Anda di halaman 1dari 15

PANDANGAN AGAMA ISLAM TERHADAP TINDAKAN MEDIS

KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:

Kelompok

1. FITRIANINGSIH
2. MIMI ARIANTI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR

LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT

TAHUN AKADEMIK

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul (Pandangan agama islam
terhadap tindakan medis kepeawatan) .

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas (dosen).Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang (Pandangn agama islam terhadap tindakan medis keperawatan) bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Masbagik, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iv

A. Latar Belakang .................................................................................................5


B. Rumusan Masalah .............................................................................................6
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN ……………............................................................................8

A. Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam ....................................................8


B. Prinsip Keperawatan dalam Islam......................................................................11
C. Tujuan Penetapan Hukum Syariat......................................................................14
D. Tingkat Kebutuhan terhadap Keperawatan..........................................................15
E. Mulianya Profesi Perawat ................................................................................17
F. Peran Keperawatan Islam.................................................................................19

BAB III PENUTUP.....................................................................................................21

A. Kesimpulan......................................................................................................21
B. Saran...............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sudah ada sejak adanya manusia dimuka bumi ini. Bisa dikatakan,
keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini didukung oleh kenyataan bahwa
keperawatan adalah kegiatan yang awalnya dilakukan atas dasar “mother instinct”. Setiap
manusia pasti memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan bahwa naluri keperawatan ada dalam
setiap pribadi manusia. (Asmadi,2008:58)
Keperawatan telah berkembang baik sebagai ilmu maupun profesi sehingga ia
telah menjadi bidang studi yang mandiri. Hal ini ditandai dengan adanya dorongan bagi
seorang ibu untuk membagi dirinya kepada bayinya melalui proses penyusuan.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pekerjaan
keperawatan tidak hanya berkembang sebatas kegiatan alamiah namun tumbuh dalam
bentuk penalaran sehingga melahirkan berbagai kegiatan seperti observasi, eksperimen,
empiris yang digali akarnya dari pemikiran kefilsafatan maupun budaya. Akan tetapi
penggalian pengetahuan tentang keperawatan mendorong untuk terus mencari akar yang
lebih dalam lagi yaitu tidak sekedar bersumber dari keberadaan manusia dengan alam
semesta akan tetapi dari hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT.
Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong
orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup bersih juga
menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan
pangkal kesehatan dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun
seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa risiko kesakitan masih besar,
disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya. Mengingat kompleksnya faktor
pemicu penyakit, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari dan sangat dibutuhkan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dimensi keperawatan dalam perspektif islam?
2. Bagaimana prinsip etika dalam profesi keperawatan sudut pandangan Islam?
3. Bagaimana tingkat perkembangan kebutuhan terhadap keperawatan?
4. Apa kemuliaan dari profesi perawat?
5. Bagaimana peran keperawatan islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Makalah ini susun dengan tujuan umum untuk memenuhi tugas mata kuliah Al islam
Prodi S1 Keperawatan di STIKES Hamzar.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana dimensi keperawatan dalam
perspektif islam.
b. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana prinsip etika dalam profesi
keperawatan sudut pandangan Islam.
c. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana tingkat perkembangan
kebutuhan terhadap keperawatan.
d. Untuk mengetahui apa kemuliaan dari profesi perawat.
e. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana peran keperawatan islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam


Penyakit dalam pandangan islam adalah suatu gangguan keseimbangan
sebagai mana yang dimaksud oleh Allah. Sebab-sebab dari gangguan ini dapat
dicari baik dari kekuatan yang menguasai alam maupun yang berasal dari kuasa-
kuasa manusia. (Stevens, 1999:284).
Keperawatan dalam Islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan
dengan merawat pasien, individu, keluarga, dan masyarakat sebagai manifestasi
cinta kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Keperawatan sebagai
profesi bukan hal baru bagi Islam. Pada kenyataannya, itu adalah atributif untuk
simpati dan tanggung jawab terhadap yang bersangkutan membutuhkan. Usaha ini
telah dimulai selama pengembangan Islam sebagai agama, budaya, dan
peradaban. (Dahlia, 2013:1).
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.
Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan
aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang
memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap
kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya
seseorang (Inna, 2009:2).

