Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL 1 DK 2 BLOK KMB 1

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2 PSIK A 2020

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022
DAFTAR NAMA KELOMPOK 2

1. Alfisyahrin Tavajio 201810420311011


2. Anif Fatul Ulyawati 201810420311147
3. Diva Berlianova Djewushka 202010420311015
4. Setiaty Pandia 202010420311016
5. Anastasia Prima Viaroza 202010420311018
6. Ulil Chiqmatussa’diah 202010420311019
7. Reifika Arfaka Rizieq 202010420311020
8. Inafa Harliza Putri 202010420311021
9. Fatasya Zurlizatul Chusna Azahra 202010420311022
10. Syafira Lathifa Nurhaliza 202010420311023
11. Aulia Uzlifatul Aszifah 202010420311024
12. Firza Fitrah Anggara 202010420311025
13. Bayu ningsih 202010420311026
14. Dina Hanifah 202010420311027
15. Putri Marsha Zerlina 202010420311028
LEMBAR PENGESAHAN TUTOR

Mengetahui:

Fasilitator

(Chairul Huda Al Husna, M. Kep)

Ketua Tutor

(Aulia Uzlifatul Aszifah)

Sekertaris 1 Sekertaris 2

(Anif Fatul Ulyawati) (Anastasia Prima Viaroza)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Blok Keperawatan Medikal Bedah 1 adalah Mata kuliah pada tahun akademik 2021/2022 dari
prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Pada
kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan-bahan pembelajaran dan untuk
menambah wawasan.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari dilakukannya laporan dan turorial pada studi kasus ini adalah :

1. Sebagai laporan tugas kelompok Blok KMB 1 yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran.
2. Dapat menambah wawasan tentang pendidikan di keperawatan.
3. Mengerti istilah-istilah medis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Fasilitator : Chairul Huda Al Husna, M. Kep

Ketua : Aulia Uzlifatul Aszifah_024

Sekertaris 1 : Anif Fatul Ulyawati_2018-147

Sekertaris 2 : Anastasia Prima Viaroza_018

2.2 Skenario Kasus

KASUS 1: RS Membuat Nafasku Terhempas

Pasien laki-laki berusia 52 tahun di rawat di ruang IPD karena post operasi pengangkatan tumor
mediastinum. Setelah 2 minggu dirawat di RS, pasien mengalami dyspnea dan batuk. Pasien
baru-baru ini memiliki ketergantungan pada inhaler albuterol karena membuat dia lebih nyaman.
Pasien mengalami demam, menggigil, batuk (kadang-kadang produktif) dan dyspnea (memburuk
jika tidur dengan posisi datar). Hasil pengkajian perawat ditemukan bahwa terdapat pernafasan
cuping hidung, retraksi dinding dada, menggunakan otot bantu nafas tambahan M Sternocleido
Mastoideus, tampak diaphoresis, wajah pucat, vocal fremitus normal, perkusi sonor, hasil
aukultasi terdapat ronchi di lobus kanan bawah dan lobus kiri lateral. Terdapat luka sebesar 10
cm di dada, eksudat serous dan terjahit rapi. Pasien sering terbangun saat tidur malam karena
sering batuk, terlihat menghitam di sekitar mata dan sering menguap. Pasien mengatakan selama
di RS tidak pernah sholat karena merasa najis pakainnya sering terkena sputum dari batuk
pasien. Pasien juga mengatakan lemas untuk beraktivitas walaupun sekedar ke kamar mandi,
pasien hanya bisa duduk sebentar di tempat tidur dengan di sokong oleh tempat tidur yang
ditinggikan, kekuatan otot ektremitas 3, 3, 3, 3.

Hasil pengkajian TTV:


Temperatur 38,4oC
Heart Rate 95 x/menit
Respiratory Rate 28 x/menit
Blood Pressure 140/86 mmHg
Oxygen Saturation 84%, dan membaik jika diberikan 4 L nasal kanul menjadi 95%
Hasil laboratorium

Na: 141 Creatinine: 1.6


K: 4.2 WBC: 19.6
Cl: 98 Hgb: 10.8
Bicarb: 23 Hct: 36.2
BUN: 24 Platelets: 115

Hasil pengkajian fisik

General Elderly male, looks older than stated age


HEENT pupils equally round and reactive to light and accommodation
Neck Supple
Respirasi Coarse breath sounds, rhonchi and wheezes heard throughout
Cardiologi Regular rate and rhythm, no murmurs, rubs, or gallops
Abdomen Slightly distended
Extremitas No edema
Skin Excoriated, otherwise normal
Neurologi Slightly altered, but baseline

Hasil radiologi: Chest X-ray showed focal consolidation in the right lower lobe, suggestive of
pneumonia.

