1.2 Fisiologis
1.2.1 Organ-organ pernafasan
1.2.1.1 Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2
lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan
menghangatkan udara (Mutaqqin, 2009).
1.2.1.2 Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring
pada waktu menelan makanan (Mutaqqin, 2009).
1.2.1.6 Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung-gelembung hawa (alveoli).
Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya 90 meter persegi,
pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara (Mutaqqin,
2009).
1.2.2 Fisiologis pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara
yang mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran,
mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa
oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan
melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri
dari suatu rangkaian saluran udara yang menghangatkan udara
luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli.
Terdapat beberapa mekanisme yang berperan memasukkan
udara ke dalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat
berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan
keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernapas.
Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi
membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi
sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara
kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi
atau pernapasan internal (Mutaqqin, 2009).
Proses pernafasan :
II Konsep Teori
2.1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan pada paremkim paru yang
melibatkan bronkus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak
(Kusuma, 2016)
Pneumonia adalah penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan
oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Muttaqin, 2009)
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan
paru-paru (alveoli), dengan gejala batuk pilek yang disertai nafas sesak
atau nafas cepat. Penyakit ini mempunyai tingkat kematian yang tinggi.
Secara klinis pada anak yang lebih tua selalu disertai batuk dan nafas cepat
dan tarikan dinding dada kedalam. Namun pada bayi seringkali tidak
disertai batuk (Kusuma, 2016)
2.2.Etiologi
Penyebab pneumonia adalah :
a. Bakteri : pnemokokus, streptokokus, stafilokokus, pseudomonas
aeruginosa.
b. Virus : virus influenza, adenovirus, sitomegalovirrus.
c. Fungi : aspergillus, koksidiomikosis, histoplasma
d. Aspirasi : cairan amnion, makanan, cairan lambung, benda asing.
2.4 Patofisiologi
organisme
Leukositosis
Bersihan jalan nafas tidak efektif pola napas tidak efektif intoleransi
aktivitas
2.5 Komplikasi
a. Efusi pleura
b. Empiema
c. Abses paru
d. Pnemothorak
e. Gagal nafas
f. Sepsis
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 Radiologis
Gambaran radiologis Foto toraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis.
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial
serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran
bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
2.6.2 Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai
30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke
kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis
etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita yang tidak
diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,
3.3 Perencanaan
3.3.1 Diagnosa 1
3.3.1.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam
bersihan jalan nafas tidak efektif dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
- Mampu mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafas bersih, tidak ada sianosis, dan dyspnea
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas
dengan mudah)
- Menunjukan jalan nafas paten (klien tidak merasa
tercekik), frekuensi nafas dalam rentang normal 16-
24x/mnt, tidak ada suara nafas tambahan
- Mempu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan nafas.
3.3.2 Diagnosa 2
3.3.2.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam klien mampu
bernapas normal, dispneu tidak ada, orthopnea tidak
ada, tanda-tanda vital dalam batas normal
3.3.2.2 Intervensi Keperawatan dan rasional
1) Pantau adanya pucat dan sianosis
Rasional : perubahan pada tampilan fisik
menentukan adanya kekurangan oksigen yang
dirasakan seseorang
3.3.3 Diagnosa 3 :
3.3.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam klien mampu
beraktivitas fisik tanpa disertai dengan peningkatan
sesak atau respirasi yang meningkat, TTV dalam batas
normal
3.3.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional
1) Catat frekuensi jantung irama, perubahan tekanan
darah sebelum, selama, setelah beraktivitas sesuai
indikasi
Rasional :
Perubahan pada tanda vital menunjukan batas
kemampuan yang dapat dilakukan klien
2) Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan
aktivitas senggang yang tidak berat
Rasional : meningkatkan kemampuan dan energi
klien
3) Batasi pengunjung
Rasional : memberikan kesempatan bagi klien untuk
beristirahat
4) Jelaskan pola peningkatan aktivitas secara bertahap
pada keluarga
Rasional : meneingkatkan kemampuan klien secara
perlahan sesuai batas kemampuan klien
5) Bantu klien/keluarga mengenal aktivitas dengan
penuh arti
Rasiona : mengetahui batasan yang dapat dilakukan
klien yang tidak membahayakan kedaan klien
IV Daftar Pustaka
Corwin, Elizabeth J. (2009). Patofisiologi: Buku Saku. Ed.3 Jakarta:
EGC