Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAFASAN TUBERCULOSIS

NAMA : FUJI HARTO

JURUSAN S-1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES MURNI TEGUH
T.A 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular pernapasan yang

menyerang paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang

ditularkan melalui udara (droplet nuclei) terutama pada saat batuk atau bersin

(Marni, 2014). Penderita tuberkulosis akan mengalami tanda dan gejala seperti

berkurangnya berat badan, demam, keringat, mudah lelah, kehilangan nafsu

makan, batuk, sputum berdarah, nyeri dada, sesak napas (Fachmi, 2004 dalam

Mardiono, 2013). Tuberkulosis paru sering dijuluki the great imitator, yaitu

suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang

juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah klien

gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang

asimptomatik (Muttaqin, 2008).

Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia

dimana World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa setengah persen

dari penduduk dunia terserang penyakit ini. Penderita penyakit tuberkulosis

sebagian besar berada di negara berkembang diantara tahun 2009-2011 hampir

89% penduduk dunia menderita TB (Nizar, 2017). Menurut laporan WHO

(2011) penderita TB di dunia sekitar 12 juta atau 178 per 100.000 dan setiap

tahunnya ditemukan 8,5 juta dengan kematian sekitar 1,1 juta (Nizar, 2017).

Data terbaru yang dikeluarkan World Health Organization (WHO) pada tahun

2015 dalam Global TB Report 2015, menunjukkan bahwa pada tahun 2014,

terdapat ± 9,6 juta terdeteksi kasus baru TB dimana 58% dari kasus tersebut

2
berasal dari negara‐negara di kawasan Asia Tenggara dan negara‐negara di

wilayah Pasific Barat (Warganegara & Apriliana, 2016).

Tuberkulosis di Indonesia menduduki peringkat tiga besar dunia bersama

India dan China. Menurut WHO dalam Global TB Report 2015, prevalensi TB

di Indonesia pada tahun 2014 adalah 254.000 penderita. Dunia telah

menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian

Millenium Developmet Goals (MDGs), dimana untuk di Indonesia indikator

keberhasilan tersebut berdasarkan Case Detection Rate (CDR) yaitu

berdasarkan penemuan kasus baru, hasil CDR pada tahun 2014 yaitu 46% atau

turun dari 60% dari CDR tahun 2013. Berdasarkan aturan terbaru CDR saat ini

telah diganti dengan Case Notification Rate (CNR) yaitu laporan seluruh kasus

penderita tuberkulosis paru. Berdasarkan CNR di tingkat nasional sejak tahun

1999 kasus TB di Indonesia cenderung meningkat yaitu 135/100.000 penduduk

pada tahun 2015 (Warganegara & Apriliana, 2016).

Perkembangan kasus tuberkulosis paru dengan Bakteri Tahan Asam (BTA)

positif di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2006 terdapat 231.645 kasus,

meningkat pada tahun 2007 sebanyak 232.358 kasus dan pada tahun 2008

sebanyak 228.485 kasus (Depkes RI, 2009). Menurut laporan Riskesdas 2007

tuberkulosis merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke pada semua

penyakit dan peringkat utama di kalangan penyakit infeksi. Ironisnya TB,

pembunuh bayi dan balita (Nizar, 2017).

Berdasarkan data dari kabupaten/kota, proporsi kasus baru tuberkulosis

paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA Positif) di antara seluruh kasus

tuberkulosis paru yang tercatat di Jawa Tengah, sebesar 61,09%. Hal ini

3
menunjukkan bahwa sebagian besar penemuan kasus baru tuberkulosis paru di

kab/kota adalah kasus baru tuberkulosis paru BTA positif daripada kasus baru

TB BTA Negatif dengan Rontgen Positif. Data ini juga menunjukkan prioritas

penemuan kasus tuberkulosis yang menular di antara pasien tuberkulosis yang

diobati sudah baik. CNR untuk semua kasus sebesar 89,01 per 100.000

penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa penemuan kasus tuberkulosis di Jawa

Tengah mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2013 sebesar 114 per

100.000 penduduk (Dinkes Jateng, 2014). Kasus TB di wilayah kerja RSUD

Karanganyar termasuk dalam kategori 10 besar penyakit yang sering

dikeluhkan oleh pasien dalam kurun waktu setahun terakhir.

Pengobatan TB, perawat berperan saat menjelaskan pada klien tentang

pentingnya berobat secara teratur sesuai dengan jadwal sampai sembuh. Inilah

satu-satunya cara menyembuhkan penderita dan memutuskan rantai penularan.

Selain itu, usaha pencegahan dan menemukan penderita secara aktif seharusnya

juga perlu lebih ditingkatkan dalam rangka memutus rantai penularan

(Muttaqin, 2008).

Bakteri mycobacterium tuberculosis menyebabkan infeksi droplet yang

masuk melewati jalan napas kemudian melekat pada paru sehingga terjadi

proses peradangan yang menyebar ke organ lain (paru lain, saluran

pencernaan,tulang) melalui media (brchogen percontinuitum, hematogen,

limfogen) yang menyerang pertahanan primer yang tidak adekuat sehingga

membentuk tuberkel yang menyebabkan kerusakan membran alveolar dan

membuat sputum yang berlebihan yang menyebabkan kondisi ketidakefektifan

bersihan jalan napas (Nurarif & Kusuma, 2013).

4
Batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi pada

jalan nafas, yang bertujuan untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan

mencegah risiko tinggi retensi sekresi (Mutaqin, 2008). Batuk efektif

merupakan suatu metode batuk yang benar, dimana klien dapat menghemat

energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara

maksimal (Mardiono, 2013).

