Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan yang maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayahnya serta memberikan perlindungan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan keperawatan TB dan asma“. Dimana makalah
ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan medical bedah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa selama menyusun makalah ini belum sempurna
dikarenakan masih dalam tahap pembelajaran tingkat awal. Dengan adanya kendala dan
keterbatasan yang dimiliki oleh masing-masing individu dari kelompok, maka kami dari
kelompok berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan sebaik
mungkin.

Dalam kesempatan ini terimakasih kami ucapkan semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembacanya. Apabila terdapat kesalahan atau kekurangan mohon dimaafkan.

Sebagai manusia, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi perbaikan yang lebih baik untuk kedepannya.

Pontianak, 18 September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................i


DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Tujuan .............................................................................................................2
C. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB ................................................................4
a) Pengertian ...................................................................................................6
b) Etologi ........................................................................................................6
c) Patofisiologi ................................................................................................7
d) Klarifikasi ...................................................................................................10
e) Askep TB paru ............................................................................................12
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma ............................................................15
a) Pengertian ...................................................................................................17
b) Penyebab ....................................................................................................17
c) Tanda dan gejala .........................................................................................18
d) Patofisiologi ................................................................................................18
e) Askep Asma ...............................................................................................19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................................20
B. Saran ...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tuberculosis adalah penyakit yng disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat terangsang olehnya, tapi yang paling banyak
adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Tuberculosis adalah penykit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dengn gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer, 1999).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian
dunia karena angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis ini tinggi hingga saat ini belum ada negara pun yang bebas TB.
Indonesia sendiri menempati peringkat ke-3 setelah india dan cina yang menjadi
negara degan kasus TB tertinggi. Hasil survey TB prevalensi TB di Indonesia pada
tahun 2009. 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan)
sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan) (Depkes,
2011).
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh
spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan
penurunan ventilasi alveolus. (Huddak & Gallo, 1997).Asma adalah penyakit jalan
nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam
secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer, 2002 :611).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB paru dan
asuhan keperawatan tentang asma bronkial dan juga mampu
mengaplikasikannya pada penderitanya.
2. Tujuan khusus

a. Mengetahui Pengertian tb dan asma


b. Mengetahui Etologi tb dan asma
c. Mengetahui Patofisiologi tb dan asma
d. Mengetahui Klarifikasi tb dan asma
BAB II PEMBAHASAN

ASKEP TUBERCULOSIS PARU

A. Pengertian
Batuk darah (hemoptisis)adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan
berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal,
batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas,
sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi (Hood Alsagaff, 1995, hal 301).
Tuberculosis adalah penyakit yng disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat terangsang olehnya, tapi yang paling banyak
adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Tuberculosis adalah penykit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dengn gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer, 1999).

B. Etiologi
Agen infeksius utama, Mycobacetrium tuberculosis adalah batang aerobik
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet.
Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium pernah, pada kejadian yang
jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis.
C. Klasifikasi
Klasifakasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik
dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah
satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
-Dengan atau tanpa gejala klinik
-BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kah dlsokong
biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
-Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.
b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:
-gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB Paru aktif
-BTA negatif, biakan negatif tetapl radiologik positif.
c. Bekas TB Paru dengan kriteria:
-Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif
-gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
-Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang
tidak berubah.
-Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).
D. Patofisiologi
E. Gejala Klinis
Gejala umum Tb paru adalah batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa
sputum, malaise, gejal flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah. (Mansjoer, 1999)
Gejala lain yaitu kelelahan, anorexia, penurunan berat badan (Luckman dkk, 93)
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB
paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
>Batuk : Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur
darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
> Batuk darah : Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak.
Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah
tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
> Sesak napas : Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan
lain-lain.
> Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem Persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi:
> Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
> Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise.
> Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
Tuberkulosis Paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan
deman tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan BB, berkeringat malam, nyeri
dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat
berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat mempunyai manisfestasi atipikal pada lansia, seperti perilaku
tiada biasa dan perubahan status mental, demam, anorexia dan penurunan BB. Basil
TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman.

