Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam yang

disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis

dan sub-tropis. Pada umumnya sering ditemukan di daerah perkotaan maupun

semi perkotaan. Penyakit ini ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty yang

menyebabkan infeksi akibat virus yang dibawa oleh nyamuk tersebut (Soedarto,

2012). Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah

kesehatan utama karena dapat menyerang semua kelompok umur dan

menyebabkan kematian terutama pada anak-anak (Anwar & Adi, 2015).

Proses penularan virus dengue yang sangat cepat dari nyamuk aedes

aegypty menyebabkan penyakit ini sangat berpotensi menjadi wabah apabila

penanganannya tidak tepat. Sampai saat ini demam berdarah dengue masih

merupakan masalah kesehatan yang sangat diperhatikan baik bagi tenaga

kesehatan secara khusus, maupun bagi masyarakat luas pada umumnya. Gejala

klinis dari demam berdarah dengue bersifat dinamis dan terdiri dari tiga fase,

yaitu fase febris, fase kritis dan fase penyembuhan. Bila penanganannya tidak

tepat maka dapat mengakibatkan kematian (Nadesul, 2016).

Prevalensi penyakit demam berdarah dengue mengalami peningkata n

dalam beberapa dekade terakhir. WHO memperkirakan sekitar 2,5 miliar orang

di negara-negara tropis dan subtropis berisiko terkena penyakit demam berdarah

dengue (Bisht et.al, 2018). Tahun 2016 tercatat sebagai tahun dengan wabah

1
2

dengue terbesar di seluruh dunia. Beberapa negara tercatat memiliki jumlah

morbiditas dan mortalitas yang tinggi akibat penyakit tersebut seperti di wilayah

Amerika ditemukan 2,38 juta kasus kesakitan dan 1.032 kasus kematian,

wilayah Pasifik Barat diperkirakan sebanyak 375.000 kasus dengan Filipina

sebanyak 176.411 kasus dan Malaysia sebanyak 100.028 kasus, Kepulauan

Solomon sebanyak 7.000 kasus, serta Burkina Faso di wilayah Afrika sebanyak

1.061 kasus (WHO, 2019).

Menurut Data Kementerian Kesehatan pada tanggal 30 November 2020

ada penambahan kasus sejumlah 51 kasus dan penambahan 1 kasus kematian.

Sebanyak 73,35% atau 377 kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR)

kurang dari 49/100.000 penduduk. Proporsi kasus demam berdarah dengue

tertinggi yaitu pada umur 15-44 tahun (37,5%), kemudian pada kasus anak

berumur 5-14 tahun (34,13%), umur 1-4 tahun (14,88%), dan angka

kematian/Case Fatality Rate (CFR) per golongan umur dengan kasus tertinggi

yaitu pada umur 5-14 tahun (34,13), kemudian umur 1-4 tahun (28,57%

(Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Jumlah kasus demam berdarah dengue menurut data seluruh puskesmas

di Provinsi NTB pada tahun 2022 yaitu sebanyak 1.606 kasus dengan kejadian

tertinggi berada di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 434 kasus (Data NTB,

2022). Berdasarkan hasil rekapan kasus per Januari - Juli 2022, warga yang

telah terjangkit demam berdarah dengue sebanyak 466 orang (Lombok Post,

2022). Angka kejadian kasus demam berdarah dengue juga mengala mi

peningkatan di Kecamatan Terara yaitu terdapat 10 kasus per Februari - Juli

2022. Peningkatan kasus tersebut disebabkan banyak faktor, antara lain karena
3

perubahan musim yang tidak menentu dan juga kebersihan lingkungan yang

tidak terjaga (Budiman dalam Lombok Post, 2022)

Upaya pemerintah dalam pengendalian penyakit demam berdarah

dengue dapat dimulai dengan pengendalian vektor penyakitnya yaitu nyamuk

aedes aegypty dengan melakukan pemberantasan nyamuk di rumah-ruma h

penduduk yang bertujuan untuk memutus rantai kehidupannya. Pemberantasan

vektor penyakit tersebut dapat dilakukan dengan pelaksanaan program

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu dengan melaksanakan kegiatan

3M plus. Gerakan 3M plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan terhadap

perkembangbiakan nyamuk yang menjadi vektor penyakit demam berdarah

dengue (Kemenkes RI, 2017 dalam Rawani, Nazriati & Anita, 2018).

Gerakan 3M Plus meliputi kegiatan menaburkan bubuk larvasida pada

tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, penggunaan obat nyamuk atau

anti nyamuk, penggunaan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemakan jentik,

menanam tanaman pengusir nyamuk, melakukan pengaturan cahaya dan

ventilasi ruangan di dalam rumah, dan menghindari kebiasaan menggantung

pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi sarang nyamuk. Namun, sampai

saat ini kegiatan-kegiatan tersebut masih belum memperoleh hasil yang optimal

(Fadifah dkk, 2016).

Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 proporsi kegiatan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus yang dilakukan rumah tangga di

Indonesia tergolong rendah yaitu hanya sebesar 31,2%. Hal ini dipengaruhi oleh

kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanggulangan penyakit

demam berdarah dengue. Rendahnya partisipasi masyarakat dapat disebabkan


4

oleh kurangnya pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi tindakan

masyarakat dalam upaya pengendalian vektor penyakit demam berdarah dengue

dimana tindakan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik dan

sikap yang positif (Nasir dkk, 2014). Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi

(2019) dimana dari 30 responden yang diambil yaitu orang tua yang memilik i

anak 7-10 tahun sebagian besar (46,7%) memiliki pengetahuan yang kurang

tentang penyakit demam berdarah dengue, dan sebagian besar orang tua

(53,3%) memiliki perilaku yang kurang dalam upaya pencegahan penyakit

demam berdarah dengue.

Menurut Azwar (2008) dalam Faradistiani (2018) sikap seseorang

terhadap suatu obyek adalah perasaan seseorang yang mendukung atau tidak

mendukung terhadap sesuatu obyek tersebut. Sikap keluarga dengan adanya

fenomena penyakit demam berdarah dengue yang terjadi yaitu reaksi dan

tanggapan dari keluarga tentang upaya pencegahan penyakit demam berdarah

dengue. Dari hasil penelitian Faradistiani (2018) diketahui sebanyak 246

responden memiliki sikap kurang baik atau tidak mendukung (72,2%), sisanya

sebanyak 88 responden memiliki sikap baik atau mendukung dalam melakukan

kegiatan pencegahan penyakit tersebut. Rata-rata responden tidak setuju dan

enggan dengan program fooging karena menimbulkan polusi dan membuat

keluarga merasa tidak nyaman. Selain itu program menaburkan bubuk abate ke

tempat penampungan air karena mereka menganggap bahwa bubuk abate dapat

menyebabkan keracunan, dan timbulnya penyakit dikemudian hari.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada tanggal 12

September pada 10 keluarga di Desa Santong Kecamatan Terara dengan metode


5

wawancara didapatkan 6 keluarga dengan kasus anaknya pernah mengala mi

penyakit demam berdarah dengue mengatakan kurang mengetahui tentang

pencegahan penyakit demam berdarah dengue karena jarang terpapar infor mas i

dan jarang sekali mendapatkan sosialisasi tentang penyakit tersebut. Selain itu

terkait dengan sikap, mereka mengatakan kurang setuju karena merasa terdapat

beberapa upaya yang membuat keluarga tidak nyaman seperti fooging dan

penaburan abate. Oleh karena itu penulis kemudian merasa tertarik untuk

meneliti lebih dalam mengenai “Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap

keluarga dengan kejadian demam berdarah dengue pada anak di Desa Santong

Kecamatan Terara?”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah

ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan kejadian

demam berdarah dengue pada anak di Desa Santong Kecamatan Terara?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap keluarga

dengan kejadian demam berdarah dengue pada anak di Desa Santong

Kecamatan Terara

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit

demam berdarah dengue di Desa Santong Kecamatan Terara

b. Mengidentifikasi sikap keluarga tentang penyakit demam berdarah

dengue di Desa Santong Kecamatan Terara


6

c. Mengidentifikasi kejadian demam berdarah dengue pada anak di Desa

Santong Kecamatan Terara

d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan kejadian

demam berdarah dengue pada anak di Desa Santong Kecamatan Terara

e. Menganalisis hubungan sikap keluarga dengan kejadian demam

berdarah dengue pada anak di Desa Santong Kecamatan Terara

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi data penting dalam pemberian

pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan terkait penyakit

demam berdarah dengue.

b. Bagi Peneliti

Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan tentang tingkat

pengetahuan dan sikap keluarga dan kaitannya dengan kejadian demam

berdarah dengue pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan bisa menjadi data penting untuk mengetahui tingkat

pengetahuan dan sikap keluarga dalam hal upaya pencegahan penyakit

demam berdarah dengue.

b. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai masukan bagi para tenaga kesehatan dalam tata laksana

pengelolaan demam berdarah dengue agar memperhatikan juga faktor-


7

faktor non medis seperti tingkat pengetahuan keluarga dalam hal upaya

pencegahan penyakit tersebut.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan rekomendasi

bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang efektivitas penanganan

demam berdarah dengue


8

E. Keaslian Penelitian

Metode
Peneliti Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Penelitian
Made Hubungan Penelitian ini Hasil analisis hubungan Terdapat pada Terdapat pada
Sushmita Tingkat berjenis tingkat pengetahuan dengan topik variabel
Dharmasuari Pengetahuan analitik, kejadian DBD diperoleh nilai penelitian dependen
(2019) dan Perilaku dengan signifikansi 0,005 kurang dari yaitu tentang penelitian
Pencegahan metode α = 5% (0,005< 0,05) yang demam yaitu perilaku
Demam pendekatan menunjukkan tidak terdapat berdarah pencegahan
Berdarah cross- hubungan antara tingkat dengue. Selain demam
Dengue sectional. pengetahuan dengan kejadian itu persamaan berdarah
(DBD) Sampel dipilih DBD di Banjar Monang- juga terdapat dengue,
Terhadap dengan cara Maning Desa Pemecutan pada salah sedangkan
Kejadian consecutive Klod. Setelah dilakukan uji satu variabel penulis
DBD Di sampling yang Fisher’s Exact diperoleh nilai independen meneliti
Desa berjumlah 75 signifikansi sebesar 0,644 penelitian, tentang
Pemecutan responden. lebih dari α = 5% (0,644 > yaitu tingkat kejadian
Klod, 0,05). Hal ini menunjukkan pengetahuan. demem
Kecamatan terdapat hubungan antara berdarah
Denpasar perilaku pencegahan dan dengue.
Barat kejadian DBD.
Faradistiani Hubungan Metode Hasil penelitian menunjukkan Terdapat pada Terdapat pada
Rakhmawati Tingkat penelitian bahwa adanya hubungan yang salah satu variabel
Jastika Pengetahuan yang bermakna antara tingkat variabel dependen
(2018) dan Sikap digunakan pengetahuan (p value= 0,037) independen penelitian
Terhadap dalam dan sikap kader (p value penelitian, yaitu perilaku
Perilaku penelitian ini 0,002) terhadap perilaku yaitu tingkat pencegahan
Pencegahan adalah desain pencegahan DBD. pengetahuan demam
DBD observasional Kesimpulan penelitian ini dan pada berdarah
(Demam analitik adalah adanya pengaruh metode dengue,
Berdarah dengan tingkat pengetahuan dan sikap penelitan, sedangkan
Dengue) pendekatan dengan perilaku pencegahan yaitu analitik penulis
Pada Kader cross DBD observasional meneliti
di Kota sectional. dengan tentang
Malang Pengambilan pendekatan kejadian
sampel cross sectional demem
menggunakan berdarah
teknik multi dengue.
stage, dan di
dapatkan
sampel
sebanyak 400
responden.
Pengumpulan
data dilakukan
dengan
menggunakan
kuisioner dan
diuji
menggunakan
Chi-square
9

Aboesina Hubungan Metode Hasil Faktor umur ibu, tingkat Terdapat pada Terdapat pada
Sidiek Tingkat Penelitian pendidikan dan pekerjaan ibu variabel metode
(2012) Pengetahuan observational pada kelompok kasus dengan independen penelitian
Ibu analitik kontrol tidak berbeda secara penelitian, yaitu
Mengenai dengan desain bermakna. Tingkat yaitu tingkat menggunakan
Penyakit case control pengetahuan tentang DBD pengetahuan desain case
DBD dilakukan kategori kurang pada control dan
Terhadap pada periode kelompok kasus sebanyak 3 terdapat juga
Kejadian April – Juli responden (8,8%), sedangkan perbedaan
Penyakit 2012. Subyek pada kelompok kontrol pada metode
DBD Pada penelitian sebanyak 7 responden uji statistik
Anak pada (20,6%). Tingkat pengetahuan yaitu
kelompok cukup-baik pada kelompok menggunakan
kasus adalah kasus sebanyak 3 1(91,2%) uji x2 dan uji
ibu yang responden, sedangkan pada Fisher-exact
memiliki anak kelompok kontrol sebanyak 27
yang berusia ≤ (79,4%) responden. Hubungan
14 tahun yang antara tingkat pengetahuan
mengalami tentang DBD dengan kejadian
kejadian DBD DBD adalah tidak bermakna
yang dirawat (p=0,2).
pada RSUP
Dr.Kariadi
pada periode
penelitian.
Subyek pada
kelompok
kontrol adalah
ibu yang
memiliki anak
yang berusia ≤
14 tahun yang
tidak
menderita
DBD yang
berdomisili di
wilayah
kelurahan
Sekayu,
Semarang.
Pengambilan
data dilakukan
dengan
metode
wawancara
dengan
menggunakan
kuesioner. Uji
statistik
menggunakan
uji x2 dan uji
Fisher-exact.

Anda mungkin juga menyukai