalah
distribusi darah yang sudah teroksigenasi.
Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru
serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara disaluran napas, parameter yang
sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (kv). Sedangkan untuk
gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan
rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP)
(Sherwoor 2001).
Fakor resiko utama dari PPOK adalah Merokok. Komponen asap rokok merangsang
perubahan pada sel sel penhasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus
mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-
sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari
saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi
dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang meyebabkan edema jaringan. Prose
ventilasi terutama ekspirasi terhambat.timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang panjang
dan sulit dilakukan akibat mukus kental dan adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen –komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada
paru. Mediator-mediator peradangan secara progesif merusak struktur struktur penunjang di
paru akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi
akibat pengempisan (recoid) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila
tidak terjadi recoid pasif maka udara akan terperangkap didalam paru dan saluran udara
kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dangan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa oesinofil,
komposisi inflamasi pada saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil.
Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepas neutropil chemotactic factors dan
alastase,yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan
(Kamangar, 2010).
4. PATHWAY.

Asap rokok Polusi udara Riwayat infeksi saluran pernapasan

Gangguan kebersihan
paru

Peradangan bronkus

Kelenjar mengsekresi
lendir dan sel globet
meningkat

Produksi sekret
berlebihan

Batuk tidak efektif

Sekret tidak bisa


keluar

Terjadi akumulasi sekret


berlebihan

Bersihan jalan Obstruksi jalan napas


napas tidak
efetif

Pertukaran gas O2 dan


CO2 tidak adekuat Batuk, Sesak napas, Napas
pendek
Gangguan pertukaran
gas
Suplai oksigen
Mual, Muntah dalam jaringan
kurang

Anoreksia
Pola nafas tidak Kelemahan
efektif

Intake tidak
Intoleransi aktifitas
adekuat

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

5. TANDA DAN GEJALAH.

 Tanda dan gejalah akan mengarah pada dua tipe perokok (Smaltzer dan Bare, 2007)
1. Menpunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronik(blue boater).
2. Menpunyai gambaran klinik dminan kearah emfisema (pink puffers).

 Tanda dan gejalahnya adalah sebagai berikut:


 Kelemahan badan.
 Batuk.
 Sesak napas.
 Sesak napas aat aktivitas dan napas berbunyi.
 Mengi atau wheezing.
 Ekspirasi yan memanjang.
 Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
 Pengguanaan obat bantu pernapasan .
 Suara napas melemah .
 Kadang ditemukan pernapasan paradoksal.
 Edema kaki,asietas dan jari tabuh.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS.

A. Penatalaksanaan Medis
 Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
 Bronkodilator (Beta-agonis atau antikolinergik)
 Pemberian terapi oksigen jangka panjang lebih dari 16 jam. Memperpanjang usia
pasien dengan gagal napas kronis (yaitu pasien dangan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan
FEV 1 sebesar 1,5 L)
 Rehabilitas paru( khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat simtomatik
yang signifikan pada pasien dengan penyakit sedang-berat.
 Operasi penurunan volume paru juga memberikan perbaikan dangan meningkatkan
elastic recoil sehingga mempertahankan potensi jalan napas (Davey, 2002).

B. Penatalaksanaan Keperawatan.
 Mempertahankan potensi jalan napas.
 Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
 Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi pasien.
 Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan program
pengobatan (Doenges, 2000).

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan
produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan atu berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus bronkokontriksin dan
iritan jalan napas.
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi perfusi.
 Ketdakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
 Intoleransi aktivitas.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.

A. Pengkajian

1. Aktivitas dan Latihan

Gejalah:
 keletihan, kelelahan, malaise,
 ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari- hari karena sulit bernapas,.
 ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
 Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas dan latihan.
Tanda:
 Keletihan, gelisa insomnia,.
 Kelemahan umum atau kehilangan massa otot.

2. Sirkulasi

Gejalah:
 Pembengkakan pada ekstermitas bawah.
Tanda :
 Peningkatan tekanan darah.
 Peningkatan frekuensi jantung.
 Distensi vena leher.
 Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
 Bunyi jantung redup yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada.
 Kulit membrane mukosa (normal/abu-abu/sianosis; kuku tabuh dan siansis perifer).
 Pucat dapat menunjukan anemia.

