Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP DAN ILMU AJARAN ISLAM DALAM KESEHATAN

MASYARAKAT

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam Interdisipliner
Dosen :Abdul Hopid, S.Pd.I.,M.Ag

Disusun Oleh:
Uswatun Hasanah 1800029381
Luvi Rizkia Rahma 1800029382
Ningsih Juliana 1800029383
Hilya Mahzura 1903329016

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengansegala rahmat dan
karuniaNya saya diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tentang “Islam
Interdisipliner“ tepat pada waktunya. Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah selain itu untuk untuk mengetahui tentangPrinsip dan Ilmu Ajaran Islam Dalam
Kesehatan Masyarakat.
Dalam penulisan makalah ini, terdapat beberapa hambatan yang menghadang, namun atas
kerjasama dengan berbagai pihak, maka semua itu dapat teratasi. Untuk itu, atas terselesaikannya
tugas ini, kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah islam interdisipliner yang telah memberikna arahan dan bimbingannya
selama pengerjaan makalah ini.
2. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuannya selama pengerjaan
makalah ini.
Demikian kiranya makalah ini, tentu masih banyak kekurangannya.Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini.Akhir kata,
mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya dan bagi
mahasiswa umumnya.

Yogyakarta, 12 Maret 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Islam Dalam Kesehatan Masyarakat.......................................................................6
BAB III PENUTUP...........................................................................................................14
A. Kesimpulan.............................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai ajaran yang sempurna, islam mencakup segala perihal kehidupan
manusia. Mulai dari hal yang terkecil sampai besar diatur olehnya.Islam diletakkan sebagai
dasar kehidupan, karena itu segala hal harus sesuai dengan prinsip-prinsipnya. Kehidupan
yang diatur sesuai dengan prinsip islam akan menghasilkan kehidupan yang baik. Allah
S.W.T. sebagai pencipta menjadikan islam sebagai pegangan hidup manusia. Ibadah kepada
Allah S.W.T. sejatinya bukanlah Allah yang membutuhkan kita, melainkan manusia lah
yang membutuhkan Allah S.W.T. Manusia akan mendapat ketenangan, keberhasilan,
keamanan, ketentraman dan kesejahteraan hidup apabila melaksanakan ibadah kepada Allah
S.W.T.Salah satu hal yang berkaitan dengan hal ini yaitu terkait dengan ibadah untuk
menjaga kesehatan manusia.
Kesehatan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia.Tanpa
kesehatan manusia tidak bisa melakukan pekerjaannya secara optimal. Kesehatan mutlak
diperlukan agar manusia mampu dan meningkatkan produktivitas mengelola hidupnya. Oleh
karena itu, segala hal yang berkaitan dengan kesehatan juga diatur oleh islam. Dalam ajaran
islam, kita mendapati sejumlah hal yang mengatur masalah kesehatan. Pengaturan ini bukan
melalui kesehatan praktis, tetapi melalui ibadah yang terlihat seperti tidak ada kaitannya
dengan kesehatan, tetapi ternyata sangat berhubungan. Salah satu ibadah yang sangat
bermanfat untuk kesehatan yaitu shalat, dalam shalat ada banyak gerakan yang dilakukan
manusia baik berdiri, ruku, sujud, duduk dan sebagainya.Islam sebagai ajaran paripurna
tentu mengatur segalanya.Segala hal yang diatur oleh islam pasti memenuhi aspek kesehatan
juga.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana ajaran islam dalam aspek epidemiologi?
2. Bagaimana ajaran islam dalam aspek adsminitratif?
3. Bagaimana ajaran islam dalam aspek pelayanan gizi?
4. Bagaimana ajaran islam dalam aspek lingkungan?

3
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui ajaran islam dalam aspek epidemiologi.
2. Untuk mengetahui ajaran islam dalam aspek administratif.
3. Untuk mengetahui ajaran islam dalam aspek pelayanan gizi.
4. Untuk mengetahui ajaran islam dalam aspek lingkungan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dalam Kesehatan Masyarakat


Ada 2 (dua) istilah yang digunakan Islam untuk menunjuk kepada kesehatan, yaitu istilah
shihhah dan ’āfiah.Bahkan dalam banyak hadits ditemukan banyak do’a yang mengandung
permohonan ’āfiah disamping shihhah. Secara gramatikal, kata shihhah lebih bersifat fisik-
biologis, sementara makna ’āfiah merupakan kesehatan yang bersifat mental-psikologis.
(Abdi, S. 2012).
Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, artinya adalah kehadiran Islam
membawa kebaikan yang besar bagi seluruh umat manusia.Sebelum turunnya agama Islam,
dunia berada pada kejahiliyahan yang ditandai dengan penyembahan berhala dan manusia
yang tidak menggunakan akal untuk berfikir serta merenungi nikmat Allah SWT melainkan
akal mereka telah ditundukkan hawa nafsu.Akan tetapi, semenjak Rasulullah SAW membawa
Islam hadir ditengah kerusakan, akhirnya munculah pencerahan.Perkembangan ilmu dan
pengetahuan semakin pesat salah satunya di bidang kesehatan. Tidak bisa dipungkiri
bagaimana Islam berhasil melahirkan ilmuwan seperti Ibnu Sina, Ali bin Isa, Ammar bin Ali
Al-Mosuli, Al-Zahrawi, dan lainnya. agama islam disyariatkan kepada manusia untuk
kemaslahatan manusia itu sendiri. Kemaslahatan itu meliputi kemaslahatan agamanya,
kemaslahatan diri manusia, kemaslahatan harta kekayaannya dan kemaslahatan generasinya.
(Fariadi, R. 2019).
Sedangkan pada waktu yang sama, wilayah yang terjamah oleh Islam seperti Baghdad,
Damaskus, Cordoba, dan Granada sudah berkembang sangat jauh dengan dibangunnya
bangunan yang artistic, bersih dan sejumlah peradaban maju lainnya Berdasarkan bukti-bukti
di atas, jelas bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi kesehatan di
masyarakat. Bukan hanya kebersihan lingkungan dan perorangan, akan tetapi kesehatan
secara luas baik rohani maupun ragawi. Islam dalam Kesehatan Masyarakat, dibagi menjadi :
1. Ajaran islam dalam aspek epidemiologi
Islam menjelaskan berbagai macam cara untuk mencegah terjadinya penularan
penyakit, diantaranya adalah karantina. Rasulullah S.A.W bersabda “Jauhkanlah dirimu
sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra”.Islam juga mengajarkan 

5
prinsip-prinsip dasar pencegahan dan penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang
membahayakan masyarakat misalnya wabah kolera dan cacar serta wabah yang baru-baru
ini meresahkan masyarakat dunia yaitu covid-19 dari virus corona.
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : “Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah
yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi
meninggalkannya.” (HR. Bukhari).
Hal ini merupakan bukti bahwa karantina telah diterapkan sejak zaman
Rasulullah. Cara tersebut dimaksudkan agar wabah tidak menyebar ke daerah lain, karena
apabila seseorang berada di daerah yang sedang terjangkit wabah maka kemungkinan besar
ia juga telah terserang infeksi yang dapat ia tularkan ke masyarakat sekitar. (Antariksa,
2013).
Dengan berpegang teguh pada ajaran islam maka senantiasa kita dapat terhindar dari
berbagai penyakit termasuk wabah corona. Sesungguhnya Allah SWT telah
memberitahukan mana makanan yang baik dan mana yang buruk secara detail di dalam Al-
Qur’an. Berikut beberapa ayat yang menyebutkan makanan apa saja yang dianggap buruk
oleh Allah SWT: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah, 2:173).Ayat tersebut secara
jelas menegaskan bahwa darah, bangkai, daging babi, dan binatang yang ketika disembelih
tidak menyebut nama Allah SWT dilarang keras dikonsumsi oleh kaum muslim.
(Antariksa, 2013).
2. Administrasi Kebijakan Kesehatan dalam Perspektif Islam
Kesehatan merupakan unsur vital bagi setiap orang dan bernilai investatif bagi
suatu Negara.Nilai investasi terletak pada tersedianya sumber daya yang selalu produktif
dan produktivitas seseorang sangat bergantung pada kondisi kesehatannya.Namun, masih
banyak orang yang menyepelekan kesehatan serta sejumlah Negara yang masih memiliki
pola kebijakan kesehatan kurang baik. Sejumlah pemerintahan Negara yang cenderung
mengesampingkan pembangunan kesehatan dan mendahulukan hal lain yang
sesungguhnya masih bisa ditunda.

6
Hal ini sangat kontras apabila dibandingkan dengan pola kebijakan kesehatan
pemerintahan islam dengan perspektif islam pada zaman rasulullah. Rasulullah SAW
sangat memperhatikan permasalahan kesehatan.Segala sesuatu yang dilakukan Rasulullah
SAW ditujukan demi kesehatan dan pendidikan. Melalui ajaran Rasulullah SAW yang
selalu menomor satukan kesehatan dan pendidikan sehingga muncullah tokoh tokoh islam
sebagai perintis awal ilmu kedokteran yaitu seperti Ibnu Shina dan Al-Razi. Mulai
pelayanan kesehatan gratis yang diberikan oleh negara (Khilafah) yang dibiayai dari kas
Baitul Mal, pelayanan kesehatan secara gratis dan berkualitas yang diberikan kepada
seluruh rakyat tanpa membeda-bedakan antara yang kaya atau miskin, muslim maupun
nonmuslim. Islam juga memperhatikan pola makan sehat dan berimbang serta perilaku dan
etika makan. Perintah untuk memakan makanan halal dan thayyib (baik), larangan atas
makanan berbahaya, perintah tidak makan berlebihan, makan ketika lapar dan berhenti
sebelum kenyang, mengisi perut dengan 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 udara, termasuk
kaitannya dengan syariah puasa baik yang wajib maupun sunah. Islam juga menganjurkan
olah raga dan sikap hidup aktif sebagai pola hidup sehat. (Antariksa, 2013).
Rasulullah SAW. bersabda:“Siapa saja di antara kalian yang berada di pagi hari
sehat badannya; aman jiwa, jalan dan rumahnya; dan memiliki makanan untuk hari itu,
maka seakan ia telah diberi dunia seisinya” (HR al-Bukhari dalam Adab al-Mufrâd, Ibn
Majah dan Tirmidzi).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa dalam islam, kesehatan dan keamanan
disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukkan bahwa kesehatan dan keamanan
statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Dengan demikian,
kesehatan dan pengobatan merupakan kebutuhan dasar sekaligus hak rakyat dan menjadi
kewajiban negara. Dalam prakteknya pada masa kekhilafahan Islam kebijakan kesehatan
yang gratis dan berkualitas ini sudah diterapkan semenjak masa kepemimpinan
Rasulullah SAW di Madinah. Bemula dari delapan orang Urainah datang ke Madinah dan
bergabung menjadi warga negara khilafah. Lalu mereka menderita sakit gangguan limpa.
Nabi SAW kemudian memerintahkan mereka untuk dirawat di tempat perawatan, yaitu
kawasan penggembala ternak milik Baitul Mal di Dzi Jidr arah Quba’, tidak jauh dari
unta-unta Baitul Mal (kas negara) yang digembalakan disana. Mereka meminum susunya
dan berada di tempat itu hingga sehat dan pulih.

7
Dalam Islam, sistem kesehatan tersusun dari 3 (tiga) unsur sistem yaitu:
a. Peraturan, baik peraturan berupa syariah Islam, kebijakan maupun peraturan teknis
administratif.
b. Sarana dan peralatan fisik seperti rumah sakit, alat-alat medis dan sarana prasarana
kesehatan lainnya.
c. SDM (sumber daya manusia) sebagai pelaksana sistem kesehatan yang meliputi
dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya.
Pembangunan kesehatan yang meliputi keseimbangan aspek promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative sudah ada dan diterapkan sejak masa pemerintahan islam yang
teori dan prakteknya digunakan hingga saat ini. Pelayanan kesehatan berkualitas hanya
bisa direalisasikan jika didukung dengan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai
serta sumber daya manusia yang profesional dan kompeten.Penyediaan semua itu
menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara (khilafah) karena negara berkewajiban
dalam menjamin pemenuhan kebutuhan dasar berupa kesehatan dan pengobatan.
Setiap pelayanan kesehatan masyarakat dalam sistem Islam wajib memenuhi 3
(tiga) prinsip baku yang berlaku umum, yaitu:
a. Sederhana dalam peraturan (tidak berbelit-belit).
b. Cepat dalam pelayanan.
c. Profesional dalam pelayanan, berkompeten dan amanah dalam bekerja.
3. Gizi dalam Ajaran Islam
Islam mengajarkan kita untuk sehat agar kita senantiasa dapat menjalankan
kewajiban kita, sebagaimana yang tertera pada firman Allah: “Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS Az-Zariyat,
51:56).Maksud ayat tersebut adalah mengabdi kepada Allah SWT merupakan suatu hal
pokok atau tugas yang wajib dilakukan oleh setiap ummat.Untuk itu dibutuhkan kesehatan
secara fisik maupun psikis agar tugas wajib itu dapat kita lakukan dengan
maksimal.Wawasan Islam tentang kesehatan fisik dapat ditemukan melalui konsepnya
tentang kebersihan dan gizi (larangan makanan dan minuman yangtidak baik, perintah
memakan makanan dan minuman yang halal lagi bergizi).Pertama, larangan memakan
makanan atau meminum minuman yang haram dan tidak thayyib (baik) dapat dicermati
penjelasannya dalam Q.S. al-Baqarah, 2: 172-173, al-Ma’idah, 5: 90, dan al-A’raf, 7: 30.

8
Dalam Q.S. ’Abasa, 80: 24, .Lebih jauh, Islam mengemukakan secara rinci dan gamblang
jenis-jenis makanan dan minuman yang baik untuk dikonsumsi manusia karena pengaruh
positif dalam meningkatkan kualitas kesehatannya.
Makanan dan minuman yang dikonsumsi hendaknya makanan dan minuman yang
halalan (halal) dan thayyiban (baik).Makanan dan minuman yang halal adalah makanan
dan minuman yang diperbolehkan secara agama. Ukuran kehalalan dinilai dari cara
mendapatkannya yakni secara legal dan berkaitan dengan urusan akhirat. Sedangkan
makanan dan minuman yang baik adalah makanan dan minuman yang membawa manfaat
bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia.
Sesungguhnya Allah SWT telah memberitahukan mana yang baik dan mana yang
buruk secara detail di dalam Al-Qur’an. Berikut beberapa ayat yang menyebutkan makanan
apa saja yang dianggap buruk oleh Allah SWT: “Sesungguhnya Allah hanya
mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka tidak ada dosa baginya.Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Baqarah, 2:173).
Ayat di atas secara jelas menegaskan bahwa darah, bangkai, daging babi, dan
binatang yang ketika disembelih tidak menyebut nama Allah SWT dilarang keras
dikonsumsi oleh kaum muslim. Memang pada jaman dahulu ayat ini menimbulkan
keraguan bagi umat, tetapi sekarang telah banyak dilakukan penelitian secara ilmiah
mengenai dampak apa yang ditimbulkan dari sumber makanan diatas. Sebuah artikel
Mu’jizat Qur’an & Sunnah yang terbit pada tanggal 8 Mei 2012 tertulis bahaya
mengonsumsi darah.Sebagian penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan modern
membuktikan bahwa darah merupakan sarang yang bagus untuk perkembangbiakan bakteri
dan pertumbuhannya serta darah tidak memiliki zat gizi sama sekali.
4. Ajaran Islam dalam Aspek Kesehatan Lingkungan
Pencapaian kesehatan lingkungan yang baik tidak dapat lepas dari faktor
kebersihan lingkungan sekitar. Hal ini sesuai dengan ajaran agama islam dimana banyak
terdapat ayat al-qur’an dan hadist yang berisi tentang kebersihan.Hadist pertama dari
Aisyah r.a, Rosululloh SAW bersabda “Islam itu agama yang bersih, maka hendaknya

9
kamu menjadi orang yang bersih, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-
orang yang bersih” (H.R.Tobroni).Dari hadist tersebut manusia diperintahkan untuk
senantiasa menjaga kebersihan, sebagaimana kalimat yang sering kita dengar yaitu
kebersihan sebagian dari iman.Bahkan manusia yang menjaga kebersihan dijanjikan surga
oleh Allah SWT. Kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat berpengaruh terhadap
keselamatan manusia yang ada di sekitarnya, oleh sebab itu menjaga kebersihan
lingkungan sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan berkaitan dengan kebersihan lingkungan, diantaranya :
a) Menjaga kesehatan sumber air seperti sumur, kolam, sungai, dan lain-lain. Karena
air itu akan kita gunakan sebagai sumber air minum, mencuci, mandi dan
sebagainya. Air yang tercemar akan menyebabkan lahirnya berbagai penyakit seperti
diare, malaria, dan lain-lain. Dalam hal ini Islam telah dengan tegas melarang
umatnya supaya tidak mengotori sumber air itu. Sebagaimana hadist dari Jabir r.a,
“Rasulullah SAW melarang kencing dalam air yang tergenang” (HR. Muslim).
Dalam riwayat yang berbeda Rasulullah ternyata juga melarang kita untuk mengotori
sumber air yang mengalir. Dalam hadits kita dilarang untuk kencing di air yang
tergenang dan mengalir, disini tersirat makna lebih luas bahwa kita dilarang untuk
mengotori air itu dengan cara apapun, bukan hanya sebatas kencing saja.
b) Mencuci dan bersuci dengan air yang suci. Dalam masalah bersuci dari hadas dan
najis, Islam sangat menekankan penting air yang suci untuk membersihkan berbagai
kotoran yang ada di tubuh dan pakaian kita, karena kalau air itu sendiri tidak bersih
bagaimana ia akan membersihkan benda yang kotor. Oleh sebab itu Islam telah
mengarahkan umatnya untuk selalu menggunakan air yang suci lagi menyucikan
dalam bersuci. Sebagaimana firman Allah SWT “Dan Kami turunkan dari langit itu
air yang suci” (QS. Al-Furqan: 48). Allah SWT menerangkan bahwa air hujan itu
suci supaya kita dapat menggunakannya dalam menyucikan diri.
c) Menjaga kesucian tempat yang ramai dikunjungi orang. Hal ini sangat penting
karena jika saja tempat itu kotor dan menjadi sarang penyakit, maka akan sangat
mudah menjangkiti banyak orang dalam waktu yang bersamaan. Menyadari bahaya
tersebut Rasulullah dengan tegas melarang kita untuk buang air besar dan kecil di
tempat yang dilewati banyak orang, dijadikan tempat berteduh, di bawah pohon yang

10
berbuah, tempat ibadah dan lain-lain. Rasulullah SAW bersabda dari Abu Hurairah
r.a, “Takutilah menjadi orang yang dilaknat orang lain, sahabat bertanya: siapa
orang yang menjadi laknat orang lain?. Rasulullah menjawab: yaitu orang yang
buang hajat di tempat yang dilalui orang lain, atau tempat berteduh orang lain”
(HR. Muslim). Kita juga dilarang meludah di sembarangan tempat, karena disamping
ludah itu sendiri sangat menjijikan, juga menjadi salah satu sarana menularnya
beberapa penyakit. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda “Meludah di masjid
adalah dosa, dan kafarat (taubat) nya adalah dengan menanam ludah itu” (HR.
Bukhari dan Muslim). Masjid di zaman Rasulullah SAW hanyalah berlantai tanah
dan pasir, sehingga kadang-kadang ada orang yang dengan diam-diam meludah
sembarangan di dalamnya, lalu Rasulullah SAW memerintahkan siapa yang meludah
di dalam masjid untuk menanam ludah itu supaya tidak jorok dan diinjak atau
diduduki orang lain. Dalam hadits ini dapat kita ambil hikmah bahwa Islam
melarang kita untuk meludah di tempat-tempat umum seperti mesjid dan juga tempat
lainnya, karena merupakan suatu hal yang menjijikkan dan menjadi salah satu faktor
tertularnya penyakit. (Antariksa, 2013).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada initinya agama islam sangat peduli dengan kesehatan umatnya.Bukan hanya
kesehatan secara umum, tetapi juga dalam hal-hal yang mendetail.Seperti kesehatan lainnya
yaitu untuk gizi, kesehatan Lingkungan, epidemiologi, kebijakan kesehatan, dan sebagainya.

B. Saran
Kesehatan masyarakat hanya akan bisa diraih dengan memenuhi sejumlah syaratnya.
Tentunya, sebagai pencipta alam semesta, Allah S.W.T. yang mengerti apa yang terbaik bagi
hambanya. Oleh karena itu, perspektif kesehatan masyarakat harus dibangun dengan pondasi
islam yang benar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdi, S. 2012. Kesehatan masyarakat dalam perspektif islam.


https://www.academia.edu.kesehatan-masyarakat-dalam-perspektif-islam. Diakses pada
tanggal 28 februari 2020
Antariksa, A. P. 2013. Ajaran islam tentang upaya peningkatan kesmas.
https://id.scribd.com/doc/ajaran islam tentang upaya peningkatan kesmas. Diakses pada
tanggal 28 februari 2020
Departemen agama RI. 2005. Alquran dan terjemahnya. Bandung :penerbit J-ARTS
Fariadi, R. 2019 . Kompilasi fatwa tarjih seputar kesehatan medis. Yogyakarta: Penerbit
suara muhammadiyah

13

Anda mungkin juga menyukai