Anda di halaman 1dari 8

www.lppm-mfh.

com ISSN-e: 2541-1128


lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

PENGARUH KONSUMSI BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA WANITA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAKTAKAN KOTA SERANG

Siti Rochmah1, Suprihatin 2, Jenny Anna Siauta3

1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nasional Jakarta
email: Sitirochmah4691@gmail.com1
2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nasional Jakarta
atin.fikes@gmail.com2
3
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nasional Jakarta
jenny.siauta@civitas.unas.ac.id3

Abstrak

Hipertensi mempunyai dampak lanjut Penyakit Jantung Koroner (PJK) serta dapat
menimbulkan komplikasi penyakit lain yang berbahaya jika dibiarkan tanpa perawatan
yang tepat. Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan teknik farmakologi dan non
farmakologi salah satunya dengan pemberian air perasan bawang putih.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi bawang putih terhadap
tekanan darah pada wanita lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Taktakan
Kota Serang. Desain penelitian menggunakan metode penelitian quasy experimental design
ini menggunakan pendekatan one group pretest-postest design. Sampel dikumpulkan
menggunakan quota sampling berjumlah 22 lansia wanita dengan hipertensi. Lembar
observasi yang digunakan untuk mengukur penurunan tekanan darah lansia sebelum dan
sesudah pemberian bawang putih. Analisa data dilakukan dengan uji non-parametrik yaitu
uji wilcoxon. Hasil Penelitian diperoleh Rata-rata tekanan darah sistolik pada penderita
hipertensi sebelum mengkonsumsi bawang putih 169,55 mmHg dan sesudah mengkonsumsi
bawang putih 136,82 mmHg. Sedangkan Rata-rata tekanan darah diastolik pada penderita
hipertensi sebelum mengkonsumsi bawang putih 99,55 mmHg dan sesudah mengkonsumsi
bawang putih 85,00 mmHg. Kesimpulan penelitian ini konsumsi bawang putih berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah pada wanita lansia dengan hipertensi. Diharapkan
kepada masyarakat agar mampu memanfaatkan bawang putih sebagai salah satu obat
herbal yang bermanfaat bagi kesehatan khususnya untuk penurunan tekanan darah bagi
penderita hipertensi

Kata Kunci : lansia, hipertensi, bawang putih

pembuluh darah (Udjianti, 2011). Hipertensi


1. PENDAHULUAN
tidak memberikan keluhan dan gejala yang
Hipertensi adalah suatu peningkatan khas sehingga banyak penderita tidak
abnormal tekanan darah dalam pembuluh menyadarinya, karena itu hipertensi dijuluki
darah arteri secara terus menerus lebih dari the silent killer atau “pembunuh diam-diam”
satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole- (Santoso, 2012).
arteriole kontraksi. Kontraksi arteriole Hipertensi merupakan tantangan besar di
membuat darah sulit mengalir dan Indonesia. Betapa tidak, hipertensi
meningkatkan tekanan melawan dinding merupakan kondisi yang sering ditemukan
arteri. Hipertensi menambah beban kerja pada pelayanan kesehatan primer kesehatan
jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
menimbulkan kerusakan jantung dan Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2019
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 153
Volume 7. No. 2 – Oktober 2021
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

