NAMA KELOMPOK
ROSALIA D. PADUT
PRISKA WANGO
MARIA S. SEDIA
YOHANA SIMUN
GREGORIUS HANU
ALEKSANDER GUNTUR
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan ke Hadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas Maternitas 2.
Adapun hal yang dibahas dalam makalah ini adalah tentang
“ENDOMETRIOSIS” didalam makalah ini juga membahas asuhan
keperawatan pada pasien ibu hamil. Kami menyadari makalah ini belum
sempurnah, oleh karena itu kritik dan saran dari ibu dan bapak dosen kami
harapkan.
PENULIS
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………… 1
KATA PENGANTAR………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………....…...3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG……………………………………….4
B. TUJUAN PENULISAN……………………………………..5
A. ANATOMI FISIOLOGI……………………………………..6
B. DEFINISI……………………………………………………16
C. ETIOLOGI………………………………............................17
D. PATOFISIOLOGI……………………………....…………...19
E. MANIFESTASI KLINIS…………………………………… 19
F. KOMPLIKASI……………………………………………….20
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG.……………………………20
H. PENATALAKSANAAN……………………….....………….22
I. ASKEP TEORI……………………………………………….24
A. KESIMPULAN…………………………………………....…28
B. SARAN……………………………………………….....…...28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. LATAR BELAKANG
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam
dunia kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil
menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat
kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk
memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi,
infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan
keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi
33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal
ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh
gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa
endometriosis yang merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak
mengetahui dengan jelas apa sebenarnya endometriosis tersebut.
Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti
belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi.
Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan
endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas
yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-
80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan
endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan
terus meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan
penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis
pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri
haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause perlu dipikirkan
adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan
angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat
4
ditemukan di semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada
orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yang
berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian
adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak
kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata
fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan,
memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut
Ali Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer
angka kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada
infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka
kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi
pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil.
Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada
wanita infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada
seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%.
B. TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian dari endometriosis
Untuk mengetahui penyebab endometriosis
Untuk mengetahui tanda gejala dari endometriosis
Untuk mengetahui patofisiologi dari endometriosis
Asuhan keperawatan pada endometriosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. ANATOMI FISIOLOGI
1. Genetalia eksterna
5
a. Vulva
Tampak dari luar mulai dari mons pubis sampai tepi perineum.
1) Tundun (Mons veneris).
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area
ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi
lemak, terletak di atas simfisis pubis.
2) Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar
tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia
mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa à panjang 7-
8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia
mayora sangat berdekatan.
3) Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora),
tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan
berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk
preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini
mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette.
4) Klitoris
6
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan
2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada
vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus
vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral.
Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi
rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri
Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri pathogen.
6) Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi
sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran
menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita
berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku
dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior.
7) Perineum
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh
otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk
menjaga kerja dari sphincter ani.
2. Genetalia Interna
7
1. Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina
terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm
dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam
vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi
-Forniks anterior
-Forniks dekstra
-Forniks posterior
-Forniks sinistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
a. Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
b. Alat hubungan seks
c. Jalan lahir pada waktu persalinan.
2. Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
8
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
a. Korpus uteri : berbentuk segitiga
b. Serviks uteri : berbentuk silinder
c. Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan
paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan >
80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter
9
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi.
Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua,
sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat engeluarakan cairan secara terus-menerus,
sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul
ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga,
tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
1) Ligamentum latum : Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba
fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat. Fungsinya menahan uterus dalam
posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod
Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju
os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
3. Tuba Fallopii
Tuba fallopii terdapat di tepi atas ligamentum latum, berjalan ke arah lateral,
panjangnya 12 cm, diameter 3 – 8 mm.
Tuba fallopii terbagi menjadi 4 bagian yaitu :
a. Pars interstitialis, bagian dari dalam dinding uterus mulai pada ostium
internum tuba.
b. Pars Isthmica, bagian tuba setelah keluar dari dinding uterus merupakan
bagian tuba yang lurus dan sempit.
c. Pars Ampularis, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S.
d. Pars Infundibulo, bagian akhir tuba yang mempunyai umbai yang disebut
dengan fimbrie, lubangnya disebut dengan ostium abdominal tubae.
