Disusun Guna Untuk Memenenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Stase
Keperawatan Gadar Kritis
Disusun Oleh :
ADYA GARINI PUTRI
A32020004
A. PENGERTIAN
Pola napas tidak efektif suatu keadaan dimana inspirasi dan atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi adekuat (PPNI, 2016).
Pola napas tidak efektif dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana
ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat.
(NANDA,2015).
Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan
atau ekspirasi tidak adekuat (Santoso, 2006).
Dapat disimpulkan bahwa ketidakefektifan pola nafas adalah keadaan ketika
seseorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual dan potensial yang
berhubungan dengan perubahan pola pernafasan
B. BATASAN KARAKTERISTIK
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-
stokes).
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior—posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
D. FOKUS PENGKAJIAN
a. Anamnesis
E. FOKUS INTERVENSI
1. Manajemen jalan napas (I.01011)
a. Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kdalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust juka curiga trauma servikal)
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berikan minuman hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperogsignasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dngan forsep McGiil
- Berikan oksigen jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- - ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran mukolitik, jikaperlu
DAFTAR PUSTAKA
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS
Nama Mahasiswa : Adya Garini Putri
NIM : A32020004
Pasien mengatakan sesak nafas lemas, dan pusing dari hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD
145/100 mmHg, N 120 x/menit, RR36 x/menit, suhu36.0 0C, SPO2 99 kesadaran composmentis
dengan GCS E4 V5 M6, klien terpasang nasal kanul 10 L/menit, terpasang DC cateter, terdapat infus
RL 20 tpm
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU DAN KELUARGA
Masalah Keperawatan:
Pulse Oxymetri:
BLOOD
Masalah Keperawatan:
Kesadaran: √ Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma
GCS : Eye 4 Verbal 5 Motorik 6
Pupil : √ Isokor Unisokor Pinpoint Midriasis
Refleks Cahaya: √ Ada Tidak Ada
Refleks Muntah: Ada √ Tidak Ada
Refleks fisiologis: Patela (+/-) Lain-lain … …
Refleks patologis : Kaku Kuduk (+/-) Babinzky (+/-) Kernig (+/-) √ Lain-lain tdk ada
BRAIN
Masalah Keperawatan:
Nyeri pinggang: Ada √ Tidak
BLADDER
Masalah Keperawatan:
Keluhan : Mual Muntah √ Sulit menelan
TB : ......cm BB : 50 kg
Nafsu makan : Baik √ Menurun
Makan : √ Padat Cair , Frekuensi 3 x/hr Jumlah : 100 cc/porsi
Minum : Frekuensi 4 gls /hr Jumlah : 100 cc/hr
NGT:
BAB : Teratur √ Tidak
Hematemesis : Ada √ Tidak Ada
Diare: Ada √ Tidak Ada
BOWEL
Masalah Keperawatan:
(Muskuloskletal & Integumen) BONE
Deformitas : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Contusio : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Abrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Penetrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Laserasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Luka Bakar : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Grade : ... Luas ... %
Jika ada luka/ vulnus, kaji:
Luas Luka : ... ...
Warna dasar luka: ... ...
Kedalaman : ... ...
Masalah Keperawatan:
Kepala
HEAD TO TOE
Kulit
Sianosis: Ada √ Tidak Ada
Pallor: Ada √ Tidak Ada
Eritema: Ada √ Tidak Ada
Jaundice: Ada √ Tidak Ada
Petekie: Ada √ Tidak Ada
Lesi: Bula pustula vesikel sisik √ Tidak Ada
Data Sekunder
1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (abnormal)
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
Rabu 14- Leukosit 23.29 3.8-10.6 rb/ul
10-2020 Eritrosit 4.15 4.4-5.9 juta/ul
Hemoglobin 11.8 13.2-17.3 gr/dl
Hematokrit 38.0 40-52 %
Eosinofil % 1.1 2.0-4.0 %
Neutrophil % 81.2 50.00-70.00 %
Limfosit % 14.1 25.0-40.0 %
Ureum 30 15-39 mg/dl
Creatinine 2.07 0.9-1.3 mg/dl
GDS 487 70-105 mg/dl
Deskripsi........................................................................................................................
........................................................................................................................................
............................................................................................................
2. Terapi
No Tanggal Nama Dosis No Tanggal Nama Dosis
therapi therapi
1 14/10/20 BP 5
Furosemid mg/jam
SP NE 0.3 mg/
kg bb
Ceftriaxone 1x2 gr
Levofloxcin 1x750
Digoxin 1x0.25
CPG 1x75 mg
Miniaspilet 1x1
Omz 2x1
Sucralfat 3x1
Propanolol 1x1
Asetic sistein 3x1
2
15-10- BP 5
2020 Furosemid mg/jam
SP NE 0.3 mg/
kg bb
Ceftriaxone 1x2 gr
Levofloxcin 1x750
Digoxin 1x0.25
CPG 1x75 mg
Miniaspilet 1x1
Omz 2x1
Sucralfat 3x1
Propanolol 1x1
Asetic sistein 3x1
ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Masalah
1 14-10- DS: Pasien mengatakan sesak nafas Depresi pusat Pola nafas tidak
2020 dan lemas pernafasan d.d efektif b.d
Pasien mengatakan sesak nafas penggunaan Depresi pusat
bertambah jika bergerak otot bantu pernapasan
DO: Pasien tampak sesak, terpasang pernapasan, (D.0005)
nasal kanul 10 L, TD 145/100mmHg, pola nafas
N 120 x/menit, Suhu 360C, Spo2 99 abnormal
%, RR 36 CRT <2 dtik. EKG sinus
takikardi
2 09/10/20 DS: Pasien mengatakan lemas dan Resistensi Ketidakstabilan
pusing insulin d.d lelah kadar glukosa
Pasien mengatakan nafsu makan dan lesu, kadar darah (D0027)
berkurang, pasien mengatakan habis glukosa darah
setengah porsi dari RS tinggi
Pasien mengatakan kontrol rutin
tetapi kadang lupa untuk meminum
obatnya
O:
- GDS 200
- Pasien tampak lemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d Depresi pusat pernafasan d.d penggunaan otot bantu
pernapasan, pola nafas abnormal
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D0027) b.d Resistensi insulin d.d lelah dan lesu,
kadar glukosa darah tinggi
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi 2x24 Manajemen jalan nafas (I.01012) 1. Memonitor pola nafas Melakukan
b.d hiperventilasi jam masalah keperawatan pola nafas 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, tindakan auskultasi bunyi nafas
tidak efektif dapat teratasi dengan usaha nafas) 2. mempertahankan kepatenan jalan
kriteria hasil : 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas nafas
Pola nafas (L.01004) 3. Posisikan semi-fowler/fowler 3. Memposisikan pasien untuk
Tekanan ekspirasi (4) 4. Monitor bunyi nafas tambahan memaksimalkan ventilasi
Tekanan inspirasi (5) 5. Berikan oksigen jika perlu 4. memonitor pola nafas pasien dan
Penggunaan otot bantu nafas (5) 6. Pertahankan kepatenan jalan nafas bunyi nafas tambahan
20.45 2 memonitor kadar glukosa darah S: Pasien mengatakan bersedia untuk di cek GDS
WIB O: GDS 200
2155 1&2 Memberikan terapi obat S:
WIB O: Obat/terapi obat masuk
21.00 2 Memonitor intake dan output S:
WIB O: memantau intake dan output pasien selama 24 jam
21.30 2 Menghitung balance cairan /jam S:
WIB O:
- Intake –(output+iwl) - 380 cc/jam
22.00 1&2 Memonitor tanda-tanda vital /jam S:
WIB O:
- TD : 120/80 mmHg
N :90x/menit
RR : 27x/menit
SPO2 : 99
23.00 1 Monitor bunyi nafas tambahan S:
WIB O: tidak ada suara nafas tambahan
Sabtu 10/10/2020
04.50 1&2 Memberikan terapi obat S:
WIB O: obat/terapi obat masuk
05.00 1&2 Memonitor tanda-tanda vital /jam S:
WIB O:
- TD : 105/79 mmHg
N :87x/menit
RR : 28x/menit
SPO2 : 99
05.10 1 Pertahankan kepatenan jalan nafas S:
WIB O: pasien terpasang oksigen 10 L
05.20 1.2 Melakukan personal hygiene menyeka pasien dan S:
WIB mengganti baju pasien O:
- Pasien terlihat lebih nyaman
06.00 1&2 Memonitor tanda-tanda vital /jam S:
WIB O:
- TD : 120/70 mmHg
N :85x/menit
RR : 31x/menit
SPO2 : 99
06.15 1 Pertahankan kepatenan jalan nafas S:
WIB O:
Pasien terpasang oksigen 10 L
07.00 1&2 Memonitor tanda-tanda vital S:
WIB O:
- TD : 130/90 mmHg
N : 100x/menit
RR: 24x/menit
SPO2: 99%
08.00 1 Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) S: pasien mengatakan sesak
WIB O: RR: 28 x/menit
EVALUASI
Dx Keperawatan SOAP Paraf
Sabtu 10/10/2020 jam 23.30 WIB
Pola nafas tidak efektif b.d posisi S: pasien mengatakan sesak
tubuh yang menghambat ekspansi O:
paru - Terpasang nasal kanul 10 L
- TTV TD: mmHg, RR x/menit, N x/menit, suhu 0C, SPO 2 %
- GCS E4V5M6
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Monitor frekuensi nafas
- Posisikan semi fowler/fowler
- Monitor bunyi nafas tambahan
- Berikan oksigenasi
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S: Pasien mengatakan lemas dan pusing
(D0027) b.d Resistensi insulin d.d
lelah dan lesu, kadar glukosa darah O:
tinggi - TD : 130/85 mmHg
N :80x/menit
SPO2 : 99%
- GDS 99
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- monitor kadar glukosa darah
- monitor tanda dan gejala hiperglikemia
- monitor intake output dan cairan
- kolaborasi pemberian insulin jika perlu
Sabtu 10/10/2020 jam 14.00 WIB
Pola nafas tidak efektif b.d posisi S: pasien mengatakan masih terasa sesak
tubuh yang menghambat ekspansi O:
paru - Terpasang nasal kanul 10 L
- TTV TD:120/80 mmHg, RR 31 x/menit, N 90x/menit, suhu 36,5 0C, SPO 99 %
- GCS E4V5M6
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Monitor frekuensi nafas
- Posisikan semi fowler/fowler
- Kolaborasi pemberian obat
Ketidakstabilan kadar glukosa darah S: Pasien mengatakan lemas dan pusing sedikit berkurang
(D0027) b.d Resistensi insulin d.d O:
lelah dan lesu, kadar glukosa darah - TD : 128/80mmHg
tinggi N :94x/menit
S: 36oC
SPO2 : 98
GDS : 99
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor intake dan output
- monitor kadar glukosa darah
- monitor tanda dan gejala hiperglikemia
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut penelitian Ratiningsih N. (2011) dalam memaksimalkan
pernafasan pasiendapat dilakukan dengan mengatur posisi pasien. Posisi duduk
dengan sedikit membungkuk ke depan merupakan posisi yang sangat efektif
dalam mengingkatkan fungsi ventilasi paru-paru karena organ abdominal
menekan diafragma sehingga kondisi ini membuat orang yang melakukan
tindakan posisi duduk dengan sedikit membungkuk ke depan lebih mudah untuk
bernafas.
Dari hasil analisis pengaruh pemberian semi fowler terhadap kestabilan
pola napas, bahwa pasien yang setelah diberikan intervensi posisi semi fowler
memiliki rata rata skor dyspnea lebih rendah yaitu 23,53. Frekuensi pernapasan
sebelum diberikan posisi semi fowlwer termasuk frekuensi pernapasan normal
yaitu sebanyak 40 responden (80%) dari 40 responden. Hasil penelitian (Singal,
dkk,2013) dengan judul “A study on the effect of position in COPD patient to
improve breathing pattern” ditemukan 64% pasien lebih baik dalam posisi 30-40 0,
24% pada posisi 60% dan 12% pasien lebih baik dalam posisi 90 0. Sama halnya
dengan penelitian (Safitri dkk, 2011) dengan judul ketidakefektifan pemberian
posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada pasien asma di ruang
rawat inap kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta” menunjukkan bahwa ada
pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada
pasien asma dengan nilai sig. 0,006 (a 0,05)
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian posisi
semi fowler terhadap penurunan sesak napas. Pemberian posisise semi fowler
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pernafasan dengan terapi non
farmakologis, serta menjadikan salah satuacuan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan dengan cara pemberian intervensi secara mandiri.