Anda di halaman 1dari 43

AGAMA ISLAM II

KESEHATAN IBU DAN ANAK DALAM TUNTUNAN ISLAM

Disusun oleh :
Kelompok G

1. Ristiana (101711535006)
2. Bagas Aidi (101711535017)
3. Arisma Ifatul Hanisya (101711535023)
4. Nabila Khusna Amalia (101711535039)
5. Eqia Arum Azzahro (101711535042)
6. Adi Zayd Bintang (101711535043)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah berjudul “Kesehatan Ibu dan Anak dalam Tuntunan Islam”
sebagai tugas mata kuliah Agama Islam II dapat selesai tepat waktu. Dalam penyusunan
makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. M. Farid Dimyati Lusno Penanggung Jawab Mata Kuliah Agama Islam II
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
2. dr. Muhammad Atoillah Isfandiari, M.Kes., Dr. Mohammad Zainal Fattah, Drs.,
MS., M.Kes., Mulyono, SKM. M.Kes., Lailatul Muniroh, SKM. M.Kes., Yuli
Sulistyorini, SKM. M.Kes. Dosen Pengajar Mata Kuliah Agama Islam II
Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
3. Rekan – rekan dan semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, maka saran
dan kritik yang kontruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Banyuwangi, 1 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1. 1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1. 2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1. 3 Tujuan ............................................................................................................ 3
1. 4 Manfaat .......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
2.1 Sehat dalam Islam ........................................................................................... 4
2.2 Anjuran Menjaga Kesehatan dalam Islam ....................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................... 10
3.1 Kesehatan Ibu dalam Tuntunan Islam............................................................ 10
3.1.1 Persiapan Saat Ibu Melahirkan ............................................................... 10
3.1.2 Kesehatan Ibu Saat Melahirkan .............................................................. 14
3.1.3 Kesehatan Ibu Masa Nifas ..................................................................... 18
3.1.4 Kesehatan Ibu Saat Menyusui ................................................................ 22
3.2 Kesehatan Anak dalam Tuntunan Islam ........................................................ 25
3.2.1 ASI ........................................................................................................ 25
3.2.2 Nutrisi Anak .......................................................................................... 28
3.3 Studi Kasus ................................................................................................... 30
3.3.1 Contoh Kasus ........................................................................................ 30
3.3.2 Analisa Kasus ........................................................................................ 33
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 37
4.1 Kesimpulan................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 38

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Islam merupakan agama yang memiliki kesempurnaan dalam mengatur
semua aspek kehidupan, selain tu juga Islam berbeda dengan agama yang dating
sebelumnya serta mempunyai hubungan yang tidak terbatas. Jalur hubungan
tersebut tidak hanya antara hamba dengan Tuhannya (horizontal) saja, melainkan
Islam juga mengatur secara vertikal. Islam memiliki perbedaan yang nyata dengan
agama lain di muka bumi, Islam memiliki tuntunan yang bersifat komprehesif,
harmonis, jelas, dan logis. Salah satunya kelebihan Islam adalah perihal perspektif
Islam dalam mengajarkan dunia kesehatan bagi individu maupun masyarakat,
dimana kesehatan menjadi modal utama untuk melakukan sebuah aktivitas seperti
beribadah, bekerja serta melaksanakan aktivitas lainnya. Imam Asy – Syatibhi
mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama islam dalam rangka menjaga agama,
jiwa, akal, jasmani, harta serta keturunan, sehingga dalam melaksanakan tujuan
kehadiran agama islam tersebut, kesehatan memiliki peranan yang penting. Dalam
islam dikatakan sehat jika memenuhi tiga unsur yaitu kesehatan jasmani, kesehatan
rohani dan kesehatan sosial. Allah SWT sebagai pencipta makhluk di bumi
menjelaskan bahwa terdapat proses demi proses penciptaan manusia di dalam rahim
seorang perempuan.
Al Quran telah menjelaskan penciptaan manusia secara tahap demi tahap
dalam surat Al Mukminun:14, Allah berfirman : “Kemudian, air mani itu Kami
jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu lalu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudiam Kami jadikannya makhluk
yang (berbentuk) lain. MahaSuci Allah, Pencipta yang paling baik” dan terdapat
dalam surat Al Hajj:5, Allah berfirman “Wahai manusia! Jika kamu meragukan
(hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan Kamu dari tanah,
kemudian setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam Rahim menurut kehendak Kami sampai
waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,

1
kemudian (dengan berangsur – angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan
diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang
dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi
sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudia apabila
telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur
dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah”. Suart diatas
menerangkan secara sederhana dan mudah dipahami oleh semua orang serta sangat
sesuai dengan hal hal yang ditemukan oleh ilmu sains dikemudian hari. Proses
tersebut berawal dari berhubungan suami istri antara laki laki dan perempuan, dari
hasil hubungan tersebut terdapat perubahan janin dari setetes mani hingga menjadi
manusia yang sempurna melalui kehamilan. Proses kehamilan merupakan suatu
cara yang alami dan paling mudah dalam melahirkan keturunan. Kehamilan
merupakan salah salah satu sunatullah yang Allah tetapkan kepada sebagian
makhluk-Nya.
Kehamilan juga menjadi salah satu tanda keagungan dan kebesaran
kekuasaan Allah. Hal yang dijelaskan dalam Al Quran terbukti sejalan dengan ilmu
kedokteran dan embriologi modern, termasuk diciptakannya pancaindera seperti
tercantum dalam Surat As-Sajadah:9, dimana Allah berfirman : “Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia
menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu
bersyukur”. Proses kehamilan akan berbuah menjadi kelahiran, hal ini merupakan
sesuatu yang ditunggu tunggu oleh setiap pasangan untuk memperoleh momongan.
Islam telah mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan petunjuk
hidup umat manusia di dalam Al Quran dan hadist, termasuk aturan dan petunjuk
tentang bagaimana menjaga serta memelihara kesehatan ibu dan anak. Kesehatan
ibu dan anak merupakan prioritas penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan
anak merupaan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara
umum. Sehingga makalah ini disusun dengan tujuan untuk memaparkan
pembahasan kesehatan ibu dan anak yang sesuai dengan pandangan islami, yang
memiliki manfaat bagi masyarakat dan calon tenaga kesehatan masyarakat dalam
menjalankan tugas kesehatan kesehatan atas dasar agama, yakni Al Quran dan
Hadist.

2
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi sehat dalam pandangan Islam ?
2. Bagaimana hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan ibu mulai dari masa
kehamilan, melahirkan, masa nifas sampai dengan masa masa menyusui dalam
pandangan Islam ?
3. Bagaimana hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan anak terkait dengan
ASI dan nutrisi anak dalam pandangan Islam ?
4. Bagaimana contoh kasus mengenai kesehatan ibu dan anak sebagai pedoman
upaya promotif dan preventif ?
1. 3 Tujuan
1. Mengidentifikasi definisi sehat dalam pandangan islam
2. Mengetahui tentang hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan ibu mulai
dari masa kehamilan, melahirkan, masa nifas sampai dengan masa masa
menyusui dalam pandangan Islam ?
3. Mengetahui hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan anak terkait dengan
ASI dan nutrisi anak dalam pandangan Islam
4. Mengetahui contoh kasus mengenai kesehatan ibu dan anak sebagai pedoman
upaya promotif dan preventif
1. 4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa maupun masyarakat itu sendiri, yaitu :
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan bahan referensi untuk
melaksanakan upaya promotif dan prefeventif mengenai kesehatan ibu dan ank
yang akan disampaikan kepada masyarakat nantinya.
2. Bagi masyarakat, makalah ini bermanfaat sebagai bahan rujukan dan sumber
referensi untuk menjaga serta meningkatkan kesehatan secara Islami, terutama
bagi masyarakat yang telah membina keluarga, dapat meningkatkan derajat
kesehatan dengan sumber referensi sesuai syariat Islam.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sehat dalam Islam
Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab sebagaimana yang dikutip oleh Ade
Hasman dalam bukunya Rahasia Kesehatan Rasulullah, terdapat dua istilah yang
berkaitan dengan kesehatan yang sering digunakan dalam kitab suci, yaitu
“sehat” dan “afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata afiat diartikan sebagai
perlindungan Allah untuk Hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu
daya. Perlindungan tersebut tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna.
Kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya.
Sehat menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Dalam bahasa arab kata sehat diungkapkan dengan kata
“as-sihhah” atau yang seakar dengan keadaan baik, bebas dari penyakit dan
kekurangan serta dalam keadaan normal.
Adapun kesehatan adalah dasar untuk meraih kesejahteraan hidup di
dunia ini karena betapa pun banyak nikmat yang dimiliki, menjadi tidak
bermakna bila seseorang jatuh sakit. Rasulallah mengatakan, “Orang yang
memasuki pagi hari dengan kesehatan yang baik, aman di tempat kediamanya
dan memiliki makanan harianya maka seolah-olah seluruh kehidupan dunia ini
telah dianugerahkan kepadanya, “ [HR At-Turmudzi]. Dalam hadits tersebut,
kesehatan disejajarkan nilainya dengan rumah yang melindungi. Sepotong roti,
dan segelas air yang mencukupi kebutuhan dasar. Kesemuanya itu, bila
terpenuhi, akan bernilai sama dengan seluruh kenikmatan hidup di dunia ini.
Kesehatan juga memiliki dua pengertian, yaitu kesehatan jasmani yang
kemudian diistilahkan dengan kata as-shihah, dan kesehatan rohani yang
diistilahkan dengan kata afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata afiat
dipersamakan dengan kata as-shihah. Afiat diartikan sebagai sehat dan kuat,
sedangkan as-shihah diartikan sebagai keadaan baik pada segenap badan serta
bagian-bagiannya bebas dari sakit.
Beberapa kandungan Al-Qur‟an dan Hadist yang menjelaskan tentang
kesehatan,

4
1. Hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi:

“Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena


tidak diperhatikan), yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari).
2. Kalimat yang terdapat dalam do‟a qunut:

“Dan anugerahkan kesehatan padaku sebagaimana oran yang kau


beri kesehatan”.
3. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW, bersabda:
“Sesungguhnya, Allah Swt. baik dan menyukai kebaikan, bersih
dan menyukai kebersihan, murah hati dan senang pada kemurahan hati,
serta dermawan dan senang pada kedermawanan. Karena itu, bersihkan
halaman rumahmu dan jangan meniru orang-orang Yahudi." (HR.
Tirmidzi).
2.2 Anjuran Menjaga Kesehatan dalam Islam
Pemeliharaan kesehatan dalam Islam terletak pada kehidupan yang
bersih, aktif, tenang, moderat, adil, proporsional, seimbang, dan alami. Jangan
melakukan sesuatu dengan mengabaikan kebutuhan diri. Sabda Rasulallah,
“Sesungguhnya badanmu punya hak atas dirimu”. Rasulallah menegur beberapa
sahabatnya yang bermaksud melampaui batas, bersifat ekstrem, dan berlebih-
lebihan dalam beribadah. Ketika ada seseorang sahabat yang berazam, akan
berpuasa terus menerus, shalat tahajut sepanjang malam penuh sehingga
kebutuhan jasmaniahnya terabaikan. Rasulallah mengatakan “Sesungguhnya aku
mengawini wanita, memakan daging, aku tidur, bangun (shalat malam), puasa
dan berbuka. Siapa yang tidak menyukai sunnahku maka dia bukan dari
ummatku,” [HR Bukhari dan muslim]. “Allah tidak membebani seseorang,
melainkan sesuai dengan kadar kemampuanya,” [QS AL Baqarah 282].
Perintah-perintah dalam ibadah selalu proporsional dalam menjaga
keseimbangan kebutuhan material dan spiritual.

5
Kesehatan merupakan hal yang efektif yang perlu kita jaga dengan cara
pola hidup yang sehat (Penelitian Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama
RI. 2009). Kesehatan merupakan perhatian utama agama karena kesehatan
merupakan salah satu aspek yang menjadi syarat utama untuk ibadah. Dalam
artikel Drs. Moh. Mashadi (1997) menjelaskan tentang sehat pandangan agama,
dimana kesehatan adalah kenikmatan yang Allah berikan pada setiap hambanya,
maka dari itu hambanya diharuskan bersyukur atas apa yang telah Allah berikan
pada hambanya. Jika seorang hamba telah mampu memahami dan melaksanakan
tata cara menjaga kesehatan yang telah Alllah berikan, bukan tidak mungkin
seorang hamba mendekati kesehatan yang berkesinambungan. Salah satu
kegiatan dalam menjaga kesehatan yaitu dengan menjaga kebersihan, banyak
syair yang mengatakan kebersihan merupakan sebagian dari iman. Banyak yang
dapat dilakukan dalam menjaga kebersihan seperti dengan berwudlu sebelum
melakukan ibadah, mandi, bergosok gigi/bersiwak. Selain itu menjaga kesehatan
bukan hanya pada diri seorang hamba, melainkan juga pada lingkungannya
terutama pada tempat yang sering menjadi tempat kotor. Dalam Skripsi M. Nur
Wahyudi (2015) pola hidup sehat dangat dianjurkan dalam Al-qur‟an dengan
perintah menjaga kesehatan dan kebersihan. Sehat secara jasmani dapat
dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat, menjaga kebersihan, istirahat yang
cukup dan olahraga teratur. Sedangkan sehat secara rohani, dengan cara menjaga
kebersihan hati, berdzikir, berpuasa, hal tersebut dapat meningkatkan keimanan
terhadap Allah SWT. Dengan menjaga kesehatan jasmani maupun rohani dapat
menghindarkan diri dari penyakit baik penyakit jasmani maupun rohani.
Kemudian daripada itu skripsi ini membahas tentang wujud korelasi pola hidup
sehat, menjaga kesehatan dengan menjaga ukhuwah baik sesama manusia
maupun dengan Allah SWT. Dengan kemudian kesuksesan seorang hamba yang
menjadi salah satu aspek keberhasilannya yaitu dengan menjaga kesehatan baik
rohani maupun jasmani.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Hurairoh, yang berupa
suatu rangkuman doa yang diucapkan oleh nabi setiap pagi sebelum memulai
kerjanya tergambar dengan jelas pola hidup muslim itu. Hadits yang
diriwayatkan oleh muslim dari Abu hurairah:

6
“Ya Allah, baikkanlah agamaku yang menjadi penjaga dari segala urusan
saya, baguskanlah dunia saya yang menjadi arena perjuangan hidupku, bagus
kanlah akhirat saya yang akan menjadi tempatku kembali, dan jadikanlah hidup
saya ini kesempatan untuk berbuat baik, dan jadikanlah matiku sebagai waktu
beristirahat dari perbuatan jahat”.
Dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai pola hidup umat muslim
yang terkandung di dalam doa ini, diantaranya:
1. Mempergunakan agama sebagai pedoman hidup yang akan menjadi juri
dari semua perkara yang dihadapi setiap hari.
2. Memanfaatkan hidup yang pendek (fana) ini sebaik-baiknya.
3. Mempersiapkan kehidupan akhirat.
4. Berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya.
5. Berusaha untuk mencapai khusnul khotimah.
6. Makanan makanan yang sehat.
7. Olahraga.
8. Tidak minum alkohol.
9. Tidak merokok.
10. Berpikir positif.
Diantara pola hidup yang mempengaruhi pola hidup sehat yang
dianjurakan dan menjadi kebisaan Rasulullah sebagai berikut:
1. Pentingnya istirahat bagi tubuh
Dalam Al-Qur`an surat An-Naba‟ ayat 9, Allah berfirman bahwa:

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”.


Perintah istirahat yang cukup untuk menjaga kesehatan tetap
terjaga salah satunya dapat dilakukan dengan berhenti mengisi lambung

7
selama empat jam sebelum tidur. Tips sehat menganjurkan untuk tidak
tidur setelah subuh dan setelah ashar, tetapi tidur sianglah sejenak saja.
Rasulullah menganjurkan agar memulai dan mengakhiri tidur dengan
berdo‟a yakni membaca Al-fatihah, Al-Ikhlas, An-Naas, AlFalaq dan
terakhir surat Al-Baqarah, sebelum tertidur.
2. Pentingnya gerak badan (shalat) bagi kesehatan
Proses gerakan shalat, jika dilakukan secara baik dan benar,
sesusai cara dan tatacara yang dicontohkan nabi, mestinya meninggalkan
atsar (jejak) terhadap diri dan kehidupan kita. Sebagaiman juga dampak
fisiologis dari olahraga-olahraga. Prof. dr. Mohammad Sholeh, misalnya
menemukan atsar tersebut dalam tinjauan biokimiawi yakni pada level
kortisol harianya yang lebih rendah pada orang yang rutin bertahajjut
dengan ikhlas. beliau mengatakan jika shalat tahajud yang dijalankan
dengan ikhlas akan memperbaiki emosional positif dan efektifitas
coping. Emosional positif dapat menghindarkan reaksi stress, Shalat
tahajud bisa saja mendatangkan stres, jika shalat tahajud itu tidak
dijalankan dengan ikhlas, yang tercermin pada gagalnya menjaga
homeostatis tubuh atau gagalnya beradaptasi terhadap perubahan pola
irama sirkadian yang bersifat diurnal menjadi noctural. Karena sekresi
kortisol yang semestinya rendah di malam hari, namun tetap tinggi
karena melakukan aktifitas shalat tahajud.
3. Kebersihan
Kebersihan jasmani (badan) dan tempat ibadah merupakan syarat
mutlak pertama sekali bagi seorang muslim jika ia hendak melakukan
ibadah shalat menghadap allah swt. Allah berfirman dalam surat Al-
Muddasir ayat 4:

“Dan pakaianmu bersihkanlah,”.


Dalam ayat ini Aisyah berkata, Rasulullah suka mendahulukan
yang kanan dalam bersandal, menyisir rambut, bersuci, dan dalam segala
hal.

8
4. Puasa
Adapun beberapa manfaat puasa bagi kesehatan antara lain:
Puasa mempengaruhi kemampuan konsentrasi berpikir di otak, karena
darah tidak terkonsentrasi disaluran pencernaan, sehingga otak cukup
mendapat sediaan maksimal ketika ia bekerja sehingga kegiatan
berpikirnya menjadi optimal. Puasa juga dapat mengistirahatkan ginjal.
Tidak pernah ditemukan orang yang mati atau jatuh sakit berat akibat
berpuasa di bulan ramadhan. Bila seseorang benarbenar sakit, sejak awal
Allah sudah mengizinkan mereka untuk tidak berpuasa, dan boleh
menggantinya dengan membayar fidyah. Seperti dijelaskan dalam Al-
Qur`an surat Al-Baqarah ayat 184:

Artinya : “(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa


diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.

9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kesehatan Ibu dalam Tuntunan Islam
3.1.1 Persiapan Saat Ibu Melahirkan
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan berpasangan dengan
adanya 2 insan yang saling menyatu dapat berkembang memiliki keturunan.
Hamil merupakan proses agar seseorang dapat memiliki keturunan yang terjadi
selama 9 bulan. Pada saat fase kehamilan, ibu hamil dianjurkan agar
memeriksakan kehamilan dengan rutin kepada dokter maupun bidan.
Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan yakni
sekali pada usia kandungan sebelum 3 bulan, sekali dalam usia kandungan 4-6
bulan lalu dilanjutkan dua kali pada usia kandungan 7-9 bulan.
Selama kehamilan ibu hamil harus menjaga kesehatan dikarenakan
kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap perkembangan sang bayi yang
berada dalam kandungannya. Maka usaha yang harus dilakukan agar menjaga
kesehatan selama kehamilan antara lain :
a. Makan makanan dengan pola gizi seimbang
Masa hamil merupakan masa penting untuk pertumbuhan optimal
janin dan persiapan persalinan. Makan dengan pola gizi seimbang dan
bervariasi selama kehamilan dapat berpengaruh pada diri sendiri dan
kandungannya. Terdapat dalam surat Al quran yang memerintahkan
memakan makanan yang baik.

Artinya : “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya”. ( Al-Ma‟idah Ayat 88)
Bahan bahan makanan dan makanan yang dianjurkan kepada ibu
hamil antara lain :
1. Sumber karbohidrat : beras, kentang, bihun, mie, roti,
makaroni, krackers, dll

10
2. Sumber protein : ayam, ikan, daging, telur, hati, keju, susu,
kacang kacangan, tahu, tempe, dll
3. Sumber vitamin dan mineral : sayur dan buah berwarna segar.

Hal hal yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil :

1. Makan lebih banyak dari sebelum hamil agar terdapat


tambahan berat badan sesuai dengan umur kehamilan
2. Bagi ibu yang terlelu gemuk dapat mengurangi porsi makanan
sumber energi dari lemak dan karbohidrat.
3. Bila ibu terlalu kurus tambahkan porsi makanan sumber energi
dan protein
4. Usahakan konsumsi makanan dengan porsi kecil tapi
dilakukan dengan sering
5. Untuk mengindari penimbunan cairan/edema perhatikan
penggunaan garam dalam makanan dan minuman agar tidak
berlebihan
6. Bahan makanan yang dipilih untuk makan sehari hari perlu
diperhatikan dengan baik, halal, dan sehat.

Mengkonsumi makanan halal tentu memiliki banyak manfaat bagi


tubuh kita, dikarenakan kita meyakini bahwa tidak ada sesuatu
yang diperintahkan allah kecuali memiliki manfaat untuk manusia
dan tidak ada sesuatu yang dilarang oleh agama kecuali berdampak
negatid bagi manusia.

Sesuatu makanan atau minuman dalam islam dianggap halal jika


memenuhi 3 kriteria berikut

1. Halal karena zatnya. Dimaksudkan bahwa benda itu


memang tidak dilarang oleh hukum syara‟, seperti nasi,
susus, telur, dan lain lain
2. Halal cara mendapatkannya. Dimaksdukan bahwa sesuatu
yang halal harus diperoleh dengan cara yang halal pula.
Sesuatu yang halal tetapi cara mendapatkannya tidak sesuai

11
dengan hukum syara‟, maka disebut haram. Misalnya
mendapatkan sesuatu tersebut dengan mencuri, menipu atau
hasil dari korupsi.
3. Halal karena proses/ cara pengolahannya. Dimaksudkan
bahwa sesuatu yang halal yakni cara atau proses
pengelolahannya harus benar. Misalnya penyembelihan
hewan dengan cara yang tidak sesuai dengan hukum islam,
maka daging hewan tersebut dikatakan haram.

Selain makanan, hal yang harus diperhatikan selama


kehamilan yakni kecukupan kebutuhan air minum pada saat
hamil. Kebutuhan air minum ibu hamil yakni 10 gelas perhari
serta menjauhi minum minuman keras sera merokok, jika
minum obat sebaiknya menyakan kepada petugas kesehatan.

b. Melakukan istirahat yang cukup


Tidur malam minimal 6-7 jam dan usahakan siangnya tidur/berbaring
selama 1-2 jam. Posisi yang tepat ketika tidur sebaiknya miring ke
kiri, hal ini dijelaskan saat hamil menurut literatur obstetri dapat
membantu menghindarkan rahim yang membesar dari menekan liver
dan pembuluh darah besar, sehingga aliran darah ke jantung, rahim,
dan ginjal terjaga lancar. Sehingga posisi menyamping kiri memang
dianjurkan terkhusus saat rahim mulai membesar dan berat, namun hal
ini bukan suatu keharusan untuk menghadap kiri, ibu hamil juga
diperbolehkan tidur menghadap kanan sesuai dengan sunnah nabi.
Posisi tidur seorang ibu hamil dalam agama menyatakan bahwa hal
yang makruh menjadi mubah dengan adanya hajat (keperluan)
dikarenakan menjaga maslahat bagi janinnya. Fatwa dari Syaikh
Shalih al Munajjid menyatakan bahwa tidur menghadap kiri
dibolehkan, namun orang yang melakukannya akan kehilangan pahala
mengikuti sunnah nabi.
c. Menjaga kebersihan diri

12
Untuk menyempurnakan iman seorang muslim, maka kebersihan
tubuh dan seluruh anggota tubuh ibu hamil harus dijaga dikarenakan
Allah menyukai kebersihan seperti pada hadist dibawah ini.

Artinya : ”Sesungguhnya Allah Ta‟ala itu baik (dan) menyukai


kebaikan,bersih (dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai
kemuliaan, bagus (dan) menyukai kebagusan. Oleh sebab itu,
bersihkanlah lingkunganmu”.(HR.At-Turmudzi).
Kebersihan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil ialah
1. cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum
makan, setelah buang air besar dan buang air kecil.
2. sikat gigi secara teratur dan benar minimal setelah sarapan dan
sebelum tidur
3. mandi dua kali sehari
4. membersihkan payudara dan daerah kemaluan
5. ganti pakaian dan pakaian dalam setiap hari
6. mencuci rambut minimal 2-3kali dalam seminggu

Dalam agama islam memberikan tuntunan bagi para ibu hamil


untuk senantiasa berdzikir dan berdoa agar segala rasa ke
khawatiran tersebut berganti dengan rasa ketenangan dan
kebahagiaan. Allah Ta‟ala berfirman :

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Qs. Ar rad 28).

Terdapat anjuran bagi para ibu hamil intuk banyak membaca


dzikir petang yang telah diajarkan menurut sunnah Nabi
Shallallahu‟alaihi wasallam. Hindarkan membaca dzikir dzikir

13
yang tidak jelas riwayatnya apalagi yang tidak sesuai dengan
yang telah diajarkan oleh Rosulullah SAW.

Menurut Maryuni (2010), persalinan atau melahirkan bayi adalah suatu


proses normal pada wanita usia subur. Persiapan melahirkan adalah tahap
kehamilan dimana wanita menyadari keharusan untuk melahirkan sehingga pada
saat ANC diperlukan. Prosedur persalinan antara lain (Farrer, 2001).

a. Mencukur rambut didaerah pubis, vulva dan perine yang sebaiknya


dilakukan untuk menghindari masuknya mikroorganisme penyebab infeksi
apabila terjadi robekan pada perineum atau episiotomy.
b. Penggunaan enema tidak dilakukan pada proses persalinan yang sudah pasti
atau kalau presenting part belum masuk pintu atas panggul sementara
ketuban sudah pecah. Tujuannya untuk mengosongkan usus bagian bawah
agar memberikan tempat dalam panggul untuk turunnya kepala janin,
menstimulasi kontraksi (secara refleks), Mencegah kontaminasi oleh feses
pada saat bayi dilahirkan, memberikan perasaan lebih nyaman selama fase
dini puerperium.
c. Menurut anjuran islam memperpanjang gerakan sujud juga baik untuk ibu
hamil, dikarenakan ketika sujud beban tubuh bagian atas bertumpu pada
lengan hingga telapak tangan. Gerakan ini membuat kontraksi pada otot
dada. Dengan berkontraksinya otot dada secara teratur pada saat sujud, ini
membuat tidak hanya bentuk payudara menjadi lebih indah, tetapi juga
memperbaiki kelenjar air susu yang sungguh bermanfaat bagi sang bayi bila
telah dilahirkan. Gerakan sujud bagi ibu yang akan melahirkan melatih otot-
otot perut berkontraksi dengan baik saat pinggul dan pinggang terangkat
melampaui kepala dan dada. Kondisi ini secara otomatis melatih organ di
sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lebih lama, dengan demikian
seseorang yang akan melahirkan mempunyai napas yang panjang dan
kemampuan untuk mengejan dengan baik.

3.1.2 Kesehatan Ibu Saat Melahirkan


Dalam penciptaan manusia, Allah menyimpankan air mana yang akan
menjadi embrio didalam rahim seorang wanita, hal tersebut yang dimaksudkan

14
yakni kehamilan. Dalam masa kehamilan embrio berkembang dalam perut
selama sembilan bulan menjadi wujud manusia (bayi). Semua ibu yang
mengandung menginginkan lahir dengan mudah dan selamat. Di dalam islam
terdapat beberapa tips untuk melahirkan antara lain :
1. Memperbanyak membaca ayat ayat al-quran
Jika seorang ibu hamil senantiasa membaca ayat Al-Quran,
insya‟allah Allah akan memudahkan proses kelahiran orang tersebut
seperti yang telah dijelaskan dalam (QS. Ar Rad ayat 8), Allah
berfirman :

          

      

Artinya : “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap


perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang
bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”
2. Perbanyak istigfar
Terdapat banyak keutamaan dalam istigfar yang dapat memiliki
banyak manfaat bagi ibu hamil dan sesorang yang sedang
melahirkan, dengan memperbanyak istigfar insya‟allah Allah akan
mempermudah proses kelahiran karena keutamaan istigfar yaitu
mempermudah masalah yang sedang dihadapi oleh manusia hal
tersebut sudah dijelaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW.
bersabda : “Barang siapa membiasakan diri untuk beristigfar, Allah
akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan
memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi
rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud dan
Ibnu Majah)
3. Berusaha menikmati rasa sakit
Ketika wanita hamil mengalami proses melahirkan ia akan
merasakan sakit, namun hal tersebut alangkah baiknya menjadikan

15
rasa sakit sebagai sebuah kenikmatan karena sesungguhnya rasa sakit
yang dirasakan oleh ibu hamil sebagai penggungur dosa dosa
baginya.
4. Mengikuti saran dan perkataan dokter
Perawatan pasca melahirkan sangat penting dilakukan oleh ibu
yang melahirkan. Selain untuk mencegah kesehatan secara
menyeluruh, perawatan penting dilakukan untuk menjaga kecantikan
dan penampilan.
5. Berkhusnudzon ( berbaik sangka )
Berkhusnudzon yakni mewujudkan keadaan jiwa dengan
berprasangka baik/berpikiran positif. Baik itu berprasangka baik
kepada Allah maupun sesama manusia. Hal ini sungguh ditekankan
oleh Rasulullah SAW agar kita selalu berprasangka baik kepada
siapapun. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Dari Abu Hurairah
RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah kalian dari buruk
sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta perkataan (hati).
Janganlah kalian mencari-cari berita keburukan orang lain, janganlah
kalian mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kalian bersaing
yang tidak sehat, janganlah kalian saling mendengki, janganlah
kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi. Dan
jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim)

Perawatan persalinan ada beberapa pemenuhan kebutuhan baik secara


fisik dan psikologis ibu selama persalinan (sumarah, dkk, 2009) :

1. Kebutuhan fisik
a. Kebersihan dan kenyamanan ibu dalam inpartu yang akan merasa
sangat panas dan berkeringat. Sehingga ibu akan membutuhkan
kesempatan untuk mandi atau bersiram jika memungkinkan, namun
bila belum kuat cukup menyeka oleh pihak keluarga dengan waslap
yang dibasahi dengan air dingin pada muka, leher dan tangan serta
bagian kemaluan dibersihkan dengan kapas lembab.

16
b. Posisi adalah ibu sudah aktif selama kehamilan misalnya ibu sudah
senam, latihan jalan-jalan, jongkok, ibu akan menggunakan posisi
tidur senyaman mungkin yang telah dilakukan selama kehamilan
seperti jongkok, merangkak atau berdiri. Posisi alternatif yang
digunakan dalam persalinan adalah menghindari posisi telentang, ibu
berusaha untuk menggunakan posisi senyaman mungkin
c. Selama proses persalinan ibu akan lebih suka kontak fisik
dibandingkan harus bercakap-cakap. Keluarga hendaknya didorong
untuk mau berpegangan tangan, menggosok-gosok punggungnya,
menyeka wajahnya dengan air dingin menggunakan waslap atau
dengan mendekapnya atau mengelus-elus perutnya, memijat kaki atau
teknik-teknik lain yang serupa. Bila memungkinkan bisa diberikan
ransangan pada puting susu dan klitoris untuk mendorong pelepasan
oksitosin dan kelenjar pituitrin yang akan merangsang kontraksi
menjadi semakin kuat, secara alamiah.
d. Ibu yang mengeluh sakit pinggang atau nyeri selama persalinan
mungkin akan merasa pijatan yang akan diberikan dapat mengurangi
rasa nyeri tersebut. Bidan atau keluarga dapat melakukan pijatan
melingkar di daerah lumbosarkalis, menekan daerah lutut dengan
posisi ibu duduk, atau mengelus-elus di daerah perut.
e. Perawatan kandung kemih harus selalu diberikan karena dapat
menghambat turunnya bagian terendah janin dan kontraksi uterus,
keinginan untuk selalu berkemih pada masa inpartu sering terganggu
dengan adanya kontraksi.
2. kebutuhan Psikologi
Ketika ibu melahirkan keadaan psikologisnya berubah hal itu terganutng pada
kepekaan masing-masing individu, perhatian dan dukungan dari keluarga
sangatlah penting agar ibu bisa menerima keadaan dan beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi. Perasaan yang timbul seperti perasaan cemas
memikirkan hal-hal yang kemungkinan terjadi, penelitian menunjukkan
kehadiran pendamping saat proses melahirkan dapat membawa dampak positif.
perawatan secara umum yang dapat diberikan antara lain: (Farrer, 2001)

17
a. kenyamanan ranjang agar selalu kering, perawatan mulut asupan cairan per
oral dibatasi. Pasien akan berterima kasih jika tangan serta wajahnya sering
dibersihkan, dan pembasuhan vulva dilakukan setiap 4 jam sekali. Nyeri
punggung sering dikeluhkan, keluhan ini dapat diredakan dengan mengurut
secara perlahan tapi kuat dari dasar tulang belakang. Penggunaan bantal
keras (bukan bantal biasa) semakin populer sebagai sarana yang efektif
untuk menyangga punggung selama persalinan.
b. Aktivitas berjalan dianjurkan sampai proses persalinan, stadium dimana ibu
lebih aman dan nyaman berbaring ditemoat tidur.bentuk kegiatan seperti
membaca atau merajut dapat dianjurkan atau dapat memperbaiki teknik
relaksasi pernafasan.
c. Dianjurkan agar pasien minum sedikit-sedikit tapi sering, jenis minuman
yang dianjurkan adalah cairan yang jernih tanpa soda, misalnya air putih,
minuman yang mengandung glukosa, sari buah, sekitar 75 ml per jam.
Cairan ini merupakan catatan asupan dan keluaran cairan terus dibuat
selama persalinan.
d. Mikturisi merupakan keluaran urin yang harus dicatat. Ibu hamil harus
mengosongkan kendung kemihnya setiap 2 jam sekali, karena dapat
memenuhi rongga panggul sehingga menggau kerja uterus. Semua urine
yang dikeluarkan akan diperiksa untuk pemeriksaan aseton dan protein. Jika
terlihat renik protein pada stick test, urine tersebut didihkan. Pereklamsia
dapat muncul untuk pertama kali pada saat ibu hamil dalam proses
persalinan.
e. Penyerapan makanan dari lambung dan usus mengalami perlambatan selama
persalinan, makanan padat biasanya tidak boleh diberikan selama persalinan
sehingga dianjurkan untuk memberikan makanan cair atau lunak.

3.1.3 Kesehatan Ibu Masa Nifas


Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim demi sebabkan karena
proses kelahiran. Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa ,

‫ب س بب ال والدة وح كمها ح كم ال ح يض ال دم ال خارج وهو‬

18
Artinya “Nifas adalah darah yang keluar karena melahirkan dan
hukumnya sama dengan hukum haid”. Hukum yang berlaku pada nifas adalah
sama seperti hukum haid, baik mengenai hal-hal yang diperbolehkan,
diharamkan, diwajibkan maupun dihapuskan. Karena nifas adalah darah haid
yang tertahan karena proses kehamilan. Takaran maksimal bagi keluar darah
nifas ini adalah 40 hari, sebagaimana yang diriwayatkan dari Umma Salamah
dimana ia berkata.“Pada masa Rasulullah, para wanita yang sedang menjalani
masa nifas menahan diri selama 40 hari atau 40 malam” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi).

Para ulama dari kalangan sahabat Rasulullah dan para tabi‟in telah
menempuh kesepakatan, bahwa wanita yang sedang menjalani masa nifas harus
meninggalkan sholat selama 40 hari. Apabila telah suci sebelum masa tersebut,
maka hendaklah mandi dan mengerjakan sholat. Tidak ada batas minimal dalam
masa nifas yaitu bisa saja terjadi dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu
apabila seorang wanita melahirkan lalu tidak lama kemudian darah nifasnya
berhenti maka berkewajiban mengerjakan sholat, puasa dan ibadah lainnya
seperti layaknya wanita yang berada dalam keadaan suci.

Namun jika setelah masa nifas 40 hari tidak menunjukkan tanda darah
akan berhenti dan malah terus menerus keluar maka ia wajib mustahadhah.
Dalam kondisi ini maka hendaknya ia kembali kepada kewajibannya yaitu
hendaklah ia mandi wajib , shalat dan menjalankan kewajiban lainnya. Menurut
Al-Majd Ibnu Taimiyah dalam kitab Syarhul Iqna‟: “Manakala seorang wanita
mendapati darah yang disertai rasa sakit sebelum masa (minimal) itu, maka tidak
perlu dianggap (sebagai nifas). Namun jika sesudahnya, maka ia tidak shalat dan
tidak puasa. Kemudian, apabila sesudah kelahiran temyata tidak sesuai dengan
kenyataan maka ia segera kembali mengerjakan kewajiban; tetapi kalau tidak
teryata demikian, tetap berlaku hukum menurut kenyataan sehingga tidak perlu
kembali mengerjakan kewajiban”

Berikut merupakan hal yang harus ibu lakukan dalam masa nifas yaitu
sebagai berikut :

19
a. Tidak melakukan aktivitas ibadah fisik
Setelah melahirkan seorang ibu akan mengalami masa nifas
(darah kotor) selama 40 hari. Pada masa itu seorang wanita
dibebaskan, bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah yang
membutuhkan kekuatan fisik seperti shalat, puasa, dan membaca
Al-Quran.
b. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan
Pasca melahirkan wanita memerlukan perhatian khusus
dibidang kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang
keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan
luka (karena melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk
mencegah berbagai penyakit. Diakui bahwa kebersihan
merupakan pangkal kesehatan Islam telah menjelaskan dengan
sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran yang dikaitkan
dengan keimanan. Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya
manusia segera berobat. Ikhtiar atau usaha merupakan kewajiban
dalam agama. Seseorang tidak boleh menyerah pada nasib
dengan alasan taqdir, karena sesungguhnya Islam selalu
menyuruh kita berobat ketika sakit. Rasulullah saw bersabda:
“Berobatlah kamu karena Allah tidak akan mengadakan penyakit
melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu penyakit
yang tidak dapat diobati yaitu ketuaan.”
c. Larangan untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Nifas
Islam melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada
masa nifas sampai darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari
segi kesehatan, larangan tersebut mengandung cukup banyak
hikmah, seperti, jalan lahir anak pada wanita masih dalam
penyembuhan dari luka yang diakibatkan dari kelahiran bayi. Ayat
allah SWT, surat Al-Baqarah ayat 222:

20
Artinya: “dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad)
tentang haid. Katkanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor” karena
itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.”

Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu setelah haid
maupun darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti keluar). Setelah
berakhirnya masa nifas, seorang wanita diwajibkan untuk mandi. Dengan
demikian maka ia kembali menjadi bersih dan suci. Artinya, segala aktivitas
keagamaan mulai harus diaktifkan kembali dan juga telah sah untuk
berhubungan suami istri. Masa 40 hari merupakan waktu yang cukup untuk
memulihkan seoarang wanita baik kesehatan fisik maupun mentalnya.

Dalam keadaan nifas seorang ibu masih diperbolehkan membaca


sholawat, istighfar, tasbih, tahmid dan tahlil. Do‟a untuk ibu nifas ketika
istinja‟:

Artinya:“Ya Allah bersihkan hatiku dari kemunafikan, dan lindungilah


kehormatan (kemaluan) ku dari kejahatan (penyakit)”

Paska persalinan atau pada masa nifas perlu adanya perhatian serius bagi
seorang ibu baik menyangkut fisik maupun konsumsinya. Periode postpartum
ini ialah waktu pemulihan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak

21
hamil, serta adaptasi terhadap adanya anggota keluarga baru (Mita, 2009).
Periode pada masa nifas dibedakan menjadi 3 periode menurut Mita (2009) :

a. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam pertama pasca melahirkan.


b. Early postpartum, yaitu minggu pertama setelah melahirkan.
c. Late postpartum, adalah minggu kedua sampai minggu ke enam setelah
melahirkan. Sedangkan untuk fase ibu nifas menurut Comerford (2011)
terdiri dari :
a. Taking in yaitu fase yang terjadi satu sampai dua hari setelah melahirkan.
b. Taking holdyaitu fase yang terjadi pada hari ke tiga sampai hari ke tujuh
postpartum.
c. Letting goyaitu fase yang terjadi setelah 8 hari pasca melahirkan.

3.1.4 Kesehatan Ibu Saat Menyusui


Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi selama 6
bulan setelah kelahiran tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat.
Banyak bayi diberi susu buatan karena disangka ibu kurang mengeluarkan susu,
namun sebenarnya kurangnya pengeluaran ASI ibu disebabkan kesalahan teknik
menyusui.( Oswari, 2014). Sebelum menyusui ibu perlu tau mengenai struktur
payudaranya dahulu. Hal tersering yaitu masalah lecetnya putting susu karena
kesalahan teknik menyusui, seharusnya byai menyusu sampai kalang payudara
sehingga gusi bayi tidak menekan pada daerah laktefirus, sedangkan pada
ibunya akan terjadi nyeri / kelecetan pada putung susunya. (Soetijiningsih,
2013). Menyusui yang benar dengan hisapan bayi yang kuat sampai seluruh
bagian besar kalang payudara merangsang putting susu dan ujng syaraf sensoris
yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan yang berasl dari hisapan
bayi akan dilanjutkan ke hipotalamus sehingga kan merangksang keluarnya
oksitosin sehingga terjadi kontraksi sel miopethilium kelenjar – kelenjar susu,
sehingga pengeluaran ASI dilaksanakan. (Soetijiningsih, 2013).
Masa menyusui adalah masa terpenting bagi pertumbuhan bayi. Nutrisi
yang diterima bayi pada masa yang diistilahkan sebagai masa emas (golden

22
age). Dan ASI merupakan makanan dan minuman yang terbaik untuk bayi usia
0-6 bulan (secara eksklusif atau hanya ASI saja) dan dilanjutkan sampai bayi
berusia 2 tahun dengan makanan pendamping ASI. ASI adalah ungkapan kasih
sayang Allah sekaligus anugerah yang luarbiasa terhadap setiap bayi yang
terlahir ke muka bumi. Dalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang menjelaskan
tentang ASI yaitu sebagai berikut :

Artinya :“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-
Baqarah [2]: 233)

Menyusui anak dengan tujuan beribadah, mengandung unsur pendidikan


dan pembinaan (Tarbiyah). Dimana di dalamnya terdapat nilai-nilai ketaatan
dan perbaikan keimanan kepada Allah Swt (Tarbiyah Ruhiyah), dan pembinaan
diri sendiri berdasarkan diri sendiri (Tarbiyah Dzatiyah). Seorang ibu muslimah

23
yang menyusui anaknya, secara sadar pasti menjaga dirinya untuk tidak
mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram secara sifat dan materi serta
cara memperolehnya. Sebab ia tahu bahwa air susunya berasal dari apa yang ia
makan dan minum setiap hari, akan dimakan dan diminum pula oleh anaknya
sendiri. Bila ia memakan makanan dan minuman haram, maka anaknya pun
akan memakan dan meminum yang haram. Ia menjaga kebersihan dan
kesehatan payudaranya, karena ia mengerti bahwa payudaranya ibarat piring
dan gelas bagi anaknya.
Ibu yang menyusui anaknya dengan tujuan beribadah, maka Allah akan
memberikan rahmat dan kasih sayang kepada kehidupan anaknya. Allah akan
menanamkan kecintaan anak kepada ibunya, dan memberikan kesadaran kepada
anak di usia dewasa untuk menghormati dan menghargai jasa dan jeri payah
ibunya. Anak menjadi terpaut hatinya dengan Tuhan-nya, dan pandai
mensyukuri nikmat. Hal ini telah singgung oleh Al-Mawardi di dalam kitabnya
“Nashihah al-Muluk: “Umar RA pernah berkata kepada istrinya yang sedang
menyusui anaknya, „Janganlah kamu menyusui anak seperti hewan, sebab
hewan hanya menyusui karena perasaan sayangnya dan instingnya saja, namun
susuilah anakmu dalam rangka mencari pahala dari Allah dan agar bayi tersebut
hidup sehingga nanti akan menjadi hamba yang menyembah kepada Allah dan
mentauhidkan-Nya.”
Dalam keadaan bekerja dan berpuasa pun ibu harus tetap menyusui
anaknya. Dalam keadaan menyusui ibu diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan
menggantinya dengan membayar fidyah. Begitupun saat waktu bekerja ibu
dapat menyusui anaknya lewat memerah ASI dan dimasukkan kedalam botol
lalu dimasukkan ke lemari pendingin. Bagaimanapun, mendapatkan ASI adalah
hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingan bayi. Untuk ibu yang memiliki bayi di
bawah 6 bulan, memang dianjurkan untuk tidak berpuasa karena bayi sedang
dalam tahap ASI Eksklusif dan belum memperoleh makanan tambahan apapun
kecuali ASI.

24
3.2 Kesehatan Anak dalam Tuntunan Islam
3.2.1 ASI
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana
Islam menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan
fitrah juga mengandung nilai kesehatan. Masa menyusui adalah masa
terpenting bagi pertumbuhan bayi. Nutrisi yang diterima bayi pada masa
yang diistilahkan sebagai masa emas (golden age) ini banyak dibahas dalam
Alquran. Firman Allah SWT:

Artinya : ”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma‟ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Ber-takwalah
kamu kepada Allah dan ke-tahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah: 233)
Dalam ayat Alquran diatas disebutkan, masa menyusui dalam ajaran
Islam adalah dua tahun penuh. Namun menyusui sampai bayi berumur dua
tahun hanyalah sebatas anjuran, bukanlah suatu kewajiban. Ayat tersebut
juga menunjukan bahwa apabila seorang ibu berhalangan atau meninggal,

25
bayi dapat dicarikan ibu susu lain agar tetap mendapatkan manfaat dari air
susu ibu.
Pemberian ASI selama dua tahun bukan tanpa alasan. Hal ini sebagai
bukti, bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan asupan nutrisi yang
diberikan kepada bayi. Dunia kedokteran membuktikan, ASI yang diberikan
selama dua tahun terbukti menjadikan bayi lebih sehat. Bahkan di negara-
negara maju, pemerintah dengan suka rela memberikan masa cuti
melahirkan selama dua tahun. Hal ini dimaksudkan agar masa menyusui dua
tahun dapat dimaksimalkan si ibu untuk menyusui bayinya.
Ilmu kedokteran modern bahkan merinci fase menyusui ini dengan
beberapa tahapan. Seperti pada masa enam bulan pertama, dikenal dengan
masa ASI eksklusif. Si bayi hanya diperbolehkan meminum ASI dari ibunya
saja dan belum diperbolehkan meminum makanan lain. Setelah usia enam
bulan, barulah si bayi diberikan makanan lainnya selain ASI. Setelah usia
enam bulan, si bayi akan mulai tumbuh gigi dan mengenal tahap belajar
duduk, berdiri, lalu berjalan. Keempat aktivitas ini, memerlukan tulang yang
kuat, energi yang tepat, serta tenaga yang besar. Jadi diperlukan makanan
tambahan disamping ASI yang terus diberikan hingga dua tahun.
Kendati ilmu pengetahuan modern baru-baru ini menegaskan pentingnya
pemberian ASI hingga dua tahun, namun ajaran Alquran telah lama
mengimbau umatnya. Orang yang hidup di masa lampau tak akan abai
dengan nutrisi bayinya, jika memahami ayat Alquran tersebut. Mereka pun
bisa optimal menjaga pertumbuhan bayi, hanya dengan berpedoman dari
Alquran. Selain itu, pemberian ASI memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. ASI sebagai nutrisi
Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan
tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai
usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang
sakit, karena ASI mengandung berbagai zat kekebalan.
3. ASI meningkatkan kecerdasan

26
ASI mengandung nutrien khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak
ikatan panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan otak
bayi agar tumbuh optimal. Nutrien tersebut tidak ada atau sedikit sekali
terdapat pada susu sapi. Oleh karena itu, pertumbuhan otak bayi yang
diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan optimal.
4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya
diri dan dasar spiritual yang baik.
5. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu sebagai berikut:
a. Melindungi anak dari serangan alergi.
b. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
c. Membantu pembentukan rahang yang bagus.
d. Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak,
dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
e. Menunjang perkembangan motorik bayi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa nomer 28 tahun


2013, tentang seputar donor air susu ibu (Istirdla‟) bahwasanya donor air susu
ibu diperbolehkan dengan bunyi Seseorang ibu boleh memberikan ASI kepada
anak yang bukan anak kandungnya. Demikian juga sebaliknya, seseorang anak
boleh menerima ASI dari ibu yang bukan ibu kandungnya sepanjang memenuhi
syar‟i. Dan dengan ketentuan Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat
233.

Berdasarkan uraian diatas donor air susu ibu diperbolehkan olehmenjadi


MUI (Majelis Ulama Indonesia) bahwa dalam hukum Islam salah satu
penghalang pernikahan adalah terjadinya sepersusuan (Radha‟ah). Dengan
diperbolehkannya donor air susu ibu dapat mengakibatkan soudara sepersusuan
dan menjadi penghalang bagi pernikahan dengan saudara sepersusuan, dengan
ketentuan-ketentuan Majelis Ulama Indonesia tersebut, kenapa tidak digantikan
saja dengan susu formula agar tidak mempunyai akibat hukum. Oleh sebab itu

27
peneliti tertarik meneliti secara detail dan mendalam bagaimana pandangan
hukum Islam tentang Fatwa MUI yang memperbolehkan donor air susu ibu.

3.2.2 Nutrisi Anak


Islam telah memberikan gambaran tentang pentingnya kesehatan dan
gizi. Beberapa ayat dan surat bahkan secara perinci memberikan penjelasan
dan manfaat mengonsumsi makanan bergizi. Dalam surat al-Baqarah ayat
168 dijelaskan bahwa mengonsumsi makanan halal dan bergizi adalah
perintah Allah kepada seluruh umat manusia.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. al-
Baqarah: 168)
Ayat tersebut dengan jelas memberikan tekanan akan pentingnya
manusia mengkonsumsi makanan yang halal, baik, dan bermanfaat bagi
dirinya sendiri yang tidak membahayakan bagi tubuh dan akal pikiranya.
Kemudian ditutup dengan peringatan agar manusia tidak mengikuti jejak
langkah setan yang sudah dipastikan menjerumuskan pada kesesatan.
Dalam surat-surat lain juga dijelaskan mengenai makanan sehat dan
bergizi, yakni:
1. Surah An-Nahl ayat 14 mengenai konsumsi ikan laut sebagai sumber
protein paling melimpah.

Artinya : “ Dan Dialah yang memudahkan laut, supaya kamu dapat


makan daripadanya daging yang lembut hidup-hidup, dan dapat pula

28
mengeluarkan daripadanya benda-benda perhiasan untuk kamu
memakainya dan (selain itu) engkau melihat pula kapal-kapal belayar
padanya dan lagi supaya kamu dapat mencari rezeki dari limpah
kurniaNya dan supaya kamu bersyukur.”
2. Surah An-Nahl ayat 66 mengenai tujuan konsumsi susu yang
tujuannya memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D.

Artinya : “Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak itu, kamu


beroleh pelajaran yang mendatangkan iktibar. Kami beri minum
kepada kamu daripada apa yang terbit dari dalam perutnya, yang lahir
dari antara hampas makanan dengan darah (Iaitu) susu yang bersih,
yang mudah diminum, lagi sedap rasanya bagi orang-orang yang
meminumnya.”
3. Surah An-Nahl Ayat 67 mengenai kurma dan buah-buahan.

Artinya : ” Dan dari buah tamar (korma) dan anggur, kamu jadikan
daripadanya minuman haram dan makanan serta minuman yang halal
sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat satu tanda (yang
membuktikan kekuasaan Allah) bagi orang- orang yang mahu
menggunakan akalnya.”
Imam al-Ghazali pernah berpesan, hindarilah memberi makanan
syubhat (meragukan) kepada anak, lebih-lebih zat yang dilarang
Allah. Sebab, setitik air atau makanan yang pernah dimakan orangtua,
akan pindah kepada anak yang dilahirkan menjadi daging dan dalam
daging itulah bibit yang merusak akhlak dan otak yang sehat,

29
dikemudian hari. Pada hadits Rasulullah yang diriwayatkan Bukhari
dijelaskan bahwa tanggung jawab langsung mengenai makanan anak
adalah orangtuanya “Seorang laki-laki adalah pelayan keluarganya
dan akan mempertanggung jawabkan tentang isteri dan anaknya”.
Maka memberi makanan halal dan bergizi bagi anak sejak usia dini
adalah wajib dan kaifiatnya mengkonsumsi sesuai dengan firman
Allah dalam al-Qur‟an.
Dengan pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang sejak di
dalam kandungan sampai usia 3 tahun, maka semakin banyak jumlah
sel-sel otak bayi. Semakin bagus kualitas percabangan sel-sel otak,
dan semakin bagus fungsi sinaps antara sel-sel otak bayi dan balita.
Karena tumbuh kembang otak sejak kehamilan 6 bulan sampai umur 2
tahun sangat cepat dan penting, maka bayi membutuhkan banyak
protein, karbohidrat dan lemak, karena sampai berumur 1 tahun 60%
enerji makanan bayi digunakan untuk pertumbuhan otak. Bayi dan
balita sendiri membutuhkan vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat
besi, seng, AA, DHA sphyngomyelin, sialic acid, dan asam-asam
amino seperti tyrosine dan tryptophan. ASI mengandung semua
kebutuhan nutrisi tersebut, termasuk AA, DHA, sphyngomyelin dan
sialic acid.
Selain itu, terdapat beberapa jenis gizi yang dibutuhkan oleh anak-
anak, yakni sebagai berikut:
1. Kalsium, untuk kesehatan tulang.
2. Vitamin D, membantu penyerapan kalsium dalam tubuh.
3. Protein, zat penting dalam pertumbuhan.
4. Serat, kompleks tapi sederhana.
5. Antioksidan, sebagai penangkal sakit.
6. Zat besi, zat gizi yang tidak boleh terlupakan.

3.3 Studi Kasus


3.3.1 Contoh Kasus
a. Contoh Kasus 1

30
Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan serta
menghasilkan energi, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ – organ (Proverawati A, 2009). Berdasarkan hasil
data RISKESDAS 2010, secara nasioanal mengalami penurunan prevalensi
kurang gizi menurut BB/U pada balita dari 18,4% tahun 2007 menjadi
17,9% tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari
5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% tahun 2010. Bila dibandingkan dengan
pencapaian MDG kurang gizi tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi
berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam
periode 2011 - 2015. Masalah gizi kurang di indonesia termasuk gizi buruk
sedikit mengalami peningkatan yang menunjukkan perbaikan tetapi provinsi
dengan presentase balita gizi buruk terendah menurut RISKESDAS yaitu
Provinsi Bali dengan presentase 19,2% dan presentase gizi buruk tertinggi
yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan presentase 33%.
Berdasarkan studi kasus diatas masalah gizi buruk diindonesia dapat
dilihat akibat pemberikan asupan nutrisi pada anak yang diberikan tidak
mencukupi kebutuhan. Hal tersebut banyak faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya gizi buruk antara lain status ekonomi, tingkat
pendidikan, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik, letak
geografis, pola pengasuhan anak dan berat badan lahir.
Pada zaman dahulu anak dikatakan mengalami gizi buruk identik berasal
dari keluarga yang mempunyai kondisi sosial ekonomi rendah. Masyarakat
yang mempunyai pendapatan rendah, prosentase keluarga yang memiliki
anak dengan gizi buruk sangat tinggi. Akibat dari daya beli masyarakat
rendah maka masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi yang di
butuhkan ibu dan anak tetutama nutrisi pada anak. dari sisi lain nutrisi
sangat dibutuhkan sebagai sumber pembentukan energi dan selama proses
tumbuh kembang anak.
Abad 21 Anak yang mengalami gizi buruk kini tidak lagi berasal dari
keluarga dengan tingkat pendapatan rendah dan tingkat pendidikan orang

31
tua rendah. Tetapi pada zaman ini keluarga dengan pendapatan tinggi dan
tingkat pendidikan tinggi juga dapat memiliki anak dengan status gizi buruk
dikarenakan perilaku kedua orang tua yang salah dalam memberikan pola
asuh anak dengan alasan kedua orang tua sangat sibuk. Dalam hal tersebut
maka orang tua dapat melimpahkan pola asuh anak kepada Baby Sitter atau
bahkan anak diasuh oleh pembantu rumah tangga. Sedangkan pembantu
rumah tangga yang memiliki tingkat pengetahuan rendah untuk mengasuh
anak dan menggantikan posisi mereka selama kedua orang tua sibuk
mencari uang. Tingkat pengetahuan rendah ini yang dapat menyebabkan
kesalahan dalam pola mengasuh anak.
Selain kurangnya pemberian nutrisi asupan makanan, gizi buruk juga
dapat dikatikan dengan masalah pemberian ASI. Pada zaman serba instan
dan didukung oleh pengembangan teknologi maka dapat menyebabkan para
ibu semakin malas dalam memberikan ASI untuk anak mereka. Karena
banyak hal yang dapat menyebabkan seorang ibu tidak memberikan ASI
seperti tidak adanya promosi pemberian ASI Eksklusif pada bayi yang baru
lahir di setiap rumah sakit dan baru akhir-akhir ini saja indonesia
mengkampanyekan inisiasi menyusui dini di beberapa rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya. Tetapi pada saat ini ada beberapa wanita
muslimah memutuskan untuk tidak memberikan ASI kepada anaknya
dengan alasan kesibukan berkarier dan ketakutan akan bentuk payudara
yang tidak indah apabila mereka menyusui.
Dari hasil uraian diatas maka masalah gizi buruk ini dapat berasal dari
kurangnya pemberian nutrisi pada ibu dan anak terutama pada anak dan
juga pemberian ASI.
b. Contoh Kasus 2
Cakupan pemberian ASI pada bayi bervariasi diberbagai negara. Hasil
survei Center for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2014
di Amerika Serikat menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif
hingga usia tiga bulan sebanyak 40,7% dan 18,8% bayi mendapat ASI
eksklusif hingga usia enam bulan. Sementara, Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatan

32
persentase bayi usia 4-5 bulan yang mendapat ASI eksklusif dari 17% pada
tahun 2007 menjadi 27% pada tahun 2012. Hasil laporan Puskesmas di Kota
Semarang tahun 2015, sebanyak 10.625 bayi usia 0-6 bulan (64,69%)
mendapat ASI eksklusif. Angka tersebut sudah melebihi target Renstra Kota
Semarang, yaitu 55%. Namun, masih terdapat Puskesmas yang belum
mencapai target tersebut. Salah satunya adalah Puskesmas Pegandan dengan
cakupan ASI eksklusif hanya sebesar 43,69%. Masalah tersering yang
terjadi di Indonesia adalah putting susu lecet, 57% ibu pernah mengalami
lecet putting. Ibu kurang mengeluarkan susu sehingga, tidak jarang bayi
diberi susu buatan, namun sebenarnya kurangnya pengeluaran ASI ibu
disebabkan kesalahan teknik menyusui.( Oswari, 2014). Kemungkinan-
kemungkinan itulah yang menyebabkan pemberian ASI pada bayi masih
ada yang belum tersalurkan. Sehingga ibu memberi cara lain yaitu dengan
menghentikan pemberian ASI pada bayinya lalu digantikan dengan susu
formula.

3.3.2 Analisa Kasus


a. Analisa Kasus 1
Dari studi kasus diatas fenomena yang terjadi pada anak indonesia yaitu
banyak kalangan yang masih memiliki rendahnya status gizi. Oleh karena
itu anak merupakan titipan dari Allah yang diberikan kepada kedua orang
tua untuk dijaga, dirawat, dan diperhatikan. Itu semua wajib diberikan
kepada anak agar kelak anak akan menjadi Anugrah yang terindah, seperti
firman Allah dalam Al-Qur‟an surat At-tahriim ayat 6:

33
Dari firman Allah diatas, dapat disimpulkan bahwa orang tua
mempunyai kewajiban memberi kasih sayang yang tulus serta pola asuh
yang baik dan tepat kepada anak. Orang tua juga mempunyai tanggung
jawab dalam memenuhi pemberias asupan nutrisi yang cukup pada anak.
Dalam pemberian nutrisi pada anak, islam menganjurkan terhadap kaum
muslimin dan musliman untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang
halalan thoyyiban (halal dan baik). Halal adalah segala sesuatu makanan
yang dapat dikonsumsi oleh manusia dan diperbolehkan dalam syariat
Islam, sedangkan thayyib adalah sesuatu yang baik pada dasarnya, tidak
merusak fisik dan pikiran, dan harus memenuhi syarat dari segi kebersihan
dan kesehatan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an:

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
(Q.S Al baqaah (2) : 168)
Berdasarkan ayat diatas, islam melarang manusia agar tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak di anjurkan dalam islam
seperti bangkai, darah daging babi, minuman keras (khamer) binatang yang
dicekik atau tercekik dan hewan ternak yang disembelih tetapi tidak dengan
menyebut nama Allah.
Menurut islam makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani,
seperti tumbuh-tumbuhan, daging binatang laut, atau segala sesuatu yang
dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu, dan semua makanan yang
bergizi dapat menghasilkan sesuatu yang baik bagi tumbuh kembang anak.
Dalam hal tersebut maka anak dapat terhindar dari status gizi buruk. jika
orang tua memberikan pola asuh yang tepat, maka orang tua akan
menghindari pemberian makanan seperti junk food dan instant food.

34
Bagi orang tua muslim yang memberikan anak makan dengan makanan
yang bukan sekedar penghilang lapar saja atau terasa enak dilidah, tetapi
makanan yang diberikan pada anakjauh dari itu yaitu mampu menjadikan
tubuhnya sehat jasmani dan rohani sehingga dapat menjalankan fungsinya
sebagai “khalifah fil Ardhi”. Rasulullah SAW pernah berkata dalam suatu
hadistnya: “Seorang hamba Allah tidak akan berpindah dua kakipun pada
hari kiamat, sampai ia mampu menjawab empat hal: umurnya bagaimana
dihabiskan, pengetahuan bagaimana diamalkan, hartanya bagaimana
dinafkahkan serta tubuhnya bagaimana digunakan atau diboroskan”
(HR.Tirmidzi).
Selain pemenuhan nutrisi, kesehatan anak juga ditentukan dari pola
pemberian ASI Eksklusif, seperti pada firman Allah dalam Surat Al
Baqarah ayat 233,

Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu

35
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan. " (Q.S Al Baqarah :233).
Dapat disimpulakan bahwa nutrisi tidak hanya di berikan pada anak,
tetapi seorang ibu juga membutuhkan pemberian gizi yang cukup. Karena
jika seorang ibu menyusui maka akan membutuhkan asupan nutrisi yang
baik dan juga memiliki kualitas ASI yang baik. Seorang ibu yang memberi
ASI pada anak dengan kebutuhan nutrisi yang cukup, maka pemberian
nutrisi pada ibu dan anak mempunyai perbandingan lurus karena jika
seorang ibu mempunyai kebutuhan nutrisi yang terpenuhi maka kebutuhan
nutrisi yang di berikan pada anak juga akan terpenuhi. Dari keseimoulan
tersebut dapat terciptalah kesehatan ibu dan anak

b. Analisa Kasus 2
Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam teknik menyusui
(Soetjiningsih, 2013). teknik menyusui yang salah yaitu bayi tidak menyusu
sampai kalang payudara, sehingga gusi bayi tidak menekan pada daerah
laktefirus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri / kelecetan pada putung
susunya.(Soetijiningsih, 2013) . menyusui yang benar dengan cara hisapan
bayi yang kuat sampai seluruh bagian besar kalang payudara merangsang
putting susu dan ujng syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Rangsangan akan dilanjutkan ke hipotalamus sehingga kan
merangksang keluarnya oksitosin sehingga terjadi kontraksi sel
miopethilium kelenjar – kelenjar susu, sehingga pengeluaran ASI
dilaksanakan. (Soetijiningsih, 2013). Cara menyusui yang benar perlu
diajarkan pada setiap ibu yang baru saja melahirkan karena menyusui itu
sendiri bukan suatu hal yang relaktif atau instingtif. Praktek cara menyusui
yang benar tidak hanya diberikan kepada ibu yang baru saja melahirkan tapi
juga kepada ibu yang pernah menyusui bayinya. Setiap bayi yang baru lahir
memiliki spesifikasi tertentu, dengan demikian ibu perlu berinteraksi
dengan bayinya.

36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sehat menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keadaan
sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan. Dalam bahasa arab kata sehat diungkapkan dengan kata
“as-sihhah” atau yang seakar dengan keadaan baik, bebas dari penyakit dan
kekurangan serta dalam keadaan normal. Sedangkan Sehat dalam Islam bukan
hanya berhubungan dengan masalah fisik (jasmani), melainkan juga menyangkut
psikis (jiwa). Jadi orang dikatakan sehat menurut islam jika mengalami kondisi
kesehatan yang paripurna jasmani dan rohani atau fisik dan psikis.Berdasarkan
tuntunan islam kesehatan ibu dan anak dimulai dari kesehatan ibu saat hamil,
Kesehatan Ibu saat hamil, kesehatan ibu saat melahirkan, kesehatan ibu saat nifas,
dam kesehatan ibu saat menyusui. Selanjutnya yaitu kesehatan anak dimulai dari
pemberian asi dan nutrisi pada anak. Hal tersebut agar pencapiaoan kesehatan ibu
dan anak dapat di penuhi dan sesuai dengan ketentuan islam.

37
DAFTAR PUSTAKA

Annaceria. 2012. Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Islam. Avaiable at


annaceria.wordpress.com/2011/10/07/kesehatan-masyarakat-dalam-perspektif-
Islam [Accessed 2 Maret 2019].

Anonim. Ayat Al-Qur’an mengenai Makanan. Avaiable at


http://www3.pmo.gov.my/WebNotesApp/RqrMainm.nsf/268685aaa7f9d1af48256d
6a0009eb6c/7e950e8dd467d924482566cd003246aa?OpenDocument [Accessed 1
Maret 2019]

Anonim. ASI terhadap Ibu dan Bayi. Avaiable at


http://islamagamauniversal.wordpress.com/db_cover/e_qs_080/ [Accessed 2 Maret
2019 ]

Anonim. Nutrisi terhadap anak. Avaiable at


http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/23/anak-adalah-anugrah-yang-terindah-
522109.ht [Accessed 1 Maret 2019]

Anonim. Nutrisi untuk Anak. Avaiable at


http://berbagigizi.blogspot.com/2011/01/status-gizi-balita-masih.html [Accessed 2
Maret 2019]

Anonim. Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif Regulasi. Avaiable at
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/artikel/tinjauan-terhadap-peraturan-
pemerintah-tentang-pemberian-air-susu-ibu-eksklusif-perspektif-regulasi [Accessed
2 Maret 2019]

Anonim. (2013, 16 September). Menyusui Dalam Pandangan Syar’i. Avaiable at


http://intsia.wordpress.com/2013/09/06/menyusui-dalam-pandangan-syari/
[Accessed 2 Maret 2019]

Anonim. 2013. Inilah 13 Nutrisi Penting untuk Cerdaskan Anak. Avaiable at


https://lifestyle.kompas.com/read/2013/05/02/10410925/Inilah.13.Nutrisi.Penting.u
ntuk.Cerdaskan.Anak [Accessed 1 Maret 2019]

El Qudsy, Hasan. 2013. Dasyatnya Alquran Bagi Ibu Hamil. Avaiable at


http://eprints.iain-surakarta.ac.id/1033/1/Dahsyatnya%20Bacaan%20Al-
Quran%20bagi%20Ibu%20%20Hamil%20-%20OK.pdf [Accessed 2 Maret 2019]

38
Esthi Maharani. 2018. Gizi Anak Dilihat dalam Perspektif Islam. Avaiable at
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/18/01/24/p31qdf335-gizi-anak-dilihat-dalam-persfektif-islam [Accessed
1 Maret 2019]

Fatwa MUI. 2013. Analisis Fatwa MUI Nomor 28 Tahun 2013 tentang Seputar Donor
Air Susu Ibu. Jakarta : MUI

Gobel, F. 2013. ASI, Pandangan Kesehatan dan Islam. Kompas

Hadi Mulyanto. 2015. Pentingnya Menjaga Kesehatan dalam Prespektif Islam.


Avaiable at http://www.dakwatuna.com/2015/07/11/71623/pentingnya-menjaga-
kesehatan-dalam-prespektif-islam/#ixzz5PxAnyW1G [Accessed 2 Maret 2019]

Hashman ,Ade. 2012. Rahasia Kesehatan Rosulullah.hlm.50. Jakarta : Noura Book

Indah Wulandari. 2015. Anjuran Alquran Bagi Muslimah yang Menyusui. Avaiable at
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/15/06/08/nplpht-anjuran-
alquran-bagi-muslimah-yang-menyusui [Accessed 2 Maret 2019]

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Avaiable at


http://gizi.depkes.go.id/download/Makalah%20Dan%20Artikel/Brosur%20Bumil%
20dan%20Gagal%20Ginjal%20_%20REV.pdf [Accessed 1 Maret 2019]

Kemenkes Kesehatan RI. (2013, 20 Maret). Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah


Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Perspektif Regulasi. Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Gizi.

Nimas Mita Etika M. 2018. 6 Jenis Gizi yang Diperlukan untuk Pertumbuhan Anak.
Avaiable at https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/zat-gizi-pertumbuhan-
anak / [Accessed 2 Maret 2019]

POLA HIDUP SEHAT DALAM PERSPEKTIF AL-QUR`AN. Skripsi M. Nur


Wahyudi. FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2015

Puspita, Dian Yani. 2015. Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Multipora Tentang Cara
Menyusui yang Benar di Bidan Praktek Mandiri Lilis Zanuarsih Sumobito
Jombang. Jombang : Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Rahman, Abd. 2016. Fiqih Munahakat. Jakarta : Kencana Prenada Media.

39
Roesli, U. 2004. Mengenal ASI Eksklusi. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya
Nusantara.

Samosir. Nurlinda, dkk. 2009. Persiapan Persalinan Ibu Promapora dan Multipora.
Medan : Fakultas Keperawatan USU

Sholeh, Moh.1986. Agama Sebagai Terapi Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik,
(Pustaka Pelajar,2006), hlm. 258 Sebagaimana dikutip oleh “Ahmad Watik
Pratiknya”, dalam bukunya Islam Etika Dan Kesehatan. Jakarta : Rajawali.

Yayasan Penyelenggara Penertemah Al-Quran. 2012. Al-Quran dan Terjemah Al


Hikmah, Cet.10. Bandung : CV Penerbit Diponegoro.

Yulianti, Lia. 2014. Gambaran Perawat Ibu Nifas di Wilayah Kecamatan Miri, Sragen.
Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

40

Anda mungkin juga menyukai