F. Penularan dan Faktor-Faktor Risiko


Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
lndividu terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,
melepaskan droplet. Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil
tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. lndividu yang berisiko tinggi
untuk tertular tuberkulosis adalah :
-Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif -lndividu
imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi
kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV)
-Pengguna obat-obat IV dan Alkoholik
-Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma ; tahanan ; etnik
dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda antara
yang berusia 15 sampai 44 tahun)
-Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya :
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi)
-lmigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika, Amerika
Latin, Karibia)
-Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya : fasilitas perawatan jangka
panjang, institusi psikiatrik, penjara)
-individu yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh
-petugas kesehatan.
-Risiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di
udara
G. Pemeriksaan penunjang
1. Darah : - Leokosit sedikit meninggi
- LED meningkat
2. Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada satu sediaan
dengan kata lain 5000 kuman dalam 1 ml sputum.
3. Test Tuberlin : Mantoux Tes (PPD)
4. Roentgen : Foto PA

H. Medikamentosa
Jenis obat yang dipakai :
- Obat primer
1. Isoniazid (H)
2. Rifampisin (R)
3. Pirazinamid (Z)
4. Streptomisin
5. Etambutol (E)
- Obat sekunder
1. Ekonamid
2. Protionamid
3. Sikloserin
4. Kanamisin
5. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)
6. Tiasetazon
7. Viomisin
8. Kapreomisin

Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES 2000 yaitu :


 Tahap Intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut
diberikan secara tepet, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negative
(konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasaan ketat dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
 Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis
obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kelembutan. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
I. Kegagalan Pengobatan
Sebab-sebab kegagalan pengobatan :
a. Obat : - Paduan obat tidak adekuat
-Dosis obat tidak cukup
-Minum obat tidak teratur/ tidak sesuai dengan petunjuk yang
diberikan.
-Jangka waktu pengobatan kurang dari semestinya.
- Terjadi resistensi obat.
b. Drob out : - kekurangan biaya pengobatan
- merasa sudah sembuh
-malas berobat
c. Penyakit : -lesi paru yang sakit terlalu luar/sakit berat
-ada penyakit lain yang menyertai contoh : demam, Alkoholisme dll
-ada gangguan imunologis

J. Penanggulangan khusus pasien


a. Terhadap penderita yang sudah berobat secara teratur
1. Menilai kembali apakah panduan obat sudah adekuat mengenai dosis
dan cara pemberian.
2. Periksaan uji kepekaan / test resistensi kuman terhadap obat.
b. Terhadap penderita riwayat pengobatan tidak teratur
1. Teruskan pengobatan lama + 3 bulan dengan evaluasi bakteriologis
tiap-tiap bulan.
2. Nilai ulang test resistensi kuman terhadap obat yang masih sensitive.
c. Pada penderita kambuh ( sudah menjadi pengobatan teratur dan adekuat sesuai
rencana tetapi dalam control ulang BTA ( + ) secara mikroskopik atau secara
biakan )
1. Berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan pertama
2. Lakukan pemeriksaan BTA mikroskopik 3 kali, biakan dan resistensi
3. Roentgen paru sebagai evaluasi.
4. Identifikasi adanya penyakit yang menyertai ( demam, alkoholisme /
steroid jangka lama )
5. Sesuatu obat dengan tes kepekaan / resistensi
6. Evaluasi ulang setiap bulannya : pengobatan, radiologis, bakteriologis.

J. Asuhan keperawatan TB paru

1. Pengkajian

Data yang di kaji

a. Aktifitas/istirahat
- Kelelahan
- Nafas pendek karena kerja
- Kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat
- Mimpi buruk
- Takhikardi, takipnea/dyspnea pada kerja
- Kelelahan otot, nyeri, dan sesak
b. Integritas Ego
- Adanya / factor stress yang lama
- Masalah keuangan, rumah
- Perasaan tidak berdaya / taka da harapan
- Menyangkal
- Ansetas, ketakutan, mudah terangsang
c. Makanan / cairan
- Kehilangan nafsu makan
- Tidak dapat mencerna
- Penurunan berat badan
- Turgor kulit burut, kering/kulit bersisik
- Kehilangan otot/hilang lemak sub kutan
d. Kenyamana
- Nyeri dada
- Berhati-hati pada daerah yang sakit
- Gelisah
e. Pernafasan
- Nafas pendek
- Batuk
- Peningkatan frekuensi pernafasan
- Pengembangan pernafasan tak simetris
- Perkusi pekak dan penurunan fremitus
- Defiasi trekeal
- Bunyi nafas menurun/taka da secara bilateral atau unilateral
- Karakteristik : hijau /kurulen, kuning atau bercak darah
f. Keamanan
- Adanya kondisi penekanan imun
- Test HIV positif
- Demam atau sakit panas akut
g. Interaksi sosial
- Perasaan isolasi atau penolakan
- Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab
a. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultul sputum
2. Zeihl-Neelsen
3. Tes kulit
4. Foto thorak
5. Histologi
6. Biopsy jarum pada jaringan paru
7. Elektrosit
8. DGA
9. Pemeriksaan fungsi paru
b. Diagnosa keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d
- Pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia
- Kerusakan jaringan
- Penurunan ketahanan
- Malnutrisi
- Terpapar lingkungan
- Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan pathogen

Kriteria hasil :
- Pasien menyatakan pemahaman penyebab/factor risiko individu
- Mengidentifikasi untuk mencegah / menurunkan risiko infeksi
- Menunjukkan teknik, perubahan pola hidup untuk peningkatan
lingkungan yang aman

Intervensi :

1. Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi


2. Identifikasi orang lain yang berisiko
3. Ajurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada
tissue dan menghindari meludah
4. Kaji tindakan control infeksi sementara
5. Awasi suha sesuai indikasi
6. Identifikasi factor risiko individu terhadap pengaktifan berulang
7. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik
terhadap sputum
9. Dorong memilih makanan seimbang
10. Kolaborasi pemberian antibiotic
11. Laporkan ke departemen kesehatan lokal
2. Bersihan jalan nafas tak efektif B.d
- Adanya secret
- Kelemahan, upaya batuk buruk
- Edema tracheal
Kriteria evaluasi : pasien menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen
jaringan adekuat

Intervensi :

1. Kaji fungi pernafasan, kecepatan, irama, dan kedalaman serta


penggunaan otot asesoris
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif
3. Beri posisi semi/fowler
4. Bersihkan secret dari mulut dan trachea
5. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari
6. Kalaboras pemberian oksigen dan obat-obat sesuai dengan indikasi
3. Risiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d
- Penurunan permukaan efektif paru, atelectasis
- Kerusakan membrane alveolar-kapiler
- Secret kental, tebal
- Edema bronchial
Kriteria Evaluasi : pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress
pernafasan
Intervensi :
1. Kaji dipsnea, takhipnea, menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya
pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau
perubahan pada warna kulit
3. Anjurkan pernafasan bibir selama ekshalasi
4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dana tau bantu aktivitas
perawatan diri sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi oksigen
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d
- Kelemahan
- Sering batuk / produksi sputum
- Anorexia
- Ketidak cukupan sumber keuangan
Kriteria hasil : menunjukkan hasil peningkatan BB, menunjukkan
perubahan perilaku/pola hidup untuk meningkatkan/mempertahannkan
BB yang tepat.

Intervensi:

1. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit,catat


turgor kulit, BB, integrtas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat
mual / muntah atau diare
2. Pastikan pola diet biasa pasien
3. Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodic
4. Selidiki anorexia, mual, muntah dan catat kemungkinan berhubungan
dengan obat
5. Dorong dan berikan periode istirahat sering
6. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat
8. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah
9. Kolaborasi dengan ahli untuk menentukan komposisi diet.
10. Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam
sebelum dan sesudah makan
11. Awasi pemeriksaan laboratorium
12. Kalaborasi antipiretik

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan.


Berhubungan dengan:
- Kerterbatasan kognitif
- Tidak akurat/lengkap informasi yang ada salah interpretasi informasi

Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan


pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup dan berpartispasi dalam
program pengobatan

Intervensi :

- Kaji kemampuan pasien untuk belajar


- Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat
- Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det karbohidar
dan pemasukan carian adekuat.
- Berikan interuksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk
rujukan.
- Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan
alasan pengobatan lama.
- Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah
- Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum INH
- Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian tiap bulan
selama minum etambutol
- Dorongan pasien atau orang terdekat untuk menyatakan takut/masalah.
Jawab pertanyaan dengan benar
- Dorongan untuk tidak merokok
- Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN ASMA BRONKIAL

A. Pengertian

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh


spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan
penurunan ventilasi alveolus. (Huddak & Gallo, 1997)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer, 2002
:611)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif (Reeves, 2001:48)
B. Etiologi
Etiologi Etiologi asma dapat dibagi atas :
1) Asma ekstrinsik/ alergi
Asma yang disebabkan oleh elergen yang diketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang
dan debu.
2) Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-
faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan
asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi
sinus/cabang trakeobronchial.
3) Asma campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan instrinsik.
4. Macam-Macam Faktor Pencetus
1). Alergen
Faktor alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagai penderita dengan
asma, disamping itu hiperaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting
bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan
sebaliknya untuk menimbulkan serangan asma.
2) lnfeksi
Biasanya virus penyebabnya respiratory synchyhal virus (RSV) dan virus para
influenza.
3) lritasi
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan udara, air
dingin dan udara dingin.
4) ISPA
5) Reflek gastroesopagus
lritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit asma.
6). Psikologis

C. Tanda dan Gejala


1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Whezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:

a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (Silent Chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik(Halim Danukusumo,
2000)
D. Patofisiologi/Pathways

E. Tanda dan Gejala


Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop Batuk
produktif, sering pada malam hari Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi
memanjang.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Spirometri
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Uji kulit
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto dada
8. Analisis gas darah
G. Pengkajian
1. Awitan distress pernafasan tiba-tiba
a. Perpanjangan ekspirasi mengi
b. Penggunaan otot-otot aksesori
c. Perpendekan periode inpirasi
d. Sesak nafas
e. Restraksi interkostral dan esternal
f. Krekels
2. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar
3. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan
4. Diaphoresis
5. Distentsi vera leher
6. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku
7. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit
8. Perubahan tingkat kesadaran
9. Hipokria
10. Hipotensi
11. Pulpus paradoksus > 10 mm
12. Dehidrasi
13. Peningkatan ansietas : takut menderita, takut mati
H. Diagnosa keperawatan yang mungkn timbul
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan
produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan
energi/pelemahan.
2. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kurasakan alveoli.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral.
4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber informasi.
I. Intervensi keperawatan
- DP : tidak efektifnya bersihan jalan nafas
Tujuan : bersihan jalan nafas efektif
KH : mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
Misal : batuk efektif dan mengeluarkan dahak
Intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misal : mengi,
krekels, ronki.
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan
- Catat adanya/derajat dyspnea misal : gelisah, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan otot bantu.
- Kaji pasien untuk posisiyang nyaman misal : peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
- Pertahankan polusi lingkungan minimum.
- Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir.
- Observasi karakteristik batuk missal : menetap, batuk pendek, basah.
- Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari ss toleransi jantung
dan memberikan air hanga, anjurkan masukan cairan sebagai pengganti
makanan.
- Berikan obat sesuai indikasi.
- Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada.

DP : kerusakan pertukaran gas

Tujuan : pertukaran efektif dan adekuat

KH : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat


dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/


situasi intervensi.

Intervensi :

- Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan,


evaluasi BB.
- Auskultasi bunyi usus.
- Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
- Dorong periode istirahat, 1 jam sesudah dan sebelum makan berikan
makan porsi kecil tapi sering.
- Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
- Hindari makanan yang sangat panas/dingin.
- Timbang BB sesuai indikasi.
- Kaji pemeriksaan laboratorium, missal : alb. Serum.

DP : kurang pengetahuan

Tujuan : Pengetahuan meningkat

KH : Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan

Mengindentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses


penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab.

Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program


pengobatan.

Intervensi :

- Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga.


- Instruksikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.
- Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi
yang tidak diinginkan.
- Beritahu teknik penggunaan inhaler seperti cara memegang, interval
semprotan, cara membersihkan.
- Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi.
- Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok
pada klien atau oran terdekat.
- Berikan informasi tentang pembatasan aktifitas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit yng disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang hampir seluruh organ tubuh dapat terangsang olehnya, tapi yang paling banyak
adalah paru-paru (IPD, FK, UI).
Tuberculosis adalah penykit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dengn gejala yang sangat bervariasi (Mansjoer, 1999).
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus. (Huddak & Gallo, 1997)
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer, 2002
:611)

B. Saran
Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada:
1. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal-hal
yang menyimpang dari petunjuk dokter dan perawat
2. Keluarga senantiasa memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
pola hidup dan kesehatan pasien.
3. Perawat sebagai tim kesehatan sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal.
4. Institusi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung terciptanya
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Daftar Pustaka

Doengoes Mariynn E, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,Jakarta.

Lynda Juall Carpenito, 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi
2, EGC, Jakarta.

Mansjoer dkk, 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, FK UI, Jakarta.

Padila, 2013. Asuhan keperawatan penyakit dalam, Nusa Medika: Yogyakarta.

Price, Sylvia Anderson, 1999. Patofisologi: Konsep Kinis Proses-Proses Penyakit,


alih bahasa Peter Anugrah, edisi 4, Jakarta, EGC.

Tucker dkk, 1998. Standart Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai