Anda di halaman 1dari 10

SKATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Penyakit Tuberkulosis (TBC)”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

• Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat sehat, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
tanpa kendala apapun.Dosen Pengampuh mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dosen
Ibu Sunarti Hanapi SKM, M.KES

• yang telah banyak meluangkan waktu guna memberikan arahan kepada kami.

• Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Gorontalo angkatan 2022 yang selalu memberikan dukungan dan saran serta berbagi ilmu
pengetahuan demi tersusunnya makalah ini.

Akhir kata, kami menyadari “tak ada gading yang tak retak” juga makalah ini tidak lepas dari kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2

1.3Tujuan ........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit TBC ................................................................................2

2.2 Penyebab Penyakit TBC ............................................................................3

2.3 Gejala Penyakit TBC

2.4 Mekanisme Terjadinya Penyakit TBC

2.5 Epidemiologi

2.6 Penanganan dan Pencegahan Penyakit TBC

BAB III PENUTUP ............................................................................................5

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................

3.2 Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah lama dikenal masyarakat luas
dan ditakuti, karena menular. Namun demikanTBC dapat disembuhkan dengan memakan obat anti TB
dengan betul yaitu teratur sesuai petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya (Misnadiarly,2006).

Penyakit TBC muncul kembali ke permukaan dengan meningkatnya kasusTBC di negara-negara maju
atau industri pada tahun 1990. Pada tahun 2007, diseluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dan 3
juta kasus meninggal. TBC umumnya menyerang golongan usia produktif dan golongan sosial ekonomi
rendah sehingga berdampak pada pemberdayaan sumber daya manusia yang dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi Negara (Notoatmodjo, 2007).

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pada pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap
dan berkesinambungan serta ditujukan untukmeningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh.
Salah satu bagian dari pembangunan kesehatan adalah pelaksanaan pemberantasan penyakit menular
tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang masih tetap menjadi masalah kesehatan yang
penting diberbagai belahan dunia (Djitowiyono,2008).

Badan Kesehatan Dunia/WHO (World Health Organization) memperkirakan dewasa ini terdapat sekitar
1700 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB (dari hasil uji tuberculin positif) dari jumlah
tersebut ada 4 juta penderita baru dengan basil tahan asam (BTA) positif ditambah lagi 4 juta penderita
baru dengan BTA negatif. Jumlah seluruh penderita TB di dunia sekitar 20 juta orang dengan angka
kematian sebanyak 3 juta orang tiap tahunnya yang mana merupakan 25 persen dari kematian yang
dapat dicegah apabila TB dapat ditanggulangi dengan baik (Gklinis, 2004).

Di kawasan Asia Tenggara, data WHO menunjukan bahwa TBC membunuh sekitar 2.000 jiwa setiap hari.
Dan sekitar 40 persen dari kasus TBC di dunia berada di kawasan Asia Tenggara. Dua di antara tiga
negara dengan jumlah penderita TBC terbesar di dunia, yaitu India dan Indonesia, berada di wilayah ini.
Indonesia berada di bawah India, dengan jumlah penderita terbanyak didunia, diikuti Cina di peringkat
kedua (Suronto, 2007).

Setelah hampir 10 tahun menduduki peringkat ke-3 dunia untuk jumlah penderita Tuberkolosis, pada
tahun 2011 ini Indonesia turun peringkat ke-5. Penurunan peringkat ini termasuk salah satu pencapaian
target MDGs tahun2010 khusus untuk TB. Menurut Menteri Kesehatan Endang R.Sedyaningsih,di tahun
2010 jumlah penderita TB di Indonesia mencapai sekitar 300 ribukasus. Sementara jumlah kasus yang
meninggal berjumlah 61ribu jiwa atau 169orang perharinya (Tempo, 2011).

Di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB danterdapat 450.000 kasus TB paru.
Tiga per empat dari kasus TB ini terdiri dari usia produktif (15 - 49 tahun), separonya tidak terdiagnosis
dan baru sebagian yang tercakup dalam program penanggulangan TB sesuai dengan rekomendasi WHO
(Gklinis, 2004).

Tingginya angka kematian akibat TB Paru diakibatkan oleh kurangnya kontrol masyarakat terhadap
pengobatan TB paru yang disebabkan rendahnya sikap serta pengetahuan masyarakat terhadap
pengobatan TB Paru (Suronto,2007).
Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah: menurunkan insidens TB Paru pada tahun 2015,
menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru menjadi setengahnya pada tahun
2015 dibandingkan tahun 1990, sedikitnya 70% kasus TB Paru dan diobati melalui program DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB Paru dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) dan sedikitnya 85% tercapai succes rate.
DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan secara langsung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit TBC?

2. Apa yang menyebabkan penyakit TBC?

3. Apa saja gejala penyakit TBC?

4. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit TBC?