3. Integritas Ego
Gejalah:
 Peningkatan faktor resiko.
 perubahan pola hidup.
Tanda :
 Ansietas, ketakutan, pekarangsang
4. Makanan dan Cairan.
Gejalah :
 mual/muntah
 nafsu makan buruk/anoreksia(emfisema)
 ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
 penurunan berat badan menetap (emfisema),peningkatan barat badan menunjukan
edema (bronchitis).
Tanda :
 turgor kulit buruk
 edema dependen
 berkeringat.

5. Kebersihan
Gejala :
 Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan untuk melakukan
aktivitas sehari hari.
Tanda :
 Kebersihan buruk, bau badan.
6. Pernapasan.
Gejala :
 Napas pendek( timbul tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada
emfisema).
 Batuk menetap dangan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun)
selama minimal 3 bulan berturut turut. Produki sputum( hijau, putih atau kuning).
 episode batuk hilang timbul, biasanya tidak proses pada tahap dini. meskipun dapt
menjadi produktif (emfisema).
Tanda :
 Pernapasan biasanya cepat bisa juga lambat, fase ekspresi memanjang dengan
mendengkur,nafas bibir (emfisiem).
 penggunaan obat bantu pernapasa; misalnya :meninggikan bahu melebarkan hidung.
 Dada : gerakan diafragma minimal.
 Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspresi mengi (emfisiema) menyebar, lembut
atau krekels lembab kasar (bronchitis), ronki: mengi sepanjang area paru pada
ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tidak
adanya bunyi nafas(asma).
 kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4-5 kata sekaligus.
 warna : pucat dengan sianosis bibirdan dasar kuku abu-abu keseluruhan; warna merah
(brochitis kronis atau biru mengembung) pasien dengan emfisiema sering disebut
“pink puffer” karena warna kulit normal, meskipun pertukaran gas tidak normal dan
frekuensi pernapasan cepat.
 Tabuh pada jafi- jari emfisiema.
7. Keamanan
gejala:
 Riwayat reaksi alaergi atau sensitiv terhadap zat/faktor linkungan.
 kemerahan atau berkeringat (asma).
8. seksualitas.
gejala:
 penurunan libido.
9. Interaksi sosial.
Gejala:
 Hubungan ketergantugan kurang sistem pendukung.
 Kegagaln dukungandari atau terhadap pasangan atauorang dekat.
 penyakit lama atau ketidakmampuan membalik.
Tanda:
 Ketidakmampuan untuk membuat ataumempertahankan suaran karena disstres
pernapasan.
 keterbatasan mobilitas fisik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Bersihan jalan napas tidak efetif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan
poduksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan atau berkurangnya tenaga dan nfeksi
bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mukus, bronkokontriksi dan
iritan jalan nafas.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi.
4. Intoleransinaktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dengan
kebutuhan oksigen.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan degan dispnea,kelelahan,
efek samping obat, produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.
C. INTEVENSI

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak NOC:


efektif berhubungan dengan:  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
- Infeksi, disfungsi Ventilation suctioning.
neuromuskular, hiperplasia  Respiratory status :  Berikan O2 ……l/mnt,
dinding bronkus, alergi Airway patency metode………
jalan nafas, asma, trauma  Aspiration Control  Anjurkan pasien untuk istirahat
- Obstruksi jalan nafas : Setelah dilakukan tindakan dan napas dalam
spasme jalan nafas, sekresi keperawatan selama  Posisikan pasien untuk
tertahan, banyaknya …………..pasien memaksimalkan ventilasi
mukus, adanya jalan nafas menunjukkan keefektifan  Lakukan fisioterapi dada jika
buatan, sekresi bronkus, jalan nafas dibuktikan perlu
adanya eksudat di alveolus, dengan kriteria hasil :  Keluarkan sekret dengan batuk
adanya benda asing di jalan  Mendemonstrasikan atau suction
nafas. batuk efektif dan suara  Auskultasi suara nafas, catat
DS: nafas yang bersih, tidak adanya suara tambahan
- Dispneu ada sianosis dan dyspneu  Berikan bronkodilator :
DO: (mampu mengeluarkan - ………………………
- Penurunan suara nafas sputum, bernafas dengan - ……………………….
- Orthopneu mudah, tidak ada pursed - ………………………
- Cyanosis lips)  Monitor status hemodinamik
- Kelainan suara nafas (rales,  Menunjukkan jalan nafas
 Berikan pelembab udara Kassa
wheezing) yang paten (klien tidak
basah NaCl Lembab
- Kesulitan berbicara merasa tercekik, irama
 Berikan antibiotik :
- Batuk, tidak efekotif atau nafas, frekuensi
…………………….
tidak ada pernafasan dalam rentang
…………………….
- Produksi sputum normal, tidak ada suara
 Atur intake untuk cairan
- Gelisah nafas abnormal)
mengoptimalkan keseimbangan.
- Perubahan frekuensi dan  Mampu
 Monitor respirasi dan status O2
irama nafas mengidentifikasikan dan
mencegah faktor yang  Pertahankan hidrasi yang adekuat
penyebab. untuk mengencerkan sekret
 Saturasi O2 dalam batas  Jelaskan pada pasien dan keluarga
normal tentang penggunaan peralatan :
 Foto thorak dalam batas O2, Suction, Inhalasi.
normal
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk
 ketidakseimbangan exchange memaksimalkan ventilasi
perfusi ventilasi  Keseimbangan asam Basa,  Pasang mayo bila perlu
 perubahan membran Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika
kapiler-alveolar  Respiratory Status : perlu
DS: ventilation  Keluarkan sekret dengan batuk
 sakit kepala ketika  Vital Sign Status atau suction
bangun Setelah dilakukan tindakan  Auskultasi suara nafas, catat
 Dyspnoe keperawatan selama …. adanya suara tambahan
 Gangguan penglihatan Gangguan pertukaran pasien  Berikan bronkodilator ;
teratasi dengan kriteria hasi: -………………….
DO:  Mendemonstrasikan -………………….
 peningkatan ventilasi dan
Penurunan CO2  Barikan pelembab udara
oksigenasi yang adekuat
 Takikardi  Atur intake untuk cairan
 Memelihara kebersihan
 Hiperkapnia mengoptimalkan keseimbangan.
paru paru dan bebas dari
 Keletihan  Monitor respirasi dan status O2
tanda tanda distress
 Iritabilitas  Catat pergerakan dada,amati
pernafasan
 Hypoxia  Mendemonstrasikan kesimetrisan, penggunaan otot
 kebingungan batuk efektif dan suara tambahan, retraksi otot
 sianosis nafas yang bersih, tidak supraclavicular dan intercostal
 warna kulit abnormal ada sianosis dan dyspneu  Monitor suara nafas, seperti
(pucat, kehitaman) (mampu mengeluarkan dengkur
 Hipoksemia sputum, mampu bernafas  Monitor pola nafas : bradipena,
 hiperkarbia dengan mudah, tidak ada takipenia, kussmaul,
 AGD abnormal pursed lips) hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 Tanda tanda vital dalam  Auskultasi suara nafas, catat area
 pH arteri abnormal
rentang normal penurunan / tidak adanya ventilasi
 frekuensi dan
 AGD dalam batas normal dan suara tambahan
kedalaman nafas
 Status neurologis dalam  Monitor TTV, AGD, elektrolit
abnormal
batas normal dan ststus mental
 Observasi sianosis khususnya
membran mukosa
 Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat tambahan
(O2, Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
irama dan denyut jantung
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:


