Anda di halaman 1dari 17

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan

Tuberculosis (TBC)

Disusun oleh:
1. A. Kahfi Fahri 14331001
2. Diah Ayu Kurniawati 14331009
3. Dina Audia Pratiwi 14331010
4. Ilham Wiratma 14331015
5. Layla Tusyifa 14331018
6. Mettawirani Adicariya 14331019
7. Ria Wahyu Januarti 14331023
8. Sisrina Nur Intan Diana 14331028
9. Yurike Putri Utami 14331032

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG
BANDAR LAMPUNG
2014/2015

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Heri Purwanto, S.KM., M.Epid.
selaku dosen mata kuliah Epidmiologi Kesehatan Lingkungan karena atas
bimbingannya, kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami berharap tugas ini dapat berguna bagi para pembaca. Meskipun kami
sadari jika makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
menjadi koreksi kami kedepannya.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Bandar lampung, Maret 2015

Kelompok 2

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

2
1.1 Deskripsi

 Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium


tuberkulosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
(Arif Mansyur, 2000).

 Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian


bawah yang menyerang jaringan paru atau atau parenkim paru oleh basil
mycobakterium tuberculosis. Tb dapat mengenai hampir semua organ tubuh
(meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe, dll).

 Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang


parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda,
2001).
 Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru (Smeltzer, 2001).
 Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah
TBC) adalah suatu penyaki yang disebabkan oleh infeksi kompleks
Mycobacterium tuberculosis (id.wikipedia.org).

Gejala TB Paru

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu
khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.

a. Gejala sistemik/umum

3
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan
demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

 Penurunan nafsu makan dan berat badan.


 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).

 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

b. Gejala khusus
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat


terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan � 5
tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan
BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.

1.2 Penyebab Tuberculosis (TBC)

4
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri
ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum
(KP).

Bakteri Microbakterium tuberkulosa

Faktor Resiko Tuberkulosis (TB Paru)

a) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan


epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir
semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoadmodjo, 2003).
Faktor umur diduga kuat memiliki hubungan dengan terjadinya kasus
penyakit Tuberkulosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 75%
penderita Tuberkulosis adalah kelompok usia produktif (15 – 50) tahun.
Orang-orang pada usia produktif biasanya memiliki lebih banyak aktivitas
yang mengharuskan bertemu dengan banyak orang sehingga kemungkinan
tertular dari penderita lain juga lebih besar. Pada usia produktif tersebut,
biasanya juga banyak yang memiliki kebiasaan merokok yang merupakan
salah satu faktor resiko kejadian penyakit Tuberkulosis (Depkes RI,2002).

b) Jenis Kelamin

Di Afrika penyakit Tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada


tahun 1996 jumlah penderita Tuberkulosis laki-laki hampir dua kali lipat

5
dibanding perempuan, yaitu 42,34 % pada laki-laki dan 28,92 % pada
perempuan (WHO, 1998).
Berdasarkan penelitian Astuti (1998) jumlah penderita laki-laki lebih besar
dari pada penderita perempuan hal ini dimungkinkan karena kebiasaan
merokok pada laki-laki dan istirahat yang tidak teratur.

c) Pendidikan

Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang dari bangku sekolah dapat


mempengaruhi pengetahuan seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang makin tinggi pula tingkat pengetahuan tetang kesehatan terutama
dalam upaya pencegahan penyakit seperti penyakit tuberkulosis. Pendidikan
yang rendah sangat mempengaruhi dalam mendeteksi penyakit hal ini
merupakan salah satu hambatan yang menyebabkan kegagalan dalam
pengobatan dan pemberantasan tuberkulosis. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pendidikan rendah mempunyai kemungkinan 1,49 kali
untuk terjadinya penyakit tuberkulosis dibandingkan dengan pendidikan
tinggi. (Yanti, 2005).

d) Pekerjaan

Dalam hubungannya dengan kemungkinan terjadinya suatu penyakit,


pekerjaan dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung. Penyakit karena
debu misalnya silicosis paru, merupakan akibat langsung terhadap para pekerja.
Sedangkan pengaruh tidak langsung dapat terjadi apabila lingkungan sosial
ekonomi kurang baik biasanya tingkat penghasilannya pun rendah, hal ini
merupakan salah satu penyebab kurang dimanfaatkannya pelayanan kesehatan
yang ada, mungkin karena tidak cukup uang untuk membeli obat, transportasi
dan sebagainya (Astuti, 1998).

Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa


jalan, misalnya :
 Adanya faktor lingkungan yang langsung menimbulkan kesakitan
misaal bahan kimia, gas beracun, radiasi, dll.
 Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress.
 Ada tidaknya gerak badan didalam pekerjaan
 Berada dalam suatu tempat yang sempit.

6
Penyakit karena cacing tambang telah diketahui mempunyai kaitan dengan
pekerja tambang (Astuti, 1998).

e) Ekonomi Keluarga

Merupakan suatu kenyataan yang diterima bahwa jenjang pekerjaan dan


status ekonomi mempunyai hubungan yang jelas dengan kematian akibat
tuberculosa dan kesakitannya. Secara ekonomi, penyebab utama
berkembangnya kuman-kuman tuberculosis di Indonesia disebabkan masih
rendahnya pendapatan per kepala, kurang terpeliharanya gizi dan nutrisi serta
hal-hal lain yang menyangkut buruknya lingkungan. Sementara akibat yang
ditimbulkan dari penyakit ini sangat merugikan ekonomi penderitanya.
Gambaran tersebut sejalan dengan kenyataan bahwa pada umumnya yang
terserang penyakit Tuberkulosis adalah golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah (Depkes RI, 2008).

f) Ventilasi

Ventilasi adalah lubang penghawaan pada ruangan agar sirkulasi udara


dalam ruangan menjadi baik. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan
(KEPMENKES) RI No. 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan
kesehatan perumahan, luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai dan sebaiknya
udara yang masuk adalah udara segar dan bersih (Notoadmodjo, 2003).

g) Pencahayaan Matahari

Pencahayaan matahari adalah perbandingan antara luas lantai rumah


dengan luas jendela yang memungkinkan untuk masuknya cahaya matahari.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) RI No.
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas
jendela minimal 15%-20% dari luas lantai rumah. Pencahayaan matahari yang
baik adalah pencahayaan yang memberikan kesempatan cahaya matahari untuk
masuk ± 60 lux ke dalam dan tidak menyilaukan sehingga cahaya matahari
mampu membunuh kuman-kuman patogen. Jika pencahayaan kurang sempurna
akan mengakibatkan ketegangan mata (Notoadmodjo, 2003).

7
h) Kebiasaan Merokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok berhubungan


erat dengan terjadinya serta proses perjalanan penyakit Tuberkulosis. Penelitian
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara prevalensi reaktivitas tes
tuberkulin (tes untuk mengetahui seseorang terinfeksi Tuberkulosis) dan
kebiasaan merokok. Mereka yang merokok 3 – 4 kali lebih sering positif tesnya,
artinya 3 – 4 kali lebih sering terinfeksi Tuberkulosis daripada yang tidak
merokok. Penelitian yang lain menunjukkan hubungan antara kebiasaan
merokok dengan aktif tidaknya penyakit Tuberkulosis, serta faktor resiko
terjadinya Tuberkulosis pada dewasa muda, dan terdapat dose-response
relationship dengan jumlah rokok yang dihisap per harinya. Penelitian lain
menemukan bahwa anak yang terpapar asap rokok (perokok pasif) lebih sering
menderita Tuberkulosis (Aditama, 2003).
Kebiasaan merokok menjadi faktor resiko karena kebiasaan merokok akan
merusak mekanisme pertahanan paru yang disebut muccociliary clearance.
Bulu-bulu getar dan bahan lain di paru tidak mudah “membuang” infeksi yang
sudah masuk karena bulu getar dan alat lain di paru rusak akibat asap rokok.
Selain itu, asap rokok meningkatkan tahanan jalan nafas (airway resistance) dan
menyebabkan mudah bocornya pembuluh darah di paru, juga akan merusak
makrofag yang merupakan sel yang dapat memakan bakteri pengganggu. Asap
rokok juga diketahui dapat menurunkan respons terhadap antigen sehingga kalau
ada benda asing masuk ke paru tidak lekas dikenali dan dilawan. Berdasarkan
hasil penelitian, kebiasaan merokok meningkatkan angka kematian akibat
Tuberkulosis sebesar 2.8 kali (Aditama, 2003).
Dari beberapa teori yang telah dikemukakan, maka peneliti mencoba
menerapkan faktor-faktor tersebut dalam teori Gordon dan Le Richt (1950)
dalam Azrul Azwar (1999), yang secara skematis dapat digambarkan sebagai
berikut:

8
1.3 Penularan Tuberculosis (TBC)

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan


bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar
getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering
terkena yaitu paru-paru.

9
Saat Microbakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya
melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat
melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi
jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan
sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk
sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat

10
diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TBC.

Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak


dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan
adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang
lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang
peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

1.4 Pengobatan
1) Diberi obat INH (isoniazio) dan streptomycin.
2) istirahat yang cukup.
3) makanan yang cukup mengandung gizi dan vitamin.
4) Berada di lingkungan udara segar.
5) Segera di bawa ke rumah sakit jika sudah parah.

1.5 Pencegahan
1. Menjaga kebersihan tangan
2. Melakukan etika batuk (Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan
tissu atau sapu tangan, atau lengan dalam baju)
3. Tidak sembarangan membuang dahak
4. Menggunakan masker bila menderita batuk
5. Rumah dan tempat bekerja harus mempunyai ventilasi yang cukup
sehingga aliran udara lancar
6. Menjaga kebersihan lingkungan rumah dan tempat bekerja
7. Pola hidup sehat

11
AGENT, HOST, DAN ENVIRONMENT

1) Agent

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.

2) Host

 Orang

- Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 75% penderita


Tuberkulosis adalah kelompok usia produktif (15 – 50) tahun. Pada usia
produktif tersebut, biasanya juga banyak yang memiliki kebiasaan
merokok yang merupakan salah satu faktor resiko kejadian penyakit
Tuberkulosis (Depkes RI,2002). Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di
usia berapapun namun, usia paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak-
anak lebih sering mengalami tuberkulosis luar paru-paru
(extapulmonary).

- Berdasarkan penelitian Astuti (1998) jumlah penderita laki-laki


lebih besar dari pada penderita perempuan hal ini dimungkinkan karena
kebiasaan merokok pada laki-laki dan istirahat yang tidak teratur.

12
 Tempat

- Bangunan yang tidak memiliki ventilasi dan pencahayaan


matahari yang kurang baik.

- Faktor Lingkungan (Debu, Bahan kimia, Gas Beracun, Radiasi).

- Pemukiman yang padat penduduknya.

 Waktu

Dilihat dari hasil data/observasi.

3) Environment

- Makro : Lingkungan yang padat penduduk sehingga penularan penyakit


TB Paru lebih cepat dan faktor lingkungan Debu, Bahan kimia, Gas Beracun,
Radiasi).

- Mikro : Bangunan yang tidak memiliki ventilasi dan pencahayaan


matahari yang kurang baik.

13
BAB II
IDENTIFIKASI

2.1 Host

No Wawancara/ Observasi

1 Gaya Hidup (Merokok) W


2 Pengetahuan W
3 Pekerjaan W
4 Ekonomi W
5 Umur W
6 Jenis Kelamin W
8 Pendidikan Terakhir W
9 Nutrisi W

2.2 Environment

14
No Wawancara / Observasi

1 Ventilasi O
2 Pencahayaan Matahari O
4 Faktor Lingkungan (debu, bahan kimia, gas O
beracun, radiasi)

BAB III
KUESIONER DAN CHECKLIST

3.1 Kuesioner

No. Identitas Jawaban


1. Siapa nama anda?
2. Apa jenis kelamin anda?
3. Berapa umur anda?
4. Dimana alamat anda?
5. Apa pekerjaan anda?
6. Berapa jumlah anggota keluarga anda?
7. Apa pendidikan terakhir anda?
8. Berapa pendapatan anda?

No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah di keluarga ini terdapat anggota keluarga

15
yang nafsu makan nya berkurang selama beberapa

hari ini?
2 Apakah di kelurga ini ada yang pernah mengalami

demam dan berlangsung lama?


4 Apakah di keluarga ini ada yang pernah mengalami

batuk selama 3 minggu?


5 Apakah di keluarga ini ada yang pernah mengalami

batuk yang disertai dengan darah?


6 Apakah di keluarga ini ada yang merokok?
7 Apakah di keluarga ini ada yang pernah mengalami

suara nafas melemah yang disertai sesak?


8 Apakah di keluarga ini ada yang pernah mengalami

keluhan sakit di bagian dada kanan?


9 Apakah di keluarga ini jika sakit mengonsumsi obat

warung tanpa memeriksakan terlebih dahulu di

pelayanan kesehatan?
10 Apakah di keluarga ini dalam sehari setiap makan

terdapat nasi, sayur, lauk pauk, dan buah-buahan?

3.2 Observasi

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Ventilasi

a) Ventilasi minimal 10% dari luas lantai


b) Udara yang masuk adalah udara segar dan bersih

16
2 Pencahayaan Matahari

a) Pencahayaan matahari yang masuk ke dalam

ruangan cukup tanpa menggunakan lampu

3 Lantai

a) Lantai kedap air


b) Lantai berdebu
c) Dinding berdebu

17

Anda mungkin juga menyukai