Anda di halaman 1dari 43

Makalah Dan Askep

Keperawatan Kritis
"Askep Pneumonia di ICU"

Disusun Oleh : Serli Matelda Teuf (1811B0075)


Yohanis Yakob kabnani (1811B0100)

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
KEDIRI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Kritis dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PNEUMONIA DIRUANG ICU”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan perkembangan
kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Kritis.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para
pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di
masa mendatang.

Kediri,20 juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah......................................................................................................4
2. Tujuan .....................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pneumonia.............................................................................................6
B. Klasifikasi Pneumonia.............................................................................................6
C. Etiologi Pneumonia.................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis....................................................................................................7
E. Patofisiologi ..........................................................................................................8
F. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................10
G. Penatalaksanaan.......................................................................................................10
H. komplikasi ..........................................................................................................11

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian ..........................................................................................................12
2. Diagnosa ..........................................................................................................13
3. Intervensi ..........................................................................................................14
4. Implementasi ..........................................................................................................20
5. Evaluasi ..........................................................................................................20

BAB III Format pengkajian Pasien Pneumonia

1. Biodata Identitas pasien........................................................................................ 21


A. Analisa data ............................................................................................................31
B. Masalah keperawatan...............................................................................................33
C. Diagnosa keperawatan ............................................................................................33
D. Perencanaan Keperawatan dan rasional...................................................................33
E. Implementasi dan Evaluasi ....................................................................................38

BAB III Kesimpulandan Saran


A. Kesimpulan....................................................................................................................41
B. Saran...............................................................................................................................42
Daftar Pustaka ....................................................................................................................43
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah frekuensi dan pola
pernapasan. Gangguan pernapasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh trauma,
alergi, maupun infeksi. Infeksi yang terjadi pada sistem pernapasan bayi dan anak
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, dan karena aspirasi ( Ngastiyah, 2005).
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut
dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri,mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi benda asing, berupa
radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsulidasi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan
mempunyai gejala batuk, sesak nafas, bunyi nafas ronki, dan infiltrat pada foto
rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya
proses infeksi akut disebut bronkopneumonia. Dalam pelaksanaan pengendalian
penyakit ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronkopneumonia),
disebut “Pneumonia” saja (Christian, 2016).
Berdasarkan data WHO tahun 2015, pneumonia merupakan masalah kesehatan di
dunia karena angka kematian- nya sangat tinggi, tidak saja di Indonesia dan negara-
negara berkembang tetapi juga di Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara-
Negara Eropa lainya. Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian nomor
satu setelah kardiovaskuler dan TBC.
Pneumonia masih menjadi penyebab tertinggi kematian pada bayi di bawah usia
lima tahun (balita) maupun bayi baru lahir. Prevalensi pneumonia naik dari 1,6% pada
2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun 2018.
Pneumonia seringkali ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan bernapas
seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada. Pada umumnya pneumonia
dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara, dengan sumber
penularan adalah penderira pneumonia yang menyebarkan kuman dalam bentuk
droplet saat batuk atau bersin. Untuk selanjutnya kuman penyebab pneumonia masuk
ke saluran pernapasan melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara
penularan langsung yaitu percikkan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat
batuk, bersin dan berbicara langsung terhirup oleh orang disekitar penderita.
Banyak kasus yang berpengaruh terhadap meningkatnya kejadian pneumonia
pada balita, baik dari aspek individu anak, orang tua (ibu), maupun lingkungan.
Kondisi fisik rumah yang tidak sehat dapat meningkatkan resiko terjadinya berbagai
penyakit yang salah satunya pneumonia. Rumah yang padat penghuni, pencemaran
udara dalam ruangan akibat penggunaan bahan bakar pada (kayu bakar/arang), dan
perilaku merokok dari orang tua merupakan faktor lingkungan yang dapat
meningkatkan kerentanan balita terhadap pneumonia (Anwar, 2014).
Dari masalah yang diatas maka pemecahan masalah yang dapat dilakukan
perawat untuk penyakit pneumonia adalah perawat menjadi educator, membantu
orangtua untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada anaknya,
dengan cara memberikan penjelasan tentang gejala pada penyakit pneumonia, serta
tindakan-tindakan yang diberikan dan menghindari faktor resiko dari penyakit
pneumonia agar tidak mengalami pneumonia berulang, sehingga terjadi perubahan
prilaku dari orangtua klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus Pneumonia di
ICU.

b. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
Pneumonia di ruang ICU.
 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
Pneumonia di ruang ICU.
 Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada Pasien
Pneumonia di ruang ICU.
 Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan pada Pasien
Pneumonia di ruang ICU.
 Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Pasien
Pneumonia di ruang ICU.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia
adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi
bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin, 2008).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015). Pneumonia
adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi dapat
juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli (Nugroho, 2011).
B. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan
etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau
ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsulidasi dalam
lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

b. Pembagian etiologis

1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus hemolytikus,


streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus Friedlander, Mycobacterium
tuberculosis.
2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur:Hitoplasma Capsulatum,Cryptococus Neuroformans, Blastornyces
Dermatitides
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,benda asing
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:

1) Usia 2 bulan – 5 tahun


- Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah.
- Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan –
1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit
atau lebih.
- Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai
dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya
nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan
- Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat
yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak
ada nafas cepat.

C. Etiologi
Menurut Nugroho.T(2011),pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun,
trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015).

D. Gejala Klinis
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak,
respon sitemik anak terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan
obstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara
lain : takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas dan suara
nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).

Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi
akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermi,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif,
gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian
bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi
nafas (Terry & Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru- paru , partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan
humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme
pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui
aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka
terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah
besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten
limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru
menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran
darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-
to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.
Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan
hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).

Pathway:
Normal (sistem

pertahanan )terganggu

organisme

virus Saluran nafas bagian Stapilokokus


bawah pneumokokus

Kuman patogen mencapai Trombus


Eksudat masuk ke
bronkioli, terminalis merusak
sel epitel bersilia, sel goblet alveoli

Toksin , coagulase
Cairan edema + leukosit alveoli
ke alveoli

Sel darah merah Permukaan lapisan


Konsulidasi paru leukosit, pneumokokus pleura tertutup tebal
mengisi alveoli eksudat trombus vena
pulmonalis

Kapasita vital,
compliance menurun, Leukosit + fibrin Nekrosis
hemoragik mengalami
konsolidasi

Leukositosis

Bersihan jalan Intoleransi Defisiensi


Kekurangan
nafas tidak efektif aktifitas pengetahuan
volume cairan

Ketidakefektifan
pola nafas
F. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mutaqin (2008), pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada


orang dengan masalah pneumonia adalah:
a. Sinar X:mengidentifikasikan distribusi struktural(misal: lobar,bronchial); dapat
juga menyatakan abses.
b. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
c. Pemeriksaan serologi:membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain:
a. Manajemen Umum
1. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
2. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
3. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti;
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
4. Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.

b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti empiema terjadi.

c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu
perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G
untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi
pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi
pneumonia.

H. Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia adalah:
a. Pleurisi
b. Atelektasis
c. Empiema
d. Abses paru
e. Edema pulmonary
f. Infeksi super perikarditis
g. Meningitis
h. Arthritis
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif


(data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data
objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Nurarif (2015),
pengkajian yang harus dilakukan adalah :
a. Indentitas: Nama, usia, jenis kelamin
b. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama: pasien mengeluh batuk dan sesak napas.
2. Riwayat penyakit sekarang: pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijau- hiajuan, kecokelatan atau kemerahan, dan serring
kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan
menggigil (onset mungkin tiba-tiba dan berbahaya). Adanya keluhan nyeri dada
pleuritits, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, dan nyeri kepala.
3. Riwayat penyakit dahulu: dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti ISPA, TBC paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi.
4. Riwayat penyakit keluarga: dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumoni seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya.
5. Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap beberapa
oba, makanan, udara, debu.

c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2. Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3. Tanda-tand vital:
a. TD: biasanya normal
b. Nadi: takikardi
c. RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
d. Suhu: hipertermi
4. Kepala: tidak ada kelainan
Mata: konjungtiva nisa anemis
5. Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung Paru:
-
Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas
-
Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang
terkena.
-
Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
-
Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6. Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7. Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan
masalah pneumonia:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang
berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
yang ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan cuping hidung.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat
aktifitas ringan, sianosis.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan
menelan makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat badan selama
dalam perawatan.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah
beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit
yang diderita pasien, cara penularan, faktor resiko, tanda dan gejala,
penanganan dan cara pencegahannya.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan dimana


pada tahap ini perawat menentukan suatu rencana yang akan diberikan pada pasien
sesuai dengan masalah yang dialami pasien setelah pengkajian dan perumusan
diagnosa. Menurut Moorhead (2013) dan Bulechek (2013), intervensi keperawatan
yang ditetapkan pada anak dengan kasus pneumonia adalah :

Diagnosa TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)


keperawatan

a. Ketidakefektif NOC : Manajemen jalan nafas


an bersihan
Status pernafasan : 1. Monitor status
jalan nafas b.d Kepatenan jalan nafas pernafasan dan
mukus respirasi
berlebihan Definisi : saluran sebagaimana
trakeobronkial yang mestinya
terbuka dan lancar untuk
pertukaran udara 2. Posisikan pasien
semi fowler, atau
Setelah dilakukan tindakan posisi fowler
keperawatan selama 3x24
jam pasien dapat 3. Observasi
meningkatkan status kecepatan,irama,ked
pernafasan yang adekuat alaman dan
meningkat dari skala 2 kesulitan bernafas
(cukup) menjadi skala 4
(ringan) dengan kriteria 4. Auskultasi suara
hasil : nafas

1. Frekuensi pernafasan 5. lakukan fisioterapi


normal (30-50x/menit) dada sebagaimana
mestinya

2. Irama pernafasan
normal (teratur) 6. Kolaborasi
pemberian O2
3. Kemampuan untuk sesuai instruksi
mengeluarkan secret
(pasien dapat 7. Ajarkan melakukan
melakukan batuk batuk efektif
efektif jika
8. Ajarkan pasien dan
memungkinkan)
keluarga mengenai
4. Tidak ada suara nafas penggunaan
tambahan (seperti ; perangkat oksigen
Ronchi,wezing,mengi) yang memudahkan
mobilitas
5. Tidak ada penggunaan
otot bantu napas (tidak
adanya retraksi dinding
dada)
6. Tidak ada batuk
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
b. Ketidakefektif Status pernafasan Manajamen Jalan nafas
an pola napas
berhubungan Definisi : Proses keluar 1. Posisikan pasien
dengan masuknya udara ke paru- Posisi semi fowler,
keletihan otot paru serta pertukaran atau posisi fowler
pernafasan karbondioksida dan
oksigen di alveoli. Manajemen pernafasan

Setelah dilakukan tindakan 2.Observasi


keperawatan 3x24 jam kecepatan,irama,keda
status pernafasan yang laman dan kesulitan
adekuat meningkat dari bernapas
skala 2 (berat) menjadi 5
status pernafasan :
pertukaran gas yang
adekuat meningkat dari 3. Observasi adanya
skala 2 (berat) menjadi 4 suara napas
(ringan) tambahan

Dengan kriteria hasil : Kolaborasi


pemberian O2
1. Tidak dispnea saat
istirahat 5. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
2. Tidak dispneu saat penggunaan
aktifitas ringan perangkat oksigen
yang memudahkan
3. Tidak sianosis yaitu mobilitas
kulit tampak normal
atau tidak kebiruan
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada

d. Ketidakseim Status nutrisi : Asupan Manajemen nutrisi


bangan nutrisi
nutrisi 1. Observasi dan catat
kurang dari Definisi : Asupan gizi asupan pasien (cair
kebutuhan untuk memenuhi dan padat)
tubuh kebutuhan-kebutuhan
metabolik 2. Ciptakan lingkungan
berhubungan
yang optimal pada
dengan
Setelah dilakukan asuhan saat mengkonsumsi
asupan diet
keperawatan selama makan (misalnya;
kurang
3x24jam pasien dapat bersih, santai, dan
meningkatkan status bebas dari bau yang
nutrisi yang adekuat dari mneyengat)
skala 2 (sedikit adekuat)
menjadi skala 3 (cukup 3. Monitor kalori dan
adekuat) dengan kriteria asupan makanan
hasil :
4. Atur diet yang
1. Asupan kalori adekuat diperlukan
(menyediakan
2. Asupan protein adekuat makanan protein
3. Asupan zat besi adekuat tinggi, menambah
Ket: atau menguragi
1. Sangat berat kalori, vitamin,
2. Berat mineral atau
3. Cukup suplemen)
4. Ringan 5. Kolaborasi pemberian
5. Tidak ada obat-obatan sebelum
makan (contoh obat
anti nyeri)
6. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
mengakses program-
program gizi
komunitas (misalnya ;
perempuan,bayi,anak)
e. Intolerans Toleransi terhadap Manajemen energy
i Aktifitas aktifitas
berhubun 1. Observasi sistem
gan Definisi : Respon kardiorespirasi
dengan fisiologis terhadap pasien selama
ketidaksei pergerakan yang kegiatan (misalnya
mbangan memerlukan energi dalam ; takikardi,
antara aktifitas sehari-hari. distrimia, dispnea)
suplai dan
kebutuha Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor lokasi dan
n oksigen keperawatan 2x24jam sumber
pasien dapat toleransi ketidaknyamanan/
terhadap aktifitas nyeri yang dialami
meningkat dari skala 2 pasien selama
(banyak terganggu) aktifitas
menjadi 4 (sedikit
terganggu) dengan kriteria 3. Lakukan Rom
hasil : aktif atau pasif