berhubungan dengan : Respiratory status :  Posisikan pasien untuk
- Hiperventilasi Ventilation memaksimalkan ventilasi
- Penurunan energi/kelelahan Respiratory status :  Pasang mayo bila perlu
- Perusakan/pelemahan Airway patency  Lakukan fisioterapi dada jika
muskulo-skeletal Vital sign Status perlu
- Kelelahan otot pernafasan  Keluarkan sekret dengan batuk
- Hipoventilasi sindrom Setelah dilakukan tindakan atau suction
- Nyeri keperawatan selama  Auskultasi suara nafas, catat
- Kecemasan ………..pasien adanya suara tambahan
- Disfungsi Neuromuskuler menunjukkan keefektifan  Berikan bronkodilator :
- Obesitas pola nafas, dibuktikan -…………………..
- Injuri tulang belakang dengan kriteria hasil: …………………….
Mendemonstrasikan batuk
 Berikan pelembab udara Kassa
DS: efektif dan suara nafas
basah NaCl Lembab
- Dyspnea yang bersih, tidak ada
 Atur intake untuk cairan
- Nafas pendek sianosis dan dyspneu
mengoptimalkan keseimbangan.
DO: (mampu mengeluarkan
 Monitor respirasi dan status O2
- Penurunan tekanan sputum, mampu bernafas
 Bersihkan mulut, hidung dan
inspirasi/ekspirasi dg mudah, tidakada
secret trakea
- Penurunan pertukaran pursed lips)
 Pertahankan jalan nafas yang
udara per menit Menunjukkan jalan nafas
paten
- Menggunakan otot yang paten (klien tidak
 Observasi adanya tanda tanda
pernafasan tambahan merasa tercekik, irama
hipoventilasi
- Orthopnea nafas, frekuensi
 Monitor adanya kecemasan
- Pernafasan pursed-lip pernafasan dalam rentang
pasien terhadap oksigenasi
- Tahap ekspirasi normal, tidak ada suara
 Monitor vital sign
berlangsung sangat lama nafas abnormal)
 Informasikan pada pasien dan
- Penurunan kapasitas vital Tanda Tanda vital dalam
keluarga tentang tehnik relaksasi
- Respirasi: < 11 – 24 x /mnt rentang normal (tekanan
untuk memperbaiki pola nafas.
darah, nadi, pernafasan)
 Ajarkan bagaimana batuk efektif
 Monitor pola nafas
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi makanan


kurang dari kebutuhan a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan
memasukkan atau mencerna c. Weight Control mengandung tinggi serat untuk
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan tindakan mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau keperawatan  Ajarkan pasien bagaimana
ekonomi. selama….nutrisi kurang membuat catatan makanan harian.
DS: teratasi dengan indikator:  Monitor adanya penurunan BB dan
- Nyeri abdomen  Albumin serum gula darah
- Muntah  Pre albumin serum  Monitor lingkungan selama makan
- Kejang perut  Hematokrit  Jadwalkan pengobatan dan
- Rasa penuh tiba-tiba  Hemoglobin tindakan tidak selama jam makan
setelah makan  Total iron binding  Monitor turgor kulit
DO: capacity  Monitor kekeringan, rambut
- Diare  Jumlah limfosit kusam, total protein, Hb dan kadar
- Rontok rambut yang Ht
berlebih  Monitor mual dan muntah
- Kurang nafsu makan  Monitor pucat, kemerahan, dan
- Bising usus berlebih kekeringan jaringan konjungtiva
- Konjungtiva pucat  Monitor intake nuntrisi
- Denyut nadi lemah  Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas klien dalam melakukan
imobilisasi  Konservasi eneergi aktivitas
 Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan  Kaji adanya faktor yang
 Ketidakseimbangan keperawatan selama …. Pasien menyebabkan kelelahan
antara suplei oksigen bertoleransi terhadap aktivitas  Monitor nutrisi dan sumber
dengan kebutuhan dengan Kriteria Hasil : energi yang adekuat
Gaya hidup yang  Berpartisipasi dalam  Monitor pasien akan adanya
dipertahankan. aktivitas fisik tanpa kelelahan fisik dan emosi
DS: disertai peningkatan secara berlebihan
 Melaporkan secara tekanan darah, nadi dan  Monitor respon kardivaskuler
verbal adanya kelelahan RR terhadap aktivitas (takikardi,
atau kelemahan.  Mampu melakukan disritmia, sesak nafas,
 Adanya dyspneu atau aktivitas sehari hari diaporesis, pucat, perubahan
ketidaknyamanan saat (ADLs) secara mandiri hemodinamik)
beraktivitas.  Keseimbangan aktivitas  Monitor pola tidur dan
DO : dan istirahat lamanya tidur/istirahat pasien
 Kolaborasikan dengan Tenaga
 Respon abnormal dari Rehabilitasi Medik dalam
tekanan darah atau nadi merencanakan progran terapi
terhadap aktifitas yang tepat.
 Bantu klien untuk
 Perubahan ECG :
mengidentifikasi aktivitas yang
aritmia, iskemia
mampu dilakukan
 Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual

Anda mungkin juga menyukai