Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FAKULTAS VOKASI

Proses Fisioterapi Pada Kasus Asma

Christian Anugerah Putra (2062030006)


Rahmianita (2062030013)
Nofi Kristiyanti Hulu (2062010016)
Aditya Wahyu Pranata (2062030023)
Maria Irene Simanjuntak (2062030025)
Annisa Ramadhani (2062030030)

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
DEFINISI KASUS

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi peradangan kronik saluran nafas yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di
dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik
dengan atau tanpa pengobatan. Depkes, RI., 2009.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
EPIDEMIOLOGI
Sampai saat ini, penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan
data dari WHO, di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma
dan tahun 2025 diperkirakan jumlah pasien asma mencapai 400 juta. Selain itu setiap
250 orang, ada satu orang meninggal karena asma setiap tahunnya. Peningkatan
prevalensi asma terutama meningkat pada kelompok anak dan cenderung menurun pada
kelompok dewasa Ratnawati, 2011 Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT 1986
mengajukan angka sebesar 7.6. Pada hasil SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan
emfisema dinyatakan sebagai penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5.6.
Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia mencapai 131000 penduduk
dibandingkan bronkhitis kronik 111000 penduduk dan obstruksi paru 21000 penduduk.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
PATOFISIOLOGI
Obstruksi saluran napas yang bersifat rekuren disebabkan oleh bronkokonstriksi, edema saluran napas,
hiperresponsivitas saluran napas, dan remodeling saluran napas, berupa: inflamasi, hipersekresi mukus,
fibrosis subepitelial, hipertrofi otot polos saluran napas, dan angiogenesis.
Karakteristik patologi asma mengakibatkan peningkatan resistensi saluran napas dan hiperinflasi paru
dinamis. Hal ini akan mengakibatkan konsekuensi sebagai berikut. 1) Peningkatan work of breathing.
Hal ini terjadi akibat peningkatan resistensi saluran napas dan penurunan pulmonary compliance karena
volume paru yang besar. 2) Ventilation perfusion mismatch. Hal ini mendasari kondisi hipoksemia dan
hiperkapnia pada penyakit paru. Penyempitan dan penutupan saluran napas akan mengganggu
pertukaran gas. 3) Interaksi kardiopulmoner. Fungsi jantung dipengaruhi oleh perubahan volume paru
dan tekanan intrapleura.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
ASESMEN

2.1 Identitas Pasien

a Nama Pasien : Ny. U


b Umur : 33 Tahun
c Jenis Kelamin : Perempuan
d Agama : Islam
e Pekerjaan : Pengrajin Batik
f Hobi : -
g Alamat : Wukirsari Bantul, Yogyakarta

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
1. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Sesak napas saat terpapar polusi dan pada saat di pagi hari udara dingin, disertai dengan mengi pada saat
sesak napas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak napas di pagi hari di saat udara dingin disertai dengan adanya suara mengi. 2
minggu yang lalu pada tanggal 28 Desember 2017 pasien mengeluh sesak saat terpapar polusi dari asap
kayu bakar karena pasien bekerja sebagai pengrajin batik. Pada tanggal 11 Januari 2018 pasien pergi ke
rumah sakit untuk memeriksa kondisinya dan dirujuk ke fisioterapi.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 3 bulan yang lalu, pasien didiagnosa Asma oleh Dokter dengan intensitas kambuhnya tidak terlalu
sering dan kunjungan kontrolnya tidak terlalu sering.
d. Riwayat Penyakit Pribadi
Pasien bekerja sebagai pengrajin batik yang sering terpapar polusi dari kayu bakar dan cantingnya,
kemudian ketika dahulu pasien saat memasak menggunakan tungku kayu bakar .
e. Riwayat Penyakit Penyerta
Tidak ada
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien memiliki keluarga yang pernah terkena asma yaitu ayahnya yang sudah mempunyai riwayat
penyakit asma sejak usia muda.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital dan Tingkat Kesadaran
BP : 120/90 mmHg
RR : 91x/menit
HR : 25x/menit
Temperatur : 36,8 ºC
Tinggi badan : 147 cm
Berat badan : 59,7 kg
Tingkat kesadaran : Compos Mentis