Batuk efektif dilakukan dengan posisi duduk tegak, perawat memberikan

contoh penempatan tangan di bawah garis tulang iga dan instruksikan menarik

napas secara perlahan sampai pengembangan dada tercapai setelah itu tahan

napas selama 3 detik dan hembuskan napas secara perlahan sampai kontraksi

maksimal dada tercapai melalui mulut. Saat sekresi terdengar, setelah itu

perawat memberi instruksi untuk batuk dengan kekuatan abdominal (Somantri,

2008). Hasil penelitian Mardiono, 2013 membuktikan bahwa latihan batuk

efektif sangat efektif dalam pengeluaran sputum, membantu membersihkan

secret pada jalan nafas serta mampu mengatasi sesak nafas, sebagian besar

frekuensi pernafasannya normal, adanya perbedaaan yang signifikan antara

frekuensi pernafasan sebelum dan sesudah tindakan latihan batuk efektif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang

akan dibahas yaitu:

1. Bagaimanakah konsep medis tentang TB Paru?

2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan dan penerapan askep

nanda nic noc pada pasien TB Paru ?

C. Tujuan Pembelajaran

5
1. Agar Mahasiswa/I mampu mengerti konsep dasar medik dari gangguan

sistem pernafasan : TB Paru

2. Agar mahasiswa/I mampu memahami dan melakukan proses keperawatan

pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan : TB Paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

6
A. Konsep Dasar Teori Tuberkulosis (TB)

1. Defenisi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis adalah satu dari penyakit infeksi

tertua dan masih menjadi salah satu penyebab terbesar kematian karena-infeksi

diseluruh dunia. Sejak tahun 1800, TB telah mengakibatkan kematian lebih

kurang 100 juta orang diseluruh dunia. Saat ini TB menyebabkan sekitar 2-3

juta kematian di seluruh dunia (Smeltzer & Bare, 2013).

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium

tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi

yang paling banyak adalah paru-paru (Nurrarif & Kusuma, 2013).

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit kronik dan menular yang

disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis, bakteri ini merupakan

sejenis kuman yang berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-

0,6 mm, kuman ini berstruktur atas lipid (lemak) dan membuat kuman lebih

tahan lama terhadap berbagai gangguan fisik, kimia dan juga asam

(Ardiansyah, 2012)

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular pernapasan yang

menyerang paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang

ditularkan melalui udara (droplet nuclei) terutama pada saat batuk atau bersin

(Marni, 2014).

2. Etiologi

Penyebab tuberkolusis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini

tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan

7
sinar ultraviolet. Ada 2 macam Mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human

dan tipe bovin. Basil tipe human isa berada di bercak ludah (droplet) di udara

yang berasal dari penderita TB terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TB ini

bila menghirup bercak ini (Nurrarif & Kusuma, 2013).

3. Manisfestasi Klinik (Nurrarif Kusuma, 2013)

1. Demam 40-41oC

2. Batuk atau batuk berdarah

3. Sesak napas

4. Nyeri dada

5. Malaise

6. Keringat malam

7. Suara khas pada perkusi dada

8. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

9. Pada anak :

a. Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang

jelas atau gagal tumbuh

b. Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2

minggu.

c. Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

d. Batuk kronik ≥ 3minggu, dengan atau tanpa wheezing.

4. Patofisiologi

Proses infeksi Mycobacterium tuberculosis bervariasi pada penjamu yang

berbeda. Penyakit paru biasanya muncul, tetapi infeksi dapat terjadi pada

8
daerah lain, meliputi meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Tampaknya

semua penularan TB terjadi dari infeksi paru dengan adanya pelepasan

organisme melalui bersin, batuk, tertawa atau pengeluaran ke udara. Saat

pasien TB batuk, inti droplet terdapat diudara dan diisap orang lain. Sebagai

droplet, organisme dapat menyerang mekanisme perlindungan dijalan napas

dan mencapai alveoli. Pada keadaan ini dapat dikatakan bahwa pasien

mengalami infeksi primer. Organisme dilingkupi oleh makrofag non spesifik

dan disebarkan dari paru melalui hematogen dan sistem limfa ke suluruh tubuh.

Setelah itu organisme dikenali oleh sel T dan reaksi kekebalan spesifik mulai

berkembang. Sering kekebalan ini tidak membunuh organisme, tapi membuat

periode laten selama beberapa bulan sampai beberapan tahun. Selama keadaan

laten, organisme hidup tapi tidak berproduksi dan meskipun tidak sakit,

penjamu tetap terinfeksi (Smeltzer & Bare, 2013).

5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan (Muttaqin, 2008)

1. Penatalaksanaan Medis

a. Pencegahan Tuberkulosis Paru

 Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang

bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan

meliputi tes tuberculin, mantoux, klinis, dan radiologis.

 Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-

kelompok populasi tertentu misalnya :

 Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan.

 Penghuni rumah tahanan.

 Siswa-siswi pesantren.

9
 Pemeriksaan rontgen thoraks

 Pemeriksaan CT Scan

 Pemeriksaan laboratorium (sputum, urine, cairan kumbah lambung,

dll)

 Vaksinasi Bacille Calmetle Guerin (BCG)

 Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-

12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi

bakteri yang masih sedikit.

b. Pengobatan Tuberkulosis Paru

Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO

menganjurkan panduan obat anti-tuberkulosis (OAT) sesuai dengan

kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan

pengobatan dalam program, untuk itu, penderita dibagi dalam empat

kategori sebagai berikut :

a. Kategori I

Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan

penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier,

perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis

dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negative

tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran kemih, dsb.

Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan

penderita dengan keadaan yang berat seperti meningitis, TB milier,

perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis

10
dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negative

tetapi kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran kemih, dsb.

b. Kategori II

Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum

tetap positif. Fase intensif dalam bentuk 2 HRZES-1 HRZES. Bila

setelah fase intensif sputum menjadi negative, baru diteruskan ke

fase lanjutan bila setelah 3 bulan sputum masih tetepa positif, maka

fase intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan HRZE (juga dikenal

sebagai obat sisipan). Bila setelah 4 bulan sputum masih tetap

positif, maka pengobatan di hentikan 2-3 hari. Kemudian periksa

biakan dan uji resistensi lalu pengobatan diteruskan dengan fase

lanjutan.

c. Kategori III

Kategori III adalah kasus dengan sputum negative tetapi

kelainan parunya tidak luas dan kasusu TB di luar paru selain yang

di sebut di kategori I. Pengobatan yang diberikan :

- 2 HRZ/6 HE

- 2 HRZ/4 HR

- 2 HRZ/4 H3R3

d. Kategori IV

Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas

pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilan pengobatan

11
kecil sekali. Untuk Negara kurang mampu dari segi kesehatan

masyarakat, dapat diberikan H saja seumur hidup. Untuk Negara

maju atau pengobatan secara individu (penderita mampu), dapat

dicoba pemberian obat berdasarkan uji resisten atau obat lapis ke

2 seperti Quinolon, Ethioamide, Sikloserin, Amikasin, Kanamisin,

dsb.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit

tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat

rumah sakit.

6. Komplikasi (Danusantoso, 2016)

a. Batuk darah (Hemoptysis, Hemoptoe)

Karena pada dasarnya proses TB adalah proses nekrosis, kalau

diantara jaringan yang mengalami nekrosis terdapat pembuluh darah, besar

kemungkinan penderita akan mengalami batuk darah, yang dapat

bervariasi mulai dari jarang sekali sampai sering atau hamper setiap hari.

Variasi lainya adalah jumlah darah yang dibatukkan ke luar mulai dari

sangat sedikit (berupa garis darah pada sputum) sampai banyak sekali

(profus), tergantung pada pembuluh darah yang terkena. Bila percabangan

arteri yang terkena, batuk darah akan jauh lebih hebat dari vena. Cabang

arteri pulmonalis, bila terkena, akan jauh lebih berbahaya dari cabang arteri

bronkealis, karena langsung keluar dari jantung.

b. Penyebaran per Continuitatum/Bronkogen/Hematogen

12
Proses nekrosis dapat meluas secara langsung (percontinuitatum) ke

sekitarnya, bahkan sampai dapat menembus pleura interlobaris dan

menyerang lobus yang berdampingan. Dapat pula proses ini menembus

dinding bronkus, sehingga bahan nekrotik yang penuh basil TB akan

tersebar melalui bronkus tersebut.

c. TB Larings

Karena setiap kali dahak yang mengandung basil TB dikeluarkan

melalui larings, tidaklah mengherankan bila ada basil yang tersangkut di

larings dan menimbulkan proses TB di tempat tersebut, sehingga terjadilah

TB larings.

d. Pleuritis Eksudatif

Bila terdapat proses TB di bagian paru yang dekat sekali dengan

pleura, pleura akan ikut meradang dan menghasilkan cairan eksudat.

Sehingga terjadilah pleuritis eksudatif.

e. Pnemotoraks

Bisa saja terjadi bahwa proses nekrosis berlangsung dekat sekali

dengan pleura, sehingga pleura ikut mengalami nekrosis dan bocor,

sehingga terjadilah pnemotoraks. Sebab lain pnemotoraks ialah pecahnya

dinding kavitas yang kebetulan berdekatan dengan pleura, sehingga pleura

pun ikut robek.

f. Hidropnemotoraks, Empiema/Piotoraks, dan Piopnemotoraks

Kalau pleuritis eksudatif dan pnemotoraks terjadi bersama-sama,

kondisi ini disebut hidropnemotoraks. Bila cairannya mengalami infeksi

sekunder, terjadilah piopnemotoraks. Kalu infeksi sekunder mengenai

13
cairan eksudat pada pleuritis eksudatif, terjadilah empiema atau disebutt

pula piotoraks.

g. Abses Paru

Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrosis itu langsung,

sehingga akan terjadi abses paru.

h. Cor Pulmonale

Semakin parah destruks paru dan makin luas proses fibrotik di paru

(termasuk proses atelektasis), resistensi perifer dalam paru akan semakin

meningkat. Resistensi ini akan menjadi beban bagi jantung kanan, sehingga

akan terjadi hepertrofi dan kalau ini berlanjut terus, akan terjadi pula

dilatasi ventrikel kanan dan berakhir dengan payah jantung kanan. Kelainan

jantung karena kelainan paru diberi nama umum cor pulmonale.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi

usaha untuk mengetahui permasalahan klien yaitu pengumpulan data

tentang status kesehatan klien secara sistematis, akurat, menyeluruh,

singkat, dan berkesinambungan yang dilakukan perawat. Komponen dari

pengkajian keperawatan meliputi anamnesa, pemeriksaan kesehatan,

pengkajian, pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan

medis. Dalam pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam

melakukan komunikasi, wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik

(Muttaqin, 2010 dalam Wibowo 2016 ).

14
a. Biodata

1) Identitas Pasien

Nama, alamat, umur, agama, status perkawinan, pendidikan,

pekerjaan.

2) Identitas Penanggung Jawab

Nama , alamat, umur, pekerjaan, hubungan dengan klien.

b. Riwayat Penyakit (Muttaqin,2008)

1) Keluhan Utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta

pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu :

a) Keluhan respiratoris, meliputi :

- Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan

gangguan yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus

menanyakan apakah keluhan batuk bersifat

nonprodukti/produktif atau sputum bercampur darah.

- Batuk Darah

Keluhan batuka darah pada klien dengan TB paru selalu

menjadi alasan utama pasien untuk meminta pertolongan

kesehatan. Hal ini disebabkan rasa takut klien pada darah

yang keluar dari jalan napas. Perawat harus menanyakan

seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa

blood streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah.

15
- Sesak Napas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkin paru

sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai

seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-

lain.

- Nyeri Dada

Nyeri dada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan.

Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura

terkena TB.

b) Keluhan sistematis, meliputi :

- Demam

Nyeri dada TB paru termasuk nyeri pleuritik ringan.

Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleura

terkena TB.

- Keluhan sistemis lain

Keluhan yang bisa timbul ialah keringat malam,

anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.

Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul

dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan

akut dengan batuk, panas, dan sesak napas walaupun

jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

16
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.

Lakukan pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang

diberikan klien hanya kata“Ya”atau”Tidak” atau hanya dengan

anggukan dan gelengan kepala. Apabila keluhan utama adalah

batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan

batuk muncul (onset). Apakah ada keluhan lain seperti demam,

keringat malam, atau menggigil. Tanyakan apakah batuk disertai

sputum kental atau tidak, Apakah klien mampu melakukan batuk

efektif untuk mengeluarkan sekret.

Apabila keluhan utama batuk darah , maka perlu ditanyakan

kembali berapa banayak darah yang keluar. Saat melakukan suatu

anamnesis,perawat perlu meyakinkan pada klien tentang perbedaan

antara batuk dsarah dan muntah darah, karena pada keadaan klinis,

hal ini sering menjadi rancu.

3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah

sebelumnya klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama

pada masa kecil, tuberkulosis dari organ lain, pembesaran getah

bening dan penyakit lain yang memperberat TB paru seperti

diabetes mellitus.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu

menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota

17
keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi penularan di dalam

rumah.

5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

Pengkajian psikologi pasien meliputi beberapa dimensi yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas

mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat

mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal pasien tentang

kapasitas fisik dan intelektual saat ini.

Perawat juga perlu menanyakan kondisi pemukiman tempat

tinggal klien hal ini penting mengingat TB paru sangat rentan

dialami oleh mereka yang bertempat tinggal di pemukiman padat

dan kumuh karena populasi bakteri TB paru lebih mudah hidup

ditempat yang kumuh dengan ventilasi dan pencahayaan sinar

matahari kurang.

6) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum dan Tanda-tanda Vital

Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat

dilakukan secara selintas pandang dengan menilai keadaan fisik

tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara umum tentang

kesadaran pasien terdiri atas composmentis, apatis, somnolen,

spoor, soporkoma, atau koma.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien TB paru

biasanya didapatkan peningktan suhu tubuh secra signifikan,

frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas, denyut

18
nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu

tubuh dan bfrekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya

sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi.

b. B1 (Breathing)

a) Inspeksi

Bentuk dada, gerakan pernapasan, batuk, sputum.

b) Palpasi

Palpasi trakhea, gerakan dinding thoraks/ekskrusi

pernapasan, getaran suara (fremitus vocal).

c) Perkusi

Pada klien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya

akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh

lapang paru.

d) Auskultasi

Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas

tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit.

c. B2 (Blood)

a) Inspeksi

Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik

b) Palpasi

Denyut nadi perifer melemah.

c) Perkusi

19
Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan

efusi pleura massif mendorong ke sisi sehat.

d. B3 (Brain)

Kesadaran biasanya composmentis ditemukan adanya sianosi

perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.

e. B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake

cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya

oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.

Pasien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna

jingga pekat dan berbau yang menandakan funsi ginjal masih

normal sebagai ekskresi karena meminum OAT terutama

Rifampisin.

f. B5 (Bowel)

Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu

makan, dan penurunan berat badan.

g. B6 (Bone)

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB

paru. Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan,

insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga menjadi tak

teratur.

BAB III

TINJAUAN KASUS

20
A. Pengkajian Lengkap

1. Biodata/Data Biografi

 Pasien

Nama : Ny. D

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 30 Agustus 1975

Umur : 44 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Pelita 1 Medan Perjuangan

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga s

Pendidikan : SMA Sederajat

Suka Bangsa : Batak Toba

No. RM :-

Tanggal Masuk RS : 13 Oktober 2019

Tanggal Pengkajian : 14 Oktober 2019

Diagnosa Medis : TB Paru

 Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : D3

21
Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Pelita 1 Medan Perjuangan

Hubungan dengan Klien : Anak

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS

Pasien masuk melalui IGD Rumah Sakit Murni Teguh pada hari minggu

tanggal 13 Oktober 2019 pukul 18.30 WIB, dengan kesadaran kompos

mentis kooperatif, keadaan umum lemah, disertai dengan keluhan utama

pasien batuk berdarah sejak 2 minggu yang lalu, pasien sesak nafas sejak 4

hari yang lalu, TD: 100/70 mmHg, HR: 98x/menit, RR: 26x/menit, Suhu:

37,5°C.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada hari senin tanggal 14 oktober 2019 hari

rawatan ke 1, dengan kesadaran kompos mentis kooperatif, keadaan umum

sedang, pasien mengeluh sesak nafas, batuk produktif masih terdapat

bercak darah, Pasien terpasang oksigen nasal kanul 3liter/menit.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2018 selama 4

bulan dan dihentikan sendiri oleh pasien dengan alasan setelah pasien

meminum OAT pasien mengeluh mual. Keluarga mengatakan pasien belum

pernah dirawat di RS. Hipertensi (-), DM (+).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

22
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang tinggal serumah

yang pernah menderita penyakit TB Paru, dan penyakit keturunan lainnya.

e. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

Jenis Kebutuhan Sebelum masuk RS Setelah masuk RS


Pola Nutrisi Pasien mengatakan saat Pasien diberi makanan
sehat makan 3x sehari biasa Diet MB, pasien
dengan nasi, lauk, sayur menghabiskan ¼ porsi
dengan porsi sedang makanan saja dan
dan minum air putih 8- sering merasa mual,
10 gelas perhari. minum air putih
sebanyak 8 gelas sehari.
Pola Eliminasi BAB BAB
Frekuensi : 1x sehari Frekuensi : 1x / 2 hari
pagi Konsistensi : lembek
Konsistensi : lembek Warna : kuning
Warna: kuning kecoklatan
kecoklatan Keluhan : -
Keluhan : -
BAK
BAK
Frekuensi : 5-6 x/hari
Frekuensi : 5-6 x/hari Jumlah : ±250cc sekali
Jumlah : ±250cc sekali BAK
BAK Warna : kuning
Warna : kuning Keluhan : -
Keluhan : -
Pola Istirahat dan Tidur pasien tidur 9-10 jam pasien tidur jam
perhari, siang 2 jam perhari, siang 1 jam
perhari dan malam 6-8 perhari dan malam 5
jam perhari, kualitas jam perhari, pasien
tidur baik. sering mengeluh
berkeringkat pada
malam hari dan batuk .
Pola Aktivitas dan Saat sehat keluarga namun saat sakit ADL
Latihan
mengatakan pasien pasien dibantu oleh
seorang ibu rumah keluarga dan perawat
tangga, pasien dapat

23
melakukan kegiatan
serta aktivitas sendiri.
Pekerjaan suami
sebagai petani.
Pola Kognitif keluarga pasien pasien dapat menjawab
Perseptual
mengatakan pasien pertanyaan dari
dapat berbicara lancar, perawat, pasien dapat
menonton TV, mengikuti instruksi dari
mendengarkan musik perawat
dan dapat
mengidentifikasi bau

Pola Persepsi Konsep Gambaran diri : Gambaran diri :


Diri pasien mengatakan pasien mengatakan
senangn dengan senangn dengan
keadaanya sekarang keadaanya sekarang
meskipun fisik dan meskipun fisik dan
panca indra sudah panca indra sudah
mengalamai penurunan mengalamai penurunan
fungsi fungsi
Ideal diri : Ideal diri :
Pasien mengatakan Pasien mengatakan
dirinya adalah istri dan dirinya adalah nenek
seorang ibu bagi cucunya
Peran diri : Peran diri :
Pasien mengatakan Pasien mengatakan jika
sebagai ibu dari 3 orang sakit tidak bisa bermain
anak dan sudah dengan cucunya
memenuhi tanggung Identitas diri :
jawabnya sebagai orang Pasien mengatakan
tua. dirinya adalah seorang
Identitas diri : ibu dan nenek untuk
Pasien mengatakan cucunya

24
dirinya adalah seorang Harga diri :
ibu dan nenek bagi Pasien mengatakan
cucunya merasa senang karena
Harga diri : keluarga
Pasien mengatakan menyayanginya dan
merasa senang karena memperhatikannya
keluarga
menyayanginya dan
memperhatikannya
Pola Hubungan Peran Pasien mengatakan Pasien mengatakan
memiliki hubungan tetap memiliki
yang harmonis dengan hubungan yang baik
semua anggota dengan keluarga, warga
keluarganya, dan baik sekitar rumahnya
dengan warga sekitar maupun dengan pasien
tempat tinggalnya yang satu ruang
dengannya.

Pola Nilai dan Pasien mengatakan Pasien mengatakan


Keyakinan beragama Kristen beragama Kristen
protestan dan selalu protestan, dan hanya
ibadah ke gereja setiap berdoa di tempat tidur
hari minggu saja.

Data Penunjang - Tanggal 14 Oktober


2019
Gula darah puasa= 560
mg/dl, gula darah 2 jam
PP= 637 mg/dl, ureum
darah= 29 mg/dl,
kreatinin darah= 1.0
mg/dl, total protein =
8.2 g/dl, Albumin= 3.6

25
g/dl, Globulin= 4.6 g/dl,
Hb= 11.5 g/dl,
Leukosit= 10.440
mg/dl, Trombosit =
481.000 g/dl
Pada pemeriksaan
radiologi paru (foto
thorax ) didapatkan
hasil bahwa terdapat
fibro infiltrat pada paru
kanan, kesan : TB Paru
Terapi Pengobatan - Terapi pengobatan pada
Ny. D diberikan cairan
Nacl 8jam/kolf,
Ceftriaxon 1x2gr,
Levoplolaxin 1x750,
Ranitidin 2x1,
Dexametason 3x2, Vit
B6 1x1, Combivent
3x1, Drip vascon
2,1cc/jam, terapi OAT
R/H/Z/E=450/300/1000
/750mg/dl

f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Sedang

a) Kesadaran : Compos Mentis

b) Tanda-tanda Vital

 TD : 110/70 mmHg

 HR : 94x/i

 RR : 27x/i

26
 S : 37,8°C

2) Kepala

Simetris, kepala bersih, hematom(-), pembengkakan(-).

3) Wajah

wajah tampak pucat, wajah tampak simetris.

4) Mata

tampak simetris, konjungtiva anemis(-), sklera ikterik(-).

5) Hidung

hidung simetris, tampak bersih, pernapasan cuping hidung (-), lesi (-).

6) Mulut

kering, tidak pucat, tidak terdapat lesi.

7) Leher :

pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening(-).

8) Dada

penggunaan otot bantu(-), pergerakan dinding dada kiri dan kanan

sama, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor, auskultasi

bronkovesikuler, ronkhipositif. Pada pemeriksaan kardiovaskuler

didapatkan ictus cordis tidak terlihat dan teraba,irama teratur.

9) Abdomen

pemeriksaan sistem pencernaan asites(-), bising usus 12x/menit, hepar

teraba(-), nyeri tekan hepar(-), perkusi timpani. Pembesaran kelenjar

tiroid dan kelenjar getah bening(-).

10) Ekstremitas

27
Pada ekstremitas kiri atas terpasang IVFD NaCl, ekstremitas atas

bawah teraba hangat, sianosis(-), CRT<2dtk.

B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds : Mukus/sekret dalam Ketidakefektifan
- Pasien mengatakan jumlah berlebih bersihan jalan napas
batuk ± 2 minggu
- pasien mengatakan
batuk berdahak susah
keluar
- Pasien mengatakan

28
sesak napas
- Pasien mengatakan
suara napas grok-grok
Do :
- Auskultasi paru
terdengar bunyi ronchi
diparu-paru kanan
- Sputum kental
- Hasil foto thorax
menunjukkan infiltrasi
fibrio pada area paru
kanan
- TD : 110/80 mmHg
- N : 90x/menit
- S : 36,5°C
- RR : 26x/menit
Ds : Faktor biologis Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan (pusing,mual) nutrisi kurang dari
tidak nafsu makan kebutuhan
- Pasien mengatakan
berat badan turun 4 kg
- Pasien mengatakan
tidak suka makanan
rumah sakit
- Pasien mengatakan
cegukan, batuk, dan
mual
Do :
- Pasien terlihat lemas
- BB 42 kg (sebelum
masuk rs 46 kg), TB
156cm, IMT 17,28

29
kurus (kurang BB
tingkat ringan)
- HB 8,9 g/dl,
Hemaktokrit 27,7%,
Leukosit 10,98 10^3/U
- Trombosit 523
10^3/UL
- rambut beruban,
mukosa lembab, mata
bersih
- makan 3x sehari
( bubur, sayur, lauk
pauk, air putih, sari
kacang hijau) ½ porsi
habis
Ds : Halangan lingkungan : Gangguan pola tidur
- Pasien mengatakan (lingkungan yang tidak
tidak dapat tidur dikenal )
nyenyak
- Pasien mengatakn
batuk dimalam hari dan
sering cegukan dan
berkeringat
- Pasien mengatakan
tidak nyaman dengan
lingkungan rumah sakit
- Pasien mengatakan
tidur malam hanya 4
jam paling lama dan 1
jam untuk tidur siang

Do :

30
- Pasien tampak lemas
- Pasien sering terbangun
pada malam hari
- Pola tidur siang ±1jam
- Pola tidur malam
±4jam

C. Prioritas Masalah

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus/secret

dalam jumlah belebihan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

faktor biologis (pusing, mual)

3. Gangguan pola tidur sberhubungan dengan halangan lingkungan: (lingkungan

yang tidak dikenal)

D. Perencanaan Keperawatan (Intervensi)

Diagnosa KRITERIA HASIL INTERVENSI


Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC :
bersihan jalan keperawatan selama 3x24 Manajemen Jalan
napas berhubungan jam diharapkan jalan napas Napas
dengan mukus pasien bersih dengan - Posisikan pasien untuk
(secret) dalam kriteria hasil : memaksimalkan
jumlah berlebih NOC : ventilasi (semi fowler)
Defenisi Status pernafasan : - Lakukan fisioterapi
Ketidakmampuan ventilasi dada sebagai mana
membersihkan Status pernapasan : mestinya

31
sekresi atau kepatenan jalan napas - Buang secret dengan
obstruksi dari - Kemudahan dalam memotivasi pasien
saluran nafas untuk bernapas untuk melakukan
mempertahankan - RR 16-24x/menit batuk atau menyedot
bersihan jalan - Mampu mengeluarkan secret.
nafas sputum atau mampu - Lakukan tindakan
Batasan melakukan batuk efektif bronkoskopi bila
Karaktristik: - Suara nafas bersih/ tidak dipelukan
1. Batuk yang ada ronchi - Intruksikan bagaimana
tidak efekttif - Menunjukkan jalan napas cara batuk efektif yang
2. Dyspneu yang paten benar.
3. Gelisah - Auskultasi suara nafas
4. Kesulitan - Kolaborasi dengan tim
bernafas medis
5. Perubahan - Lakukan pemeriksaan
frekuensi TCM (Basil kuman
pernafasan tahan asam) untuk
6. Sputum dalam menentukan TB aktif
jumlah yang atau tidak.
berlebihan
7. Suara Nafas Monitor Pernafasan
tambahan - Monitor
Faktor yang kecepatan,irama,
berhubungan : kedalaman dan
1. Perokok kesulitan bernafas
2. Terpajan asap - Catat pergerakan dada,
Obsruksi jalan nafas catat
: ketidaksimetrisan,peng
1. Adanya benda gunaan otot bantu
asing dalam jalan pernafasan dan
napas retraksiotot
2. Eksudat/secret - Monitor

32
dalam alveoli frekuensi/polas napas
3. Mucus - Kaji perlunya
berlebihan penyedotan pada jalan
4. Spasme jalan nafas dengan
napas. auskultasi suara nafas
ronki di paru
- Berikan bantuan terapi
nafas /bronkodilatoe
jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
2. Ketidakseimbang Setelah dilakukan tindakan NIC :
keperawatan selama 3x24 Manajemen nutrisi
an nutrisi kurang
jam diharapkan nutrisi - Kaji adanya alergi
dari kebutuhan
terpenuhi dengan kriteria makanan
berhubungan hasil : - Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
dengan faktor
NOC : jumlah kalori dan
biologis (pusing,
Status nutrisi : asupan nutrisi yang
mual) makanan dan cairan dibutuhkan pasien
Status nutrisi : asupan - Anjurkan pasien untuk
Defenisi :
nutrisi meningkatkan protein
Intake nutrisi tidak
- Nafsu makan meningkat dan vitamin C
cukup untuk - Tidak terjadi penurunan - Yakinkan diet yang
BB yang berarti dimakan mengandung
keperluan
- Menghabiskan porsi tinggi serat untuk
metabolisme tubuh
makan yang disedikans mencegah konstipasi
Batasan - Berikan informasi
tentang kebutuhan
Karakteristik :
nutrisi
- Berat badan 20 %
Nutrition Monitoring
atau lebih di - BB pasien dalam batas
normal
bawah ideal

33
- Kehilangan BB - Monitor adanya
penurunan berat badan
dengan makanan
- Monitor lingkungan
cukup
selama makan
- Membran mukosa - Jadwalkan
pengobatan dan
dan konjungtiva
tindakan tidak selama
pucat
jam makan
- Keengganan untuk - Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan
makan
muntah
- Kurang berminat
- Monitor kadar
terhadap makanan albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
- Kehilangan rambut
- Monitor makanan
yang cukup banyak
kesukaan
(rontok) - Monitor pucat,
kemerahan, dan
Faktor yang
kekeringan jaringan
berhubungan :
konjungtiva
Ketidamampuan - Identifikasikan adanya
alergi atau toleransi
makanan
makan yang dimiliki
berhubungan
pasien
dengan faktor - Anjurkan pasien untuk
bedrest
biologis (mual),
- Anjurkan pasien untuk
psikologis, atau makan-makan porsi
sedikit tapi sering
ekonomi.
- Berikan larutan gula
saat pasien mual dan
muntah

34
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan NIC :
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 Peningkatan tidur
halangan jam diharapkan pola tidur Manajemen
lingkungan: adekuat dengan kriteria lingkungan
(lingkungan yang
hasil : - Monitor pola tidur dan
tidak dikenal)
NOC : jumlah jam tidur
Kelelahan : efek - Berikan musik pilihan
yang menganggu untuk di dengarkan
Tingkat kelelahan saat akan tidur
- Jumlah jam tidur dalam - Anjurkan pasien untuk
batas normal 6-8jam/hari menghindari makan
- Pola tidur, kualitas dalam dan minum yang
batas normal menganggu tidur
- Perasaan segar sesudah - Anjurkan keluarga
tidur atau istirahat membatasi kunjungan
- Anjurkan memakai
kaos kaki

E. Implementasi Keperawatan

Tanggal No. Implementasi Respon


DX
15 Oktober 1 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Lemah
2019 - Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5

- Monitor TTV S : Pasien mengatakan bersedia

35
O : Pasien tampak tenang dan
lemas
TD : 110/80 mmHg
HR : 94 x/i
RR : 26 x/i
S : 36,5ºC

- Mengkaji Pernapasan
S : - Pasien mengatakan batuk
berdahak susah keluar
-Pasien mengatakan sesak
nafas, Suara napas grok-grok
O : -Pasien tampak tenang dan
lemas
-irama nafas tidak teratur
-Terdengar bunyi ronchi
-RR: 26x/menit
2 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Lemah
- Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5

- Mencatat status nutrisi S : -Pasien mengatakan berat

pasien badan turun


-Pasien mengatakan tidak suka
makanan RS dan tidak nafsu
makan
O : BB 42kg (sebelum masuk RS
46 kg)
-Turgor kulit buruk
-Makan habis 1/2porsi

- Meyakinkan diit yang di


makan mengandung tinggi S : pasien mengatakan selama di

serat untuk mencegah RS hanya baru 1 kali BAB

konstipasi O : Pasien tampak kwatir

36
- Mengidentifikasi adanya S: Pasien mengatakan tidak
alergi atau toleransi alergi terhadap makanan
makanan
apapun
O: Pasien tampak tenang dan
lemas
3 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Lemah
- Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5

- Memonitor pola tidur dan S: -Pasien mengatakan tidak dapat

jam tidur tidur nyenyak


-Pasien mengatakan tidak
nyaman dengan lingkungan RS
O: -Pasien tampak tenang dan
lemas
Pola tidur siang 1 jam
Pola tidur malam ±4jam

16 Oktober 1 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Lemah


2019 - Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5

- Monitor TTV S : Pasien mengatakan bersedia


O : Pasien tampak tenang dan
lemas
TD : 110/80 mmHg
HR : 86 x/i
RR : 26 x/i
S : 36,5ºC

S : -Pasien mengatakan bersedia


- Memposisikan pasien diberi posisi semi fowler
semi fowler -Pasien mengatakan sesak
sudah mulai berkurang

37
O : -Pasien tampak tenang dan
lemas

S: Pasien mengatakan sesaknya


- Memberikan O2 dengan
menjadi berkurang setelah
nasal kanul 2 Lpm
diberikan oksigen
O: Pasien tampak rileks

S: -Pasien mampu mengikuti


- Mengajarkan batuk arahan dari perawat
efektif -Pasien mengatakan dahak bisa
keluar sedikit
O: -Pasien tampak tarik napas
dalam dari hidung
mengeluarkan napas lewat
mulut dan membantukkan
sambil mengeluarkan secret
lewat mulut
-Secret keluar sedikit berwarna
putih kental

2 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Lemah


- Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5
- Mengajurkan pasien untuk S : -Pasien mengatakan akan
makan sedikit tapi sering makan sedikit tapi
sering/ngemil snack buatan
menantu nya
-pasien mengatakan sering
cegukan
O : Pasien tampak tenang

- Menganjurkan pasien
S : pasien mengatakan selama di
banyak minum air putih
RS hanya baru 1 kali BAB
hangat
O : Pasien tampak kwatir

38
S: -Pasien mengatakan bersedia
- Mengidentifikasi adanya minum air putih
alergi atau toleransi
hangat,cegukan berkurang
makanan
O: Pasien tampak tenang
3 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Lemah
- Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5

- Memberikan musik sesuai S: -Pasien mengatakan menyukai

pilihan pasien musik melayu


-Pasien mengatakna sering
mendengarkan musik
melayu sebelum tidur
O: Pasien tampak senang dengan
musik pilihannya

17 Oktober 1 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Sedang/Cukup


2019 - Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5

- Monitor TTV S : Pasien mengatakan bersedia


O : Pasien tampak tenang dan
lemas
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 24 x/i
S : 36,4ºC

S : -Pasien mengatakan batuk


- Mengkaji Pernafasan
Berkurang, dahak bisa keluar
-Pasien mengatakan sesak
nafas berkurang, pasien
mengatakan suara napas grok

39
grok
O : -Pasien tampak tenang dan
lemas irama nafas teratur
RR : 24x/menit
Dahak keluar putih kental

S: Pasien mengatakan menjadi


- Memberikan
lebih rileks dan sesak pun
Bronkodilator menjadi lebih berkurang
(Nebulizer) O: Pasien terlihat lebih tenang dan
nyaman

2 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Lemah


- Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5

- Menciptakan lingkungan S : Pasien mengatakan senang

yang nyaman dengan suasana tenang tidak


berisik
O : Pasien tampak tenang
3 - Mengukur Keadaan umum - Ku : Lemah
- Mengukur kesadaran - Kesadaran : Conmpos mentis
- Mengukur kekuatan otot - GCS : E4M6V5

- Membatasi kunjungan ke S: Keluarga pasien mengatakan

pasien bersedia
O: Pasien tampak nyaman dengan
suasana tenang

F. Evaluasi Keperawatan

D Hari 1 Hari 2 Hari 3


X
1 S : -pasien mengatakan S: -Pasien mengatakan S: Pasien mengatakan
batuk berdahak susah posisi yang nyaman sesak mulai berkurang,
keluar adalah semi fowler secret berkurang