 
9
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik
yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya kamu menyembah.
Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal,
tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya,
kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat
enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal
dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh
terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW
adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional,
yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara.
Islam adalah agama yang memiliki akar kata s-l-m yang berarti selamat,
damai, penyerahan dan tangga. Oleh karena itu, seluruh bangunan ajaran Islam
adalah membawa ajaran yang menyelamatkan kehidupan umat manusia di dunia
dan di akhirat. Secara terminologi, Islam adalah tunduk dan patuh secara
sempurna terhadap seluruh ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang
dapat diketahui secara darurat (al islam: al khudlu’ wa al inqiyad al tamm lima ja-
a bihi Nabiyu Muhammadin sallallahu ‘alaihi wa salam wa ‘ulima bi al dlarurat).
Setiap umat Islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian kehidupannya
menjadi ibadah (taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya dengan cara seperti
itulah hidup menjadi bermakna (Lubis, 2011:3).
Tugas seorang muslim untuk menyebarkan keselamatan bagi setiap
makhluk termasuk manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasar
pada agamanya. Tugas penyebaran untuk berbuat baik adalah merupakan inti dari
ajaran dakwah yaitu mendorong manusia kepada kebaikan dan petunjuk,
menyuruh perbuatan makruf dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka
memperoleh kehidupan yang beruntung di dunia dan di akhirat (Lubis, 2011:3).
Oleh karena itu profesi keperawatan dalam pandangan Islam memiliki
berbagai aspek. Seorang perawat juga bisa berfusngsi sebagai muballig, da’i, guru
dan sebagainya. Terdapat empat prinsip etika dalam profesi keperawatan sudut
pandangan Islam:
1. Penghargaan terhadap kemandirian klien menjadi prinsip etik dalam teori
keperawatan. Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia
hendaklah memperbanyak orang yang memberikan pertolongan bukan orang
yang mengharap pertolongan sesuai dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya khairun
min yadu al sufla, artinya tangan di atas yaitu yang memberikan pertolongan
lebih baik dari tangan yang di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
pandangan Islam seseorang sebaiknya menjadi pribadi yang mandiri yaitu
yang dapat menolong orang lain karena perbuatan itu pada hakikatnya adalah
menolong dirinya sendiri.
2. Tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan
sekalipun pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT.
Seluruh perangkat tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang
mengantarkan kesembuhan atau sebaliknya terhadap klien.
3. Seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman
yang kuat adalah selalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya karena
Rasul bersabda yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam seseorang
adalah meninggalkan perbuatan yang tidak berguna kepadanya (min husni
islam al mar-I tarku ma la ya’nihi).
4. Seorang yang berprofesi perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil
baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga
memperhatikan kebutuhan fisik dan psikisnya.