Hasil kultur

Blood Culture No growth at 48 hrs


Sputum Culture Gram Stain: 4+ squamous epithelial cells, 4+ segmented
neutrophils, no organisms
Culture: No growth at 48 hours
Pneumococcal Urinary Antigen Positive
Legionella Urinary Antigen Negative

Learning Outcome:

1. Definisi pneumonia
2. Etiologi pneumonia
3. Manifestasi pneumonia
4. Patofisiologi pneumonia
5. Diagnosa keperawatan
6. Intervesi keperawatan
7. Luaran keperawatan

Pertanyaan Umum:

1. Apa yang dimaksud pneumonia? (Reifika Arfaka Rizieq_020)


Jawaban:
 Pneunomia adalah Pneumonia adalah peradangan paru oleh bakteri dengan gejala
berupa panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50
kali/menit), sesak, serta gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan
berkurang).
Sumber: Menurut jurnal respirologi vol 39 no 1 januari 2019.) (Syafira Lathifa
Nurhaliza_023)
 Pneumonia adalah peradangan paru oleh jamur, Virus dan bakteri bersifat serius
berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian akibat adanya infeksi yang
ditandai alveoli (kantong udara kecil pada paru) berisi cairan membuat seseorang
mengalami kesulitan bernafas. Biasanya insiden pnemonia meningkat sesuai
dengan bertambah nya usia > 65 tahun yang di rawat di Rumah Sakit.
Sumber: Menurut Korelasi Kadar Copeptin dan Skor PSI dengan Waktu Terapi
Sulih Antibiotik Intravena ke Oral dan Lama Rawat Pneumonia Komunitas
menurut Risky Irawan Reviono, dan Harsini. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol
39, No 1, Januari 2019) (Setiaty Pandia_016)

2. Apa penyebab pneumonia ? (Fatasya Zurlizatul Chusna Azahra_022)


Jawaban:
 Infeksi virus, bakteri, ataupun jamur adalah penyebab utama pneumonia yang
terdapat di kantung udara pada paru.
Sumber: Menurut kemenkes ri (Firza Fitrah Anggara_025)
 Penyakit ini disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
dan substansi asing, jamur dan aspirasi (Nurarif, 2015).
Sumber: Menurut STUDI KASUS PASIEN DEWASA PNEUMONIA
DENGAN MASALAH POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUMAH SAKIT
PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG, 2020 (Reifika Arfaka Rizieq_020)

3. Manifestasi klinis dari pneumonia ? (Anif Fatul Ulyawati_2018-147)


Jawaban:
 Manifestasi klinis dari pneumonia:
1) Demam
2) Dingin
3) Batuk produktif atau kering
4) Malaise
5) Nyeri pleural
6) Kadang dispnea dan hemoptisis
7) Sel darah putih berubah (>10.000/mm³)

Sumber: Menurut buku dari Zuriati,S.Kep, Ners, M.Kep, Melti Suriya, S.Kep, Ners,
Yuanita Ananda, S.Kep, Ners. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Respirasi Aplikasi Nanda NIC & NOC. Padang-Sumatera Barat. Penerbit
Sinar Ultima Indah. (Anastasia Prima Viaroza_018)
 Gejala-gejala saluran pernafasan seperti batuk dan sesak nafas, demam, dan
tanda² konsolidasi paru, nyeri dada pleuritik,hemoptitis, dan ronki. Manifestasi
klinis yg tidak khas seperti hilangnya nafsu makan, penurunan status fungsional,
inkontinensia urin, dan jatuh bisa muncul sebagai penanda pneumonia pada
pasien lansia.
Sumber: Menurut jurnal penyakit dalam indonesia dengan judul faktor² yg
berhubungan dgn diagnosis pneumonia pada lansia Vol 3 No 4 2016. (Dina
Hanifa_027)

4. Apa penatalaksanaan pneumonia ? (Bayuningsih_026)


Jawaban:
 Salah satu pengobatan yg tepat untuk mengatasi problematika pada kasus
pneumonia adalah dengan fisioterapi, yakni dengan modalitas nebulizer untuk
mengurangi sesak nafas, ir (infra red) untuk mengurangi nyeri dada yang
diakibatkan oleh spasme otot, postural drainage untuk mengurangi penumpukan
sputum dan TEE ( thoracic expansion exercise) untuk meningkatkan ekspansi
torak.
Sumber: Menurut jurnal yg berjudul penatalaksanaan fisioterapi pada kasus
pneumonia dengan modalitas nebulizer, infra red, postural drainage, thoracic
expansion exercise (tee) di bbkpm surakarta tn 2018. (Dina hanifah_027)
 Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2014) antara lain:
manajemen umum (humidifikasi: atau nebulizer jika sekret yang kental dan
berlebihan, oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2 <60 mmHg, fisioterapi:
berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus didorong
setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan
ventilator, hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi, operasi Thoracentesis dengan
tabung penyisipan dada mungkin diperlukan jika masalah sekunder seperti
emfisema terjadi.
Sumber : Menurut STUDI KASUS PASIEN DEWASA PNEUMONIA
DENGAN MASALAH POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUMAH SAKIT
PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG, 2020 (Reifika Arfaka Rizieq_020)

5. Apa M sternocleido mastoideus ? ( Putri Marsha Zerlina_028)


Jawaban:
 Pengertian M sternocleido mastoideus:
a) Otot sternokleidomastoid atau sternokleidomastoideus adalah salah satu
dari otot leher terbesar dan yang paling dekat dengan kulit.
b) Otot ini berjumlah sepasang, di sisi kiri dan kanan.
c) Gerakan utama dari otot ini adalah rotasi kepala ke sisi yang berlawanan
dan fleksi leher. Otot sternokleidomastoid dipersarafi oleh saraf
aksesorius.
d) Otot tersebut diberi nama sternokleidomastoid karena memiliki origo di
tulang dada (sternum; sterno-) dan tulang selangka (klavikula; cleido-),
dan memiliki insersio di tulang pelipis (temporal) pada tengkorak,
terutama bagian mastoid.
e) Otot ini juga bertindak sebagai otot pernafasan tambahan
Sumber: Menurut buku Panduan Anatomi Fungsional dari Dr Eddy Purnomo,
M.Kes (Setiaty Pandia_016)
 Otot sternokleidomastoideus ( SCM ) adalah penanda utama pada daerah leher
karena membagi sisi leher menjadi bagian servikal anterior dan lateral (segitiga
anterior dan lateral leher). Otot ini dipersarafi oleh nervus asesorius ( nervus
kranialis XI). SCM memiliki dua kaput pada bagian inferior, yaitu tendon kaput
sternal melekat pada manubrium sterni dan kaput klavikular yang melekat pada
permukaan superior sepertiga tengah klavikular. Kedua kaput ini bergerak oblik
ke arah kranium dan menjadi satu pada bagian superior dan melekat pada
prosesus mastoideus tulang temporal dan linea nuchal tulang occipital. Otot SCM
diinervasi oleh saraf servikal ke dua dan nervus asesorius.
Sumber: Menurut e journal unstrat yang berjudul rehabilitas medik pada
tortokolis muskular kongenital tahun 2020. (Putri Marsha Zerlina_028)
6. Apa itu otot extremitas 3,3,3,3 ? (Syafira Lathifa Nurhaliza_023)
Jawaban:
 Ektremitas adalah anggota gerak ektremitas dibagi menjadi 2 yaitu ektremitas atas
dan bawah. Ekttremitas atas dibagi menjadi 3 bagian. Terdiri dari lengan, yang
terletak diantara sendi bahu dan siku, lengan bawah yang berada di antara sendi
bahu dan siku dan pergelangan tangan dan tangan. Ektremitas bawah yang terdiri
dari tulang pangkal paha, tulang panggul, tulang panggul kecil, tulang paha,
tulang tulang tibia dan tulang fibula. 3,3,3,3 merupakan skala dari pengukuran
Kriteria penilaian kekuatan otot
Sumber: Menurut buku anatomi fisiologi manusia oleh ardhina nugrahaeni
dengan ISSBN 9786232443556. (Inafa Harliza Putri_021)

7. Patifisiologi pneumonia ? (Diva Berlianova D._015)


Jawabam:
 Patofisiologi pneumonia secara spesifik mempengaruhi paru-paru dan
menyebabkan area tersebut dipenuhi dengan cairan, lendir atau nanah. Kondisi ini
bisa membuat pasien khususnya pada anak-anak mengalami kesulitan bernapas.
Pneumonia yang terjadi pada anak disebabkan oleh infeksi yang berasal dari
virus, bakteri, serta jamur. Penyebab lainnya juga bisa karena menghirup isi
lambung misalnya karena refluks isi lambung atau muntah ini yang disebut
aspirasi pneumonia.
Sumber: Menurut jurnal FISIOTERAPI KASUS PNEUMONIA PADA ANAK,
Indonesian Journal of Health Science Volume 2 No. 1, 2022. (Bayuningsih_026)
 Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli yang menghasilkan eksudat yang
mengganggu difusi oksigen dan karbon dioksida, bronkospasme juga dapat terjadi
apabila pasien menderita penyakit jalan nafas reaktif. Bronkopnemonia bentuk
pneumonia yang paling umum menyebar dalam model bercak yang meluas dari
bronki ke parenkim paru sekitarnya. Pneumonia lobar adalah istilah yang
digunakan jika pneumonia mengenai bagian substansial pada satu atau lebih
lobus. Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen mikroba di berbagai tatanan.
Organisme yang biasa menyebabkan pneumonia antara lain pseudomonas
aeruginosa dan spesies klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza,
Staphylococcus pneumonia dan basilus gram negative, jamur dan virus (paling
sering terjadi pada anak-anak)
Sumber: Menurut buku dari Zuriati,S.Kep, Ners, M.Kep, Melti Suriya, S.Kep,
Ners, Yuanita Ananda, S.Kep, Ners. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Sistem Respirasi Aplikasi Nanda NIC & NOC. Padang-Sumatera
Barat. Penerbit Sinar Ultima Indah. (Anastasia Prima Viaroza_018)