5. Apa saja epidemiologi penyakit TBC?

6. Bagaimana penanganan dan pencegahan penyakit TBC?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi penyakit TBC

2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC

3. Untuk mengetahui gejala penyakit TBC

4. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya penyakit TBC

5. Untuk mengetahui epidemiologi penyakit TBC

6. Untuk mengetahui penanganan dan pencegahan penyakit TBC


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kumanTB ( Mycobacterium
tuberculosis), Sebagain besar kuman menyerang parutetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. (Dep
Kes,2003)

Tuberculosis (TB) Merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan karena
adanya infeksi pulmonary oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. TB dikategorikan sebagai penyakit
menular karna dapatmenyebabkan kerusakan yang progresif pada jaringan paru-paru atau bahkan
kematian jika penyakit ini tidak di obati.

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahanasam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai KochPulmonum (KP).

Bakteri Mikobakterium tuberkulosa dapat menular lewat percikan dahakyang keluar saat batuk, bersin
atau berbicara karena penularannya melalui udara yang terhirup saat bernapas (Rachmawati, 2007).
Diperkirakan, satu orang menderita TB paru BTA positif yang tidak diobati akan menulari 10-15 orang
setiap tahunnya (Aditama, 2006).

2.2 Penyebab Penyakit TBC


2.3 Gejala Klinis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan
organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

1. Gejala sistemik/umum

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat
malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu atau lebih (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus

a. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar,akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang
disertai sesak.

b. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Gejala-gejala tersebut di jumpai pula pada penyakit paru selain TB Paru,Oleh karena itu setiap orang
yang dating ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas ,harus di anggap sebagai seoarng
“suspek TB Paru” atau tersangka penderita TB Paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis.

2.4 Mekanisme Terjadinya Penyakit TBC

Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif,Pada waktu batuk/bersin,penderita


menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk dropler(percikan dahak).

1. Infeksi primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB Paru .Droplet yang
terhirup ukurannya sangat kecil ,sehingga dapat melewati mukoliser bronkus,dan terus berjalan hingga
sampai alveolus kemudian akan menetap.Infeksi di mulai saat kumanTB Paru berhasil berkembang biak
dengn cara membelah diri di paru,yang mengakibatkan peradangan pada paru,dan ini di sebut komplek
primer.

Waktu terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu,kelanjutan
setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besranya respon daya
tahan(Imunitas seluler).Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB Paru.Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
persisten atau dormant (tidur),kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman,akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TB
Paru.Masa Inkubasi,yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan
sekitar 6 bulan.

2. Infeksi pasca primer

TB paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer,
misanya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk,Ciri khas dari TB
Paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusipleura.Tanpa
pengobatan setelah 5 tahun ,50 % dari penderita TB Paru akan meninggal , 25 % akan sembuh sendiri
dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular.

2.5 Epidemiologi

1. Person / Orang

a. Umur

TB Paru Menyerang siapa saja Tua,Muda bahkan anak-anak, Sebagian besar penderita TB Paru di Negara
berkembang berumur dibawah 50 tahun.Data WHO menunjukkan bahwa kasusTB di Negara
berkembang banyak terdapat pada umur produktif 15-29 tahun,Sejalan dengan penelitian Rizkiyani
(2008) yang menunjukkan jumlah penderita baru TB Paru positif 87,6% berasal dari usia produktif (15-54
tahun) sedangkan 12,4 % terjadi pada usia lanjut (≤ 55 tahun).

b. Jenis Kelamin
Penyakit TB Paru menyerang orang dewasa dan anak-anak,laki-laki dan perempuan.TB Menyerang
sebagian besar wanita pada usia produktif.Serupa dengan WHO yang menunjukkan lebih dari 900 juta
wanita di seluruh dunia tertular oleh kuman TB dan satu juta di antaranya meninggal setiap tahun.

c. Status Gizi

Status nutrisi merupakan salah satu factor yang menetukan fungsi seluruh system tubuh termasuk
system imun.Sistem kekebalan dibutuhkan manusia untuk memproteksi tubuh terutama mencegah
terjadinya infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Bila daya tahan tubuh sedang rendah, kuman TB Mudah masuk ke dalam tubuh.kuman ini akan
berkumpul dalam paru-paru kemudian berkembang biak,Tapi orang yang terinfeksi Kuman TB Paru
belum tentu menderita TB paru,Tergantung daya tahan tubuh.bila daya tahan tubuh kuat maka kuman
akan terus tertidur didalam tubuh (dormant)dan tidak berkembang menjadi penyakit namun apabila
daya tahan tubuh lemah makan kuman TB akan berkembang menjadi penyakit.penyakit TB Lebih
dominan terjadi pada masyarakat yang status gizi rendah karna system imun yang lemah sehingga
memudahkan kuman TB Masuk dan berkembang biak.

d. Tingkah Laku

Faktor perilaku juga berpengaruh pada kesembuhan dan bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi
dan tidak menyebarkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Dimulai dari perilaku hidup sehat dengan
tidak meludah sembarangan,menutup mulut menggunakan sapu tangan atau tissue apabila batuk atau
bersin sebagai upaya pencegahan dini penyakit TB paru. Sebagaimana hasil penelitian Putra (2011),
mengatakan bahwa perilaku mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian penyakit TB paru
yang lebih banyak di derita oleh merekayang tidak bisa berprilaku sehat.