mencatat prevalensi hipertensi di Indonesia masyarakat dalam mengatasi penyakit


sebesar 25,8 %, dengan prevalensi tertinggi hipertensi dikarenakan memiliki efek
terdapat di Bangka Belitung (30,9%), diikuti samping yang sedikit. Beberapa contoh
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan tumbuhan herbal yang dipercaya dapat
Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). menurunkan tekanan darah tinggi antara lain
Prevalensi hipertensi pada lansia menurut bawang putih (Allium sativum), alang-alang,
hasil Rikesdas 2019 mulai dari lansia dan bayam berduri, belimbing manis, kayu
lansia tua berturut-turut adalah pada pada manis, kumis kucing, mengkudu, mentimun,
kelompok umur 55-64 sebesar 45,6%, pada pegagan, pepaya, daun seledri, tapak dara,
kelompok umur 65-74 sebanyak 58,9% dan dan lain-lain (Wijayakusuma, 2013).
pada kelompok umur >75 tahun sebesar Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu
62,6%. dapur mempunyai efek anti hipertensi yang
Di Provinsi Banten penyakit hipertensi masih sudah dapat dibuktikan oleh penelitian
menempati proporsi terbesar dari seluruh medis. Efek anti vasospastik bawang putih
penyakit tidak menular yang dilaporkan, dapat mengurangi spasme arteri kecil serta
yaitu sebesar 24,68 persen. Jumlah penduduk mencegah pembentukan dan perkembangan
berisiko (> 18 th) yang dilakukan bekuan darah. Bawang putih juga
pengukuran tekanan darah pada tahun 2019 mempunyai efek anti mikroba, anti
tercatat sebanyak 1.705.025 atau 30,23%. karsinogenik, dan hipolipidemik. Bawang
Persentase penduduk yang dilakukan putih mengandung banyak kandungan kimia
pemeriksaan tekanan darah tahun 2016 (Meilina, 2013).
tertinggi di Kota Tangerang Selatan sebesar Pada bawang putih setelah dikonsumsi,
97,70 persen, sebaliknya persentase komponen allicin (didapatkan setelah alliin
terrendah pengukuran tekanan darah adalah berinteraksi dengan enzim alliinase) dilepas
di Kota Tangerang sebesar 4,67 persen ke pembuluh darah, pada beberapa studi,
(Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2019). allicin mampu mencetuskan sel darah merah
Hipertensi mempunyai hubungan erat dengan untuk menghasilkan H2S yang mempunyai
risiko kejadian penyakit kardiovaskuler lain efek vasodilator. Suplementasi bawang putih
dan mengganggu sistem tubuh lainnya. berhubungan dengan penurunan tekanan
Penderita hipertensi memiliki risiko lebih darah yang cukup signifikan pada pasien
besar untuk terserang penyakit ginjal, stroke, hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan
komplikasi pada otak, komplikasi pada mata, penurunan rata-rata 2,8 – 8,4 mmHg tekanan
penyakit jantung koroner, gagal jantung, darah sistolik dan penurunan 1,5 – 7,3
aterosklerosis dan gagal ginjal (Smeltzer, mmHg tekanan darah diastolik di kelompok
2011). bawang putih dibandingkan plasebo
Peran petugas kesehatan sangat diperlukan (Gonzalez et al., 2017).
untuk mencegah terjadinya komplikasi pada Menurut Eko et al, (2013) penelitian awal
penderita hipertensi. petugas kesehatan tentang efek hipotensif (penuruan tekanan
sebagai salah tenaga kesehatan profesional darah) dari ekstrak umbi bawang putih.
memiliki tujuh peran pokok, yaitu sebagai Perlakuan diberikan dengan 0,5 ml/kg BB
pemberi asuhan, advokat klien, edukator, secara oral. Efek hipotensif ekstrak mulai
koordinator, kolaborator, konsultan dan muncul 1 jam setelah perlakuan dan
sebagai pembaharu/peneliti (Hidayat, 2014). menghilang 24 jam kemudian. Dosis 0,5
Selain tujuh peran petugas kesehatan ini, ml/kg BB merupakan dosis perlakuan yang
petugas kesehatan juga berperan dalam memiliki aktivitas hipotensif paling tinggi.
memberikan penatalaksanaan pada penderita Ekstrak umbi bawang putih dengan dosis
hipertensi yaitu salah satunya dengan cara 2,4–3gr/individu/hari mampu menurunkan
pemberian terapi komplementer. tekanan darah penderita hipertensi.
Terapi komplementer adalah salah satu Penurunan tekanan darah muncul 5–14 jam
penanganan secara non farmakologis dalam setelah perlakuan. Ekstrak tersebut
mengatasi hipertensi. Terapi komplementer mengandung allicin 1,3%. Efek samping
bersifat alamiah, diantaranya dengan terapi pada sukarelawan setelah perlakuan tidak
herbal. Terapi herbal banyak digunakan oleh ditemukan.