Fungsi utama tuba yaitu :
10
a. Menangkap ovum saat yang dilepaskan saat ovulasi
b. Saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi
c. Tempat terjadinya konsepsi
d. Tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
membentuk blastula yang siap mengadakan inplantasi (penanaman)
4. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan
pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah
pematanganfolikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita
memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila
habis menopause. Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
c. Memproduksi progesteron.
11
menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang
lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi
wanita. (Barret, dkk. 2014)
Klasifikasi Endometriosis
12
B. DEFINISI
13
perubahan fertilisasi yang tidak selalu berkaitan dengan luasnya penyakit. Wanita
dapat mengalami gejala ringan atau asimtomatik. Diagnosis sering dibuat secara
incidental ketika wanita menjalani laparoskopi untuk alasan yang tidak terkait, seperti
ligasi tuba atau pemeriksaan infertilitas. Sebaliknya, wanita lain mungkin mengalami
dismenore berat dan dispareunia. Karena pengobatan tidak tersedia, tujuan
penatalaksanaan penyakit ini adalah mengendalikan gejala. Reeder, dkk.(2010)
C. ETIOLOGI
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang
telah dikemukakan:
1. Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
2. Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
3. Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi,
sampai ke rongga pelvis.
4. Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga
mengalami endometriosis.
Ada beberapa teori yang menerangkan endometriosis seperti:
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba
pada saat menstruasi.
2. Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium,
namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen.
3. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia,
endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi
menjadi jaringan endometrium.
Teori lain menyebutkan:
1. Teori transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard)
mengirimkan kembali jaringan endometrium ke tempat ektopik melalui tuba
fallopi.
2. Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan
yang selama pertumbuhannya dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh
stimuli dari luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah,2010)
14
1. Wanita usia produktif (15 – 44 tahun)
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis (Scott, R James, dkk.
2012)
D. PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki
ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko
lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal
yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti
hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh.
Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan
progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium.
Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum
tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh
karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang
dikenai endometriosis.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat
dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin,
maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini
juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar
estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial
ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan,
15
penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di
dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di
pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan,
defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi
di sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi,
sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung
fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah
yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala.
Gejala pada umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap
tahunnya karena pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering
terjadi adalah nyeri panggul, dismenorea (nyeri ketika menstruasi), dispareunia
(nyeri ketika senggama), dan infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat
memiliki anak). Tanda dan gejala endometriosis antara lain:
1. Nyeri
a. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri yang disebabkan oleh gangguan pada
organ reproduksi wanita. Kram ini biasanya mulai lebih awal dalam siklus
menstruasi dan berlangsung lebih lama dari kram menstruasi.
b. Dismenore primer
Dismenore primer merupakan nama lain dari kram menstruasi yang biasa
terjadi. Kram biasanya terjadi pada satu atau dua hari sebelum seorang
wanita mendapatkan menstruasi.
c. Dispareunia: Nyeri ovulasi
Dispareunia atau painful intercourse adalah rasa nyeri yang timbul secara
terus-menerus atau sewaktu-waktu di daerah kemaluan dan terjadi sesaat
16
sebelum, selama, atau sesudah berhubungan seksual, baik pada laki-laki
maupun pada perempuan.
d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri
pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih lama
darinormal, yaitu 6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari.
b. Menoragia
Menorrhagia atau haid berlebihan adalah keluarnya darah menstruasi
secara berlebihan atau dalam jumlah yang terlampau banyak. Selama masa
menstruasi, jumlah rata-rata darah yang dikeluarkan adalah 30-40 ml. Dan
seorang wanita dianggap mengalami haid berlebihan jika kuantitas darah
yang dia keluarkan berkisar antara 60-80 ml.
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi
atau di akhir menstruasi
e. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
f. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
g. Darah pada feces
h. Diare, konstipasi dan kolik, (Scott, R James, dkk. 2012)
F. KOMPLIKASI
Endometriosis yang dibiarkan berkembang tanpa diobati dapat menyebabkan
beberapa komplikasi seperti:
1 .Gangguan kesuburan atau infertilitas
Endometriosis dapat menutupi tuba falopi, sehingga menghalangi sel telur
bertemu dengan sperma. Pada kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat
merusak sel telur dan sperma.
Sepertiga hingga setengah penderita endometriosis diketahui menderita
gangguan kesuburan. Meski demikian, wanita dengan endometriosis ringan
sampai sedang masih berpeluang untuk hamil.
2.Kanker ovarium
Beberapa penelitian menunjukan bahwa resiko terserang kanker ovarium
(indung telur) sedikit meningkat pada penderita endometriosis. Selain kanker
17
ovarium, wanita dengan riwayat endometriosis juga beresiko terserang kanker
endometrium, meski sangat jarang terjadi.
3.Adhesi
Jaringan endometriosis dapat membuat sejumlah organ tubuh saling
menempel. Sebagai contoh, kandung kemih dan usus dapat melekat kerahim.
4.Kista ovarium
Kista ovarium adalah kanton berisi cairan yang tumbuh pada ovarium.
Kondisi ini terjadi bila jaringan endometriosis terletak didalam atau didekat
ovarium. Pada sejumlah kasus, kista dapat membesar dan menimbulkan nyeri
parah.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan endometriosis ini
antara lain:
1. Uji serum
a. CA-125: sensifitas atau spesifitas berkurang
b. Protein plasenta14: mungkin meningkat pada endomestriosis
yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak
diperlihatkan.
c. Antibody endometrial: sensifitas dan spesifitas berkurang.
2. Teknik pencitraan
a. Ultrasound: dapat membantu dalam mengidentifikasi
endomektrioma dengan sensifitas 11%
b. MRI: 90% sensitive dan 98% spesifik
c. Pembedahan: melalui laparoskopi dan eksis
H. PENATALAKSAAN
1. Minum obat pereda nyeri
18
Penggunaan obat-obatan pereda nyeri skala berat harus berada di bawah pengawasan
dokter karena dapat berdampak buruk jika digunakan secara berlebihan dan dalam
jangka waktu yang panjang.
2. Terapi hormon
19
3. Operasi endometriosis
20
terjadi dari operasi endometriosis jenis ini. Oleh karena itu, selalu
konsultasikan ke dokter sebelum Anda memutuskan untuk melakukan
operasi endometriosis. Pertimbangkan dengan baik segala efek samping
dan risiko komplikasi operasi endometriosis yang Anda lakukan.
I. ASKEP TEORI
A. PENGKAJIAN
21
Pemeriksaan fisik : pemeriksaan fisik panggul serta inspeksi dan
palpasi abdomen. Pemeriksaan vagina dilakukan dengan perabaan
pembesaran ovurium / endometrioma/ kista di adneksa.
Pemeriksaan rektal atau colok dubur mengevaluasi nodul daerah
kavum douglasi dan sakraouterina yang sering disertai nyeri.
A. DIAGNOSA
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
Ketidakefetifan mekanisme koping
B. INTERVENSI
22
pengalaman nyeri
masa lampau
- Control
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan.
Gangguan citra Setelah dilakukan asuhan Body image
tubuh keperawatan selama ... x 4 enhacement
Body image jam klien diharapkan dapat - Kaji secara verbal
enhancement menerapkan bodi image dan non verbal
Kaji secara positif, dengan kriteria respon klien
verbal dan non hasil ; terhadap
verbal respon klien - Body image positif tubuhnya.
terhadap tubuhnya - Mampu - Monitor frekuensi
23
Identifikasi arti pengurangan
pengurangan melalui
melalui pemakaian pemakaian alat
alat bantu bantu.
Fasilitasi kontak
dengan individu
lain dalam
kelompok kecil
24
situasi kehidupan
pasien terhadap
peran dan
hubungan.
- Evaluasi
kemampuan
pasien dalam
membuat
keputusan.
25
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan
keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan
endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba fallopi, ligament pembentuk
uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. Tanda dan
gejala: nyeri, perdarahan , abnormal, keluhan buang air besar dan buang air
kecil. Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja,
terapi hormonal, pembedahan dan radiasi.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang penderita,
klasifikasi, penyebab, patifisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang,
dan penanganan. Penulis sadar bahwa pembuatan makalh ini jauh dari
kesempurnaan, jadi penulis pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik
dari pembaca guna untuk pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
26
Reeder, dkk.(2010). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Scott, R James, dkk. 2012. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta.
27