BERDARAH DENGUE
Disusun oleh:
Tanti Turhayati
10117088
2019
1 BAB 1
PENDAHULUAN
Kelembaban yang tinggi dengan suhu berkisar antara 28-320C membantu nyamuk
Aedes bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama. Pola penyakit di Indonesia
sangat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Tingginya angka
kejadian DBD juga dapat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk. Peningkatan
jumlah kasus DBD dapat terjadi bila kepadatan penduduk meningkat. Semakin
banyak manusia maka peluang tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti juga akan
lebih tinggi. (Pongsilurang, Sapulete, &Wulan, 2015). Penyakit DBD telah
menjadi penyakit yang mematikan sejak tahun 2013. Penyakit ini telah tersebar di
436 kabupaten/kota pada 33 provinsi di Indonesia. Jumlah kematian akibat DBD
tahun 2015 sebanyak 1.071 orang dengan total penderita yang dilaporkan (Aji
Fajar, 2016).
Nilai Incidens Rate (IR) di Indonesia tahun 2015 sebesar 50,75% dan Case
Fatality Rate (CFR) 0,83%. Jumlah kasus tercatat tahun 2014 sebanyak 100.347
orang dengan IR sebesar 39,80% dan CFR sebesar 0,90% (Kemenkes RI, 2016b).
Kejadian demam berdarah dengue adalah faktor perilaku host. Faktor ini
dipengaruhi oleh umur dan tingkat pendidikan host serta faktor geografis dari
wilayah tempat tinggal host. Faktor umur dan tingkat pendidikan host akan
memengaruhi cara pandang dan perilaku host terhadap kejadian DBD.
Salah satu pengendalian DBD yang dilakukan di Indonesia dan dapat dilakukan
oleh semua umur dan dari seluruh jenjang pendidikan adalah kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pemerintah di Indonesia mencanangkan
pembudidayaan PSN secara berkelanjutan oleh masyarakat dengan pesan inti 3M
plus dan mewujudkan terlaksananya gerakan 1 rumah 1 Juru Pemantau Jentik
(Jumantik). Keberhasilan kegiatan PSN dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik
(ABJ). Apabila ABJ ≥ 95% diharapkan dapat mencegah atau mengurangi kasus
penularan DBD (Kemenkes RI, 2016a)
1.2 Rumusan masalah
Setelah dilakukan pengkajian, maka rumusan masalah yang dapat ditentukan
adalah sebagai berikut:
A. Tujuan penelitian
1.Tujuan Umum:
2.Tujuan Khusus:
2.Bagi peneliti
5. Bagi Pembaca
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 BAB II
21 LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar
(Suryani, 2018)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus.(Kementrian Keeharan Republik Indonesia
2015).
B. Etiologi
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk genus
falvivirus. Virus yang ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-strand
virus dari keluarga Falviviridae. Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifat
antigennya berbeda, yaitu virus dengue-1 (DEN 1), virus dengue-2 (DEN 2), virus
dengue-3 (DEN 3) dan virus dengue-4 (DEN 4).
Spesifikasi virus dengue yang dilakukan oleh Albert Sabin pada tahun 1994
menunjukan bahwa masing-masing serotipe virus dengan memiliki genotipe yang
berbeda antara serotipe-serotipe tersebut (Soedarto 2012).
C. Klasifikasi
1.Derajat I Ditandai dengan demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji bendung (Uji torniquet).
3.Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan
nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis disekitar mulut,
kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
4.Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba, dan tekanan
darah tidak teratur. D.Manifestasi Klinis Menurut Misnadiarly (2009) demam
berdarah memiliki tanda sebagai berikut yaitu :
2.Muntah
3.Nyeri kepala
4.Nyeri otot dan persendian.
1.Nyeri tenggorok
21.1 D. Patofisiologi
Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada sistem vaskuler yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama proses perjalanan penyakit, dari
mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat. Volume plasma dapat
menurun hungga 30%.Hal inilah yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami
kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini jika tidak segera di tangani
dapat menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirnya
dapat berakibat fatal yaitu kematian.
D. Komplikasi DHF
3.Infeksi
4.Kerusakan hati
5. Kerusakan otak
6.Resiko syok
7.Kejang kejang
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue,DBD atau sindrom syok
dengue(SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari,
yang diikuti oleh fase kritis 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak
demam, akan tetapi mempunyai faktor risiko untuk terjadi renjatan jika tidak
mendapat pengobatan adekuat (Suhendro, 2009)
a.Demam Dengeu(DD)
Gambaran klinis dari DD sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan anak kecil
dapat mengalami penyakit demam, sering dengan ruam makropapuler. Anak yang
lebih besar dan orang dewasa dapat mengalami baik sindrom demam atau
penyakit klasik yang melemahkan dengan mendadak demam tinggi, kadang-
kadang dengan 2 puncak (punggung sadel), sakit kepala berat, nyeri di belakang
mata, nyeri otot dan tulang atau sendi, mual dan muntah, dan ruam. Perdarahan
kulit (petekie) tidak umum terjadi. Biasanya ditemukan leukopenia dan mungkin
tampak trombositopenia. Pemulihan mungkin berpengaruh dengan keletihan dan
depresi lama, khususnya pada orang dewasa(Soedarmo, 2012).
Kasus khas DBDditandai oleh empat manifestasi klinis mayor: demam tinggi,
fenomena hemoragis, dan sering hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.
Trombositopenia sedang sampai nyata dengan hemokonsentrasi secara bersamaan,
adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD. Perubahan patofisiologis
utama yang menentukan keparahan penyakit pada DBDdan yang membedakannya
dengan DDadalah rembesan plasma seperti dimanifestasikan oleh peningkatan
hematokrit (hematokonsentrasi, efusi serosa atau hipoprotemia.
3.Pembesaran hati.
4.Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun
(<20 mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik <80 mmHg) disertai kulit
teraba dingin dan lembab trutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien gelisah,
dan timbul sianosis di sekitar mulut.
DSSmerupakan keadaan syok pada DBD. Hal ini terjadi pada fase kritis keadaan
penderita memburuk. Manifestasi syok antara lain kulit pucat, dingin dan lembab
terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung, sedangkan kuku menjadi biru.
Penderita merasa gelisah, nadi menjadi cepat dan lembut sampai tidak teraba.
Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg ataukurang, tekanan sistolik menurun
menjadi 80 mmHg atau kurang, oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi
darah.
Bila penderita DBD digigit nyamuk penular maka virus akan ikut terisap masuk
ke dalamlambung nyamuk, selanjutnya akan memperbanyak diri dan tersebar di
berbagai jaringan tubuhnyamuk, termasuk kelenjar ludahnya. Nyamuk
Aedesaegyptiyang telah menghisap virus dengue akanmenjadi penular atau
infektif selama hidupnya. Nyamuk dengan umur panjang berpeluangmenjadi
vektor lebih besar, karena lebih sering kontak dengan manusia. Penyakit DBD
semakinmenyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan
kepadatan penduduk, semua desa/kelurahan mempunyai resiko untuk terjangkit
penyakit DBD.
Timbulnya suatu penyakit dapat dipengaruhi oleh faktor agen, pejamu dan
lingkungan. Teori ini disebut dengan segitiga epidemiologi yang dikemukakan
oleh John Gordon.Segitiga epidemiologi adalah suatu konsep dasar epidemiologi
yang menggambarkan tentang hubungan tiga faktor utama yang berperan dalam
terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah
host(pejamu), agent(agen) dan environment(lingkungan).
Pejamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat
terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk dalam faktor
penjamu yaitu usia, jenis kelamin, ras, anatomi tubuh, status gizi, sosial ekonomi,
status perkawinan, penyakit terdahulu, gaya hidup, hereditas, nutrisi dan imunitas.
Faktor-faktor ini mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi serta
kerentanan dan resistensi manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi. Pejamu
memiliki karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, antara
lain: a.ImunitasKesanggupan pejamu untuk mengembangkan suatu respon
imunologis, dapat secara alamiah maupun non alamiah, sehingga tubuh kebal
terhadap suatu penyakit tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis
penyakit tertentu mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan
tersendiri.
G. Penularan DBD
-Kimiawi
-Biologi
-Manajemen lingkungan
1.Kimiawi
2.Biologi
Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah denganmemutus
rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya dimasyarakat
dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk DemamBerdarah
Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3 M plus Untukmendapatkan hasil
yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini harus dilakukansecara luas/serempak dan
terus menerus/berkesinambungan.
Menggunakan kelambu
Pengendalian
vector DBD
1.Kimiawi
2.Biologi
3.Manajemen
Lingkungan
Pengetahuan
orang tua
Pencegahan
penyebaran virus
Dengue
Penurunan
kejadian Demam
Berdarah Dengue
21.3 BAB III
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian adalah
deskriftif yang bertujuan untuk mengetahui Gambaran pengendalian pada anak dengan
demam berdarah di RSUD dr.Soeksrdjo Tasikmalaya.Jenis penelitian deskriftif yaitu suatu
metodepenelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriftif
tentang suatu keadaan secara objektif (Donsu,2016 dalam Nova2018)
B. Kerangka konsep
Kerangka konsep ini adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep lainnya,atau antara variable yang satu dengan
variable yang lain dari masalah yang ingin diteliti(Notoatmodjo,2014 dalam
Nova,2018)
Upaya pengendalian
C. Definisi Operasional
Definisi operasional yang telah dikemukakan oleh penulis dalam penelitian ini
dapat dilihat di table di bawah ini:
Metodologi Penelitian
AJenis penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan seluruhan objek atau subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang sudah di temukan oleh penelitian sebelumnya
(Donsu,2016 dalam Nova,2018).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
orang tua yang anaknya menderita penyakit Demam berdarah Dengue yang
sedang di rawat di ruang Melati Lantai 5RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi (Donsu,2016 dalam
Nova,2018).Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang di
teliti dan di anggap mewakili seluruh populasi.S ampel dalam penelitian ini
diperoleh sebanyak 8orang.Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik consecutive sampling.Yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan
subjek yang memenuhi criteria penelitian dimasukan dalam penelitian sampai
kurun waktu tertentu,sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi
(Sastroasmoro,2010).Dengan demikian pengambilan sampel dilakukan selama
satu minggu yaitu dari tanggal sampai dengan tanggal.
Penentuan criteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil
penelitian ,khususnya jika variabel jika variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai
pengaruh terhadap variabel yang kita teliti.
Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: inklusi dan eksklusi
(Nursalam, 2013)
a.Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Yang termasuk dalam kriteria
inklusi penelitian ini adalah:
1). Ibu yang anaknya sedang dirawat dengan DBD di ruang Melati lantai 5 RSUD dr.
Soekardjo kota Tasikmalaya
2). Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Ibu yang anaknya menderita kejang demam dalam keadaan darurat dan harus segera
dilakukan tindakan.
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian itu dilakukan. (Sutanta, 2019).
Penelitian ini dilakukan di Melati lantai RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya untuk
mengetahui pencegahan infeksi nosokomial pada anak yang dirawat. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April 2020.
Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel
random sampling.Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu(Sugiono.2013;1118).
Agar sampel yang dapat dikatakan representatif maka dalam penelitia ini di tentukan
dengan menggunakan rumus slovin:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑 2 )
50
𝑛=
1 + 50 (0.052 )
50
𝑛=
1.125
𝑛 = 44.4 = 44
d= penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan
0.05(5%)
P=Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada populaSI.Bila tidak
di ketahui maka p=0.50(50%)
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data
primer dan data skunder.
2. Sedangkan data skunder diperoleh dari : data yang sudah diterbitkan oelh pihak
lain.
a. Kuesioner (angket)
Dalam penelitian ini jawaban yang diberikan oleh karyawan kemudian diebri skor
dengan mengacu pada skla likert. Dengan skla ini, peneliti dapat mengetahui
bagaiman respon yang diberikan masing-masing responden. Kuesioner yang akan
diberikan kepada responden akan disertai dengan alternatif jawaban yang diberi
skor mulai dari angka 1 (sangat tidak setuju), angka 2 (tidak setuju), angka 3
(ragu-ragu), angka 4 (syuju), angka 5 (sangat setuju) untuk semua variabel.
Wawancara
Aji Fajar. (2016). Asuhan Keperawatan Pada..., FAJAR SIDIK PURNOMO AJI Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2016, 6–25.
Candra, A. (2009). Aspirator Jurnal Penelitian Penyakit Tular Vektor = Journal of Vector-
borne Diseases Studies. ASPIRATOR - Journal of Vector-Borne Disease Studies, 2(2),
110–119. Retrieved from
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id:81/index.php/aspirator/article/view/1787
Fallis, A. . (2013). 済無No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hikmah Mamluatul. (2015). Unnes Journal of Public Health Penyakit Dengue maupun
penyakit Menurut data Dinas Kesehatan Kota, 4(4), 180–189.
Suryani, E. T. (2018). Gambaran Kasus Demam Berdarah Dengue di Kota Blitar Tahun
2015-2017. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(3), 260–267.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i3.2018.260-267