40
-Pasien mengatakan -Pasien mengatakan O: -KU Cukup/Sedang,
sesak napas, suara sesak menjadi Kesadaran CM,
napas berkurang serta secret GCSE4M6V5
grok-grok -Terpang O2 nasal
dapat dikeluarkan
O: -KU: Lemah, Kesadaran kanul 2 Lpm
O: -KU lemah, Kesadaran
CM, GCS E4M6V5 -Sekret tampak
CM, GCS E4M6V5
-Irama napas tidak teratur berkurang
-Terpasang O2 dengan
-terdengar suara napas TD : 120/80 mmHg
ronchi
nasal kanul 2 Lpm N : 80 x/i
-Pasien tampak tenang -Pasien tampak nyaman RR : 24 x/i
dan lemas dengan posisi semi S : 36,5ºC
TD : 120/90 mmHg fowler A: Masalah bersihan jalan
N : 80x/menit -Pasien terlihat dapat napas belum teratasi
S : 36,4ºC melakukan batuk P : Lanjutkan Intervensi
RR : 26x/menit efektif dengan cara -Berikan nebulizer/8
A: masalah teratasi sebagian jam
yang benar
P: Lanjutkan intervensi -lakukan batuk efektif
-Sekret belum keluar
-Memposisikan pasien -Monitor aliran O2
maksimal, sedikit
(semi fowler) -Monitor TTV
A: Masalah bersihan jalan
-Anjurkan minum air
hangat napas belum teratasi

-Ajarkan batuk efektif P: Lanjutkan intervensi


-Berikan Oksigen nasal -Kolaborasi dengan
kanul dokter pemberian
bronkodilator
(nebulizer)
-Lakukan batuk efektif
-monitor aliran O2
-Monitor TTV

2 S: -Pasien mengatakan tidak S: -Pasien mengatakan sudah S: -Pasien mengatakan


nafsu makan makan sedikit tapi sering sudah makan sedikit
-Pasien mengatakan berat -Pasien mengatakan tapi sering
badan turun 4kg dibuatkan snack sehat oleh -Pasien mengatakan
-Pasien mengatakan tidak menantunya suka dengan suasana

41
suka makanan RS -Pasien mengatakan nafsu tenang
–Pasin mengatakan makan kembali karena -Pasien mengatakan
batuk,cegukan,mual dibuatkan snack nafsu makan kembali
-paien mengatakan tidak -pasien mengatakan hari ini sedikit-sedikit
alergi dengan makanan belum BAB O: Pasien tampak tenang
apapun O: -Pasien tampak tenang A: Masalah teratasi
-pasien mengatakan hanya -Pasien tampak memakan Sebagian
1 kali BAB di RS snack P: Lanjutkan intervensi
O: -Pasien lemas -Pasien tampak -monitor TTV
-BB: 42kg (sebelum memakan makanan -Kolaborasi dengan tim
masuk RS 46kg) rumah sakit medis
-Turgor kulit buruk sedikit-sedikit
-pasien tampak
-Kolaborasi pemberian
menghabis ½ porsi
dulcolax masuk per oral
makanan
A: Masalah teratasi
-pasien terlihat kwatir
sebagian
karena konstipasi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi

P: Lanjutkan Intervensi -Ciptakan lingkungan


-Catat adanya yang nyaman
mual,muntah -monitor turgor kulit
-Anjurkan pasien badrest -Monitor BB
-Anjurkan pasien makan
sedikit tapi sering
-monitor turgor kulit
3 S : -Pasien mengatakan S: -Pasien mengatakan S: Pasien mengatakan
tidak dapat tidur menyukai music sudah tidak terbangun
nyenyak campursari sebelum tidur saat malam hari
-Pasien mengatakn tidak -Pasien mengatakn sudah O: Pasien tampak tenang
nyaman dengdan tidak sering terbangun di A: masalah teratasi
lingkungan rumah sakit malam hari sebagian
O: -Pasien tenang dan lemas O: -Pasien tampak tenang dan P: Lanjutkan intervensi
-Tidur siang 1 jam tidur lemas -Monitor TTV
malam ± 4jam -Tidur malam ± 7jam -Kolaborasi tim medis
A: Masalah teratasi sebagian A: Masalah teratasi sebagian

42
P: Lanjutkan intervensi P: Lanjutkan intervensi
-Berikan musik pilihan -Anjurkan keluarga
membatasi kunjungan
-Ciptakan lingkungan yang
nyaman
-Kolaborasi dengan tim
medis

43
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah kelompok melakukan pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Murni Teguh maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang ditemukan pada pasien adalah pasien batuk berdahak,

dahak susah keluar, suara napas terdengan bunyi ronchi, mengalami sesak napas,

hasil foto thorax menunjukkan infiltrasi lesi pada area paru kanan atas, tidak nafsu

makan, batuk, mual, tidak dapat tidur nyenyak, TD : 110/70 mmHg N :

94x/menit, S : 36,6ºC, RR : 26x/menit.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari data pengkajian kelompok merumuskan diagnosa dan membuat prioritas

diagnose keperawatan pada pasien yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan mucus/sekret dalam jumlah belebihan.

3. Perencanaan Keperawatan

Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa pertama pasien adalah mengkaji

respirasi, monitor TTV, mengatur posisi semi fowler, anjurkan minum air putih

hangat yang banyak 1-2 liter/hari, ajarkan batuk efektif, kolaborasi dengan dokter.

44
4. Tindakan/Implementasi Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan pasien dengan Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit

Murni Teguh telah sesuai dengan intervensi yang di buat mengkaji respirasi,

monitor TTV, mengatur posisi semi fowler, anjurkan minum air putih hangat yang

banyak 1-2 liter/hari, ajarkan batuk efektif, kolaborasi dengan dokter.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah penulis melakukan evaluasi selam 3x24 jam diharapkan hasil masalah

keperawatan yang pertama pada pasien ketidak efektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan mukus dalam jumlah belebihan didapatkan hasil masalah

teratasi sebagian.

B. Saran

Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Tuberkulosis Paru penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya di bidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan

hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun dengan pasien, sehingga

dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada

umumnya dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan khususnya bagi pasien

yang mengalami Tuberkulosis Paru.

45
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang baik

dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain dalam memberikan

asuhan keperawatan khususnya pada pasien Tuberkulosis Paru.

3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan professional

agar tercipta perawat yang professional, terapil, inovatif, aktif, dan bermutu yang

mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode

etik keperawatan.

4. Bagi pasien

Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang bagaimana

menangani masalah tuberkulosis paru dengan tindakan yang benar sehingga

masalah tuberkulosis paru teratasi dan kebutuhan kenyamanan pasien terpenuhi.

46

Anda mungkin juga menyukai