2. Place / tempat

a. Lingkungan

TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang di tularkan melalui udara.Keadaan
berbagai lingkungan yang dapat mempengaruhi penyebaran TBC salah satunya adalah lingkungan yang
kumuh,kotor .Penderita TB Paru lebih banyak terdapat pada masyarakat yang menetap pada lingkungan
yang kumuh dan kotor.

b. Kondisi Sosial Ekonomi

Sebagai Penderita TB Paru adalah dari kalangan Miskin.Data WHO yang menyatakan bahwa angka
kematian akibat TB sebagai besar berada di Negara berkembang yang relative miskin

c. Wilayah

Resiko mendapatkan infeksi dan berkembangnya klinis penyakit TB Paru bergantung pada keberadaan
infeksi dalam masyarakat misalnya Imigran dari daerah prevalensi tinggi TB, Ras yang beresiko tinggi dan
kelompok etnis minorias (misalAfrika,Amerika,Amerika Indian,Asli Alaska,Asia,KepulauanPasifik dan
Hispanik)

3. Time / Waktu
Penyakit TB Paru dapat menyerang siapa saja,dimana saja dan Kapan saja tanpa mengenal
waktu,Apabila Kuman telah masuk kedalam tubuh maka pada saat itu kuman akan berkembang biak dan
berpotensi untuk terjadinya penyakit TB Paru.

2.6 Penanganan dan Pencegahan


• Penanganan

Pengobatan TB di berikan dalam 2 tahap yaitu :

1. Tahap awal (intensif) selama 2-3 bulan

Pada tahap intensif pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk
mencegah terjadinya resistensi obat.Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat,biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu2 minggu.Sebagian besar
pasien TB BTA Positif menjadi BTAnegative (konvensi).

2. Tahap Lanjutan selama 4-7 bulan

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit yangdiminum 3X seminggu,namun dalam
jangka waktu yang lama.Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.Banyak kombinasi obat anti TB (OAT) yang biasa dipakai, demikian juga masa
pengobatannya Minimal 6 bulan. Kemasan OAT :

2.6.1 Obat tunggal,Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH,Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol.

2.6.2 Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination – FDC),Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari3
atau4 obat dalam satu tablet.

• Pencegahan

Pencegahannya yaitu dengan :

2.7 Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TB Paru aktif

2.8 Menjaga standar hidup yang baik dengan makanan bergizi,limgkungan yang sehat dan rajin
berolahraga

2.9 Pemberian Vaksin BCG (Untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat) Vaksin ini secara rutin
diberikan pada semua balita.

Agar orang yang sehat tidak tertular penyakit TBC, ada dua jalan,yaitu tindakan dari orang yang sehat
dan tindakan dari penderita TBC itu sendiri. Usahakan penderita TBC tidak membuang ludah, batuk dan
bersin di sembarang tempat. Ada baiknya dilakukan di tempat yang terkena sinar matahari langsung.
Jadi, seperti yang dikatakan di atas,kamar penderita TBC harus mendapatkan sinar matahari
langsung.Sinar matahari akan membunuh bakteri-bakteri TBC yang tersebar.

Ada baiknya bagi seorang yang sehat menghindari kontak bicara pada jarak yang dekat dengan
penderita TBC. Atau Anda bias menggunakan masker, namun hal ini masih tetap rentan. Bila penderita
TBC batuk atau bersin, sebaiknya orang yang sehat menutup mulut. Satuhal yang perlu diperhatikan,
yaitu arah angin. Jangan sampai angin berhembus mengarah ke orang yang sehat setelah sebelumnya
melalui

orang yang menderita TBC. Bukan mencegah arah anginnya, namun kita yang harus menghindari angin
tersebut yang bisa merupakan angina karena alam atau angin karena kipas angin dll. Ingat, bakteri TBC
bias terbawa oleh angin.

Jemur tempat tidur penderita TBC di panas matahari langsung, ini untuk menghindari hidupnya bakteri
di tempat tidur tersebut. Pada bayi, jangan pernah melewatkan imunisasi BCG, ini penting untuk
mencegahdari terserangnya penyakit TBC di kemudian hari.

Dari semua hal-hal diatas, daya tahan tubuh orang yang sehat sangat berperan dalam mencegah
penularan TBC. Karena rasanya sulit untuk menghindari terhirupnya bakteri TBC di saat tinggal serumah
dengan penderita TBC. Bila seseorang itu memiliki daya tahan tubuh yang kuat,walaupun bakteri TBC
masuk, sistem pertahanan tubuhnya akan memusnahkannya. Apa saja yang harus dilakukan untuk
memiliki daya tahan tubuh yang kuat ini? Tidak lain adalah rajin berolahraga, konsumsi cukup makanan
yang seimbang, terapkan pola hidup sehat seperti tidur yang cukup dan tidak merokok. Atau lengkapnya
Anda bisa baca artikel tentang tips mudah untuk hidup sehat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum
dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga mengenai
Penyakit TBC . Kami harap, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca sehingga dapat menambah wawasan mengenai Penyakit TBC.

Anda mungkin juga menyukai