B. Prinsip Keperawatan dalam Islam


1. Aspek Teologis yaitu setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu
kehendak (masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Atas dasar kehendak maka
seorang muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan inovasi
dalam kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan adanya kehendak dan
kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang sungguh-sungguh
tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu menyerahkan hasilnya menanti
ketentuan Allah. Dalam perspektif yang seperti itulah bertemunya dua hal yang
seing dipandang krusial dalam pemahaman akidah yaitu antara usaha manusia dan
takdir Allah. Keduanya adalah merupakan perpaduan dalam perjalanan hidup
manusia yang disebut tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al Quran sebagian
diantaranya menekankan manusia agar berbuat secara maksimal karena Allah tidak
akan merubah nasib seseorang sehingga merubah sendiri. Sementara pada ayat
yang lain menegaskan seakan manusia tidak berperan sedikitpun dalam
perbuatannya dengan mengatakan “Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa
yang kamu kerjakan”.
2. Aspek fungsi kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah. Tugas khilafah adalah
mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan umat manusia. Dan tentunya
harus diingat bahwa tugas pengelolaan yang baik harus dilakukan oleh hamba-
hamba Allah yang memiliki kepatutan untuk itu. Selanjutnya pelaksanaan tugas
khilafah yang benar pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar pula dan
demikian sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim hendaknya menggali seluruh
informasi ilmu pengetahuan tentang alam semesta termasuk tugas perawatan
sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang tidak muslim. Anjuran tentang hal ini
ditegaskan dalam berbagai ayat Al Quran antara lain dengan penyebutan tipologi
orang berilmu itu dengan ulul albab. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah menjadi
tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berpikir. Selanjutnya dalam ayat
berikutnya Allah menjelaskan tanda-tanda orang yang disebut ulul albab yaitu
orang yang selalu mengingat Allah; memikirkan penciptaan langit dan bumi; dan
kemudian yang mampu mengambil keputusan: ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
jadikan semua ayang ada di alam semesta ini sia-sia; dan terakhir pernyataan Maha
Suci Allah dari sifat kekurangan dan peliharalah kami dari azab neraka.
3. Aspek akhlak yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman
hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai dengan
Hadis Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau melihatNya dan
andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia melihatmu (an ta’bud
Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu yaraka). Atas dasar itu,
seorang muslim dalam segala tindakannya tidak memerlukan kendali eksternal
untuk menjadi orang baik karena di dalam hatinya terdapat potensi fitrah yang
selalu menuntunnya untuk menjadi orang yang takut berbuat maksiat.
C. Tujuan Penetapan Hukum Syariat
Hukum islam disebut dengan syariat dengan pengertian dasarnya adalah bermakna
jalan yaitu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hukum syariat diturunkan
Allah adalah semata-mata untuk kemaslahatan hambaNya oleh karena itu tidak ada
dalam ajaran Islam yang dapat membuat hidup manusia menjadi susah. Justru, syariat
bertujuan untuk membuat kehidupan manusia lebih mudah dan tenteram. Tujuan
penetapan hukum syariat (maqashid al syari’at) itu disusun oleh ulama fikh ke dalam
lima prinsip pemeliharaan yaitu:
1. Hifz Al Din, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara agama agar hidup manusia
selamat dunia dan akhirat. Agama (din) adalah yang utama sebagai dasar
kehidupan manusia karena tanpa agama maka hidup manusia tidak memiliki arah
dan tujuan.
2. Hifz Al Nafs, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara kelangsungan hidup
manusia karena manusia adalah hamba Allah dalam format tubuh yang sempurna.
Oleh karena itu, tidak selayaknya kehidupan manusia menjadi susah akibat
pengamalan ajaran agama.
3. Hifz Al Nasl, yaitu syariat menegaskan bahwa perlunya kelangsungan keturunan
manusia sehingga semakin banyak orang yang menyembah Allah. Oleh karena itu,
tindakan keperawatan yang memutuskan kelangsungan keturunan tanpa alasan
yang sah maka tindakan itu terlarang dalam ajaran Islam.
4. Hifz Al ‘aql, yaitu syariat bertujuan untuk menjaga keberadaan akal manusia
sehingga akal menjadi salah satu patokan seseorang dibebani hukum syari’at
(taklif).
5. Hifz Al Mal, yaitu syariat bertujuan untuk memelihara aturan tentang kepemilikan
dan penyalurannya kepada yang berhak.

Dari uraian di atas, maka kedatangan syariat adalah untuk menegaskan


keberadaan manusia sebagai hamba Allah yang berkewajiban beribadah kepada- Nya dan
melaksanakan tugasnya mengelola segala sesuatu ciptaan Allah di alam semesta. Tugas-
tugas keperawatan hendaklah disusun sejalan dengan tujuan hukum syariat. Bentuk
perumusannya adalah peluang kepada manusia untuk mengerahkan segala
kemampuannya untuk melakukan berbagai eksperimen dan empiris namun harus tetap
harus meyakini bahwa penentu yang terakhir adalah Allah. Peran manusia hanya sebatas
usaha (al kasb) dan pilihan (Lubis, 2011:5).
D. Tingkat Kebutuhan terhadap Keperawatan
Setiap tindakan dalam tugas keperawatan dibagi dalam tiga klasifikasi sesuai dengan
tingkat kepentingannya, yakni:
1. Tingkatan dlaruriyat yaitu suatu kondisi darurat yang sedang dihadapi oleh orang
yang sakit. Apabila derajat kesakitan seorang klien telah mencapai kondisi darurat
sesuai dengan pertimbangan medis, maka dapat dilakukan tindakan darurat yaitu
diperkenankan untuk menyimpang dari hokum konvensional syari’at, dengan
ukuran sekedar mengatasi suasana yang darurat. Demikian pula, petugas kesehatan
dapat menunda untuk sementara waktu kepentingan Allah untuk menyelamatkan
situasi darurat yang sedang dihadapi oleh hambaNya misalnya menunda sementara
melaksanakan solat karena membantu pasien yang sedang kritis.
2. Tingkatan hajiyat yaitu kondisi manusia yang sangat membutuhkan untuk
menopang terwujudnya hifz al nafs sebagaimana telah diterangkan di atas. Sebagian
ulama mempersamakan antara dlaruriyat dengan hajiyat namun dengan derajat yang
bisa berbeda. Oleh karena itu, apabila dalam dlaruriyat, seorang petugas
keperawatan dapat menunda pelaksanaan ibadah atau melakukan tindakan
pemotongan bagian tubuh manusia, maka dalam hajiyat tidak sampai kepada derajat
itu.
3. Tahsiniyat yang bersifat aksesori kehidupan. Dalam hal ini hukumnya tidak wajib
dan tidak haram yaitu berada pada posisi mubah. Bahkan terkadang, derajat
kepentingan tahsiniyat dapat berubah menjadi haram apabila motivasi yang
melandasintya justru bersifat cenderung mubazir atau bertentangan dengan tujuan
syariat.
Oleh karena itu, seorang petugas keperawatan dituntut kearifan guna menentukan
pilihan di antara tiga alternatif kondisi yang dihadapi oleh seorang yang sakit. Hal ini
disebabkan karena kesalahan dalam penetapan alternatif justru akan berakibat fatal yaitu
pelanggaran terhadap syariat.
E. Mulianya Profesi Perawat
Perawat merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi
Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu
menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua
aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu
Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak
diketahuinya (Inna, 2009:4).

Allah berfirman:

 


“Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,(3) yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam(4) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(5)”

Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap
organisme dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan,
melalui baca tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin
banyaknya studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda
kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.

Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah


perintah agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh
beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan
dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras,
agama dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin
kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi.
Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap warganegaranya.

Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien
adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-
jadwal, waktu dan pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan
keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan kesenangan yang
pantas.
Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak
membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan
karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan
pribadinya. Karena itulah dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam
sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah dengan nama Tuhan, berjanji untuk
mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan
semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari
kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.

Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan,
siapa saja yang menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak
prerogatif Allah menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang maksimal
untuk mengatasi penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya
terhadap penyakit yang parah sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha
maksimal dan memberi semangat hidup para pasien bersangkutan.

F. Peran Keperawatan Islam


1. Mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam ilmu keperawatan. Islam
mengajarkan kita beberapa aspek nilai-nilai yang dapat menjadikan manusia itu
terlihat baik disisi Allah SWT. Oleh karena itu nilai-nilai keislaman perlu di
integrasikan terhadap ilmu keperawatan yang berkembang pada saat ini. Adanya
pengintegrasian ini dimaksudkan akan terciptanya seorang perawat yang bercirikan
agama Islam.
2. Mengaplikasikan nilai-nilai keislaman dalam ilmu keperawatan. Setelah adanya
pengintegrasian maka perlu adanya realisasi dari pada nilai- nilai tersebut untuk
diaplikasikan terhadap praktik keperawatan. Misalnya ketika seorang perawat
mendapati pasien yang beragama islam, dan pasien tersebut memiliki penyakit yang
apabila terkena air maka penyakit tersebut bertambah. Maka seorang perawat
tersebut perlu untuk mengajarkan bertayamum kepada pasien/klien agar klien tidak
bertambah sakitnya, namun tidak pula meninggalkan ibadahnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya sebagai
profesi tetapi sebagai bentuk syiar islam, yang mengintegrasikan nilai-nilai
keislaman serta mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan. Dalam
padangan agama islam merawat pasien merupakan tugas mulia, baik secara
tersurat maupun tersirat.
B. Saran
Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tapi
apabila manusia sudah menjadi pemimpin mereka lupa dengan masyarakat
yang dia pimpin. Sebagai calon pemimpin dalam bidang keperawatan atau
kesehatan jangan membeda-bedakan masyarakat antara si kaya dan si miskin
apabila dalam merawat pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG

Dahlia, Lia.2013. “Peran Perawat Islam dalam Membimbing Ibadah bagi Pasien”,
(online), (http://keperawatanreligionlia.wordpress.com/2013/06/02/peran- perawat-
islam-dalam-membimbing-ibadah-bagi-pasien-2/ diakses 1 Januari 2015).

Departemen Agama RI. 2005. AL-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT


Syamil Media Cipta

Inna.2009.”Dimensi Keperawatan dalam Perspektif Islam”, (online),


(http://www.inna-k.org/2009/09/dimensi-keperawatan-dalam-perspektif.html,
diakses 13 November 2014).

Lubis, Ridwan.2011. “Keperawatan Sebagai Ilmu dan Profesi dalam Pandangan


Islam”, (online),
(http://perawatmuslimindonesia.blogspot.com/2011/11/keperawatan-sebagai- ilmu-
dan-profesi.html, diakses 29 Desember 2014).

Stevens, P.J.M. dkk,.1997. Ilmu Keperawatan. E/2. Jilid 2. Terjemahan oleh J.A.
Tomasowa. 1999. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai