Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN TEORI VIRGINIA HENDERSON DALAM ASUHAN

KEPERAWATAN
Dosen Pengampu: Dr. Suharsono, MN.

Disusun Oleh:
1. Swastika Pawestri (P1337420723024)
2. Ratna Agustina (P1337420723033)
3. Aditya Hidayat Kurniawan (P1337420723038)
4. Septi Nur Aspri (P1337420723043)
5. Anisa Sabrina Ramadhani (P1337420723053)

DOROTHY E. JOHNSON 2
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Pneumonia merupakan salah satu penyakit gangguan pernapasan yang merupakan
penyebab kematian baik balita maupun lansia. Penyakit ini disebabkan oleh polusi udara,
pemukiman padat penduduk dsb. Pneumonia merupakan inflamasi (infeksi) pada
parenkim paru yang dapat menular melalui udara. Kelompok berisiko tinggi pneumonia
yaitu usia 65 tahun keatas. Pada usia lanjut, pneumonia memiliki derajat keparahan yang
cukup tinggi dan dapat menyebabkan kematian. Namun tidak menutup kemungkinan
orang dewasa khususnya mahasiswa terkena pneumonia. Hal tersebut dapat terjadi karena
faktor lingkungan seperti riwayat merokok, udara yang tidak bersih, dsb. Komplikasi
pada penyakit pneumonia yaitu dehidrasi, bakteremia, abses paru, efusi pleura, dan
kesulitan bernapas.
B. Ringkasan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk melakukan penatalaksanaan kasus pneumonia
yang diderita oleh pasien menggunakan teori Virginia Henderson. Pengkajian diagnosa,
intervensi, implementasi, dan evaluasi menggunakan taksonomi SDKI, SLKI, SIKI.
Observasi: melihat kebutuhan pasien yang sangat dominan pada penyakit
pneumonia. Dilihat dari 14 kebutuhan dasar Virginia Henderson. Kebutuhan dasar
tersebut yang paling dominan adalah kebutuhan bernapas. Oleh karena itu, dalam
penanganan pneumonia yang merupakan penyakit pernapasan, kebutuhan jalan napas
menjadi sangat penting untuk dipenuhi. Pasien dengan kasus pneumonia mendapatkan
diagnosa keperawatan yaitu: Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif bd Hiperplasia dinding
jalan napas dd Batuk tidak efektif,sputum berlebih, Ronchi basah, Dispnea. Gangguan
pertukarann gas bd ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dd Dispnea, Bunyi napas
tambahan, pola napas abnormal. Pola napas tidak efektif bd hambatan pola upaya napas
dd pola napas abnormal (Dispnea/takipnea), Diameter thoraks meningkat.
Intervensi: Karena Kebutuhan akan hal hal tersebut, jika diprioritaskan
diagnosisnya berdasarkan taksonomi SIKI yang merujuk pada tindakan keperawatan
bersihan jalan napas yang bertujuan untuk membersihkan secret atau obstruksi dari
saluran napas guna mempertahankan jalan napas. Hal ini meliputi upaya mengatasi
gangguan berishan jalan napas, seperti batuk yang tidak efektif, tambahan suara napas
ronkhi kering, yang dapat terjadi pada berbagai kondisi medis termasuk pneumonia.
Intervensi ini mencakup kebutuhan fisik, edukasi, monitoring, dan kolaborasi antar
professional untuk memastikan jalan napas pasien tetap terjaga. Misalnya, tindakan
seperti mendorong pasien untuk melakukan batuk efektif, memposisikan pasien secara
tepat, memberikan oksigen, dan kolaborasi pemberian ekspektoran dapat dilakukan
sebagai intervensi bersihan jalan napas.
Intervensi: Gangguan pertukaran gas merujuk pada kondisi ketika terjadi
kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan eliminasi CO2 pada membran alveolus kapiler.
Intervensi ini untuk mengatasi gangguan pertukaran gas meliputi manajemen energi,
terapi aktivitas bertahap, pemantauan respirasi, dukungan ventilasi, edukasi pengukuran
respirasi, fisioterapi dada, pemberian obat. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk
memastikan pertukaran gas pada pasien menjadi akurat, seperti peningkatan ventilasi
oksigenasi yang memadai serta memelihara kebersihan paru-paru dan memastikan paru-
paru bebas dari sekret.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Virginia Henderson
Virginia Avenel Henderson lahir pada November 30, 1897 dan wafat pada Maret
19, 1996 merupakan seorang perawat, peneliti dan penemu teori kebutuhan manusia
dalam keperawatan disebut dengan konsep Human Needs.
Ia memperbaharui teori lingkungan (environment) yang dikemukakan oleh Florence
Nightingale. Menurut Henderson, untuk meningkatkan kesembuhan pasien, perawat
berfokus pada pasien dan keluarga (Ramadhan et al., 2022). Virginia Henderson juga
mengembangkan model keperawatan “The Actifities of Living” yang menjelaskan bahwa
perawat melayani individu untuk meningkatkan kemandirian (Agusmi et al., 2021).
Henderson membagi kebutuhan dasar manusia menjadi 14 aspek yaitu:
1. Kebutuhan bernapas secara normal
2. Kebutuhan makan dan minum secara adequate
3. Kebutuhan eliminasi
4. Kebutuhan bergerak dan mempertahankan posisi
5. Kebutuhan tidur dan istirahat
6. Kebutuhan memilih pakaian yang tepat
7. Kebutuhan mempertahankan temperatur tubuh
8. Kebutuhan untuk menjaga agar tubuh bersih dan baik
9. Kebutuhan menghindari bahaya dari lingkungan
10. Kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain
11. kebutuhan untuk beribadah dan berdoa
12. Kebutuhan bekerja dan menghasilkan suatu karya atau prestasi
13. kebutuhan bermain dan berekreasi
14. kebutuhan belajar menemukan kegunaan untuk perkembangan.
Paradigma teori human needs yaitu:
1. Manusia: manusia sebagai seseorang yang membutuhkan bantuan untuk mencapai
kemandirian yang terdiri dari 14 macam kebutuhan dasar dalam asuhan keperawatan
2. Lingkungan: lingkungan merupakan agregat eksternal yang mempengaruhi kehidupan
dan perkembangan manusia.
3. Kesehatan : kesehatan memiliki hubungan dalam meningkatkan kemandirian dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Keperawatan: Melayani kebutuhan pasien guna meningkatkan kesembuhan pasien
yang bertujuan untuk meningkatkan kemandiriannya sesegera mungkin.
B. Asuhan Keperawatan
Kasus:
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 januari 2024 pukul 05.25
Biodata
a. Identitas pasien
Nama: Tn Faisal
Jenis kelamin: laki-laki
Pendidikan: SMA
Agama: Islam
Alamat: Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen
Umur: 67 tahun
b. No rekam medis: 26xxx
c. Tanggal masuk rs: 25 Januari 2024
d. Penanggung jawab:
Nama: Ny. Manda
Pekerjaan: PNS
Umur: 47
Jenis kelamin: Perempuan
Hubungan dengan pasien: Anak kandung
Diagnosa medis: Pneumonia
e. Tanda-tanda vital (vital sign)
Tekanan darah: 130/90 mmHg
Nadi: 95 x/menit
Suhu: 36 C
RR: 40x/menit
I. Pengkajian
1. Bernapas dengan normal
Pasien mengatakan sesak, ketika menarik napas merasa berat terengah-engah,
memiliki riwayat batuk secara terus menerus selama 2 minggu, nyeri dada
ketika inspirasi ekspirasi. Pasien mengatakan bahwa ia merupakan perokok
aktif
Inspeksi:
Bentuk dada seperti tong (barrell chest), ritme pernapasan dispnea (irama
cepat) karena adanya sesak, respirasi 40x/menit.
Auskultasi:
adanya bunyi tambahan napas seperti mendengkur, napas berat pada saat
inspirasi dan ekspirasi,
Perkusi:
adanya suara perkusi hiperresonan karena adanya udara pekat akibat terdapat
cairan di dalam paru
2. Kebutuhan Makan dan Minum
Pasien mengatakan ketika makan tidak mengalami mual namun hanya makan
makanan yang tidak berat seperti sayur, bubur. Ketika makan gorengan seperti
tahu, tempe, ayam goreng merasa sakit dibagian dada. pada saat minum
mengalami kesulitan terutama minum dingin.
BB ketika sehat diangka 65 kg namun ketika sakit mengalami penurunan berat
badan sebesar 10kg.
Inspeksi: Pasien tampak kurus
1. Antropometri:
Tinggi badan 180 cm, berat badan 55 kg, IMT 17 kg/m, berat badan ideal
65. Tidak ada alergi makanan
2. Biochemical
Hasil laboratorium (25/01/2024) Hb 11 g/dL.
3. Clinical sign
Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 95x/menit, RR 40x/menit, suhu 36 C,
sadar aktif, adanya gangguan pada nervus IX Glosofaringeus.
4. Diet
Pasien mengalami perubahan pola makan semenjak batuk. Sebelum sakit,
makan 4 kali sehari (nasi, lauk, sayur) habis 1 porsi. Setelah sakit,
mengalami penurunan nafsu makan karena sudah tidak dapat
mengkonsumsi beberapa makanan sehingga hanya makan setengah porsi
selama 3 kali sehari. Pasien suka sekali makan makanan gurih/asin, sayur,
ayam goreng, minum teh, minum air putih, jus.
3. Kebutuhan eliminasi
Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat BAB dan BAK. Buang air besar
1x/hari dengan konsisten yaitu pada pagi hari dan tekstur feses lembek tidak
encer, kecoklatan. Tidak ada pendarahan ketika BAK dan BAB. Buang air
kecil 5-6x/hari, berwarna kuning, tidak ada nyeri tekan pada vesika urinaria.
4. Kebutuhan Bergerak dan Mempertahankan Postur Tubuh
Pasien mengatakan aktivitas mandiri,namun beberapa aktivitas seperti jalan ke
kamar mandi klien di bantu oleh keluarga atau menggunakan kaki empat.
klien lebih banyak melakukan aktivitas di tempat tidur. Inspeksi : Pasien aktif,
beberapa aktivitas di bantu perawat dan keluarga seperti berpindah duduk ke
berdiri dan saat jalan. Untuk menggunakan pakaian pasien bisa melakukan
nya mandiri.Kaki tidak terdapat luka atau fiting edema. kemampuan rentang
gerak anggota tubuh masih normal. skor barthel indeks makan 10 (Mandiri ),
Mandi 0 ( Bergantung).
5. Kebutuhan Tidur dan Istirahat
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam istirahat dan tidur.
6. Kebutuhan Berpakaian
Pasien mampu memilih pakaian sehari-hari. Pasien. lebih suka memakai
pakaian yang berbahan kaos dan celana yang longgar. Pasien lebih suka
memakai celana yang panjang dan longgar. Pasien mengatakan mampu
memakai dan melepas pakaian. Pasien mengatakan lebih suka memakai
pakaian berbahan kaos, celana panjang yang longgar, karena lebih nyaman.
7. Modifikasi Lingkungan
Suhu tubuh pasien 38,2°C. Inspeksi: Pasien tampak selalu. memakai selimut
agar tubuh tetap terjaga dengan hangat. Air minum, peralatan makanan
diletakkan di dekat pasien. Agar pasie lebih mudah untuk menjangkaunya.
Palpasi teraba hangat (abnormal), CRT< 2 detik.
8. Kebutuhan Proteksi dan Personal Hygiene
Sebelum sakit pasien mandi 2x/hari. Saat dirawat di RS pasien mandi 2x/hari.
Sebelum dirawat di RS pasien menggosok gigi 2x/hari. Saat dirawat di RS
pasien menggosok gigi 2 x/hari. Pasien tidak mempunyai riwayat pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada tremor pada ekstremitias dan tidak ditemukan trias
DM.
9. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Pasien mengatakan nyeri saat bernafas. Pasien tidak ada masalah dalam
penglihatan, pengecapan, dan pendengaran. Pasien mengatakan suka merokok
sejak masih muda sampai dengan sebelum sakit. Pasien merokok satu
bungkus sehari, sejak sakit pasien sudah tidak merokok lagi.
10. Kebutuhan Berkomunikasi
Pasien dalam kondisi aktif penuh, kesadaran composmentis, pasien mampu
mengulang informasi jangka Panjang dan pendek, orientasi terhadap orang,
tempat dan waktu baik. Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa
Indonesia. Pasien berkomunikasi dengan baik, pengucapan jelas, komunikasi
terbuka dan relevan. Pasien mengatakan dirinya merasakan nyeri saat
bernapas. Pasien mengatakan dirinya merokok sejak masih muda s.d. sebelum
sakit. Pasien mengatakan dirinya merokok satu bungkus dalam sehari. Pasien
sekarang sudah Ikhlas dengan apa yang terjadi sekarang, lebih menerima dan
hidup apa adanya. Pasien jarang berkomunikasi dengan pasien lain di ruangan
dan gorden lebih sering tertutup.
11. Kebutuhan Spiritual
Pasien meyakini sakit yang dideritanya merupakan cobaan dari Allah Swt..
Pasien mengatakan pasien mengerjakan sholat lima waktu seperti biasa.
Pasien memerlukan bantuan orang lain untuk berjalan ke kamar mandi namun
saat mengambil wudhu pasien tidak memerlukan bantuan.
12. Kebutuhan Aktualisasi diri
Pasien meyakini sakit yang dideritanya merupakan cobaan dari Allah Swt..
Pasien mengatakan pasien mengerjakan sholat lima waktu seperti biasa.
Pasien memerlukan bantuan orang lain untuk berjalan ke kamar mandi namun
saat mengambil wudhu pasien tidak memerlukan bantuan.
13. Kebutuhan Relaksasi
Selama sakit untuk mengobati kejenuhan, Pasien sering berkebun dan
berkumpul dengan keluarga. Pasien mengatakan saat bosan dengan proses
pengobatan hiburan merupakan cara terbaik untuk menghilangkan bosan.
14. Kebutuhan Akan Layanan Kesehatan
Pasien mengatakan sumber pengetahuan tentang kesehatan diperoleh dari
petugas kesehatan yaitu perawat dan dokter. Pasien mengatakan percaya
terhadap pengobatan yang diberikan di rumah sakit. Pasien mengatakan
menyesal telah merokok yang menyebabkan kondisinya seperti sekarang.
Pasien mengatakan tempat layanan kesehatan yang paling mudah dijangkau
dari rumahnya adalah rumah sakit. Selama menjalani pengobatan pasien
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit karena
petugas kesehatan dokter dan perawat selalu memberikan informasi dengan
jelas terhadap tindakan yang akan dilakukan pada pasien. Fasilitas rumah sakit
juga lengkap sehingga sangat mendukung proses pengobatan yang
dijalani oleh pasien.
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut SDKI yaitu:
1. D.0001 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif bd Hiperplasia dinding jalan
napas dd Batuk tidak efektif,sputum berlebih, Ronchi basah, Dispnea.
2. D.0003 Gangguan pertukarann gas bd ketidakseimbangan ventilasi-perfusi dd
Dispnea, Bunyi napas tambahan, pola napas abnormal.
III. Intervensi
Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
25/01/202 1. SDKI (D.0001) 1. 1. Latihan batuk efektif SIKI
4 Bersihan Jalan Pertukara (I. 01006)
Napas Tidak Efektif n gas Observasi:
bd Hiperplasia SLKI (L.  identifikasi
dinding jalan napas 01003) kemampuan batuk,
dd Batuk tidak Dispnea 5  monitor adanya retensi
Menurun sputum
efektif,sputum
Pola  monitor input dan
berlebih, Ronchi
napas ouput cairan
kering, Dispnea. SLKI
2. SDKI (D.0003) (L.01004) Terapeutik:
Gangguan Tekanan  Atur posisi semi
pertukarann gas bd inspirasi flowler/flower
ketidakseimbangan dan
ventilasi-perfusi dd  Pasang perlak dan
ekspirasi bengkok di pangkuan
Dispnea, Bunyi menurun
napas tambahan, pasien’
2.  Buang sekret pada
pola napas abnorma Pertukara
l. tempat sputum
n gas Edukasi:
SLKI
 Jelaskan tujuan dan
(L.01003)
prosedur batuk efektif
Pola
 Anjurkan Tarik napas
napas 5
dalam melalui hidung
membaik,
selama 4 detik, ditahan
Dispnea 5
selama dua detik,
menurun,
kemudian keluarkan
Bunyi
dari mulut dalam bibir
napas
mencucu dibulatkan
tambahan
selama 8 detik.
5
menurun  Anjurkan Tarik napas
hingga 3x
 Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
Tarik napas dalam
ketiga
Kolaborasi:
 Pemberian mukolitik
atau ekspektoran jika
perlu
Terapi oksigen SIKI (I.01026)
Observasi:
 Monitor kecepatan
aliran oksigen
 Monitor posisi alat
terapi oksigen
 Monitor aliran oksigen
secara periodic dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
 Monitor efektivitas
terapi oksigen
 Monitor kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
 Monitor tanda dan
gejala toksikasi oksigen
dan antelektasis
 Monitor Tingkat
kecemasan akibat
terapi oksigen
 Monitor integritas
 mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
 Bersihkan sekret pada
mulut, hidung, dan
trakea jika perlu
 Pertahankan kepatenan
jalan napas
 Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
 Berikan oksigen
tambahan jika perlu
 Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan Tingkat
mobilitas pasien
Edukasi:
 Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi:
 Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
atau tidur
2. Dukungan Berhenti
Merokok SIKI (I.01001)
Observasi:
 Identifikasi keinginan
berhenti merokok
 Identifikasi Upaya
berhenti merokok
Terapeutik
 Diskusikan motivasi
penghentian merokok
 Diskusikan kesiapan
perubahan gaya hidup
 Lakukan pendekatan
psikoedukasi untuk
mendukung dan
membimbing Upaya
berhenti merokok
Edukasi:
 Jelaskan efek langsung
berhenti merokok
 Jelaskan berbagai
intervensi dengan
farmakoterapi
Fisioterapi Dada SIKI
(I.01004)
Observasi
 Identifikasi indikasi
dilakukan fisioterapi
dada
 Identifikasi
kontraindikasi
fisioterapi dada
 Monitor status
pernapasan
 Perikssa segmen paru
yang mengandung
sekresi berlebihan
 Monitor jumlah dan
karakter sputum
 Monitor toleransi
selama dan setelah
prosedur
Terapeutik
 Posisikan pasien sesuai
dengan area paru yang
mengalami
penumpukan sputum
 Gunakan bantal unntuk
membantu pengaturan
posisi
 Lakukan perkusi
denngan posisi telapak
tangan rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
 Lakukan fisioterapi
dada setidaknya dua
jam setelah makan
 Hindari perkusi pada
tulang
belakang,ginjal,payuda
ra Wanita,dan tulang
rusuk yang ppatah
 Lakukan penghisapan
lender untuk
mengeluarkan secret,
jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tujuanndan
prosedur fisioterapi
dada
 Anjurkan batujk segera
setelah prosedur selesai
 Ajarkan inspirasi
perlahan dan dalam
melalui hidung selama
proses fisioterapi
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Penerapan asuhan keperawatan menggunakan teori Virginia Henderson
memungkinkan kami melakukan pengkajian degan melakukan pendekatan dengan
teori 14 kebutuhan dasar manusia, kami juga dapat mengidentifikasi secara holistic
kebutuhan dan respon yang ditimbulkan oleh klien untuk digunakan dalam
melaksankan asuhan keperawatan dengan menyeluruh dan berkesinambungan
berdasarkan tingkatan kebutuhan dan ketergantungan pasien.

Anda mungkin juga menyukai