Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH AL – ISLAM DAN KEMUHAMMADYAHAN

Penerapan Prinsip-Prinsip Ajaran Islam dalam Ilmu Keperawatan

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Suwindri (21117116)
2. Syarah Huda (21117117)
3. Tasya (21117118)

Dosen Pembimbing : Dr. Antoni, M. Hum

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PROGRM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2019/20120

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis


kelancaran dalam menyusun makalah ini, sehingga karya tulis ini dapat
diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang
telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah
kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

Kami mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai


hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah selesaikan. Tidak semua
hal dapat penulis deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Penulis
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang penulis miliki. Di
mana penulis juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu penulis bersedia menerima kritik dan saran. Penulis akan
menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki karya tulis penulis di masa mendatang. Sehingga semoga karya tulis
berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

Palembang, 23 september 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ ii

Daftar Isi.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3

A. Pengertian BPJS .......................................................................... 3


B. Jenis Pelayanan ........................................................................... 3
C. Bentuk Pelayanan ........................................................................ 3
D. Ketentuan Umum ........................................................................ 11
E. Klaim Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ............................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................ 19

A. Kesimpulan ................................................................................. 19
B. Saran ............................................................................................ 19
Daftar Pustaka ......................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sudah ada sejak adanya manusia dimuka bumi ini.
Bisa dikatakan, keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini
didukung oleh kenyataan bahwa keperawatan adalah kegiatan yang
awalnya dilakukan atas dasar “mother instinct”. Setiap manusia pasti
memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan bahwa naluri keperawatan ada dalam
setiap pribadi manusia. (Asmadi,2008) Keperawatan telah berkembang
baik sebagai ilmu maupun profesi sehingga ia telah menjadi bidang studi
yang mandiri. Hal ini ditandai dengan adanya dorongan bagi seorang ibu
untuk membagi dirinya kepada bayinya melalui proses penyusuan. Namun
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pekerjaan
keperawatan tidak hanya berkembang sebatas kegiatan alamiah namun
tumbuh dalam bentuk penalaran sehingga melahirkan berbagai kegiatan
seperti observasi, eksperimen, empiris yang digali akarnya dari pemikiran
kefilsafatan maupun budaya. Akan tetapi penggalian pengetahuan tentang
keperawatan mendorong untuk terus mencari akar yang lebih dalam lagi
yaitu tidak sekedar.
Bersumber dari keberadaan manusia dengan alam semesta akan
tetapi dari hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT.
Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna
menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam
untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan
kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan dan kebersihan
dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun seseorang sudah
menjaga kesehatannya sedemikian rupa risiko kesakitan masih besar,
disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya. Mengingat
kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka profesi keperawatan tidak bisa
dihindari dan sangat dibutuhkan.

4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat kita rumuskan masalah yaitu “ Bagaimana
prinsip ajaran islam dalam keperawatan?”
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Dari latar belakang diatas dapa kami simpulkan tujuan makalah
yaitu untuk mengetahui tentang prinsip ajaran islam dalam
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Bagaimana pandangan islam tentang keperawatan ?
b. Bagaimana prinsip ajaran islam dalam keperawatan ?
c. Bagaiman pandangan islam dalam keperawatan ?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Keperawatan Dalam Islam


Setelah Rasulullah menyampaikan risalah Islam, banyak tokoh-
tokoh Islam di bidang ilmu pengetahuan lahir, pada saat itu Islam
memegang peranan penting di semua bidang ilmu pengetahuan seperti
Filsafat, Astronomi, Matematika dan bahkan di bidang kesehatan, untuk
bidang kesehatan mereka adalah : Ibnu Qoyyim Al-Jauzy, Ibnu Sina (
Avicenna ), Abu bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi ( Ar-Razi ), Imam al
Ghazali, Abu Raihan Muhammad Al-Biruni dan tak ketinggalan untuk
dunia keperawatan seorang tokoh muslimah yang ikut membantu rasul
untuk mengobati kaum muslimin yang terluka salah satunya
bernama Rufaidah Binti Sa’ Ad Al- Asalmiya.
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak
seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi
Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya
kaya atau miskin (Elly Nurahmah, 2001).Tercatat pula dalam sejarah saat
Perang Khandaq, Sa’ad bin Mu’adz yang terluka dan tertancap panah di
tangannya, dirawat oleh Rufaidah hingga stabil/homeostatis. Momen ini
dikenang sebagai awal mula dunia medis dan dunia keperawatan.
Kelembutan hati Rufaidah nyatanya tak terbendung. Dia juga
menaruh perhatian terhadap aktivitas masyarakat. Dia memberikan
perawatan layanan kesehatan kepada anak yatim dan penderita gangguan
jiwa. Kepribadian yang luhurnya ditunjukkan dengan pengabdian serta
layanan yang baik bagi kaum papa tersebut.
Menurut Prof D. Omar Hasan Kasule, Sr dalam studi “Paper
Presented at the 3rd International Nursing Conference “Empowerment and
Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century” yang diselenggarakan

6
di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, Rufaidah adalah perawat
profesional pertama di masa sejarah Islam.

B. Prinsip Ajaran Islam Dalam Keperawatan


Prinsip adalah asas, kebenaran yang jadi pokok dasar orang
berfikir, bertindak, dan sebagainya. Berpegangan pada prinsip - prinsip
yang telah disusun dalam menjalani hidup tanpa harus kebingunan arah
karena prinsip bisa memberikan arah dan tjuan yang jelas pada setiap
kehidupan kita. Seorang leader atau pemimpin yang baik adalah seorang
pemimpin yang berprinsip. Karena seorang pemimpin yang berprinsip
pasti akan terarah dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Bukan
hanya pemimpin di dalam dunia keperawatan juga harus memiliki prinsip,
bukan hanya prindip tetapi prinsip yang di dasari dengan ajaran islam.
Berikut ini adalah prisip prinsip isalam dalam keperawatan.
1. Aspek Teologis
Aspek Teologis yaitu setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua
potensi yaitu kehendak (masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Atas
dasar kehendak maka seorang muslim memiliki cita-cita untuk
melakukan berbagai rekayasa dan inovasi dalam kehidupannya yang
dibaktikan karena Allah. Dengan adanya kehendak dan kemampuan
maka seorang manusia melakukan upaya yang sungguh-sungguh
tanpa menyisakan kemampuannya dan setelah itu menyerahkan
hasilnya menanti ketentuan Allah. Dalam perspektif yang seperti
itulah bertemunya dua hal yang seing dipandang krusial dalam
pemahaman akidah yaitu antara usaha manusia dan takdir Allah.
Keduanya adalah merupakan perpaduan dalam perjalanan hidup
manusia yang disebut tawakkal. Hal ini tercermin dalam Al Quran
sebagian diantaranya menekankan manusia agar berbuat secara
maksimal karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang sehingga
merubah sendiri. Sementara pada ayat yang lain menegaskan seakan
manusia tidak berperan sedikitpun dalam perbuatannya dengan

7
mengatakan “Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
kerjakan”.
2. Aspek fungsi
Aspek fungsi kemanusiaan yaitu khilafah dan ibadah. Tugas
khilafah adalah mengelola seluruh alam semesta untuk kepentingan
umat manusia. Dan tentunya harus diingat bahwa tugas pengelolaan
yang baik harus dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang memiliki
kepatutan untuk itu. Selanjutnya pelaksanaan tugas khilafah yang
benar pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar pula dan
demikian sebaliknya. Atas dasar itu, seorang muslim hendaknya
menggali seluruh informasi ilmu pengetahuan tentang alam semesta
termasuk tugas perawatan sekalipun ilmu itu ada pada umat lain yang
tidak muslim. Anjuran tentang hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat
Al Quran antara lain dengan penyebutan tipologi orang berilmu itu
dengan ulul albab. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah
menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berpikir.
Selanjutnya dalam ayat berikutnya Allah menjelaskan tanda-tanda
orang yang disebut ulul albab yaitu orang yang selalu mengingat
Allah; memikirkan penciptaan langit dan bumi; dan kemudian yang
mampu mengambil keputusan: ya Tuhan kami, tidaklah Engkau
jadikan semua ayang ada di alam semesta ini sia-sia; dan terakhir
pernyataan Maha Suci Allah dari sifat kekurangan dan peliharalah
kami dari azab neraka.
3. Aspek Akhlak
Aspek Akhlak yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang
yang beriman hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam
pengawasan Allah sesuai dengan Hadis Rasul bahwa engkau
menyembah Allah seakan engkau melihatNya dan andaikata engkau
tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia melihatmu (an ta’bud
Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu yaraka). Atas