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
b. Inspeksi
1) Inspeksi Statis
Pasien menggunakan pola pernapasan dada. Saat istirahat pola napas pasien normal, namun jika sesak
napas pola napasnya menjadi cepat dan pendek. Bentuk dada pasien normal, pasien tidak memakai alat
bantu pernapasan (Respiratory Equipment), dan tidak ditemukan clubbing finger pada jari pasien.
2) Inspeksi Dinamis
Saat bernapas pola pernapasan pasien cepat dan pendek karena telah berjalan untuk sampai ke ruangan
fisioterapi.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
c. Palpasi
Ekspansi thoraks kanan dan kiri normal, vocal fremitus normal, tidak terdapat spasme otot, dan tidak terdapat
nyeri tekan.
d. Perkusi
Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan perkusi yaitu terdapat bunyi sonor.
e. Auskultasi
Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan auskultasi yaitu terdengar suara napas wheezing/mengi, tidak
ditemukan adanya sputum.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
f. Pemeriksaan Spesifik
1) Pemeriksaan Ekspansi Thoraks
Tabel 3.1 Ekspansi Thoraks
Lokasi Inspirasi Ekspirasi Selisih
Axilla 89 cm 84 cm 4 cm
Ics 4 90 cm 86 cm 4 cm
Proc. 84 cm 80 cm 4 cm

2) Pemeriksaan Sesak Napas


Pemeriksaan menggunakan Borg Scale mendapat hasil nilai 3 artinya sesak yang dirasakan oleh pasien
merupakan sesak sedang.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
3) Pemeriksaan Spirometri
Pemeriksaan spirometri tidak dilakukan karena ketika pasien datang ke rumah sakit pasien
dalam kondisi sudah membaik.
g. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional
Pemeriksaan fungsional yang digunakan adalah dengan Six Minute Walking Test. Pasien diminta
untuk berjalan dengan jarak 25 meter selama 6 menit. Hasil yang didapatkan adalah 26,4 yang
kategorinya adalah Poor.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
3. Potensi Diagnosa Fisioterapi Pada Kasus Asma
3.1 Potensi Diagnosa Fungsi Tubuh
a. Frekuensi pernapasan meningkat (b440.2)
b. Kesulitan untuk berbicara (b310.1)
3.2 Potensi Diagnosa Struktur Tubuh
a. Munculnya alergi di kulit (s810.1)
b. Saluran pernapasan menyempit (s430.2)
3.3 Potensi Diagnosa Aktivitas/Partisipasi
a. Gangguan emosi / stress (d2401.1)
b. Tidak bisa berjalan dalam jangka waktu yang lama (d4500.2)
c. Tidak dapat berolahraga (d455.2)

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
4. Perencanaan Fisioterapi Pada Kasus Asma
4.1 Tujuan Terapi
4.1.1 Tujuan Jangka Pendek
a. Mengurangi sesak napas dengan menggunakan breathing control dan diapraghmatic breathing.
b. Meningkatkan kemampuan fungsional dengan menggunakan static bicycle.
4.1.2 Tujuan Jangka Panjang
Mampu meningkatkan toleransi aktivitas fisik dan menjaga kemampuan fungsional secara umum.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
4.2 Modalitas Alternatif
4.2.1 Breathing Control
4.2.1.1 Tujuan
Untuk memperbaiki fungsi otot-otot respirasi, meningkatkan ventilasi dan oksigenisasi juga merupakan bagian dari treatment untuk meningkatkan status
pulmonal, endurance dan fungsi ADL.
4.2.1.2 Dosis
a. Frekuensi : 4x seminggu
b. Intensitas : 6x repetisi pernapasan
c. Time : 10 menit dengan jeda 2 detik
4.2.1.3 Prosedur Terapi
Pasien dalam posisi half lying dengan kondisi rileks, tangan pasien berada disamping tubuh pasien. Terapis terlebih dahulu memberikan contoh kepada
pasien tentang apa yang akan dilakukan oleh pasien. Kemudian terapis meminta pasien melakukan pernapasan biasa dengan santai yaitu menarik napas
melalui hidung diberikan instruksi 1-4 hitungan dengan kondisi mulut tetap tertutup dan mengeluarkan napas melalui mulut secara perlahan dengan
diberikan instruksi 5-8 hitungan sedikit mecucu. Latihan ini dilakukan dengan durasi 10 menit, setiap siklus sebanyak 6 kali pernapasan diberikan jeda 2
detik kemudian dievaluasi.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
4.2.2 Diapraghmatic Breathing
4.2.2.1 Tujuan
Untuk memperkuat otot-otot diafragma sehingga dapat memperbaiki fungsi pernafasan dan daya tahan pernafasan.
4.2.2.2 Dosis
a. Frekuensi : 3x seminggu
b. Intensitas : 6 kali repetisi pernapasan
c. Time : 10 menit dengan jeda 2 detik
4.2.2.3 Prosedur Terapi
Pasien dalam posisi half lying dengan kondisi rileks. Tangan pasien disamping tubuh pasien. Terapis terlebih dahulu
memberikan contoh tentang apa yang akan dilakukan pasien. Kemudian terapis meminta pasien menarik napas melalui hidung
dengan bagian dinding perut menggembung. Pasien menghembuskan udara melalui mulut dengan sedikit mencucuh hingga
dinding perut mengempis. Terapis tetap mengontrol dada dan perut pasien dimana dada harus tetap diam. Melakukan latihan ini
dengan durasi 10 menit, setiap siklus 6 kali pernapasan diberikan jeda 2 detik kemudian dievaluasi.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
4.2.3 Static Bycicle
4.2.3.1. Tujuan
Untuk mengurangi frekuensi kekambuhan pada penderita asma serta dapat meningkatkan
VO2max dan tingkat kebugaran pada penderita asma,menambah kekuatan otot jantung.
4.2.3.2. Dosis
a.Frekuensi : 3x seminggu
b. Intensitas : Intensitas sedang, denyut nadi 110-120/menit
c. Time : 20 menit dengan cooling down 5 menit

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
4.2.3.3 Prosedur Terapi
Terapis mengukur waktu pada pasien yaitu selama 20 menit. Pasien mulai mengayuh sepeda dengan 5
menit pertama pemanasan, 10 menit inti dan 5 menit terakhir pertandingan. Terapis tetap melakukan
pengecekan terhadap saturasi oksigen dan denyut nadi pada pasien. Setelah selesai, terapis evaluasi hasil
jarak yang mampu ditempuh pasien dan denyut nadi sudah mencapai Heart Rate Maximal (Hrmax) atau
belum.
Hrmax pasien = 220-usia
=220- 33
= 187x / menit
Target HR= 80% dari HRmax= 80% x 187 = 149,6x / menit
Target HR= 90% dari HRmax= 90% x 187 = 168,3x / menit

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
4.3 Rencana Evaluasi
a. Tingkat sesak napas menggunakan Borg Scale.
b. Tingkat kemampuan fungsional menggunakan Six Minute Walking Test.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
DAFTAR PUSTAKA

◼ Bruton, A. (2014b). Key Points.Breathing Exercise for Asthma, 10(4),316.


◼ Rai, I. B. N. B. A. (2017). Astma Meeting: Comprehenssive Approach of Asthma. In International Journal of
Research in Pharmacy and Science Elbur (Vol. 7, Issue 1, pp. 24–29).
◼ Willyana, Y., Arif Pristianto, S. S. T. F. T., Wijianto, S. S. T. F. T., Or, M., Widodo, A., & Fis, S. (2018).
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Asma Di Rumah Sakit Khusus Paru Respira Bantul Yogyakarta
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Halaman 17.

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas
THANK YOU

Rendah Hati, Berbagi dan Peduli, Profesional, Disiplin, Bertanggung Jawab, Berintegritas

Anda mungkin juga menyukai