1. Kemudahan bernapas
ketika beraktifitas
4. Lakukan terapi
2. Warna kulit idak pucat non farmakologis
(terapi musik)
3. Kemudahan dalam
melakukan ADL 5. Kolaborasi
pemberian terapi
Ket: farmakologis
untuk mengurangi
1. Sangat terganggu kelelahan
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu 6. Beri Penyuluhan
4. Sedikit terganggu kepada keluarga
5. Tidak terganggu dan pasien tentang
nutrisi yang baik
dan istirahat yang
adekuat

f. Defisiensi Pengetahuan : Manajemen Pengajaran proses


pengetahuan pneumonia penyakit
berhubungan
dengan kurang Definisi : 1. Kaji tingkat
sumber pengetahuan tentang
Tingkat pemahaman yang proses penyakit
pengetahuan disampaikan tentang
pneumonia, 2. Jelaskan tentang
pengobatannya dan penyakit
pencegahan komplikasinya
3. Jelaskan tanda dan
Setelah dilakukan tindakan gejala
keperawatan selama 30-
40menit pasien dan 4. Jelaskan tentang
keluarga dapat penyeba
meningkatkan pengetahuan
5. Jelaskan tentang
tentang manajemen
pneumonia. Meningkat
dari skala 2 (pengetahuan cara penularan
terbatas menjadi skala 4
(pengetahuan banyak) 6. Jelaskan
dengan kriteria hasil :
tentang cara
1. mengetahui tentang penanganan
penyakit
7. Jelaskan
2. mengetahui faktor
penyebab (dapat tentang cara
menyebutkan penyebab) pencegahan
3. mengetahui faktor
resiko kekambuhan
(dapat menyebutkan
faktor resiko)
4. mengetahui tanda dan
gejala penyakit dan
kekambuhan penyakit
(dapat menyebutkan
tanda dan gejala)
Ket :
1. Tidak ada
pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat
banyak
4. Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang merupakan


serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara langsung pada
klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau
tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

BAB III
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN PNEUMONIA DI RUANG ICU

1. BIODATA IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Tamat Akademik
Pekerjaan : Pengawai Negeri
Alamat : Binjai Serbangan Air
Jurman Tanggal Masuk RS :03-Mei-2021
No. Register :06.67.99.08
Ruangan/kamar : HCU IGD
Golongan Darah :B
Tanggal Pengkajian : 9Mei2021
Tanggal Operasi :
Diagnosa Medis : Pneumonia

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sesak saat nafas.

3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


4.
a) Provocative / palliative
Apa penyebabnya Tidak diketahui.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan Klien mengatakan tidak ada yang dapat
memperbaiki keadaan karena klien juga sulit tidur.

b) Quantity / quality
Bagaimana dirasakan
Klien merasa sangat terganggu,pasien sesak,batuk dan dahak yang sulit keluar.
Bagaimana dilihat
Klien tampak lemas, dan sesak didada dan juga batuk.
4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

a. Penyakit yang pernah dialami


Klien mengalami peyakit Diabetes Meilitus tipe II.
b. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Klien berobat ke puskesmas, dan kerumah sakit.
c. Pernah di rawat / dioperasi
Klien pernah di operasi delapan bulan yang lalu yaitu operasi
Trakeostomy.
d. Alergi
Klien tidak memiliki alergi.
e. Imunisasi
Imunisasi klien tidak lengkap.

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

a. Orang Tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
b. Saudara Kandung
Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
c. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang meninggal Kedua orang tua klien.
Penyebab meninggal Orang tua dari Tn.K meninggal karena faktor usia,
bukan karena penyakit apapun.

6. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi pasien tentang penyakitnya


Ny.R mengatakan ingin cepat cepat sembuh dari penyakit yang di
alaminya.
b. Konsep Diri
-
Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya.
-
Ideal diri
Pasien memiliki semangat untuk sembuh dan kembali kerumah.
-
Harga diri
Pasien merasa dirinya selama di RS mendapat banyak dukungan dari
keluarganya.
-
Peran diri
Dalam keluarga pasien berperan sebagai orang tua dan istri.
c. Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien saat dilakukan pengkajian dilihat terkontrol.
d. Hubungan sosial
-
Orang yang berarti
Orang yang berarti bagi klien adalah suami, anak dan cucunya.
-
Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik.
-
Hubungan dengan orang lain
Hubungan pasien dengan orang lain atau dillingkungan baik.
-
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.

e. Spritual
- Nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama kristen katolik, biasanya pasien
melakukan ibadahnya pada hari minggu,dan beribadah
dirumah pada pagi hari.
- Kegiatan ibadah
Bernyanyi, membaca alkitab dan berdo’a.
7. STATUS MENTAL
- Tingkat
kesadaran
Composmentis.