8. Inhaler albutero (Aulia Uzlifatul Aszifah_024)


Jawaban:
 Obat ini bisa dikatakan sebagai penyelamat bagi orang yang menderita serangan
asma dan berbentuk semprotan. Sumber : Kemenkes RI (Firza Fitrah
Anggara_025)
 Inhaler Albuterol adalah obat kerja cepat yang paling umum untuk asma, dan ada
dalam berbagai bentuk, termasuk inhaler dosis terukur dan terapi nebulisasi.
Sumber: Menurut Perawat Sekolah NASN (2022) "Pembaruan Farmakologi:
Obat Darurat dan Pengontrol untuk Pengobatan Asma. (Putri Marsha
Zerlina_028)

9. Apa itu dyspnea ? (Firza Fitrah Anggara_025)


Jawaban:
 Sesak nafas (dyspnea) adalah suatu istilah yang menggambarkan suatu persepsi
subjektif mengenai ketidaknyamanan bernapas yang terdiri dari berbagai sensasi
yang berbeda intensitinya.
Sumber : Menurut Fisioterapi dada dan Posisi Tripod “Nursing Intervention”
Oleh Sondang Manurung, Zuriati Zuriati. (Fatasya Zurlizatul Chusna
Azahra_022)
 Sesak nafas adalah dimana kondisi kita susah bernafas biasanya terjadi ketika kita
melakukan aktivitas fisik dan bisa terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak
dan bayi sekalipun, sesak nafas juga suatu gejala dari beberapa penyakit yang
dapat bersifat kronis. Kesulitan bernafas tersebut merupakan hasil dari kombinasi
impuls yang diteruskan ke otak dari ujung saraf di paru-paru, tulang rusuk, otot
dada, atau diafragma kemudian dikombinasikan dengan persepsi pasien dan
interpretasi.
Sumber : Menurut jurnal Penerapan Metode Bayesian Network Model Untuk
Menghitung Probabilitas Penyakit Sesak Nafas Bayi Vol.2 No.1, Juni 2018)
(Bayuningsih_026)

10. Apa yang dimaksut eksudat serous? (Setiaty Pandia_016)


Jawaban:
 Eksudat serosa, adalah cairan kaya protein yang keluar masuk ke dalam jaringan
pada tahap awal inflamasi. Karena kandungan proteinnya tinggi, serosa menarik
air dan menyebabkan edema pada sisi reaksi inflamasi.
Sumber: Menurut buku dari M. Askar, S. Kep, Ns.,M.Kes. Patofisiologi untuk
teknologi laboratorium medis. 2020. Makasar. Penerbit Unit Penelitian Politeknik
Kesehatan Makassar. Hal 5. (Anastasia Prima Viaroza_018)
 Eksudat jernih, mengandung sedikit protein dan terjadi akibat suatu radang yang
ringan, contoh nya pada luka bakar atau pada efusi pleura.
Sumber: Menurut buku Flare-Up Endodontic - Halaman 19 tahun 2020. (Fatasya
Zurlizatul Chusna Azahra_022)

11. Apa itu diaphoresis ? (Anastasia Prima Viaroza_018)


Jawaban:
 Diaphoresis (keringat dingin) atau seseorang yang tidak sedang kepanasan dan
melakukan aktivitas fisik berat.
Sumber: Menurut Journal of Health Research, Vol 3 No 1. Maret 2020.
(Bayuningsih_026)

12. Bagaimana cara megatasi masalah spiritual pada kasus tersebut ? (Alfisyahrin
Tavajio_2018-011)
Jawaban:
 Perawat dapat memberikan pendidikan tata cara bersuci dan salat fardhu bagi
pasien. Dan para ulama sepakat benda yang keluar dari tubuh manusia yang
tergolong suci di antaranya air liur, dahak, ingus, air susu, air mata, keringat,
kuku, rambut, janin, dan bayi.
Sumber: Menurut buku saku perawat. (Inafa Harliza Putri_021)
13. Askep
A. Apa intrvensi kep yang dilakukan pada kasus tersebut ? (Inafa Harliza
Putri_021)
Jawaban:
 Intervensi keperawatan:

1) Pola napas tidak efektif


- Intervensi utama :manajemen jalan napas, pemantauan respirasi
- Intervensi Pendukung : dukungan emosional , dukungan kepatuhan
pengobatan , dukungan ventilasi , pengaturan posisi, pemberian obat
interpleura, pemberian obat intradermal, pemberian obat intravena,
pemberian obat oral
2) Gangguan Pertukaran Gas
- Intervensi utama : pemantauan respirasi , terapi oksigen
- Intervensi Pendukung : dukungan ventilasi , pemberian obat ,
pemberian obat interpleura ,pemberian obat intradermal , pemberian
obat intramuskular, pemberian obat intravena
3) Hipertermia

- Intervensi utama :manajemen hipertermia , regulasi temperatur


- Intervensi pendukung : edukasi dehidrasi , edukasi pengukuran suhu,
edukasi program pengobatan, kompres dingin , manajemen cairan,
pemantauan cairan, pemberian obat, pemberian obat intravena,
pemberian obat oral
Sumber: Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia. (Ulil Chiqmatus Sa'diah_019)

B. Apa luaran intervensi kep yang diberikan pada px ? (Ulil Chiqmatus


Sa'diah_019)
Jawaban:
 Luaran dari gangguan pertukaran gas:
1) Tingkat kesadaran meningkat
2) Dispneu menurun
3) Bunyi napas tambahan menurun
4) Gelisah menurun
5) Diaforesis menurun

Sumber: Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia. (Syafira Lathifa Nurhaliza_023)

 Luaran intervensi keperawatan:


1) Pola napas tidak efektif
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka pola napas membaik
dengan kriteria hasil :
- Dispnea menurun (5)
- Penggunaan otot bantu napas menurun (5)
- Pernapasan cuping hidung menurun (5)
- Frekuensi napas membaik (5)
- Kedalaman napas membaik (5)
2) Hipertermia
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka termogulasi membaik
dengan kriteria hasil :
- Menggigil menurun (5)
- Pucat menurun (5)
- Suhu tubuh membaik (5)
- Suhu kulit membaik (5)
- Ventilasi membaik (5)
Sumber: Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia. (Ulil Chiqmatus Sa'diah_019)

C. Diagnosa kep yang tepat pada px? (Anastasia Prima Viaroza_018)


Jawaban:
 Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membean alveolus d.d Dispnea Bunyi
napas tambahan Pasien lemas Diaforesis Napas cuping hidup Pola napas
abnormal
Sumber: Menurut standar diagnosis keperawatan ISBN : 978 602 18445 6 4
(Inafa Harliza Putri_021)
 Diagnosa keperawatan:
1) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea,
penggunaan otot bantu pernapasan, pola napas abnormal, dan adanya
pernapasan cuping hidung
2) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus d.d Pasien
mengatakan lemas dan hanya bisa duduk sebentar terdapat dispnea,
adanya bunyi napas tambahan (Ronchi), Tampak Diaforesis, Terdapat
pernafasan Cuping Hidung, dan Pola nafas Abnormal ditunjukkan dengan
rr pasien 28x/menit.
3) Hipertermia b.d infeksi pada paru d. d suhu tubuh diatas nilai normal yaitu
38.4
Sumber: Menurut buku SDKI. (Setiaty Pandia_016)

Tambahan: Bersihan jalan napas tidak efektif (utama)

14. Terapi non farmakologi apa yang dapat diterapkan untuk meredakan gejala yang di alami
pasien? (Alfisyahrin Tavajio_2018-011)
Jawaban:
 Terapi non farmakologi
1) Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita penyakit paru baik yang
bersifat akut maupun kronis, sangat efektif dalam upaya mengeluarkan
sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang
terganggu. (pada px infeksi nosokomial pneumonia yang menggunakan
ventilasi mekanik dan intubasi).
2) Mobilisasi atau aktivitas di rumah sakit pada pasien istirahat total sangat
penting sekali dilakukan.
3) Aromaterapi merupakan tindakan terapautik dengan menggunakan minyak
esensial yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisik dan psikologi
sehingga menjadi lebih baik. Aromaterapi merupakan salah satu terapi non
farmakologi atau komplementer untuk mengatasi bersihan jalan nafas.
Aromaterapi yang sering digunakan yaitu peppermint (mentha pipperita),
Menthol sebagai bahan aktif utama yang terdapat dalam Peppermint dapat
membantu melegakan hidung sehingga membuat napas menjadi lebih
mudah
Sumber:
1) Syahdida, Firma Aska. 2020. Evaluasi Kualitatif Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Pneumonia Dewasa Di ruang Rawat Inap RSUD Jombang
Periode Januari-Desember 2019. Program Studi Farmasi. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
2) Amelia, S., Oktorina, R & Astuti, N. 2018. Aromaterapi Peppermint
Terhadap Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Anak Dengan Bronkopneumonia. Research of Education and Art Link in
Nursing Journal Vol, 1. No. 2. (Anif Fatul Ulyawati_2018-147)
 Terapi non farmakologi:
1) Memberikan pappermint sebagai aromaterapi
2) Melakukan latihan pursed lips breathing
3) Memberikan istirahat
4) Memberikan asupan cairan yang cukup
Sumber: Berdasarkan REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 2. (Syafira
Lathifa Nurhaliza_023)

15. Apa yang dimaksut retraksi dinding dada? (Ulil Chiqmatus Sa'diah_019)
Jawaban:
 Retraksi dinding dada (tertariknya otot dada karena usaha napas yang kuat)
Sumber: Menurut Ardinasari, Eiyta. (2016). Buku Pintar Mencegah dan
Mengobati Penyakit Bayi & Anak Jakarta: Penerbit Bestari. (Alfisyahrin
Tavajio_2018-011)

16. Terapi farmaologis apa yang dapat dilakukan pada kasus tersebut ? (Fatasya Zurlizatul
Chusna Azahra_022)
Jawaban:
 Terapi farmakologi yaitu terapi obat, pengobatan diberikan berdasarkan etiologi
uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan
terapi secepatnya maka biasanya diberikan antibiotik golongan Penicillin G untuk
infeksi pneumonia virus, Eritromicin, Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi
pneumonia.terapi cairan Asering 500ml 20 tpm, serta injeksi IV Ceftriaxone 1 gr,
inj IV Dexamethasone 4 mg, N-ace 1 tablet.
Sumber : Menurut PENGELOLAAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK
EFEKTIF PADA NY. S DENGAN PNEUMONIA DI RUANG ALAMANDA
RSUD UNGARAN, 2020. (Reifika Arfaka Rizieq_020)
 Terapi Farmakologi
1) Antibiotik, diantaranya yaitu macrolida, fluoroquinolone, penicilin,
Carbapenem dan Sefalosporin. Terutama untuk pneumonia bakterialis.
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah seperti
Penisilin dan Cephalosporin. Penderita yang lebih tua dan penderita
dengan sesak napas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya,
harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infusi.
2) Analgesik bisa diberikan untuk meredakan nyeri dada pleuritic
3) Antipiretik pada pasien dengan demam.
4) Mukolitik membantu mengencerkan sekresi sehingga sekresi dapat keluar
pada saat batuk. Obat ini diberikan kepada Pasien dengan sekresi mukus
yang abnormal dan kental. Acetilcystein (Mucomyst) berbentuk aerosol
dapat digunakan untuk mengurangi kekentalan dari sekresi.
5) Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luar dengan hipoksemia dan bisa
reaksi inflamasi.
Sumber: Menurut Yeni Farida dkk. Study of Antibiotic Use on Pneumonia
Patient in Surakarta Referral Hospital. Journal of Pharmaceutical Science and
Clinical Research, 2018, 02, 44 – 52. (Setiaty Pandia_016)

 Antibiotik tunggal yang digunakan oleh sebagian besar pasien anak dan dewasa
adalah seftriakson. Antibiotik kombinasi pada tahun pasien anak sebagian besar
adalah ampicillin dan gentamisin, sedangkan pada pasien dewasa seftriakson dan
azitromisin.
Sumber: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02
(Syafira Lathifa Nurhaliza_023)

17. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan sputum culture pada kasus tersebut ? (Anif
Fatul Ulyawati_2018-147)
Jawaban:
 Sputum Culture Gram Stain: 4+ squamous epithelial cells, 4+ menandakan
jumlah sel yg sangat banyak.
4+ segmented neutrophils, no organisms
Culture: No growth at 48 hours
No growth & no organisms menandakan tidak adanya bakteri didalam sputum.
Sumber: INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND
MEDICAL LABORATORY (Syafira Lathifa Nurhaliza_023)

18. Apa itu tumor mediastinum ? ( Putri Marsha Zerlina_028)


Jawaban:
 Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu
struktur yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi jantung,
pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf,
jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. mediastinum dibagi atas 4
bagian penting yaitu mediastinum superior, anterior, posterior, dan medial.
Sumber : Menurut Risnawati, R., & Wulandari, L. (2018). Tumor Mediastinum
Anterior (Yolk Sac Tumor). (Fatasya Zurlizatul Chusna Azahra_022)
 Tumor Mediastinum merupakan salah satu kelainan di rongga mediastinum
dengan berbagai spektrum klinis dan jenis histopatologi.
Sumber: Menurut Jurnal Karakteristik Penderita Tumor Mediastinum di RSUP
Padang Tahun 2019 Oleh Nur izzah Atirah, Aisyah Ellyanti, Zelly Dia Rofinda.
(Diva Berlianova D._015)

19. Bagaimana pencegahan diri pneumonia ? (Firza Fitrah Anggara_025)


Jawaban:
 Pencegahan dini pnenomia pemberian gizi yang cukup pada anak, mengurangi
polusi udara di dalam dan luar rumah, menghindari kebiasaan merokok di dalam
ruangan, dan mendapatkan Pendidikan kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan memberikan informasi mengenai pencegahan pneumonia.
Sumber: Menurut HIJP : HEALTH INFORMATION JURNAL PENELITIAN
p-ISSN: 2083-0840: E-ISSN: 2622-5905 Volume 11, Nomor 2, Desember 2019.
(Inafa Harliza Putri_021)
 Untuk mencegah pneumonia
1) Lingkungan yg bersih , bebas polusi
2) Berikan imunisasi atau vaksin
3) Memberikan makanan yang baik/gizi seimban

Sumber: Menurut judul jurnal Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tingkat


Pendidikan dengan perilaku pencegahan pneumonia Tahun 2018 Oleh erin nofita
sari. (Diva Berlianova D._015)
20. Apa yang dimaksut vocal fremitus normal ? (Diva Berlianova_015)
Jawaban:
 Vokal Fermitus Normal merupakan Getaran yang dapat didengar bila pemeriksa
mendengarkannya di dada dan paru-paru, kata yang diucapkan (saat berbicara)
akan menimbulkan getaran yang diteruskan melalui cabang bronkopulmonar ke
dinding dada dan paru-paru. Pemeriksaan dilakukan dengan palpasi pada dada
menggunakan telapak tangan atau jari sehingga dapat merasakan getaran dinding
dada dengan meminta pasien mengucapkan “tujuh puluh tujuh” secara berulang
ulang. Getaran normal apabila terasa di batang bronkus utama, bila teraba di
perifer paru hal ini menunjukkan konsolidasi sekresi atau efusi pleura sedang atau
ringan.
Sumber: Menurut Dharmawan, Dion Krismashogi . dkk. 2020. Pemeriksaan
Fisik Paru. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. (Anif Fatul Ulyawati_2018-
147)
 Bunyi resonansi dengan tinggi nada rendah, bergaung dan terus-menerus
mendekati bunyi timpani menggunakan jari tengah tangan kiri yang diletakkan
dengan kuat pada dinding dada sejajar dengan iga pada sela iga dengan telapak
tangan dan jari lain tidak menyentuh dada.
Sumber: Menurut Penerapan Fisioterapi Dada Terhadap Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Bronkitisusia Pra Sekolah Hidayah Widias
Ningrum DIII Keperawatan, 2019. (Aulia Uzlifatul Aszifah_024)

21. Apa yang dimaksut dengan ronchi? (Dina Hanifah_027)


Jawaban:
 Ronchi merupakan salah satu bunyi napas tambahan yang terjadi jika ada
sumbatan pada jalan napas akibat lendir atau cairan.
Sumber: Menurut V.B.Aty, Yoany Maria. Gonsalves, Dominggos. Blasius,
Gadur. (2021). Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat. Bandung: Penerbit Media
Sains Indonesia. (Alfisyahrin Tavajio_2018-011)
22. Apa faktor resiko pada kasus tersebut ? ( Putri Marsha Zerlina_028)
Jawaban:
 Faktor resiko:
1) Faktor Mikroorganisme yaitu berupa bakteri, virus, jamur, dan protozoa
(sejenis parasite).
2) Umur
3) Kekurangan vit A sehingga mudah terserang infeksi Imun yang lemah
4) Gizi yang buruk Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah
terserang pneumonia dibandingkan balita dengan gizi normal
5) Riwayat Asma dlm keluarga
6) Faktor lingkungan : Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar
untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme
pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya pneumonia.
7) Faktor pelayanan kesehatan : Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi
yang rendah dengan tinggal di lingkungan yang padat, nutrisi yang kurang,
gaya hidup, pekerjaan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi

Sumber: Menurut judul jurnal Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinere Kota Depok Tahun 2018 Oleh putru
chairunnisa. (Diva Berlianova D._015)

 Anak laki-laki adalah faktor risiko yang mempengaruhi kesakitan pneumonia ini
disebabkan karena diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil
dibandingkan dengan anak perempuan atau adanya perbedaan dalam daya tahan
tubuh antara anak laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Hananto (2004) bahwa anak laki-laki mempunyai peluang menderita
pneumonia 1,46 kali dibanding anak perempuan.
Sumber: Menurut Rigustia, R., Zeffira, L., & Vani, A. T. (2019). Faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas Ikur
Koto Kota Padang. Health and Medical Journal, 1(1), 22-29. (Anastasia Prima
Viaroza_018)
23. Apa itu sputum ? (Bayuningsih_026)
Jawaban:
 Sputum adalah lendir yang disebut juga dahak.
Sumber: Menurut Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan (2021). "Identifikasi
Bakteri Gram Negatif dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut di
Rumah Sakit Dustira Kota Cimahi.". (Aulia Uzlifatul Aszifah_024)
 Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea.
Individu yang sehat tidak memproduksi sputum.
Sumber: Menurut buku Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan tahun 2022.
(Fatasya Zurlizatul Chusna Azahra_022)
 Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut.
Sumber: Menurut jurnal berjudul Active Cycle Breathing Technique (ACBT)
Pengeluaran Sputum Pada Lansia Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK). Diss. Universitas' Aisyiyah Surakarta, 2021. (Putri Marsha
Zerlina_028)

24. Apa klasifikasi pada pneumonia ? (Reifika Arfaka Rizieq_020)


Jawaban:
 Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
1) Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang
yang tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2) Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama
perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau
prosedur.
3) Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung,
baik ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan
merupakan infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi
mungkin mengandung bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang
terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
Sumber: Menurut Buku Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. (Fatasya Zurlizatul Chusna Azahra_022)
 Klasifikasi Pneumonia Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Penyakit pneumonia dibagi dalam tiga kelompok yaitu, sebagai berikut :
1) Pneumonia sangat berat : Pneumonia sangat berat ditandai dengan
kesulitan bernafas dengan stridor (mengorok), kejang, adanya nafas
cepatdan penarikan dinding dada ke dalam, pada anak-anak akan disertai
mengi (mengeluarkan bunyi saat menarik nafas), dan sulit menelan
makanan/minuman. Pneumonia sangat berat harus segera dirujuk baik ke
puskesmas atau ramah sakit.
2) Pneumonia berat : Pneumonia berat ditandai dengan nafas cepat tanpa
penarikan dinding dada ke dalam
3) Pneumonia : Pneumonia ditandai dengan nafas cepat tanpa penarikan
dinding dada ke dalam.

Sumber: Menurut Judul Jurnal KLASIFIKASI PENYAKIT PNEUMONIA (PARU-


PARU BASAH) MENGGUNAKAN PROBABILISTIC NEURAL NETWORK
Tahun 2021 Oleh Agnes manurung. (Diva Berlianova D._015)

 Berdasarkan bakteri penyebab :


a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama.
e. pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

 Berdasarkan predileksi infeksi :


a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan
orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada
aspirasi benda asing atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan
paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial (PDPI,2003).

Sumber : Suryani, Andi I. (2017). Gambaran Kultur Sputum dan Pola


Penggunaan Antibiotik Penderita Pneumonia pada Pasien di Infection Center
Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar Bulan Januari 2016 – Juni
2017. Fakultas kedokteran Universitas Hasannudin. (Anif Fatul
Ulyawati_2018-147)

25. Apa itu pernapasan cuping hidung ? (Fatasya Zurlizatul Chusna Azahra_022)
Jawaban:
 Pernapasan cuping hidung yaitu, cuping hidung mengmang dan kembali untuk
memaksimalkan jumlah oksigen yang masuk kedalam tubuh hal itu karena reaksi
tubuh saat mengalami sesak napas.
Sumber: Menurut UNISA, R. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK USIA INFANT (3 BULAN) DENGAN BRONCHOPNEUMONIA
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK
EFEKTIF DI RSUD CIAMIS TAHUN 2018. (Ulil Chiqmatus Sa'diah_019)

26. Pemeriksaan lab utama apa untuk pneumonia ? (Syafira Lathifa Nurhaliza_023)
Jawaban:

 Pemeriksaan penunjang utama (Gold standard) untuk menegakkan diagnose


pneumonia yaitu pemeriksaan Radiologi atau foto thoraks (PA/lateral). Gambaran
radiologis ini dapat berupa infiltrate baru atau infiltrate progresif, sampai
konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta
gambaran kavitas. Ditambah dengan 2 atau lebih diantara gejala berikut:
1) Batauk-batuk bertambah
2) Perubahan karakteristik dahak atau purulent
3) Suhu tubuh >38 C / Riwayat demam
4) Pemeriksaan fisik ditemukan ; tanda-tanda konsolidasi, suara nafas
bronkal dan ronki
5) Leukosit >10.000 atau <4.500
Sumber: Menurut Damayanti, K. Ryusuke, O. 2017. Pneumonia. Universitas
Udayana. (Anif Fatul Ulyawati_2018-147)
 Pemeriksaan lab utama untuk pneumonia, Pneumonia dapat dideteksi dengan
insidental pada foto thoraks, foto thoraks dapat mendeteksi terjadinya pneumonia
sejak belum memunculkan tanda gejala sampai menunjukkan gejala mulai dari
akut sampai membutuhkan ventilasi.

Sumber: Menurut Rohmah, D. N. (2020). Case Management of Respiratory


Failure in Pneumonia: Literature Review. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 13(1),
22-30. (Ulil Chiqmatus Sa'diah_019)

27. Apa itu perkusi sonor ? (Firza Fitrah Anggara_025)


Jawaban:
 Perkusi adalah mengetuk pada suatu permukan untuk mengetahui struktur
bawahnya apakah berisi udara, cairan, atau benda padat. Dari teknik perkusi
tersebut menghasilkan beberapa bunyi salah satunya yaitu sonor/resonan, perkusi
di atas struktur yang mengandung udara dan jaringan, dgn karakteristik intensitas
keras nada rendah amplitudo lebih tinggi dan berdurasi panjang, lokasi perkusi
pada paru-paru normal. Keadaan patologis perkusi dada, bronkhitis kronis
sederhana.
Sumber: Menurut jurnal dgn judul perangkat pembelajaran audiovisual
pemeriksaan fisik paru thn 2020. (Dina

28. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan otot ekstremitas 3,3,3,3? (Bayuningsih_026)


Jawaban:
 Interpretasi 3,3,3,3 merupakan Kriteria penilaian kekuatan otot dengan skala
MMT adalah sebagai berikut :
0 = Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
1 = Kontraksi otot bisa dipalpasi tetapi tidak ada gerak sendi
2 = Subjek bisa bergerak sedikit tanpa melawan gravitasi
3 = Subjek bergerak dan mempertahankan posisi dengan melawan gravitasi
4 = Subjek bergerak dan mempertahankan posisi dengan melawan gravitasi dan
tahanan minimal
5 = Subjek bergerak dan mempertahankan posisi dengan melawan gravitasi dan
tahanan maksimal
Sumber: Menurut Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020. (Inafa
Harliza Putri_021)

Anda mungkin juga menyukai