8
dasar itu, seorang muslim dalam segala tindakannya tidak
memerlukan kendali eksternal untuk menjadi orang baik karena di
dalam hatinya terdapat potensi fitrah yang selalu menuntunnya untuk
menjadi orang yang takut berbuat maksiat.
Perawat merupakan profesi mulia, Allah menghormatinya melalui
mukjizat Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai
mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah sebagai
penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu
pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari
ilmu Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa
yang tidak diketahuinya (Inna, 2009). Allah berfirman:

Artinya : “Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. (1) Bacalah
(nyatakanlah) dengan nama Tuhan mu yang telah menciptakan (segala sesuatu di
alam semesta ini). (2) Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah beku.
(3) Bacalah (umumkanlah !) dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. (4) yang
mengajarkan dengan pena. (5) Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.

Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta


segenap organisme dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan
nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen,
penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya
studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-
tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya. Berkaitan

9
dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah
perintah agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang
diwakilioleh beberapa institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan
dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang
tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status
sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin
kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai
bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara
terhadap warganegaranya. Kesehatan harus menjadi tujuan, dan
keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah tuan, dokter dan
perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal,
waktu dan pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk
menentukan keadaan pasien dan ditempatkan paling atas dengan
kesejahteraan dan kesenangan yang pantas. Status istimewa harus
diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan
siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan
karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya,
kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itulah dokter dan
perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya
mereka sudah bersumpah dengan nama Tuhan, berjanji untuk
mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia dalam
semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk
menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.

Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari


pembalasan, siapa saja yang menolong saudaranya di dunia.
Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah menentukannya,
namun manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi
penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya
terhadap penyakit yang parah sekalipun, dokter dan perawat tetap

10
melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup para pasien
bersangkutan.

C. Etika Islam dalam Penerapan Ilmu Keperawatan


1. Pengertian Kesehatan dan Kemanusian
a. Kesehatan
Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia
kesehatan.Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja,
beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya.Ajaran Islam yang
selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang
baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan,
sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya
seseorang.
Firman Allah SWT :






168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam


untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan
pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari
iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang
mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah
sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai atau
sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam
sangat menekankan Kesucian atau Al-thaharah, yaitu kebersihan
atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka

11
kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari
perut sendiri, penyakit sering kali berasal dari lingkungan yang
kotor.

Jadi, walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya,


resiko sakit masih besar disebabkan faktor eksternal yang di luar
kemampuannya menghindari.Termasuk disini karena faktor alam
berupa rusaknya ekosistem, populasi di darat, laut dan udara serta
pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan
penduduk dunia. Karena itu, Islam memberi peringatan
antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan jangan abaikan
kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabai
orang. Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.

Kesehatan merupakan salah satu nikmat Allah yang harus


kita syukuri, bagi seorang mukmin, kesehatan merupakan rahmat
dan nikmat yang tak terhingga nilainya.Setiap ajarannya
mengandung nilai-nilai yang universal dan transendental.Dalam
Islam kesehatan mendapatkan perhatian yang begitu
penting.Karena dengan sehat manusia dapat beraktivitas.

Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan agama-agama


lain di muka bumi ini.Islam sebagai agama yang sempurna tidak
hanya mengatur hubungan manusia dengan sang Khalik-nya dan
alam surga, namun Islam memiliki aturan dan tuntunan yang
bersifat komprehensif, harmonis, jelas dan logis.

“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia”,


demikian sabda Nabi Muhammad SAW.Karena kesehatan
merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah
manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqamah
memantapkan dirinya dengan menenggakkan agama Islam.Satu-

12
satunya jalan dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
meninggalkan larangannya.

Imam al-syatibhi dalam kitabnya fi ushul Al-Ahkam,


mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka
menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan.

Guna melaksanakan lima tujuan Islam tersebut, maka


kesehatan memegang peranan penting. Tanpa adanya kondisi
sehat dalam badan, maka berbagai upaya untuk memenuhi
kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Dengan demikian kita
dapat mengatakan bahwa kesehatan merupakan modal pokok dan
utama dalam mencapai tujuan agama. Oleh karena itu, Islam
memberikan petunjuk yang jelas, utuh, komprehensif, dan
integrated tentang cara-cara memelihara kesehatan.

Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat


adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani,
rohani dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat
yang pilihan.

Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi tiga unsur,


yaitu kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kesehatan
sosial.Kesehatan jasmani merupakan bentuk dari keseimbangan
manusia dengan alam.Kesehatan rohani dimana ada
keseimbangan dan hubungan yang baik secara spiritual antara
Khalik atau pencipta yang diwujudkan dari aktivitas makhluk
dalam memenuhi semua perintah Sang Khalik.Yang terakhir
adalah kesehatan sosial, dimana kesehatan yang bersifat
psikologis. Dimana ada keharmonisan antara sebuah individu
dengan individu lain maupun denga sistem yang berlaku pada
sebuah tatanan masyarakat. Bila ketiga unsur ini terpenuhi maka
akan tercipta sebuah keadaan baik fisik, mental, maupun spiritual

13
yang prodiktif dan sempurna untuk menjalankan aktivitas
kemakhlukan.

Islam dan seluruh ajarannya, memberikan sebuah


pandangan yang tegas mengenai kesehatan.Kesehatan bukan
hanya sebuah anjuran tetapi juga merupakan kewajiban.Semua
ibadah-ibadah dalam Islam mengandung ajaran tentang
pentingnya menjaga kesehatan. Karena penelitian terbaru
mengungkapkan bahwa sebuah kondisi akan dikatakan sehat bila
lingkungan di sekitarnya bersih. Oleh karena itu, Nabi
mengatakan “kebersihan sebagian dari pada iman”.

Kemudian Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita


mengenai kesehatan, tidak sedikit dari ucapannya mengandung
unsur medis yang mutakhir. Dari ajaran beliau mengenai perihal
orang sakit ialah:

a. Perintah untuk berobat


Kewajiban bagi setiap muslim yang sakit untuk berobat.
b. Setiap penyakit ada obatnya, seperti:
a. Karantina penyakit, Nabi bersabda “jauhkanlah dirimu
sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit
lempra.
b. Islam juga mengajarkan prinsip-prinsip dasar dalam
penagulangan berbagai penyakit infeksi yang
membahayakan masyarakat. Sabda Nabi yang berbunyi
“janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang
sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di
dalamnya janganlah pergi meninggalkannya”
c. Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan upaya
proteksi diri (ikhtiar) dari berbagai penyakit infeksi,
misalnya dengan imunisasi.

14
d. Menyembuhkan orang sakit
Merupakan suatu keharusan dalam agama. Hal ini
mengindikasikan betapa pentingnya kesehatan.