- Penampilan Kurang rapi


- Pembicaraan Baik.
- Alam
perasaan
Sedih.
- Afek
Datar
.
- Interaksi selama
wawancara Kontak mata
baik.
- Memori
Ingatan klien sudah terganggu mengingat usia pasien yang
sudah mulai menua.

8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Klien tampak gelisah,lemah dan sesak.
b. Tanda-tanda vital
- Suhu
tubuh
36,8◦C.
- Tekanan
darah 130/90
mmHg.
- Nadi
90 kali / menit.
- Pernafasan
- 30 kali / menit TB
155 Cm.
- BB
50 g.
c. Pemeriksaan
Head to toe
Kepala dan rambut
- Bentuk
Bulat dan simetris.
- Ubun–ubun
Tidak ada benjolan.
- Kulit kepala
Kurang
Bersih.
Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut


Rambut tumbuh merata dan keadaan rambut bersih. Warna
rambut sudah mulai memutih.
- Bau
Rambut tidak berbau.
- Warna kulit
Kuning
langsat.
Wajah

- Warna kulit
Kuning
langsat.
- Struktur
wajah Bulat,
simetris.
Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan


Mata lengkap dan simetris.
- Palpebra
Tidak ada kelainan.
- Konjungtiva dan sklera
Konjungtiva merah muda dan sklera putih.
- Pupil
Isokor
.
- Cornea dan iris
Tidak ada
kelainan.
- Visus
Ketajaman penglihatan kurang baik.
- Tekanan bola
mata Baik.
Hidung

- Tulang hidung dan posisi septum nasi


Tulang hidung simetris dan posisi septum nasi di tengah.
- Lubang hidung
Lubang hidung normal.
- Cuping hidung
Pernapasan menggunakan cuping hidung.

Telinga

- Bentuk Telinga
Daun telinga normal dan simetris.
- Ukuran telinga
Simetris kiri dan
kanan.
- Lubang Telinga
Lubang telinga normal dan kurang bersih.
- Ketajaman
pendengaran Kurang
baik.

Mulut dan faring

- Keadaan bibir
Kering,
simetris.
- Keadaan gusi dan gigi
Sebagian gigi pasien sudah tidak ada.
- Keadaan lidah
Lidah kurang
bersih.
- Orofaring
Pita suara kurang baik.

Pemeriksaan integumen

- Kebersihan
Kulit tampak bersih.
- Kehangata
n Hangat.
- Warna
Warna kulit kuning langsat.
- Turgo
Turgo kulit tidak elastis, CRT > 2detik.
- Kelembaban
Kelembaban kulit kurang baik.
- Kelainan pada kulit
Ada kelainan pada kulit seperti bersisik.

Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Tidak dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan toraks / dada

- Bentuk normal, simetris, pernafasan terlihat tidak teratur


- Takipnea
- RR 30X
menit
Pemeriksaan
paru
- Palpasi suara getaran
suara : Palpasi tidak
dilakukan
- Perkusi :
Terdapat bunyi dullness

- Auskultasi
: Ronchi
Pemeriksaan jantung

- Tidak dilakukan pemeriksaan.

Pemeriksaan abdomen

- Simetris, tidak ada benjolan.

Pemeriksaan muskulokeletal/ekstremitas (kesimetrisaan,


kekuatan, otot, edema
- Otot tampak simetris, tidak ada edema, kekuatan otot lemah.

Fungsi motorik

- Pasien tidak dapat berjalan dengan baik.

Fungsi sensorik

- Pasien dapat merasakan sentuhan, getaran, panas, dingin, dan


tajam, tumpul.

9. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan / hari
Pasien makan 3 kali
sehari.
- Nafsu / selera makan
Pasien tidak selera
makan.
- Nyeri ulu hati
Tidak ada nyeri ulu hati yang dirasakan pasien.
- Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
- Mual dan muntah
Pasien mengalami mual dan muntah.
- Waktu pemberiaan makan
Pagi pada jam 07.00 wib, siang pada jam 12.00 wib, dan
malam pada jam 18.00 wib.
- Jumlah dan jenis
makanan Satu mangkuk
sonde.
- Waktu pemberian cairan/minuman
Pemberian cairan pada pasien diberikan sesering mungkin.
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
Pasien makan dan minum dibantu dengan menggunakan selang
NGT.
2. Perawatan diri / personal hygine
- Kebersihan tubuh
Tubuh pasien
bersih.
- Kebersihan gigi dan mulut
Mulut dan gigi pasien kurang bersih.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kuku kaki dan tangan tampak kurang bersih.
3. Pola kegiatan / aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti
pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total
Secara umum aktivitas pasien dibantu oleh perawat dan
suami dan anak pasien.
- Uraian aktivitas pasien selama dirawat / sakit
Selama pasien sakit, pasien tetap melakukan ibadah sesuai
keyakinannya yang dipimpin oleh suaminya.
4. Pola eliminasi
A. BAB
- Pola BAB
1 kali /
hari.
- Karakter feses
Lunak, berwarna kecoklatan.
- Riwayat pendarahan
Tidak ada riwayat pendarahan.
- Diare
Tidak ada diare.
- Penggunan laksatif
Tidak ada penggunan laksatif.
B. BAK
- Pola BAK
Tidak
menentu.
- Karakter urin
Kuning
keruh.
- Nyeri / rasa terbakar / kesulitan
BAK Tidak ada kesulitan BAK.
- Riwayat penyakit ginjal / kandung
kemih Tidak ada riwayat penyakit.
- Penggunan diuretik
Tidak menggunakan diuretik.
5. Mekannisme koping
- Adaptif
Mampu menyelesaikan masalah.
Maladapti
A. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan
1 DS : Pasien mengatakan Inflamasi Bersihan jalan
batuk denganm dahak yang trakeobronkial dan nafas
kental dan sulit untuk di parenkim paru,
keluarkan dan terasa lengket pembentukan edema,
di tengorokan , pasien peningkatan sputum
mengatakan sulit saat
Bernafas
DO :
- pasien terlihat kesulitan
bernafas,
- takipnea (+)
- Disnea (+)
- kesulitan berbicara
- penurunan suara nafas
- TTV
TD:130/90 mmHg
N :90x/menit
RR :30x/menit
2
DS : pasien mengatakan Anokreksia, akibat Resiko Nutrisi
tidak selera makan karena toksin bakteri, baud an kurang dari
saat makan pasien merasa rasa sputum kebutuhan tubuh
mual dan ingin muntah,berat
badan turun 4 kg dari 60 kg
menjadi 56 kg,pasien
mengatakan lemah dank ram
abdomen, baruk berdahak
DO :- Pasien terlihat lemah
- Wajah pucat
- Tungor kulit buruk

- Mata berkantung
- Lingkar mata hitam
- Bising usus hiperaktif
- Membran mukosa kering
- Rongga mulut terluka
- Takipnea
-Kelemahanotot yang
berfungsi untuk
mengunyah/menelan
- TTV
TD :130/90 mmHg
3 N :90x/menit
RR :30x/menit Akumulasi secret dilan
nafas menghalangi Intoleransi aktivitas
DS : pasien mengatakan proses difusi, oksigen
badan nya lemas sehingga kompensasi meningkat,
susah untuk beraktivitas gerakan prnafasan,
DO : sesak, pola nafas tidak
- klien tampak memanggil efektif, transportasi
keluarga dan perawat saat oksigen terganggu,
butuh sesuatu kelelahan fisik,aktivitas
- Klien tampak lemas kehidupan sehari – hari
terbaring di tempat tidur terganggu
B. Masalah keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif


2. Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intoleransi aktivitas

C. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan ada sputum ditenggorokan klien, bunyi nafas ronkhi, sesak
nafas, RR: 30x/menit, N: 90x/menit
2. Resiko Nutrrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat ditandai dengan sulit menelan , tidak selera makan, dan mual/muntah
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan umum yang lemah ditandai
dengan badan klien yang lemas sehingga susah beraktivitas dan semua kebutuhan dibantu
oleh keluarga dan perawat.

D. Perencanaan keperawatan dan rasional

Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan


peningkatan produksi sputum ditandai dengan ada sputum
ditenggorokan klien, bunyi nafas ronkhi, sesak nafas, RR:30X/menit,
N:90X/menit

Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x 24 jam,diharapakan


jalan nafas kembali efektif
kriteria : bunyi nafas normal, bunyi nafas bersih, sianosis, TTV TD :120-130/80-
90 mmHg N:60-100x/menit RR :16-24 X/menit
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi/kedalaman 1. Melakukan evaluasi awal untuk
pernafasan dan gerakan dada melihat kemajuan dari hasil
intervensi yang dilakukan
2. Auskultasi area paru, catat 2. Penurunan aliran udara terjadi
bunyi nafas pada area konsolidasi dengan
cairan.bunyi nafas bronchial
(normal pada bronkus) dapat
terjadi pada area konsilidasi,
crackles,ronkhi,mengi terdengar
pada inspirasi dan/atau ekspirasi
dulu dari akumulasi cairan
3. Bantu pasien latihan nafas 3. Merangsang batuk atau
dalam pembersihan nafas secara
mekanik pada klien yang tidak
mampu melakukan karena batuk
tidak efektif atau penurunan
4. Berikan oksigen sesuai dengan tingkat kesadaran
indikasi 4. Memobilisasi dan mengeluarkan
sputum dan membantu
pernafasan klien
5. Berikan cairan yang paling
sedikit 2500ml/hari.(kecuali 5. Cairan (khusus yang hangat)
kontra indikasi). Tawarkan air memobilisasi dan mengeluarkan
hagat dari pada air dingin secret
6. Lakukan suction atas indikasi
6. Menstimulasi batuk atau
pembersihan saluran nafas pada
klien yang tidak melakukannya
dikarenakan ketidakefektifan
batuk dan penurunan kesadaran

Diagnosa :ResikoNutrrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan


asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan sulit menelan , tidak
selera makan, dan mual/muntah

Tujuan : Intake nutrisi klien adekuat


Kriteria hasil : Tidak terjadi penuruan berat badan, peningkatan status gizi
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuam menelan 1. Mengetahui apakah ada tanda –
klien tanda kesulitan untuk menelan
dan memberiakan informasi
tentang jenis diet yang sesuai
2. Mulut yang bersih meningkatkan
2. Jaga kebersihan mulut klien nafsu makan makan
3. Mningkatkan selera makan dan
3. Sajikan makanan yang mudah intake makan
dicerna dalam keadaan hangat,
tertutup dan berikan sedikit
sedikit tapi sering 4. Memudahkan makanan masuk
5. Mengurangi rasa nyaman
4. Selingi makan dengan minun

5. Hindari makanan yang banyak 6. Posisi semi fowler membantu


mengandung gas mengurangi risiko aspirasi

6. Posisikan pasien semi fowler


saat memberiakan diet.

Diagnosa : Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan umum yang


lemah ditandai dengan badan klien yang lemas sehingga susah
beraktivitas dan semua kebutuhan dibantu oleh keluarga dan
perawat.

ujuan : Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam aktivitas klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Klien tidak kesulitan melakukan aktivitas dan dapat menggerakkan
tubuhnya.
Intervensi Rasional
1. Mengevaluasi respon terhadap 1. Memberikan kemampuan
aktivitas .mencacat dan /kebutuhan pasien dan
melaporkan adanya dispnea, memfasilitasi dalam pemilihan
peningkatan kelelahan serta intervensi
perubahan dalam tanda vital
selama setelah aktivitas

2. Memberikan lingkungan yang


nyaman dan membatasi
pengunjung selama fase akut 2. Mengurangi stressdan stimulasi
atas indikasi yang berlebihan, serta
meningkatkan istirahat

3. Membantu pasien untuk berada

pada posisi yang nyaman untuk


beristirahat dan tidur 3. Pasien mungin merasa nyaman
dengan kepala dalam keadaan
elevasi,tidur dikursi atau
istirahat pada meja dengan
bantuan bandal
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Bersihan jalan 1. Mengkaji S :klien mengtakan
nafas tidak frekuensi/kedalaman sesak nafas/sulit
efektif yang pernafasan dan gerakan bernafas dan tersa
berhubungan dada banyak sputum
dengan O :klien tampak
peningkatan 2. Mengauskultasi area kesulitan brnafas
produksi paru, catat bunyi nafas Terdengar suara ronkhi
sputum RR :30x/menit
ditandai 3. Membantu pasien latihan Secret :masih ada
dengan ada nafas dalam A : masalah bersihan
sputum 4. Memberikan oksigen jalan nafas tidak efektif
ditenggorokan sesuai dengan indikasi belum teratasi
klien, bunyi P : lanjutkan intervensi
nafas ronkhi, a. kaji frekuensi
sesak nafas, pernafasan
RR:30X/menit, b. berikan klien
N:90X/menit terapi oksigen
c. anjurkan klien
untuk batuk
efektif dan
nafas dalam
d. pantau TTV
2 Nutrrisi 1. Mengkaji S : mengatakan tidak
kurang dari kemampuam menelan nafsu makan
kebutuhan klien O :keadaan umum
yang 2. Menjaga kebersihan pasien masih lemah
berhubungan mulut klien Tanda – tanda vital
dengan asupan 3. Menyaajikan TD :130/90 mmHg
nutrisi tidak makanan yang mudah HR : 90x/menit
adekuat dicerna dalam RR : 30x/menit
ditandai keadaan hangat, T : 36.8
dengan sulit tertutup dan berikan BB : 60 kg
menelan , tidak sedikit sedikit tapi TB :155cm
selera makan, sering A : masalah nutrisi
dan kurang dari kebutuhan
mual/muntah 4. Selingi makan dengan tubuh belum teratasi
minun P : intervensi
keperawatan
5. Hindari makanan dilanjutkan
yang banyak a. kaji status
mengandung gas nutrisi/intake
dan output
6. Memposisikan pasien b. pantau TTV
semi fowler saat c. anjurkankan
memberiakan diet. klien untuk
makan sedikit
tapi sering

3 Intoleransi 1. Mengevaluasi respon S :klien mengatakan


aktivitas yang terhadap aktivitas badannya lemas
berhubungan .mencacat dan sehingga sulit untuk
dengan melaporkan adanya beraktivitas dan sulit
keadaan umum dispnea, peningkatan jika melakukan
yang lemah kelelahan serta pergerakan pindah
ditandai perubahan dalam posisi
dengan badan tanda vital selama O : klien masih tampak
klien yang setelah aktivitas lemah
lemas sehingga 2. Memberikan Tampak semua
susah lingkungan yang aktivitas pasien dibantu
beraktivitas nyaman dan oleh keluarga dan
dan semua membatasi perawat
kebutuhan pengunjung selama A : masalah intoleransi
dibantu oleh fase akut atas indikasi aktivitas belum teratasi
keluarga dan 3. Membantu pasien P : intervensi
perawat untuk berada pada keperawatan
posisi yang nyaman dilanjutkan
untuk beristirahat a. Dekatkan benda
dantidur – benda yang
dibutuhkan
klien
b. Bantu aktivitas
klien
c. Libatkan
keluarga dalam
proses
penyembuhan
d. Bantu pasien
mengubah
posisi miring
kiri miring
kanan minimal
setiap 2 jam
sekali
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 kedalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam metabolisme sel.
a. Hasil pengkajian dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi pada Ny.R
yaitu adanya sekret/sputum yang sulit untuk dikeluarkan , pasien merasa
sesak nafas dan lemas.
b. Diagnosis yang ditemui setelah pengkajian adalah Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret
c. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi pada Ny.R
yaitu; kaji fungsi pernafasan, auskultasi bunyi nafas, beri posisi
semifowler pada pasien, lakukan suction untuk mengeluarkan sekret,
anjurkan pasien batuk efektif,pertahankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
d. Implementasi asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi pada
Ny.R yaitu; mengkaji fungsi pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas,
memberi posisi semi fowler, melakukan suction untuk mengeluarkan
sekret, menganjurkan pasien batuk efektif, mempertahankan cairan
sedikitnya 2500 ml/hari
e. Evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada Ny.R
yaitu pasien mengatakan sesak nafasnya sedikit berkurang.
B .Saran

a. Bagi pendidikan keperawatan


Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru
tentang kebutuhan oksigenasi, khusunya bagi mata kuliah kebutuhan
dasar manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan yang
komprehensif terhadap masalah kebutuhan oksigenasi.

b. Bagi praktek sebaiknya peran perawat lebih di optimalkan dalam


memberikan pelayanan terhadap kebutuhan dasar oksigenasi, sehingga
dapat mencegah masalah pernafasan/oksigenasi yang lebih buruk lagi

c. Bagi penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi
penulis tentang kebutuhan dasar oksigenasi, sehingga penulis dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah
kebutuhan oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA

Christian T. 2016 . Gambaran Karakteristik Pneumonia Pada


Anak Vol 4 No 2.
Jurnale-Clinic
Herdman T. 2015. NANDA Internasional. Diagnosis
Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC
Alimul Hidayat, A. Aziz . (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar
Manusia :
aplikasikonsep dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Amin & Hardi. (2016). Asuhan Keperawatan
Praktis.Yogyakarta: Mediaction Asmadi. (2008). Konsep dan
Aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika

Bulechek et al. (2013).Nursing Intervensi Classification (NIC


Edisi Ke-enam).
Singapore: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai