Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KAJIAN KLINIK ISLAM

TINDAKAN OPERASI TIM MEDIS PADA PASIEN LAWAN JENIS

Untuk Memenuhi Tugas Kajian Klinik Islam

Disusun oleh :

1. Amelia Onesti (A11601238)


2. Ari Chaeryyah (A11601247)
3. Anggraeni Mulia Sari (A11601242)
4. Tantri Puspita Rahayu (A11601381)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah swt, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada
kami sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada kajian klinik islam.
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan
berdasarkan metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami
sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya adanya
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan
dari para pembaca agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi
kesempurnaan makalah ini.

Gamping, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................
BAB II : TINDAKAN OPERASI TIM MEDIS PADA PASIEN LAWAN
JENIS………………………………………...
A. Kasus ............................................................………………………………
B. Hukum Islam tentang Tindakan Operasi Tim Medis Pada Pasien Lawan
Jenis...............................................................
BAB III : PENUTUP.............................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................

B. Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam yang terlihat akhir-akhir ini telah mengakibatkan girah
keislaman dan membuat kaum muslimin lebih peka dan respon terhadap
ajaran-ajaran islam bukan saja dalam masalah peribadatan tetapi juga
dalam bidang muamalah sehari-hari. Perbuatan,ucapan dan tingkah laku
sering kali menjadi perhatian yang lebih besar kalau ada yang tidak sesuai
dengan ajaran islam lebih menyimpang dari ajaran islam. Pola perilaku
dan kebiasaan baru juga berlaku di kalangan besar kaum muslim. Manusia
sekarang hidup dalam masa yang berubah sangat cepat sehingga manusia
sekarang lebih peka terdahap persoalan-persoalan yang ada. Dengan
kemajuan dan pengetahuan tehnologi telah mengubah dan meninggalkan
hal-hal yang berbau tradisional menuju ke modern, yang di akui sekarang
lebih banyak menggunakan tolak ukur keduniawian. Ini bukan saja dalam
masalah peribadatan tetapi juga dalam bidang muamalah dan yang lainnya.
Perbuatan dan tingkah laku sekarang menjadi perhatian yang lebih besar
dari ajaran islam kalau ada penyimpangan dari norma-norma agama dan
ini berlaku di kalangan kaum muslimin. Dalam Islam kesehatan sangat di
junjung tinggi, baik kesehatan fisik dan mental, maupun kesehatan
lingkungan. Hal ini dapat kita ketemukan dalam Al-qur’an Dan Sunnah
Nabi yang merupakan sumber hukum islam dan 2 menjadi pedoman hidup
bagi seluruh umat manusia. Ajaran islam yang berkenaan dengan
kesehatan dapat dibagi menjadi tiga macam,yaitu: 1. Islam melarang
perbuatan-perbuatan yang dapat membahayakan kesehatan diri nya dan
atau orang lain.
Islam menyuruh (Wajib) atau menyarankan (Sunnah) yang
mempunyai dampak positif, yakni mencegah penyakit dan menyegarkan
atau menyehatkan jasmani dan rohani. Islam menyuruh (Wajib) orang
yang sakit berobat untuk mengobati penyakitnya. Islam sangat menghargai
tugas kesehatan, karena ini adalah tugas yang sangat mulia, sebab petugas
kesehatan sangat menolong sesama manusia yang sangat menderita.
Dalam hukum islam, hubungan dokter dengan pasien adalah hubungan
penjual jasa dan pemakai jasa sehingga terjadi akad ijarah antara kedua
belah pihak. Tempat pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat
umum dimana seluruh kalangan masyarakat akan berinteraksi disana.
Diantaranya seperti rumah sakit, Puskesmas, dan lain-lain. Rumah sakit
(hospital) adalah sebuah institusi perawatan kesehatan propesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter,perawat dan tenaga ahli kesehatan
lainnya. Di tempat pelayanan kesehatan seperti itulah batasan antara laki-
laki dan perempuan menurut islam akan dikesampingkan. Maksudnya
dikesampingkan pada kalimat barusan adalah kaburnya hijab antara laki-
laki dan perempuan yang bukan muhrim ini. Dapat kita lihat di tempat
pelayanan kesehatan bahwa baik dokter, perawat ataupun petugas
kesehatan lainnya akan melakukan berbagai interaksi dengan pasien.
Tindakan-tindakan tersebut merupakan serangkaian prosedur yang mesti
dijalankani menurut profesi masing-masing. Diantaranya seperti dokter
atau perawat yang harus melakukan pemeriksaan fisik terhadap pasiennya
yang pastinya harus menyentuh tubuh pasien, melakukan injeksi
(suntikan) dibagian tertentu yang kadang harus membuat pasiennya
membuka pakaiannya. Tidak hanya itu,bahkan kadang dokter atau berawat
harus memegang alat vital dari kliennya untuk berbagai 3 keperluan
seperti pada pemasangan kateter atau operasi pada bagian tersebut yang
tidak jarang bahwa petugas medis yang berlainan jenis kelaminlah yang
melakukan tindakan tersebut. Manusia sekarang hidup dalam masa yang
berubah sangat cepat, sehingga manusia sekarang lebih peka terhadap
persoalan-persoalan yang ada. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah mengubah dan meninggalkan hal-hal yang di anggap
tradisional menuju modern yang diakui sekarang lebih banyak
menggunakan tolak ukur keduniawian. Ini terlihat bukan saja dalam
masalah peribadatan, tetapi juga dalam bidang muamalah dan yang lainnya
yang berlaku di kaum muslimin. Dalam Islam,kesehatan sangat dijunjung
tinggi baik kesehatan secara fisik atau kesehatan mental maupun kesehatan
lingkungan. Hal ini dapat kita temukan dalam Quran dan sunnah nabi yang
merupakan sumber hukum islam dan menjadi pedoman hidup bagi seluruh
umat Islam. Dalam hukum Islam,hubungan antara pasien dan dokter
adalah hubungan antara pemakai jasa dan penjual jasasehingga terjadi
akad ijrah antara kedua belah pihak. Pasien dapat memanfaatkan ilmu dan
keterampilan dari dokter, sedangkan dokter mendapat imbalan dari
propesinya berupa honor atau gaji. Ini sesuai dengan asas keadilan hukum
yang harus dijaga oleh islam, maka hak dan kewajiban kedua belah pihak
harus sesuai dengan posisinya masing-masing makin besar tanggung
jawabnya maka makin besar pula hak dan kewajibanya. Dalam pola etika
medis sekarang, kepentingan seorang dokter ialah kesejahteraan pasien.
Dokter sepenuhnya bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan
pasien begitupun pasien terikat secara etis pada dokter,dengan asumsi
bahwa dokter itu merupakan agen yang mewakili kegiatan pasien.
Sedangkan yang kita ketahui bahwa Islam melarang hamba-hambaNya
untuk menjaga dirinya dari orang yang bukan muhrimnya. Selain itu juga
dikuatkan oleh sabda Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam : “Andaikan
ditusukkan ke kepala salah seorang di antara kalian dengan jarum besi,
yang demikian itu lebih baik daripada dia harus menyentuh wanita yang
tidak 4 diperbolehkan baginya” (Thabrani dalam Kitab Al-Kabir,bab XX
No. 211 dengan isnad hasan). Jadi sebenarnya bagaimanakah pandangan
islam mengenai fenomena yang ada di tempat pelayanan kesehatan ini.
Suatu kondisi yang sangat tidak mungkin untuk ditinggalkan sebab
keurgentannya. Lalu bagaimana pula sosok seorang tenaga medis dan para
medis yang seharusnya agar dalam menjalankan tugasnya tetap berjalan
pada syariat agama islam dan benar-benar akan mendatangkan
kemaslahatan bagi para pasien yang datang untuk berobat di tempat
pelayanan kesehatan tersebut. Serta bagaimana pula peran serta dari
lembaga berwenang kedokteran menyikapi aturan yang sesuai dengan
syariat islam ini. Dalam pemeriksaan terhadap pasien, Dokter pasti melihat
aurat pasien yang akan di periksa bahwa tidak hanya melihat aurat pasien
tetapi juga menyentuh dan merabahnya. Kenyataan pasien ibu hamil dan
melahirkan tidak sedikit di tangani oleh dokter laki-laki. Hal ini terjadi
karena banyak para ibu menganggap bahwa dokter laki-laki lebih pandai
dan lebih obyektif. Dalam kedokteran seorang dokter wajar menerima dan
menangani pasien lawan jenis yang bukan mahramnya, lain halnya bila
dilihat dari segi Hukum Islam seseorang tidak boleh melihat aurat lawan
jenis yang bukan mahramnya.
B. Tujuan
Mahasiswa dan petugas kesehatan dapat mengetahui dasar hukum islam
tentang Tindakan Operasi Tim Medis Pada Pasien Lawan Jenis
C. Manfaat
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan petugas kesehatan dalam
melakukan sebuah pelayanan di Rumah Sakit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kasus
Pada suatu hari tepatnya hari Senin tanggal 16 Desember 2019 di RS PKU
Muhammadiyah Gamping datang pasien perempuan ke IBS dengan
program operasi Sectio Caesarea. Nah, pada saat itu ternyata perawat yang
perempuan sedang melakukan operasi lain. Di Ruang IBS hanya terdapat
perawat laki – laki yg sedang bersiap siap untuk melakukan operasi dan
kebetulan dokternya juga seorang laki-laki. Bagaimana Hukum Islam
tentang Tindakan Operasi Tim Medis Pada Pasien Lawan Jenis?
1. Etika hubungan antara laki – laki dan perempuan telah diatur dalam
Surah Al – Ahzab ayat 53 :

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah
Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-
nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang maka
masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik
memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan
mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu
keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu
meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka
mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi
hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah
dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia
wafat.
2. Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Aku pernah mendengar Nabi shallallahu
alaihi wa sallam berpidato: “Janganlah sekali-kali seorang lelaki
berkhalwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali wanita itu bersama
mahramnya. Dan janganlah seorang wanita bepergian kecuali bersama
mahramnya”. Tiba-tiba seorang lelaki bangkit berdiri dan berkata: Wahai
Rasulullah, sesungguhnya isteriku pergi untuk menunaikan ibadah haji,
sedangkan aku terkena kewajiban mengikuti peperangan ini dan itu. Beliau
bersabda: “Berangkatlah untuk berhaji bersama isterimu”. [HR. Bukhari,
Muslim, Ibnu Majah dan Ahmad]

3. Dari al-qur‟an dan hadist nabi SAW hubungan perawat dengan pasien

lawan jenis yang didalamnya seorang perawat laki – laki berkhalwat,


melihat aurat, malah memeriksa luar dalam pasien yang bertujuan untuk
melakuakan pendiagnosaan suatu penyakit adalah dibolehkan dan hanya
didasarkan pada keadaan yang darurat, sebagainana yang dijelaskan oleh
qaidah ushul fiqh yang berbunyi : “ yang darurat dapat membolehkan yang
dilarang.” Akan tetapi, untuk mencegah fitnah dan godaan syaitan maka
sebaiknya sewaktu dokter memeriksa pasien dihadiri orang ketiga baik
dari keluarga maupun dari tenaga medis lainya. Dan akan lebih baik lagi
jika pasien dirawat oleh perawat yang berjenis kelamin sama dengannya,
pasien perempuan diperiksa oleh dokter perempuan dan pasien laki- laki
diperiksa oleh dokter laki-laki.. Dalam batas-batas tertentu, mayoritas
ulama memperbolehakan berobat kepada lawan jenis jika sekiranya yang
sejenis tidak ada, dengan syarat ditunggui oleh mahram atau orang yang
sejenis. Adapun alasannya, dikarenakan berobat hukumnya hanya sunnah
dan bersikap pasrah (tawakkal) dinilai sebagai suatu keutamaan (fadlilah).
Ulama sepakat bahawa pembolehan yang diharamkan dalam keadaan
darurat, termasuk pembolehan melihataurat orang lain, ada batasnya yang
secara umum ditegaskan dalam Al Quran (Quran Surah Al – Baqarah :
173, Al – An’am : 145, An- Nahl : 115 ) dan menjauhi kezaliman dan
kelewat batas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Profesi keperawatan merupakan profesi yang dilaksanakan
berdasarkan keilmuan untuk melayani asuhan keperawatan kepada
pasiennya. Dalam kode etik perawat dengan lawan jenis pasien tidak
diatur secara spesifik, semua pasien dianggap sama, hubungan antara
perawat dan pasien hanya sebatas kewajiban dan komunikasi yang baik
antar perawat dengan pasiennya.
Dalam hukum islam perawat dengan lawan jenis pasien
diperbolehkan asalkan niatnya untuk kepentingan penyelamatan nyawa,
pengobatan dan kesehatan si pasien.

B. Saran
1. Dalam menjalankan profesinya, sebaiknya seorang perawat memahami
batasan-batasan dalam hubungannya dengan pasien, sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman oleh pasien
2. Dengan mengetahui batasan dan etika yang ada seorang perawat tidak
akan dituduh melakukan perbuatan asusila terutama jika pasiennya
adalah lawan jenis
3. Dalam melakukan asuhan keperawatan sebaiknya perawat laki – laki
bila merawat pasien perempuan perlu didampingi orang ketiga untuk
menghindari fitnah
DAFTAR PUSTAKA

Faiz, M. (2010). 1100 Hadis Terpilih. Gema Insani Press : Jakarta

Jusuf, MH. (2012). Etika Keperawatan dan Hukum Kesehatan. EGC : Jakarta

Rony D E Hariwaluyo. (2016). Hubungan Perawat – Pasien Ditinjau dari


Undang - Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Keperawatan.
Program Pasca Sarjana (S-2) Magister Ilmu Hukum. Universitas
Muhammadiyah. Surakarta

Bambang Muladi. (2015). Perawat dan Pasien (Studi tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Kesehatan Melalui Transaksi Terapeutik Di Rumah Sakit Umum


Daerah Kabupaten Wonogiri). Magister Ilmu Hukum. Universitas
Muhammadiyah. Surakarta

Anda mungkin juga menyukai