Kesehatan merupakan hal yang mutlak dalam menjalani


aktivitas kehidupan manusia, bila tubuh manusia dalam keadaan
sehat mereka bisa melakukan aktivitas ibadah (hubungan manusia
dengan Tuhannya), aktivitas sosial (hubungan manusia dengan
manusia), serta aktivitas dunia (hubungan manusia dengan
alam).Oleh karena itu, dibutuhkanlah sebuah metode untuk
menjaga kesehatan manusia, maka Allah memberikan petunjuk
melalui perantara Nabi dengan segala aktivitas dan ucapan-ucapan
Nabi yang telah dirancang sedemikian rupa untuk bisa diikuti
manusiawi secara utuh dan mempunyai sifat yang eternaliabel.

Beberapa bentuk kesehatan antara lain:

a. Kesehatan jasmani
Manusia adalah makhluk yang selalu ingin memenuhi
seluruh kebutuhannya, keinginan manusia yang tidak terbatas
kadang membuat manusia menjadi rakus. Makan berlebih,
pola hidup yang tidak baik, penggundulan hutan untuk bahan
bangunan, eksploitasi laut yang tidak bertanggung jawab,
semuanya itu akan membuat keseimbangan alam terganggu.
Disadari maupun tidak, manusia merupakan bagian dari
alam, badan kesisteman yang berlaku.Dengan demikian dapat
kita simpulkan bahwa kesehatan jasmani berhubungan dengan
alam.Nabi pernah bdersabda “sesungguhnya badanmu
mempunyai hak atas dirimu”.
Kesehatan fisik merupakan keadaan yang sangat penting
dalam mendukung aktivitas lainnya.Hal ini di sebabkan karena
dalam perintah Allah pada manusia banyak yang berupa

15
aktivitas fisik yang memerlukan kondisi yang prima, seperti
shalat, puasa, ibadah haji dan ibadah lainnya.Ajaran Islam
untuk menjaga kesehatan fisik terlihat dalam beberapa perintah
Allah, seperti shalat yang mampun meregangkan otot.Karena
setiap gerakan shalat seperti mempunyai kunci tubuh, sehingga
sendi-sendi bisa lentur dan menyehatkan.Wudhu yang menurut
penelitian bisa merangsang saraf-saraf pada daerah yang
terusap air wudhu, puasa yang menyehatkan, ibadah haji yang
merupakan puncak dari ibadah yang membuat tubuh kuat,
karena rukun-rukunnya yang melatih kondisi stamina tubuh.
Dengan demikian tampaklah jelas ajaran Islam yang sangat
mementing kesehatan jasmani dan fisik yang dilakukan dengan
cara menjaga kebersihan, olahraga, menjaga asupan makanan.
Dan semuanya terintegrasi dalam setiap aktivitas ibadah.Hal
ini agar menjadi kebiasaan yang tidak disadari untuk umat
Islam dan merupakan bentuk pendidikan dari Allah.
b. Kesehatan rohani
Menurut Prof Dr. Nasaruddin Umar M.A, Guru besar UIN
Syarif hidayatullah Jakarta mengatakan manusia ada tiga
unsur, yaitu unsur jasad (jasadiyyah), unsur nyawa, dan unsur
ruh yang dalam Al-Qur’an di sebut Khalqan Akhar. Seseorang
baru disebut manusia jika memiliki ketiga unsur ini.
Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan
baik bila sang makhluk mentaati apa yang diperintahkan Allah,
ada kalanya manusia melanggar nilai-nilai keseimbangan
antara Khalik-makhluk. Namun selain itu, ada pula ciri-ciri
jiwa yang sehat yang dalam Al-Qur’an disebut Qalbun Salim,
seperti hati yang selalu bertobat (at-taqwa), hati yang selalu
menjaga dari hal-hal keduniaan (al-zuhd), hati yang selalu ada
manfaatnya (al-shumi), hati yang selalu butuh pertolongan
Allah (al-faqir).

16
c. Kesehatan sosial
Hidup bermasyarakat dalam arti yang seluas-luasnya adalah
merupakan salah satu naluri manusia. Menurut Aristoteles
menyebutkan manusia adalah Zoon Polition, yaitu manusia
yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Oleh karena
itulah, dalam Islam dikenal istilah Ukhuwah (persaudaraan).
Dalam konsep Islam, manusia diikat dalam sebuah
persaudaraan yang akan mendatangkan muamalah (saling
menguntungkan), hal ini memungkinkan rasa persaudaraan
lebih tinggi.
Ajaran Islam tentang perlunya membangun kesehatan
masyarakat yang sehat terdapat pada hampir seluruh misi,
semuanya dapat terlihat dalam ajaran Islam.Pada zaman
Rasulullah SAW, telah ada piagam Madinah.Dalam piagam itu
ditegaskan orang harus menjaga hubungan baik dengan
masyarakat.
d. Kesehatan seksual
Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang penting
bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi kesehatan
dan perilaku manusia.

Adapun poin-poinnya, yaitu:

1) menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas,


misalnya bersuci setelah buang air besar dan buang air
kecil.
2) larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid.
3) berhubungan badan melalui dubur.
4) membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan
dan setelah datang bulan.
Dalam peradaaban Islam telah melahirkan beberapa tokoh
muslim dalam ilmu kesehatan yatiu sebagai berikut:

17
a. Hunain Ibnu Ishaq
Beliau dilahirkan pada tahun 809 M dan meninggal pada
tahun 874 M. Beliau ialah spesialis mata.Hasil karyanya ialah
buku-buku yang membicarakan berbagai penyakit.Beliau
banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang berbahasa
Yunani ke dalam bahasa Arab.
b. Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi
Beliau dilahirkan pada tahun 866 M dan meninggal pada
tahun 909 M. Buku karangannya tentang kedokteran dijadikan
buku pegangan di Fakultas Kedokteran. Bukunya diberi nama
Al Hawi (menyeluruh). Ia yang menemukan penyakit cacar,
kemudian membaginya menjadi cacar air (variola) dan cacar
merah (rovgella), menemukan terapi tekanan darah tinggi atau
hipertensi dan masih banyak lagi penemuannya yang lain.
c. Ibnu Sina
Ibnu Sina, dilahirkan di Afsara (asia tengah) pada tahun
980 H/ 1593 M dan meninggal di Isfahan pada tahun 1037
H/1650 M. Bukunya yang sangat terkenal di bidang
kedokteran adalah Al Qanun Fi Al Thib, dijadikan buku
pedoman kedokteran, baik di Universitas-universitas Eropa
maupun Negara Islam.
d. Abu Mawar Abdul Malik ibnu Abil ‘Ala Ibnu Zuhur
Beliau lahir pada tahun 1091 M dan meninggal pada tahun
1162 M. Beliau sebagai dokter spesialis penyakit dalam atau
internis.
2. Kemanusiaan
Ilmu-ilmu kemanusiaan adalah berbagai disiplin ilmu yang
dibutuhkan oleh manusia dan bermanfaat untuk kehidupan manusia
dalam menjalani kehidupan di berbagai aspek.Ilmu-ilmu kemanusiaan
itu sendiri pada dasarnya sangat luas cakupannya, karena hal-hal yang
dapat menjadikan kehidupan manusia lebih baik itu sangat beragam

18
bentuknya. Sangat sulit untuk memberikan batasan-batasan sejauh
mana seharusnya ilmu kemanusiaan itu dibutuhkan dan sejauh mana
ia tidak diperlukan. Yang jelas sebagai makhluk sosial, manusia perlu
mempelajari ilmu social untuk menjadikan kehidupan manusia dan
kemanusiaan itu berjalan dengan baik.Demikian juga sebagai makhluk
yang membutuhkan tempat bersandar dalam menjalani kehidupan,
maka manusia perlu kepada agama supaya segala persoalan rohani
bisa terselesaikan dengan tuntas.Karena persoalan yang sifatnya fisik,
biasanya hanya dapat diselesaikan dengan pengobatan secara fisik,
sedangkan persoalan yang bersifat rohani hanya dapat diselesaikan
dengan metode non-fisik.Dalam hal ini agama dapat memberikan
solusi dari permasalahan tersebut.
Sebagai makhluk cerdas, manusia menginginkan kehidupannya
selalu berkembang ke arah yang lebih baik dari hari ke hari, maka
dalam hal ini manusia perlu kepada ilmu-ilmu science dalam berbagai
bentuknya.Perkembangan ilmu science itu sendiri pada dasarnya akan
berguna bagi kesinambungan kemanusiaan di dunia ini. Berbagai
tantangan yang dihadapi manusia dalam kehidupan banyak sekali
yang dapat dicarikan solusinya melalui ilmu pengetahuan tersebut,
misalnya masalah alam yang semakin hari semakin tidak bersahabat
dengan manusia, mungkin demi kelanjutan kehidupan, manusia akan
dapat mencari solusi dari berbagai permasalahan tersebut melalui
penelitian-penelitian ilmiah, sehingga bisa dikatakan bahwa ilmu-ilmu
science tersebut mutlak bermanfaat bagi manusia.

3. Pentingnya Kesehatan dalam Islam


Dua anugerah membuat banyak orang merugi, yaitu kesehatan dan
kesempatan.(HR al-Bukhari). Gunakan dengan baik lima hal sebelum
lima yang lain: masa mudamu sebelum engkau tua; sehatmu sebelum
engkau sakit; kayamu sebelum engkau jatuh miskin; masa
senggangmu sebelum engkau sibuk; hidupmu sebelum engkau mati.

19
(HR al-Hakim).Meski filosofi yang sering dilontarkan dalam agama
adalah: “Untuk apa kesehatan?” tidak berarti agama sama sekali tidak
berbicara mengenai “Bagaimana hidup sehat?”.
Ada beberapa riwayat Hadis yang mengandung ajaran-ajaran hidup
sehat. Misalnya, sabda Rasulullah ?, “Lakukanlah bepergian, maka
kalian sehat.” (HR Ahmad). “… dan berpuasalah kalian, maka kalian
sehat.” (HR ath-Thabarani).“Orang yang tidur dalam keadaan
tangannya berbau lemak, lalu ia terkena sesuatu, maka janganlah ia
mencela kecuali dirinya sendiri.”(HR ad-Darimi).
Ada beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah
Shallallâhu ‘alaihi wasallam menerapkan pola makan yang sehat.
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam memakan kurma dengan
mentimun. (HR al-Bukhari dan Muslim).Rasulullah melarang tidur
setelah makan (HR Abu Nuaim).Rasulullah menganjurkan mengawali
berbuka dengan kurma, jika tidak ada maka dengan air. (HR at-
Tirmidzi) Rasulullah memerintahkan makan malam meskipun dengan
setelapak kurma.(HR at-Tirmidzi).
Ada beberapa ulama yang secara khusus menulis ajaran kesehatan
dalam Islam, misalnya Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam ath-Thibb an-
Nabawi. Ibnu Muflih al-Maqdisi dalam al-‫آ‬dâb asy-Syar’iyah, secara
panjang lebar mengurai pola hidup sehat yang diterapkan oleh
Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam Begitu pula asy-Syami dalam
kitab sejarah Subulul-Hudâ wa-Rasyad, secara khusus menulis judul
“Sejarah Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam dalam Menjaga
Kesehatan”. Juga, Imam al-Ghazali dalam Ihyâ’ Ulûmiddin, tidak
jarang menyinggung hikmah-hikmah kesehatan yang terdapat dalam
ajaran-ajaran Islam.
Pola hidup sehat ada tiga macam: yang pertama, melakukan hal-hal
yang berguna untuk kesehatan; yang kedua, menghindari hal-hal yang
membahayakan kesehatan; yang ketiga, melakukan hal-hal yang dapat
menghilangkan penyakit yang diderita. Semua pola ini dapat

20
ditemukan dalilnya dalam agama, baik secara jelas atau tersirat, secara
khusus atau umum, secara medis maupun non medis (rohani).Allah
berfirman:

َ‫ُواو ََلتُس ِْرفُوا ِإنَّ ُه ََلي ُِحب ُّْال ُمس ِْرفِين‬ َ ُ‫َو ُكل‬
َ ‫واوا ْش َرب‬

Artinya: … makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan.


Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS
al-A’raf [7]: 31)

Menurut mufasir kontemporer, semacam as-Sa’di, ayat


tersebut mencakup perintah menjalani pola hidup sehat dalam bentuk
melakukan dan menghindari, yakni mengonsumsi makanan yang
bermanfaat untuk tubuh, serta meninggalkan pola makan yang
membahayakan.Makan dan minum sangat diperlukan untuk
kesehatan, sedangkan berlebih-lebihan harus ditinggalkan untuk
menjaga kesehatan.

As-Sa’di juga menganggap larangan Allah dalam QS al-


Baqarah: 95, “Walâ tulqû bi-aydîkum ilat-tahlukah (dan janganlah
kalian menjatuhkan diri kalian ke dalam kebinasaan)” merupakan
prinsip umum yang bisa juga dijadikan dalil bagi kesehatan. Seorang
Muslim dilarang melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya,
termasuk di dalamnya adalah mengonsumsi atau melakukan hal-hal
yang berbahaya bagi kesehatan.

Tuntunan kesehatan fisik dalam agama tentu saja dibangun di


atas pondasi kesehatan rohani, karena ajaran agama bukanlah teori-
teori kedokteran.Contoh-contoh yang disebutkan di atas semuanya
memiliki landasan moral, tak murni tuntunan medis.Dalam pandangan
agama, kesehatan merupakan kemaslahatan duniawi yang harus dijaga
selagi tidak bertentangan dengan kemaslahatan ukhrawi atau
kemaslahatan yang lebih besar.Kesehatan, kedokteran dan

21
semacamnya sudah menyangkut kepentingan umum yang dalam
pandangan Islam merupakan kewajiban kolektif (fardu kifayah) bagi
kaum Muslimin.

Sebagai gejala jasmani murni, sehat dan sakit, boleh dibilang


tidak secara langsung berkaitan dengan agama.Dalam pandangan
agama, sehat belum tentu lebih baik daripada sakit, begitu pula
sebaliknya. Sehat dan sakit merupakan dua kondisi yang sama-sama
memiliki potensi untuk mendapat label baik atau buruk. Jika manusia
bisa mendapat pahala atau dosa dari kondisi sehatnya, maka ia juga
bisa mendapatkan pahala atau dosa dari kondisi sakitnya. Di situlah
sebetulnya fokus pandangan agama mengenai sehat dan
sakit.Selebihnya dari itu, merupakan pengembangan dari prinsip-
prinsip moral seperti telah disebutkan di atas.

Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab


apa yang bisa dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih
banyak daripada yang apa yang bisa dilakukannya dalam keadaan
sakit. Manusia bisa beribadah, berjihad, berdakwah dan membangun
peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam kondisi yang
kondusif.Jadi, kesehatan fisik, secara tidak langsung, merupakan
faktor yang cukup menentukan bagi tegaknya kebenaran dan
terwujudnya kebaikan.Namun demikian, posisi kesehatan tetap
sebagai sarana, bukan tujuan.Tujuan agama adalah tegaknya
kebenaran dan terwujudnya kebaikan itu sendiri. Maka, oleh karena
itu, dalam sabda-sabda Rasulullah dapat dengan mudah kita temukan
janji-janji manis untuk orang-orang yang sakit: bahwa penyakit
merupakan penghapus dosa dan mesin pahala yang besar.

Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam menyatakan bahwa


orang meninggal karena sakit perut atau terkena wabah thaun, maka ia
syahid. Orang yang sabar saat kedua matanya buta, maka ia mendapat

22
surga (HR al-Bukhari), dan lain sebagainya. Tapi, hal ini sama sekali
tidak bisa diartikan bahwa Islam menganjurkan sakit perut, sakit mata,
dan seterusnya. Yang dianjurkan adalah sikap tabah dan rela terhadap
takdir ketika penyakit-penyakit tersebut menyerangnya.Sebab, misi
agama adalah mengajak manusia agar menjadikan setiap kondisi
dalam hidupnya sebagai sarana untuk mendulang kebaikan dan
mendekatkan diri kepada Allah, baik dalam kondisi sehat maupun
sakit, kaya maupun miskin, kuat maupun lemah, dan seterusnya.

Selain itu, janji pahala tersebut, bisa dipahami sebagai


paradigma Islam dalam membesarkan hati orang-orang yang berada
dalam kondisi sengsara agar ia tidak putus asa, sebagaimana Islam
juga senantiasa memberikan peringatan dan menyalakan lampu
kuning untuk orang-orang yang berada dalam kondisi sehat-sejahtera,
agar ia tidak terlena.

Dengan demikian, maka jelas sekali bahwa agama


mengajarkan hidup sehat, meskipun di balik itu, yang jauh lebih
ditekankan oleh agama adalah bagaimana menggunakan kesehatannya
itu untuk sesuatu yang baik.Kondisi terbaik yang paling diimpikan
oleh agama bagi kehidupan masyarakat adalah kebaikan dalam
kesehatan.Selebihnya dari itu, kesehatan boleh hilang asal kebaikan
tetap terjaga, dalam kondisi apapun.

Islam merupakan agama samawi terakhir yang diturunkan di


bumi.Agama terakhir yang bertujuan menyempurnakan ajaran-ajaran
yang sebelumnya.Bahkan kesehatan dalam Islam tergolong sangat
penting, salah satunya ditunjukan dengan kalimat yang sudah tidak
asing lagi “Kebersihan sebagian dari iman”•. Jika kita runut kembali
kebersihan merupakan cara yang tepat untuk menghalau berbagai
penyakit.

23
Jika Anda merupakan umat Islam, dan ingin mengikuti cara
nabi Muhammad Saw menjaga kesehatan, berikut ini akan Kami
sajikan cara cara menjaga kesehatan menurut Islam.

1. Bangunlah Sebelum Subuh


Bangun sebelum subuh dengan maksud melakukan Shalat
sunah berjamaah dan melakukan Shalat subuh. Gerakan
Shalatsama bermanfaatnya dengan gerakan olah raga, Shalat pada
saat subuh sama bermanfaatnya dengan olah raga kecil di pagi hari.
Udara subuh juga terbukti lebih seger dan fresh. Dengan
melakukan hal-hal di atas juga akan memberikan Anda berkah
berupa pahala, dan kenikmatan sehat.
2. Jagalah Kebersihan
Setiap hari Kamis dan jumat nabi Muhammad Saw selalu
rutin memotong kuku, mencuci rambut-rambut halus yang berada
di pipi, bersikat, serta memakai parfum.Setiap hari nabi
Muhammad Saw juga selalu menggunakan harum-haruman dan
tampil bersih dan rapi.Seperti yang sudah disebutkan di paragraf
pembuka bahwasanya bagi umat Islam kebersihan merupakan
sebagian dari iman.
3. Tidak Makan dengan Berlebihan
Hal ini mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita kaum
muslimin dan muslimat.Dalam makan, Islam menganjurkan untuk
makan sebelum kita lapar dan berhenti makan sebelum
kenyang.Karena menurut kepercayaan Islam bahwa perut kita
dibagi menjadi tiga bagian, pertama bagian perut untuk makanan,
kedua bagian perut untuk udara, ketiga bagian perut untuk air.
Dengan menyeimbangkan tiga unsur itu di dalam perut maka kita
akan menemukan kesehatan.

24
4. Biasakan Jalan Kaki
Berjalan kaki bukan hanya anjuran menjaga kesehatan
dalam Islam, banyak para ahli kesehatan yang juga
menganjurkannya.Nabi Muhammad SAW terkenal suka berjalan
kaki, baik ke masjid, rumah sahabat, maupun pergi berjihad.
Dengan berjalan kaki akan membuat keringat kita keluar,
kemudian pori-pori kita akan terbuka, aliran darah juga lebih
lancar, dan pastinya akan membuat tubuh kita lebih sehat.
5. Tidak Gampang Marah
Nabi Muhammad SAW pernah membarikan nasihat
“Jangan marah”• kata tersebut diulangi selama tiga kali. Hal ini
menunjukan bahwa pentingnya untuk menjaga emosi dalam Islam,
dan menunjukan bahwa kekuatan dan kesehatan seorang muslim
tidak hanya ditentukan oleh tubuhnya tapi juga emosi, dan jiwanya.
Ada cara yang tepat untuk mengatasi rasa marah, yaitu
dengan mengubah posisi tubuh kita ketika sedang marah. Ketika
Anda sedang marah pada posisi berdiri cobalah untuk duduk,
kemudian jika Anda marah dalam posisi duduk cobalan untuk
berbaring. Marah itu berasal dari setan dan setan terbuat dari api
jadi Anda bisa mengambil wudhu kemudian Shalat sunah atau
wajib untuk menenangkan diri.
Sebenarnya masih banyak cara-cara menjaga kesehatan
dalam Islam, karena Islam sendiri merupakan agama yang
sempurna yang sangat menganjurkan kesehatan dan kebersihan
dalam beribadah.
4. Ayat dan Hadist tentang Kesehatan
Dalam dunia kesehatan lingkungan, rumah sakit sangat di kenal
dengan kerentanan menjadi tempat yang berisiko untuk menangkap
kuman. Perlunya Kebersihan Rumah Sakit sangatlah harus
diprioritaskan, mengingat tingginya jumlah pasien, pengunjung dan
karyawan yang memungkinkan bakteri dan virus sangat potensial

25
penyebaranya .Salah satu prioritas utama dalam menjaga kebersihan
rumah sakit secara umum yang dilakukan adalah dengan
menggunakan Desinfektan untuk sterilisasi yang sangat penting untuk
menjaga pasien dari kuman dan zat-zat berbahaya lainnya.Hal hal
yang perlu di perhatikan kebersihan rumah sakit antara lain adalah:
1) Kamar Mandi
Kebersihan Kamar mandi rumah sakit harus sangat dijaga
sebagai salah satu tujuan untuk sanitasi lingkungan.Yang di mana
sangat perlu di perhatikan di sini adalah mangkuk toilet dan tuas
menyiram urin yang merupakan tempat yang sangat potensial
bagi kuman dan bakteri yang berbahaya, gagang pintu kamar
mandi dan daun pintu kamar mandi juga harus sering dibersihkan
mengingat adanya bakteri dari sentuhan tangan dari seorang
pasien yang dapat menular ke pasien lainya. Kemudian kamar
mandi umum , dan kamar mandi karyawan. Semua hal tersebut di
atas harus sangat di jaga untuk mempromosikan kesehatan yang
baik.
2) Kantin Rumah Sakit
Kantin rumah sakit harus bebas dari kuman dan bakteri
sebelum makanan disiapkan.Semua peralatan, piring dan bahan
memasak harus disterilkan.Kompor, membutuhkan pembersihan
harian dan daerah dianggap lalu lintas tinggi karena penggunaan
konstan.
3) Kamar Pasien
Pembersihan kamar pasien harus sangat signifikan dengan
penggunaan disinfektan. Yang mana disini ditujukan pada pasien
yang dapat membawa kuman menular dan kemudian dipindahkan
ke seluruh daerah ruangan baik berupa sentuhan dll. Sisi dan
depan tempat tidur harus selalu didesinfeksi. Terutama kasur
pasien membutuhkan sanitasi yang sangat perlu.Dan benda-benda
Lainnya seperti remote Televisi, tombol bantuan, meja, laci, dan

26
gagang pintu.Pembersihan barang-barang tersebut bertujuan
untuk menghindari risiko baik itu virus dan bakteri yang dapat
menginfeksi pasien lainnya dan pengunjung pasien.
4) Peralatan Medis
Pembersihan peralatan medis baik itu di ruang operasi
maupun ruangan tindakan lainnya juga sangat penting.Semua
peralatan medis harus disterilkan sebelum dan setelah digunakan.
Manakala pembersihan peralatan yang telah terkena berupa
bercak darah dari tubuh pasien , debu, kotoran dan tumpahan
lainnya, yang memerlukan pembersihan sehari-hari.
Begitu pentingnya kebersihan menurut islam, sehingga
orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan
akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam
surah Al-Baqarah ayat 222 yang berbunyi :
َ َ‫اِ َّنﷲَي ُِحبُّ الت َّ َّوابِيْنَ َوي ُِحبُّ ْال ُمت‬.......
‫طهِّ ِريْنَ ۝‬

Artinya : “........Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat


dan orang-orang yang menyucikan / membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)

Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan


bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam islam
mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering
juga dipakai kata “bersuci” sebagai padaman kata “membersihkan
/ melakukan kebersihan”. Ajaran kebersihan tidak hanya
merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola
hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang
masa, bahkan dikembangkan dalam hukum islam.

Secara khusus, Rasulullah SAW memberikan perhatian mengenai kebersihan.

ِ ‫ظافَةٌ ِمنَ اَلِ ْي َم‬


﴾‫﴿رواﻩ احمد‬٠‫ان‬ َ َّ‫اَلن‬

Artinya : “Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Ahmad)

27
Isi Kandungan :

1. Umat Islam wajib menjaga kebersihan lahir dan batinnya.


2. Menjaga kebersihan lahir dan batin merupakan ciri-ciri sebagian dari iman
dalam kehidupannya.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa kebersihan merupakan sebagian
dari iman. Artinya seorang muslim telah memiliki iman yang sempurna jika
dalam kehidupannya ia selalu menjaga diri, tempat tinggal dan lingkungannya
dalam keadaan bersih dan suci baik yang bersifat lahiriyah (jasmani) maupun
batiniyah (rohani).

ٌ ‫ظفُ ْوا فَ ِانَّهُ َلَيَدْ ُح ُل ْال َجنَّةَ اَلَّ ن َِظي‬


﴾‫﴿رواﻩ البيهقى‬٠ ‫ْف‬ َّ ‫ْف فَت َ َن‬
ٌ ‫ا ََلِس ََْل ُم ن َِظي‬

Artinya : “Agama Islam itu (agama) yang bersih, maka hendaklah kamu
menjaga kebersihan, karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali
orang-orang yang bersih”. (HR. Baihaqy)

Isi Kandungan :

1. Bahwasanya Allah SWT adalah dzat yang baik, bersih, mulia, dan bagus.
Karena Allah menyukai hal-hal demikian. Sebagai umat islam, maka kita
harus memiliki sifat yang demikian pula terutama dalam hal kebersihan
lingkungan tempat tinggal.
2. Agama Islam adalah agama yang lurus dan bersih dari ajaran kesesatan.
Dengan demikian pemeluk agama islam harus memiliki pola perilaku yang
bersih dan hati yang suci dari perkara hawa nafsu. Sebab seseorang yang
demikian dijanjikan oleh Allah SWT akan masuk surga.
3. Agama Islam adalah agama yang bersih / suci karena agama slam
mencintai kebersihan.
4. Umat islam hukumnya wajib menjaga kebersihan lahir dan batinnya.
5. Orang-orang yang senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batinnya akan
masuk surga.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa agama islam adalah agama yang
suci. Untuk itu umat islam harus menjaga kebersihan, baik kebersihan jasmani

28
maupun rohani. Orang yang selalu bersih dan suci mengindikasikan bahwa ia
telah melaksanakan sebagian dari perintah agama dan akan memperoleh
fasilitas berupa surga di akherat kelak.

َّ َ‫ظافَةُ ك َِر ْي ٌم ي ُِحبُّ ْالك ََر َم َج َّوادٌ ي ُِحبُّ ْال ُج ْودَ فَن‬
‫ظفُ ْوااَ ْفنِيَتَ ُك ْم‬ َ َّ‫ْف ي ُِحبُّ الن‬
ٌ ‫ب ن َِظي‬ َّ ‫طيِّبٌ ي ُِحبُّ ال‬
َ ِّ‫طي‬ َ ‫ا َِّن ﷲَتَعَالَى‬
﴾‫﴿رواﻩ التّرمذى‬٠

Artinya : “Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan, bahwasanya


Allah itu bersih, menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah menyukai keindahan, karena itu bersihkan
tempat-tempatmu”. (HR. Turmudzi)

Isi kandungan :

1. Allah maha baik, Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan


2. Allah maha suci/bersih, Allah mencintai orang-orang yang mencintai
kebersihan / kesucian.
3. Allah maha mulia, Allah mencintai orang-orang yang berakhlak mulia
4. Allah maha Indah, Allah mencintai orang-orang yang berbuat keindahan
5. Orang islam wajib memelihara lingkungan tempat tinggalnya
Hadits ke-4 menjelaskan bahwa Allah SWT adalah Dzat yang Maha
Baik, Maha Suci, dan Maha Indah.Dia mencintai kebaikan, kesucian,
kemuliaan, dan keindahan.Agar kita dicintai Allah maka hendaknya kita harus
senantiasa berbuat kebajikan, menjaga kesucian (kebersihan lahir dan batin),
mengagungkan Allah SWT dan berbuat kemuliaan terhadap sesama manusia
dan menjadikan tempat tinggal dan lingkungannya terlihat teratur, tertib dan
indah.

D. Ilmu dalam Perspektif Islam


Ilmu yang dihasilkan oleh Barat dan Islam memang tidak bisa
disamakan, karena keduanya memiliki perbedaan tradisi. Kristen yang
mendominasi Barat, telah menggunakan tradisi Yunani-Romawi sebagai
basis ilmu pengetahuannya, melalui rasionalistik-empirik, maka pada
akhirnya ilmu pun dikotomikan, sedangkan dalam Islam, dengan berbasis

29
wahyu yang telah digunakan kaum Muslimin, maka pada saat kaum
Muslimin menggunakan akal, pancaindera, dan juga intuisinya, di saat itu
pula mengalami pengoreksian terlebih dahulu di bawah otoritas wahyu,
sehingga dalam Islam, ilmu tidak mengalami dikotomi.
Selama berabad-abad lamanya, para ulama secara terus-menerus
membahas ilmu secara intensif dan ekstensif, tetapi dalam
perkembangannya, terdapat perbedaan pendapat tentang definisi ilmu di
antara para teolog, fuqaha, filsuf dan ahli bahasa, misalnya:
1. Menurut seorang ahli filologi, al-Raghib al-Isfahani, dalam karyanya
Kamus Istilah Quran, telah mendefinisikan ilmu sebagai “persepsi
suatu hal dalam hakikatnya”. Ini artinya bahwa sekedar menilik sifat
(mis., bentuk ukuran, berat, isi, warna, dan sifat-sifat lainnya) suatu
hal yang yang tidak merupakan bagian dari ilmu.
2. Imam al-Ghazali mendefinisikan ilmu sebagai “pengenalan sesuatu
atas dirinya”. Dalam pandangan al-Ghazali, kita tidak dapat
mengklaim telah memiliki ilmu sesuatu, kecuali jika dan hingga kita
tahu sesuatu itu apa adanya.
3. Seorang ahli logika yang bernama Athir al-Din al-Abhari,
mengemukakan tentang ilmu bahwa menghampirnya gambar suatu
benda dalam pikiran. Dan begitu juga menurut Ibn Sina. Definisi ini
menunjukkan bahwa untuk mengetahui sesuatu artinya membentuk
suatu pemikiran tentangnya, memiliki gambaran sesuatu itu
tergambarkan dalam benak. Dengan kata lain, mengetahui adalah
melakukan konseptualisasi.
4. Dalam karyanya, Ta’rifat, al-Sharif al-Jurjani telah mendefinisikan
ilmu sebagai tibanya minda pada makna sesuatu. Definisi ini
dipertimbangkan oleh Ali Celebi Qinalizadeh sebagai yang terbaik
yang ia ketahui. Definisi inilah dan yang lebih awal oleh Ibnu Sina
dan al-Abhari yang Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas telah
mensintetiskan dalam monografnya yang berjudul The Concept of
Education in Islam. Menurutnya, ilmu paling tepat didefinisikan

30
sebagai tibanya makna dalam jiwa yang sekligus tibanya jiwa pada
makna.
Tidak semua ulama setuju tentang definisi konseptual ilmu ini, Ibn
Arabi, misalnya, mendefinisikan ilmu sebagai penerimaan mental atas
(ilmu tentang) segala hal dalam batas dirinya apa adanya. Baginya, ilmu
adalah sifat yang dianggap berasal dari minda melalui penerimaan tersebut
sehingga minda itu disebut yang mengetahui, dan segala hal disebut
sebagai yang diketahui. Dalam pandangannya, tidak segala hal yang
dikenal dapat dipahami, tidak juga halnya bahwa setiap orang yang tahu,
membentuk suatu konsep dalam mindanya.
Mengenai hakikat ilmu secara mutlak (tidak dikaitkan dengan
objek atau disipln tertentu), para ulama berbeda pandangan apakah ilmu
merupakan sesuatu yang daruri, apriori, yang dapat dikonsepsikan
hakikatnya segitu saja, sehingga tidak memerlukan suatu definisi, atau
nazari (inferensial), tetapi sulit didefinisikan, melainkan hanya bisa lebih
jelas dikonsepsikan dengan analisis/klasifikasi dan contoh, atau nazari
yang tidak sulit didefinisikan. Pendapat pertama, dianut antara lain oleh
Fakhr al-Dinal-Razi, pendapat kedua dianut oleh al-Juwaini dan al-
Ghazali, dan pendapat ketiga diikuti oleh para jumhur ulama.
Mestinya, jumhur ulama (mutakalimin) mengakui atas sulitnya
mendefinisikan ilmu, sebab di antara mereka ternyata bermunculan pula
aneka definisi tentang ilmu, misalnya:
1. Definisi Mu‟tazilah, bahwa ilmu adalah mengitikadkan sesuatu sesuai
dengan kenyataannya disertai ketenangan dan ketetapan jiwa padanya.
Seperti yang dirumuskan oleh „Abd al-Jabbar bahwa ma‟rifat,
dirayah, ilmu adalah apa yang menghasilkan ketenangan jiwa,
kesejukan dada, dan ketentraman hati.
2. Definisi Bazdawi, dari Maturidiyah, ilmu adalah menangkap onjek
ilmu sesuai kenyataannya. Definisi Jurjani yang merupakan seorang
Maturidi lainnya, telah mendefinisikan ilmu sebagai itiqad yang pasti
dan sesuai dengan realitas (objek).

31
3. Definisi Juwaini dan Baqillani (keduanya dari Asy‟ariyah), dan Abu
Ya‟la (dari Hanabilah), telah mendefinisikan ilmu sebagai berikut:
ilmu adalah mengetahui objek ilmu sesuai realitasnya.
4. Definisi Ibn Hazm, ilmu adalah meyakini sesuatu sebagaimana
realitasnya sendiri.
5. As-Syaukani, dari famili Zaidi, yang didukung oleh Qannuji,
mendefinisikan bahwa ilmu adalah sifat yang dengannya apa yang
dicari terbuka secara sempurna.
6. Menurut Ibn Rusyd, sesungguhnya ilmu yaqini adalah mengetahui
sesuatu sebagaimana realitasnya sendiri.
Prof. Wan Mohd Nor memberikan penjelasan bahwa dari segi
linguistik, „ilm berasal dari akar kata „ain-lam-mim yang diambil dari kata
„alamah, yaitu tanda, penunjuk, atau petunjuk yang dengan sesuatu atau
seseorang dikenal; kognisi atau label; ciri; petunjuk; tanda. Dengan
demikian, ma‟lam (jamak, ma‟alim) berarti tanda jalan atau sesuatu yang
dengannya seseorang membimbing dirinya atau sesuatu yang membimbing
seseorang. Seiring dengan hal itu, maka „alam pun dapat diartikan pula
sebagai petunjuk jalan, dan bukan tanpa alasan jika penggunaan istilah
ayah (jamak, ayat) dalam Alquran yang secara literal berarti tanda yang
merujuk pada ayat-ayat Alquran dan fenomena alam. Sedangkan kata
ilmu, alam, dan „ilm (dengan makna yakin), memiliki akar kata yang
sama, karena alam jika dipahami sebagai ayat Allah, akan menghasilkan
ilmu yang mengantarkan manusia kepada keyakinannya kepada Allah.
Karena itulah, Allah memperingatkan bahwa nanti di akherat, neraka
jahanam akan dijejali dengan manusia-mansuai dan jin yang mereka
memiliki mata, tetapi tidak memahami ayat-ayat Allah. Begitu pula telinga
dan akal mereka tidak sampai mengantarkan mereka pada pemahaman dan
keimana kepada Allah, yang mereka sendiri seperti halnya binatang ternak,
bahkan lebih sesat (Qs. 7:179).

32
E. Penerapan Ilmu Keperawatan Berbasis Sunnatullah dan Qodratullah
1. Pengertian Sunnatullah
Kata sunnatullah dari segi bahasa terdiri dari kata sunnah
dan Allah. Kata sunnah antara lain berarti kebiasaan. Sunnatullah
adalah kebiasaan-kebiasaan Allah dalam memperlakukan
masyarakat. Dalam al-Qur’an kata sunnatullah dan yang semakna
dengannya seperti sunnatina atau sunnatul awwalin terulang
sebanyak tiga belas kali. Sunnatullah adalah hukum-hukum Allah
yang disampaikan untuk umat manusia melalui para Rasul,
undang-undang keagamaan yang ditetapkan oleh Allah yang
termaksud di dalam al-Qur’an, hukum (kejadian) alam yang
berjalan tetap dan otomatis.
Sunatullah adalah bagian yang bersifat 'dinamis' dari ilmu-
pengetahuan-Nya di alam semesta ini. Karena sunatullah memang
hanya semata terkait dengan segala proses penciptaan dan segala
proses kejadian lainnya (segala proses dinamis). Sunatullah itu
sendiri tidak berubah-ubah, namun masukan dan keluaran
prosesnya yang bisa selalu berubah-ubah secara 'dinamis' (segala
keadaan lahiriah dan batiniah 'tiap saatnya'), dan tentunya
sunatullah juga berjalan atau berlaku 'tiap saatnya'. Sunatullah
berupa tak-terhitung jumlah aturan atau rumus proses kejadian
(lahiriah dan batiniah), yang bersifat 'mutlak' dan 'kekal', yang tiap
saatnya pasti selalu mengatur segala zat ciptaan-Nya di alam
semesta ini.
2. Ilmu berdasarkan Sunnatullah
Segala bentuk ilmu-pengetahuan (beserta segala teori dan
rumus di dalamnya), yang dikenal dan dicapai oleh manusia, secara
"amat obyektif" (sesuai dengan fakta-kenyataan-kebenaran secara
apa adanya, tanpa ditambah dan dikurangi), pada dasarnya hanya
semata hasil dari pengungkapan, atas sebagian amat sangat sedikit
dari ilmu-pengetahuan-Nya (terutama sunatullah).

33
Bahkan nantinya, segala bentuk ilmu-pengetahuan yang
belum dikenal, juga hanya hasil dari usaha mengungkap atau
memformulasikan sunatullah, yang justru telah ditentukan atau
ditetapkan-Nya, sebelum awal penciptaan alam semesta ini.
Dan segala bentuk ilmu-pengetahuan lainnya pada manusia, yang
bukan hasil dari usaha mengungkap atau memformulasikan
sunatullah, secara "amat obyektif", tentunya bukan bentuk ilmu-
pengetahuan yang 'benar'. Ilmu-pengetahuan Allah, Yang Maha
Mengetahui bersifat 'mutlak' (pasti benar) dan 'kekal' (selalu
benar). Sedangkan segala bentuk ilmu-pengetahuan manusia
(bahkan termasuk para nabi-Nya), pasti bersifat 'relatif' (tidak
mutlak benar), 'fana' (hanya benar dalam keadaan tertentu) dan
'terbatas' (tidak mengetahui segala sesuatu hal). Karena tiap
manusia memang pasti memiliki segala kekurangan dan
keterbatasan.
Namun tiap manusia justru bisa berusaha semaksimal
mungkin, agar tiap bentuk ilmu-pengetahuannya bisa makin
'sesuai' atau 'mendekati' ilmu-pengetahuan Allah di alam semesta
ini, dengan menggunakan akalnya secara relatif makin cermat,
obyektif dan mendalam.
Usaha seperti ini justru juga telah dilakukan oleh para nabi-
Nya. Sehingga seluruh pengetahuan mereka tentang pengetahuan
atau kebenaran-Nya, terutama yang paling penting, mendasar dan
hakiki bagi kehidupan umat manusia (hal-hal gaib dan batiniah),
memang telah bisa tersusun relatif sempurna (relatif amat lengkap,
mendalam, konsisten, utuh dan tidak saling bertentangan secara
keseluruhannya). Hal ini yang justru telah mengakibatkan tiap
pengetahuan mereka, bisa disebut 'wahyu-Nya'. Baca pula
artikel/posting "Cara proses diturunkan-Nya wahyu".
Segala bentuk ilmu-pengetahuan manusia mestinya bisa
dipilih terlebih dahulu, secara amat hati-hati, cermat dan selektif,

34
sebelum dipakai atau diyakini, karena relatif bisa mudah
menyesatkan, terutama pada agama, ajaran dan paham yang
bersifat 'musyrik' dan 'materialistik', yang memang pasti tidak
sesuai dengan kebenaran-Nya (mustahil berasal dari Allah dan
tidak bersifat mendasar / hakiki).
3. Pengertian Qadarullah
Takdir (qadar) adalah perkara yang telah diketahui dan ditentukan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan telah dituliskan oleh al-qalam
(pena) dari segala sesuatu yang akan terjadi hingga akhir zaman.
4. Ilmu berdasarkan Qadarullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ال يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأه لم‬
‫يكن ليصيبه‬
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada
qadar baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang
menimpanya tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak
akan menimpanya.”
(Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad
dalam Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad
Syakir berkata: ‘Sanad hadits ini shahih.’
Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengenai iman, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,
‫اإليمان أن تؤ من با هلل ومال ئكته وكتبه ورسله واليوم اال خر وتؤ من بالقدرخيره وشره‬
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-
Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang baik
maupun yang buruk.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya di kitab al-Iman wal Islam wal
Ihsan (VIII/1, IX/5))

35
Dan Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga
pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫كل شيء بقدر حتى العجز والكيسز‬
“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampai kelemahan dan
kepintaran.”
5. AYAT AL-QURAN DAN HADITS
Kedudukan Ilmu pengetahuan dalam Islam menempati
kedudukan tinggi dimana Al-Qur’an memandang orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan berada pada posisi yang tinggi
dan mulia, dan juga ditegaskan dalam Hadits-hadits Nabi yang
memuat anjuran dan dorongan untuk menuntut ilmu. “Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]: Hal ini juga
ditegaskan dalam beberapa ayat dan hadits rasulullah saw sebagai
berikut:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar
mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-
anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman
yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw).
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin,
Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Hadis Nabi
saw).
Ayat ini menguraikan bagaimana kedudukan dari setiap
umat manusia yang memiliki tingkat keimanan yang tinggi yang
dibarengi dengan Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Tidak
akan beriman seseorang jika tidak memiliki pengetahuan dan
sesungguhnya pengetahuan itu akan melahirkan kemudharatan jika

36
tidak dibarengi dengan kaar keimanan yang baik. Hal ini
memberikan indikasi bahwa sesungguhnya antara Islam dan Ilmu
Pengetahuan adalah maerupakan dua sisi mata uang yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain.
Allah telah menentukan segala perkara untuk makhluk-Nya
sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahulu (azali) dan ditentukan oleh
hikmah-Nya. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan atas
kehendak-Nya dan tidak ada sesuatupun yang keluar dari
kehendak-Nya. Maka, semua yang terjadi dalam kehidupan
seorang hamba adalah berasal dari ilmu, kekuasaan dan kehendak
Allah, namun tidak terlepas dari kehendak dan usaha hamba-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

‫إنا كل شىء خلقنه بقدر‬


“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Qs.
Al-Qamar: 49)
‫ تقديرا‬,‫وخلق كـل شىء فقدره‬
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs. Al-Furqan: 2)
‫وإن من شىء إال عنده بمقدار‬
“Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya,
dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (Qs.
Al-Hijr: 21)

37
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya
sebagai profesi tetapi sebagai bentuk syiar islam, yang mengintegrasikan
nilai-nilai keislaman serta mengaplikasikannya dalam praktik
keperawatan. Dalam padangan agama islam merawat pasien merupakan
tugas mulia, baik secara tersurat maupun tersirat.
Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan,
dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran
Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti
buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah
di sungai atau sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam
sangat menekankan Kesucian atau Al-thaharah, yaitu kebersihan atau
kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan
semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit sering
kali berasal dari lingkungan yang kotor.
Sunatullah adalah bagian yang bersifat 'dinamis' dari ilmu-
pengetahuan-Nya di alam semesta ini. Karena sunatullah memang hanya
semata terkait dengan segala proses penciptaan dan segala proses kejadian
lainnya (segala proses dinamis). Sunatullah itu sendiri tidak berubah-ubah,
namun masukan dan keluaran prosesnya yang bisa selalu berubah-ubah
secara 'dinamis' (segala keadaan lahiriah dan batiniah 'tiap saatnya'), dan
tentunya sunatullah juga berjalan atau berlaku 'tiap saatnya'. Sunatullah
berupa tak-terhitung jumlah aturan atau rumus proses kejadian (lahiriah
dan batiniah), yang bersifat 'mutlak' dan 'kekal', yang tiap saatnya pasti
selalu mengatur segala zat ciptaan-Nya di alam semesta ini.

38
B. Saran
Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini,
tapi apabila manusia sudah menjadi pemimpin mereka lupa dengan
masyarakat yang dia pimpin. Sebagai calon pemimpin dalam bidang
keperawatan atau kesehatan jangan membeda-bedakan masyarakat antara
si kaya dan si miskin apabila dalam merawat pasien. Profesi keperawatan
merupakan tugas yang sangat mulia tetapi jika tidak dengan prinsip prinsip
islam, profesi keperawatan hanyalah sebuah profesi.
Dari pemaparan diatas kami selaku penulis memberikan saran agar
kita lebih menjaga kebersihan dan kesehatan agar kita dapat terjaga dan
terhindar dari penyakit.Karena di dalam Al-Qur’an dan Hadist sangat jelas
perintah tentang menjaga kebersihan dan kesehatan.

39
Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: ECG Dahlia, Lia.2013.
“Peran Perawat Islam dalam Membimbing Ibadah bagi Pasien”,

artikel Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit, Prof. Dra. Elly


Nurachmah, DN SC

Hugh Kennedy, Penaklukan Muslim Yang Mengubah Dunia, Terj. Ratih Ramelan,
(Jakarat: Alvabet, 2016).
Ilmu Dalam Perspektif Islam Dan Pengaruhnya Dalam Peradaban Islam Oleh:
Sang Misionaris.

40

Anda mungkin juga menyukai