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 154
Volume 7. No. 2 – Oktober 2021
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Dari studi pendahuluan yang dilakukan dan eklusi hanya mendapatkan 22 orang
peneliti, didapatkan jumlah kunjungan lansia dengan jenis kelamin wanita yang
penderita hipertensi 3 bulan terakhir pada memenuhi keriteria sebagai responden.
tahun 2021 di wilayah kerja Puskesmas Analisis Data univariat dilakukan
Taktakan adalah sebanyak 82 orang lansia dengan analisis statistik deskriptif untuk
sedangkan lansia yang berjenis kelamin melihat distribusi frekuensi dari variable
perempuan yang mengalami hipertensi independent dan dependent menggunakan
sebanyak 42 orang. Data tersebut mengalami software SPSS. Dan Analisa Bivariat dalam
peningkatan dari 3 bulan terakhir tahun penelitian ini menggunakan 1 uji yaitu uji
2020. Hasil wawancara peneliti dengan non-parametrik yaitu uji Wilcoxon dengan
melibatkan 15 orang penderita hipertensi di menggunakan software SPSS.
wilayah kerja Puskesmas didapatkan bahwa
kemungkinan faktor yang menyebabkan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
masih tingginya angka hipertensi adalah Hasil Penelitian
karena pola hidup yang kurang sehat, Analisis Univariat
diantaranya kesadaran masyarakat untuk
berolahraga masih rendah, kebiasaan Tabel 1
merokok, terlalu banyak garam dalam Rata-rata tekanan darah pada lansia
makanan, dan kegemaran makan makanan penderita hipertensi sebelum dan sesudah
tinggi kolesterol. Selain itu didapatkan juga mengkonsumsi bawang putih di wilayah
bahwa selama ini usaha untuk menurunkan kerja Puskesmas Taktakan Kota Serang
tekanan darah adalah hanya dengan
mengurangi asupan garam dan menghindari Tekanan Std. Penur
Mean Min Max
makanan tinggi kolesterol. Saat ditanyakan Darah Dev unan
tentang terapi herbal bawang putih tidak satu Sistolik
orang pun pernah mencoba terapi atau
Sebelum 169,55 19,143 140 200
pengobatan herbal menggunakan bawang 32,73
putih. Sesudah 136,82 11,291 120 160
Berdasarkan fenomena di atas, bawang putih Diastolik
dapat digunakan sebagai obat herbal
alternatif untuk menurunkan tekanan darah Sebelum 99,55 7,222 90 110
14,55
pada penderita hipertensi, maka peneliti Sesudah 85,00 11,852 70 100
tertarik mengambil judul “Pengaruh Sumber: Data Primer (2021)
konsumsi bawang putih (A. sativum )
terhadap tekanan darah pada lanjut usia Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
dengan hipertensi di Wilayah Kerja tekanan darah sistolik sebelum kelompok
Puskesmas Taktakan Kota Serang. intervensi diperoleh nilai rata-rata = 169,55
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mmHg dengan nilai minimum 140 mmHg dan
mengetahui pengaruh konsumsi bawang nilai maximum 200 mmHg. Sesudah
putih terhadap tekanan darah pada wanita kelompok intervensi diperoleh nilai rata-rata
lanjut usia dengan hipertensi di wilayah kerja 136,82 dengan nilai minimum 120 mmHg dan
Puskesmas Taktakan Kota Serang. nilai maksimum 160 mmHg. Sedangkan
tekanan darah diastolik sebelum kelompok
2. METODE PENELITIAN intervensi diperoleh nilai rata-rata = 99,55
Desain dalam penelitian ini mmHg dengan nilai minimum 90 mmHg dan
menggunakan Quasy Experimental. Pada nilai maximum 110 mmHg.
penelitian ini yang menjadi populasi adalah Sesudah kelompok intervensi diperoleh nilai
lansia perempuan penderita hipertensi di rata-rata 85 mmHg dengan nilai minimum 70
Wilayah Kerja Puskesmas Taktakan Kota mmHg dan nilai maksimum 100 mmHg.
Serang. Jumlah lansia perempuan penderita Dengan demikian tekanan darah setelah
hipertensi tiga bulan terakhir Januari-Maret pemberian minuman bawang putih Pada
pada tahun 2021 adalah sebanyak 42 orang. lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Taktakan
Sampel penelitian yang masuk keriteria inklusi Kota Serang mengalami penurunan sebesar

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 155
Volume 7. No. 2 – Oktober 2021
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

32,73 mmHg pada tekanan darah sistolik dan yang tidak homogen, dan tidak berdistribusi
14,55 mmHg pada tekanan darah diastolik. normal maka metode yang digunakan yaitu
metode statistik non parametrik dengan
Uji Normalitas menggunakan uji Mann Whitney.
Tabel 2 Uji Normalitas Terhadap
Hasil Analisis Bivariat
Tekanan darah sistolik dan diastolik
Sebelum menjelaskan pengaruh
No Tekana Sig. α=5
Keterangan konsumsi bawang putih terhadap tekanan
n darah %
darah sistolik pada lansia dengan hipertensi,
Sistolik
peneliti akan menjelaskan hasil uji beda pada
1 Pre-test 0,046 Lebih Tidak pretest dan posttest pada kedua kelompok
kecil Normal
tersebut:
2 Post-test 0,064 Lebih
Normal
besar Tabel 4
Diastolik
Perbedaan Tekanan Darah Sistolik
1 Pre-test 0,001 Lebih Tidak
kecil Normal dan diastolik pada lansia
dengan hipertensi
2 Post-test 0,003 Lebih Tidak
kecil Normal Sistolik Diastolik
Selisih Selisih
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan hasil M Sig. M Sig.
Mean Mean
bahwa hasil uji normalitas tekanan darah Pretest 169,55 99,55
sistolikpada kelompok sebelum intervensi 32,73 0,000 14,55 0,000
ditemukan nilai signifikansi lebih kecil dari Posttes 136,82 85,00
0,05 (0,046 < 0,05) dan sesudah intervensi Sumber: Data Primer (2021)
ditemukan nilai signifikansi lebih besar dari Berdasarkan hasil uji beda
0,05 (0,064 > 0,05), selanjutnya pada tekanan menggunakan uji wilcoxon memiliki nilai
darah diastolik pretest ditemukan nilai signifikan 0,000 (< 0,05) artinya terdapat
signifikansi kurang dari 0,05 (0,001 < 0,05) perubahan tekanan darah sistolik pada lansia
dan sesudah posttest ditemukan nilai sebelum dan sesudah diberikan bawang putih
signifikansi kurang dari 0,05 (0,003 > 0,05). terhadap tekanan darah sistolik pada lansia
Mengetahui normal tidaknya adalah jika sig > dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
0,05 maka normal dan jika sig < 0,05 dapat Taktakan Kota Serang Tahun 2021.
dikatakan tidak normal. Berdasarkan hasil Sedangkan pada tekanan darah diastolik uji
tersebut, maka ditemukan semua hasil data beda menggunakan uji wilcoxon memiliki nilai
tidak berdistribusi normal. signifikan 0,000 (< 0,05) artinya terdapat
perubahan tekanan darah pada lansia dengan
Uji Homogenitas hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Taktakan Kota Serang Tahun 2021.
Tabel 3
Hasil Uji Homogenitas Pembahasan
Tekanan Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Sig. Keterangan rata-rata tekanan darah sistolik pada penderita
Darah
Sistolik 0,001 Tidak Homogen hipertensi sebelum mengkonsumsi bawang
putih adalah 169,55 mmHg, sedangkan
Diastolik 0,001 Tidak Homogen tekanan darah sistolik sesudah mengkonsumsi
bawang putih adalah 136,82 mmHg. Rata-rata
Berdasarkan Tabel 3 hasil uji tekanan darah diastolik pada penderita
homogenitas tekanan darah sistolik dengan hipertensi sebelum mengkonsumsi bawang
hasil signifikan lebih kecil dari 0,05 (0,001 < putih adalah 99,55 mmHg, sedangkan tekanan
0,05), begitu juga tekanan darah diastolik hasil darah diastolik sesudah mengkonsumsi
signifikan lebih kecil dari 0,05 (0,001< 0,05), bawang putih adalah 85,00 mmHg. Analisis
dengan demikian maka data tersebut tidak bivariat menunjukan bahwa lansia yang
memiliki varian yang homogen. Adanya data
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 156
Volume 7. No. 2 – Oktober 2021
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

mengonsumsi bawang putih terbukti efektif 5,1 mV dan berakibat berkurangnya tahanan
menurunkan tekanan darah tinggi. pembuluh darah menjadi 24% dari tonus awal.
Tekanan darah adalah tekanan yang Sedangkan ajoene menyebabkan
ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini hiperpolarisasi membran sebesar 4,4 mV yang
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor menyebabkan efek relaksasi dan berkurangnya
seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan tonus pembuluh darah menjadi 11% dari tonus
volume, laju serta kekentalan (viskosita) darah awal. Hiperpolarisasi terjadi karena ada
(Smeltzer, 2018). Bedasarkan Susanto (2017), peningkatan pembukaan K+. Adanya
tekanan darah akan meningkat sejalan dengan hiperpolarisasi tersebut menyebabkan
bertambahnya usia. peningkatan aliran Ca2+ kedalam otot vaskuler
Pada hipertensi sistolik terisolasi, berkurang sehingga kadar kalsium intra seluler
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau menurun dan terjadi vasodilatasi.
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90
Penelitian oleh Rahayuningrum (2019)
mmHg dan tekanan diastolik masih dalam
tentang pengaruh pemberian air perasan
kisaran normal. Hipertensi ini sering terjadi
bawang putih (Allium sativum) terhadap
pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya
tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil
usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh
tekanan darah, tekanan sistolik terus
pemberian air perasan bawang putih (Allium
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
sativum) terhadap tekanan darah pada
berkurang secara perlahan atau bahkan
penderita hipertensi. Hal ini ditunjukan dengan
menurun drastis (Rahayu, 2015).
adanya penurunan tekanan darah sistolik dan
Mekanisme penurunan tekanan darah diastolik.
diperkirakan berkaitan dengan vasodilatasi
otot pembuluh darah yang dipengaruhi Menurut analisa peneliti, tekanan
senyawa dalam ekstrak umbi bawang putih. darah tinggi atau hipertensi pada responden
Potensial membran otot polos mengalami bisa disebabkan karena faktor usia. Umumnya
penurunan hingga nilainya negatif. Hal ini sistolik akan meningkat sejalan dengan
menyebabkan tertutupnya Ca2+dan terbukanya peningkatan usia, sedang diastolik akan
K+sehingga terjadi hiperpolarisasi. meningkat sampai usia 55 tahun. Hal ini sesuai
Konsekuensinya otot akan mengalami dengan teori Wulandari (2010), dimana
relaksasi (Siegel et al., 1992). Senyawa aktif individu yang berumur di atas 40 tahun, 50-
umbi bawang putih yang diketahui 60% mempunyai tekanan darah lebih besar
mempengaruhi ketersediaan ion Ca2+ untuk atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal itu
kontraksi otot jantung dan otot polos merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi
pembuluh darah adalah ajoene. Konsentrasi pada orang yang bertambah usianya.
ion Ca2+ intraseluler yang tinggi dapat Menurut asumsi peneliti, bahwa
menyebabkan vasokonstriksi yang dengan mengkonsumsi bawang putih
menyebabkan hipertensi. Senyawa aktif berpengaruh dalam penurunan tekanan darah.
tersebut diperkirakan dapat menghambat Mengkonsumsi bawang putih dapat mencegah
masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, sehingga aterosklerosis yaitu penyempitan pembuluh
konsentrasi ion Ca2+ intraseluler menurun dan darah arteri karena penumpukan lemak dan
terjadi hiperpolarisasi, diikuti relaksasi otot. kolesterol yang bisa mempengaruhi tekanan
Relaksasi menyebabkan ruangan dalam darah sehingga dapat menyebabkan stroke dan
pembuluh darah melebar, sehingga tekanan serangan jantung.
darah menurun (Setyawan, 2013). Secara garis besar, pengobatan
Hasil penelitian Irwanto (2014) hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
menunjukkan bahwa mekanisme bawang pengobatan nonfarmakologis dan pengobatan
putih dalam menurunkan tekanan darah farmakologis. Pada penelitian ini
diperankan oleh allicin dan ajoene yang menggunakan jenis pengobatan non-
keduanya mempunyai efek relaksasi otot polos farmakologis yaitu dengan pengobatan bahan
pembuluh darah. Secara invitro allicin dalam alami menggunakan bawang putih. Salah
15 menit menyebabkan hiperpolarisasi dari satunya yaitu air seduhan bawang putih yang
membran otot polos pembuluh darah sebesar diminum selama seminggu dengan pemberian
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 157
Volume 7. No. 2 – Oktober 2021
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

1 hari 1 kali pada waktu sore hari pukul 16.00 penderita hipertensi mengalami perbedaan
WIB. signifikan pada tekanan darah sistolik sebesar
16 mmHg dan diastolik 13 mmHg dari tekanan
Menurut penelitian Mohanis (2015)
darah sebelumnya, jadi bawang putih dapat
yang berjudul “Pemberian Air Seduhan
menurunkan tekanan darah.
Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan
Darah”, menunjukkan ada perbedaan yang Hasil penelitian di atas sesuai dengan
signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik penelitian Christina (2019) dimana pemberian
sebelum dan sesudah pemberian seduhan bawang putih tunggal (Allium sativum ) dapat
bawang putih. Menurut penelitian Yumiati menurunkan tekanan darah pada penderita.
(2012) yang berjudul “Perbandingan Kandungan alami dari Bawang putih yang
Efektifitas Seduhan Bawang Putih dengan mengandung senyawa kimia yang sangat
Captopril Terhadap Penurunan Tekanan Darah penting, salah satunya termasuk volatile oil
pada Penderita Hipertensi”, menunjukkan (0,1-0,36 %) yang mengandung sulfur,
adanya penurunan yang sangat signifikan termasuk di dalamnya adalah alliin, ajoene
antara mean tekanan darah sebelum dan dan vinyldithiines yang dihasilkan secara non
sesudah diberikan terapi seduhan bawang enzimatik dari allicin yang dapat
putih pada kelompok intervensi bawang putih mengencerkan darah dan berperan dalam
dan kelompok intervensi captopril mengatur tekanan darah sehingga dapat
memperlancar peredaran darah. Bawang putih
Ketika bawang putih dimemarkan atau
tunggal juga mengadung enzim allinase,
dihaluskan, zat aliin yang sebenarnya tidak
peroxidase dan myrosinase, berfungsi
berbau akan terurai. Dorongan enzim alinase
memperlebar pembuluh darah sehingga aliran
menyebabkan aliin terpecah menjadi alisin,
darah menjadi lancar, bawang putih juga
amonia, dan asam piruvat. Bau tajam alisin
mengandung tinggi kalium sehingga dapat
disebabkan karena kandungan zat belerang.
menghambat vasokontriksi otot polos dan
Aroma khas ini bertambah menyengat ketika
bersifat diuretik sehingga dapat menurunkan
zat belerang dalam alisin diterbangkan
tekanan darah.
ammonia ke udara, sebab ammonia mudah
menguap (Andareto, 2015). Senyawa alisin Menurut asumsi peneliti, dengan
dalam bawang putih berkhasiat mempelajari dari berbagai teori dan hasil
menghancurkan pembentukan pembekuan penelitian yang telah diuraikan di atas, bawang
darah dalam arteri, mengurangi tekanan darah. putih berpengaruh dalam penurunan tekanan
Bawang putih juga mengandung zat alisin dan darah pada penderita hipertensi dengan jumlah
hidrogen sulfida. Zat tersebut memiliki efek dosis pemberian yang tepat yaitu sebanyak
selayaknya obat darah tinggi, yakni 200 ml air perasan bawang putih dan
memperbesar pembuluh darah dan membuat dikonsumsi secara teratur 1 x sehari karena
pembuluh darah tidak kaku sehingga tekanan bawang putih berperan dalam mengatur
darah akan turun. Kemampuan bawang putih tekanan darah sehingga dapat memperlancar
secara signifikan mengurangi risiko hipertensi peredaran darah. Berdasarkan hasil penelitian
dapat dikaitkan dengan kehadiran zat aktif menunjukkan bahwa dari 22 responden, 100%
yang dikenal sebagai allicin dan sulfida. responden setelah mengkonsumsi perasan air
Allicin merupakan zat yang bekerja untuk bawang putih mengalami penurunan tekanan
merelaksasi pembuluh darah, mengurangi darah.
tekanan apa pun, dan kerusakan yang
4. KESIMPULAN
mempengaruhi darah (Junaedi, 2018).
Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
Penelitian oleh Yasril (2020) tentang mengkonsumsi bawang putih adalah 169,55
“Pengaruh Bawang Putih Terhadap Penurunan mmHg, dan rata-rata tekanan darah sistolik
Tekanan Darah di Padang Gamuak Kelurahan sesudah mengkonsumsi bawang putih adalah
Tarok Dipo Tahun 2020” disimpulkan bahwa 136,82 mmHg, terjadi penurunan 32,73
terdapat perbedaan yang signifikan tekanan mmHg.
darah sistolik dan diastolik sebelum dengan Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum
sesudah diberikan bawang putih pada mengkonsumsi bawang putih adalah 99,55
penderita hipertensi dimana tekanan darah mmHg, dan rata-rata tekanan darah diastolik
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 158
Volume 7. No. 2 – Oktober 2021
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

sesudah mengkonsumsi bawang putih adalah Fakultas Kedokteran USU, (2010), Konsep
85,00 mmHg terjadi penurunan 14,55 mmHg. Tekanan Darah. Artikel Fakultas
Konsumsi bawang putih berpengaruh Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia Hernawan, U. E., S. D., (2013), Senyawa
dengan hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Organosulfur Bawang Putih (Allium
Taktakan Kota Serang tahun 2021 sativum L.) dan Aktivitas Biologinya,
Biofarmasi, 1 (2) : 65-76.
5. SARAN Hidayat, A, A, (2015), Metode Penelitian
Petugas kesehatan khususnya di Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
puskesmas hendaknya senantiasa memberikan Jakarta : Salemba Medika.
pendidikan kesehatan mengenai pencegahan Imelda, M., K, (2013), Peranan garlic (bawang
hipertensi untuk menjaga kestabilan tekanan putih) pada pengelolaan hipertensi. CDK-
darah, serta dapat memberikan pendidikan 209 ;40(10):746-50.
kesehatan tentang terapi herbal khususnya Irwanto, Y. (2014), Pengaruh Pemberian
konsumsi bawang putih sebagai salah satu Kapsul Ekstrak Garlic Terhadap
alternatif pengobatan non-medis bagi Perubahan Tekanan Darah dan Jumlah
penderita hipertensi yang berkunjung ke Trombosit pada Penderita Preeklampsi
puskesmas. Ringan. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Diharapkan kepada masyarakat Hernawan, S, (2013), Senyawa Organosulfur
agar meningkatkan pengetahuannya Bawang Putih (Allium sativum L.) dan
Aktivitas Biologisnya. Artikel Penelitian:
tentang konsumsi obat-oabatan herbal dan
Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.
memanfaatkan taman herbal untuk Kadulli, A, (2012), Hipertensi Pada Lansia.
pengobatan, salah satu tanaman herbal Malang: Poltekes.
seperti bawang putih bermanfaat bagi Mansjoer, A, (2011), Kapita Selekta
kesehatan khususnya untuk penurunan Kedokteran. Jakarta: FKUI.
tekanan darah bagi penderita hipertensi Meilina, I. dan Kurniawan, S, (2013), Peranan
sehingga nantinya tekanan darah penderita Garlic (Bawang Putih) Pada Pengelolaan
hipertensi dapat terkontrol dan stabil Hipertensi. Jurnal Penelitian: Rumah Sakit
dalam batas normal. Umum Daerah Landak, Kalimantan Barat.
Nirmala, (2018), Nutrition and Food. Jakarta:
6. REFERENSI PT Kompas Media Nusantara.
Nuraini, B, (2015), “Risk Factors Of
Hidayat, A. A, (2014), Pengantar Konsep Hypertension”. Lampung. Volume 4
Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Nomor 5 Halaman 12-17.
Medika.
Nursalam, (2018), Konsep dan Penerapan
Hidayat, A. U, (2015), Buku Saku Praktikum
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. Jakarta: Salemba Medika.
Yohana, A.B, (2019), Khasiat Berbagaai Notoatmodjo, S, (2018), Metode Penelitian
Tanaman Untuk Pengobatan. Jakarta:
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Eska Media.
Padila, (2013), “Asuhan Keperawatan
Brunner, S, (2012), Keperawatan Medikal Penyakit Dalam”. Yogyakarta: Nuha
Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC. Medika.
Cruz C, (2017), Renoprotective and
Permadi, A, (2018), Ramuan Herbal
antihypertensive effects of S-allylcysteine
Penumpas Hipertensi. Jakarta: Pustaka
in 5/6 nephrectomized rats. Am J Physiol
Bunda.
Renal Physiol, 293 : F1691-F1698. Rahayuningrum. (2019), Pengaruh pemberian
Corwin, E, (2019), Buku Saku Patofisiologi, air perasan bawang putih (allium
Ed 3. Jakarta: EGC.
sativum) terhadap tekanan darah pada
Dalimartha, S, (2018), Care Your Self,
penderita hipertensi. Jurnal Kesehatan
Hipertensi. Depok: Penebar Plus+. Saintika Meditory. Volume 2 Nomor 2.
Dewi, S. F, (2010), D. Hidup Bahagia Rahayu U, Wahyu, (2015), Mengenal dan
Bersama Hipertensi. A Plus Books,
Mencegah Penyakit Diabetes, Hipertensi,
Jakarta.
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 159
Volume 7. No. 2 – Oktober 2021
www.lppm-mfh.com ISSN-e: 2541-1128
lppm.politeknikmfh@gmail.com ISSN-p: 2407-8603

Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih


Berkualitas. Yogyakarta: Media Ilmu.
Rilantono, L, (2012), Penyakit
Kardiovaskular(PKV). Jakarta : Badan
Penerbit FKUI.
Smeltzer,B, (2011), Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
EGC.
Sugiyono, (2017), Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung
: Alfabeta, CV.
Syamsiah, I, (2013), Khasiat & Manfaat
Bawang Putih Raja Antibiotik Alami.
Depok: Agromedia Pustaka.
Udjianti, W, (2011), Keperawatan
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Ida,U, (2010), Bawang Putih Sebagai Obat
Paling Mujarab Bagi Kesehatan. Artikel
Penelitian: Dosen Akper Pku
Muhammadiyah Surakarta.
Yusdini, (2016), Bawang Putih Untuk
Kesehatan. diakses dari http://www.mail-
archive.com/sukasukamu@yahoogroups.c
om/msg00321.html. Pada tanggal 24
Februari 2021.

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 160
Volume 7. No. 2 – Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai