Keperawatan Kritis
"Askep Pneumonia di ICU"
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Kritis dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PNEUMONIA DIRUANG ICU”. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan perkembangan
kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Kritis.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para
pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di
masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah......................................................................................................4
2. Tujuan .....................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pneumonia.............................................................................................6
B. Klasifikasi Pneumonia.............................................................................................6
C. Etiologi Pneumonia.................................................................................................7
D. Manifestasi Klinis....................................................................................................7
E. Patofisiologi ..........................................................................................................8
F. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................10
G. Penatalaksanaan.......................................................................................................10
H. komplikasi ..........................................................................................................11
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus Pneumonia di
ICU.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
Pneumonia di ruang ICU.
Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
Pneumonia di ruang ICU.
Mahasiswa mampu membuat perencanaan keperawatan pada Pasien
Pneumonia di ruang ICU.
Mahasiswa mampu membuat implementasi keperawatan pada Pasien
Pneumonia di ruang ICU.
Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Pasien
Pneumonia di ruang ICU.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pneumonia
Pneumonia adalah inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus (Terry & Sharon, 2013). Pneumonia
adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi
bahan kimia sehingga alveoli terisi oleh eksudat peradangan (Mutaqin, 2008).
Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2015). Pneumonia
adalah peradangan pada baru yang tidak saja mengenai jaringan paru tapi dapat
juga mengenai jaringan paru tapi dapat juga mengenai bronkioli (Nugroho, 2011).
B. Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan anatomi dan
etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal sebagai pneumonial bilateral atau
ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsulidasi dalam
lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
b. Pembagian etiologis
C. Etiologi
Menurut Nugroho.T(2011),pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti:
a. Bakteri: stapilococus, sterptococcus, aeruginosa.
b. Virus: virus influenza, dll
c. Micoplasma pneumonia
d. Jamur: candida albicans
e. Benda asing
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun,
trauma pada paru, anestesia, aspirasi, dan pengobatan dengan antibiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015).
D. Gejala Klinis
Gambaran klinis pneumonia bervariasi, yang bergantung pada usia anak,
respon sitemik anak terhadap infeksi,agen etiologi, tingkat keterlibatan paru, dan
obstruksi jalan napas. Tanda dan gejala anak yang mengalami pneumonia antara
lain : takipnea, demam, dan batuk disertai penggunaan otot bantu nafas dan suara
nafas abnormal (Terry & Sharon, 2013).
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi
hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi
akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC,
WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk,
selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru
menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan
membran respirasi dan penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat
menyebabkan kapasitas difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia.
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul yaitu: nyeri (akut), hipertermi,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, bersihan jalan nafas tidakk efektif,
gangguan pola tidur, pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi
karena eksudat yang mengisi elveoli dan brokiolus. Saat saluran nafas bagian
bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan jalan obstruksi
nafas (Terry & Sharon, 2013).
Sebagian besar pneumoni didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran napas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru- paru , partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan
humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme
pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui
aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka
terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah
besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten
limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral. Jaringan paru
menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran
darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-
to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.
Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan
hiperkapnia (Nugroho.T, 2011).
Pathway:
Normal (sistem
pertahanan )terganggu
organisme
Toksin , coagulase
Cairan edema + leukosit alveoli
ke alveoli
Kapasita vital,
compliance menurun, Leukosit + fibrin Nekrosis
hemoragik mengalami
konsolidasi
Leukositosis
Ketidakefektifan
pola nafas
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain:
a. Manajemen Umum
1. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan.
2. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg.
3. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonenia pasti;
pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan ventilator.
4. Hidrasi: Pemantauan asupan dan keluaran; cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairkan sekresi.
b. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada: mungkin diperlukan jika masalah
sekunder seperti empiema terjadi.
c. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu
perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya: Penicillin G
untuk infeksi pneumonia staphylococcus, amantadine, rimantadine untuk infeksi
pneumonia virus. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi
pneumonia.
H. Komplikasi
Menurut Mutaqin (2008), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan
pneumonia adalah:
a. Pleurisi
b. Atelektasis
c. Empiema
d. Abses paru
e. Edema pulmonary
f. Infeksi super perikarditis
g. Meningitis
h. Arthritis
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2. Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3. Tanda-tand vital:
a. TD: biasanya normal
b. Nadi: takikardi
c. RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
d. Suhu: hipertermi
4. Kepala: tidak ada kelainan
Mata: konjungtiva nisa anemis
5. Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung Paru:
-
Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
penggunaan otot bantu napas
-
Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang
terkena.
-
Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
-
Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6. Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7. Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2015), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan
masalah pneumonia:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan yang ditandai dengan jumlah sputum dalam jumlah yang
berlebihan, dispnea,sianosis, suara nafas tambahan (ronchi).
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
yang ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan cuping hidung.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu saat
aktifitas ringan, sianosis.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan ketidakmampuan
menelan makanan,membran mukosa pucat, penurunan berat badan selama
dalam perawatan.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah
beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit
yang diderita pasien, cara penularan, faktor resiko, tanda dan gejala,
penanganan dan cara pencegahannya.
3. Intervensi Keperawatan
2. Irama pernafasan
normal (teratur) 6. Kolaborasi
pemberian O2
3. Kemampuan untuk sesuai instruksi
mengeluarkan secret
(pasien dapat 7. Ajarkan melakukan
melakukan batuk batuk efektif
efektif jika
8. Ajarkan pasien dan
memungkinkan)
keluarga mengenai
4. Tidak ada suara nafas penggunaan
tambahan (seperti ; perangkat oksigen
Ronchi,wezing,mengi) yang memudahkan
mobilitas
5. Tidak ada penggunaan
otot bantu napas (tidak
adanya retraksi dinding
dada)
6. Tidak ada batuk
Ket:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
b. Ketidakefektif Status pernafasan Manajamen Jalan nafas
an pola napas
berhubungan Definisi : Proses keluar 1. Posisikan pasien
dengan masuknya udara ke paru- Posisi semi fowler,
keletihan otot paru serta pertukaran atau posisi fowler
pernafasan karbondioksida dan
oksigen di alveoli. Manajemen pernafasan
1. Kemudahan bernapas
ketika beraktifitas
4. Lakukan terapi
2. Warna kulit idak pucat non farmakologis
(terapi musik)
3. Kemudahan dalam
melakukan ADL 5. Kolaborasi
pemberian terapi
Ket: farmakologis
untuk mengurangi
1. Sangat terganggu kelelahan
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu 6. Beri Penyuluhan
4. Sedikit terganggu kepada keluarga
5. Tidak terganggu dan pasien tentang
nutrisi yang baik
dan istirahat yang
adekuat
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi
keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi atau
tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN PNEUMONIA DI RUANG ICU
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Tamat Akademik
Pekerjaan : Pengawai Negeri
Alamat : Binjai Serbangan Air
Jurman Tanggal Masuk RS :03-Mei-2021
No. Register :06.67.99.08
Ruangan/kamar : HCU IGD
Golongan Darah :B
Tanggal Pengkajian : 9Mei2021
Tanggal Operasi :
Diagnosa Medis : Pneumonia
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sesak saat nafas.
b) Quantity / quality
Bagaimana dirasakan
Klien merasa sangat terganggu,pasien sesak,batuk dan dahak yang sulit keluar.
Bagaimana dilihat
Klien tampak lemas, dan sesak didada dan juga batuk.
4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Orang Tua
Orang tua klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
b. Saudara Kandung
Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit apapun.
c. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan bahwa tidak ada penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang meninggal Kedua orang tua klien.
Penyebab meninggal Orang tua dari Tn.K meninggal karena faktor usia,
bukan karena penyakit apapun.
e. Spritual
- Nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama kristen katolik, biasanya pasien
melakukan ibadahnya pada hari minggu,dan beribadah
dirumah pada pagi hari.
- Kegiatan ibadah
Bernyanyi, membaca alkitab dan berdo’a.
7. STATUS MENTAL
- Tingkat
kesadaran
Composmentis.
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Klien tampak gelisah,lemah dan sesak.
b. Tanda-tanda vital
- Suhu
tubuh
36,8◦C.
- Tekanan
darah 130/90
mmHg.
- Nadi
90 kali / menit.
- Pernafasan
- 30 kali / menit TB
155 Cm.
- BB
50 g.
c. Pemeriksaan
Head to toe
Kepala dan rambut
- Bentuk
Bulat dan simetris.
- Ubun–ubun
Tidak ada benjolan.
- Kulit kepala
Kurang
Bersih.
Rambut
- Warna kulit
Kuning
langsat.
- Struktur
wajah Bulat,
simetris.
Mata
Telinga
- Bentuk Telinga
Daun telinga normal dan simetris.
- Ukuran telinga
Simetris kiri dan
kanan.
- Lubang Telinga
Lubang telinga normal dan kurang bersih.
- Ketajaman
pendengaran Kurang
baik.
- Keadaan bibir
Kering,
simetris.
- Keadaan gusi dan gigi
Sebagian gigi pasien sudah tidak ada.
- Keadaan lidah
Lidah kurang
bersih.
- Orofaring
Pita suara kurang baik.
Pemeriksaan integumen
- Kebersihan
Kulit tampak bersih.
- Kehangata
n Hangat.
- Warna
Warna kulit kuning langsat.
- Turgo
Turgo kulit tidak elastis, CRT > 2detik.
- Kelembaban
Kelembaban kulit kurang baik.
- Kelainan pada kulit
Ada kelainan pada kulit seperti bersisik.
- Auskultasi
: Ronchi
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan abdomen
Fungsi motorik
Fungsi sensorik
- Mata berkantung
- Lingkar mata hitam
- Bising usus hiperaktif
- Membran mukosa kering
- Rongga mulut terluka
- Takipnea
-Kelemahanotot yang
berfungsi untuk
mengunyah/menelan
- TTV
TD :130/90 mmHg
3 N :90x/menit
RR :30x/menit Akumulasi secret dilan
nafas menghalangi Intoleransi aktivitas
DS : pasien mengatakan proses difusi, oksigen
badan nya lemas sehingga kompensasi meningkat,
susah untuk beraktivitas gerakan prnafasan,
DO : sesak, pola nafas tidak
- klien tampak memanggil efektif, transportasi
keluarga dan perawat saat oksigen terganggu,
butuh sesuatu kelelahan fisik,aktivitas
- Klien tampak lemas kehidupan sehari – hari
terbaring di tempat tidur terganggu
B. Masalah keperawatan
C. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan ada sputum ditenggorokan klien, bunyi nafas ronkhi, sesak
nafas, RR: 30x/menit, N: 90x/menit
2. Resiko Nutrrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan asupan nutrisi tidak
adekuat ditandai dengan sulit menelan , tidak selera makan, dan mual/muntah
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan umum yang lemah ditandai
dengan badan klien yang lemas sehingga susah beraktivitas dan semua kebutuhan dibantu
oleh keluarga dan perawat.
ujuan : Setelah dilakukan intervensi 2x24 jam aktivitas klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Klien tidak kesulitan melakukan aktivitas dan dapat menggerakkan
tubuhnya.
Intervensi Rasional
1. Mengevaluasi respon terhadap 1. Memberikan kemampuan
aktivitas .mencacat dan /kebutuhan pasien dan
melaporkan adanya dispnea, memfasilitasi dalam pemilihan
peningkatan kelelahan serta intervensi
perubahan dalam tanda vital
selama setelah aktivitas
A. Kesimpulan
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 kedalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang
sangat dibutuhkan dalam metabolisme sel.
a. Hasil pengkajian dengan masalah kebutuhan dasar oksigenasi pada Ny.R
yaitu adanya sekret/sputum yang sulit untuk dikeluarkan , pasien merasa
sesak nafas dan lemas.
b. Diagnosis yang ditemui setelah pengkajian adalah Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret
c. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi pada Ny.R
yaitu; kaji fungsi pernafasan, auskultasi bunyi nafas, beri posisi
semifowler pada pasien, lakukan suction untuk mengeluarkan sekret,
anjurkan pasien batuk efektif,pertahankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
d. Implementasi asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi pada
Ny.R yaitu; mengkaji fungsi pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas,
memberi posisi semi fowler, melakukan suction untuk mengeluarkan
sekret, menganjurkan pasien batuk efektif, mempertahankan cairan
sedikitnya 2500 ml/hari
e. Evaluasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi pada Ny.R
yaitu pasien mengatakan sesak nafasnya sedikit berkurang.
B .Saran
c. Bagi penulis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi
penulis tentang kebutuhan dasar oksigenasi, sehingga penulis dapat
memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah
kebutuhan oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA