Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PROJECT BASED LEARNING

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA

Untuk Memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I


Yang Diampu Oleh Ibu Atyanti Isworo M. Kep., Sp. KMB

Disusun oleh:

Dewi Hajar Khansa A. I1B018083


Nevia Fadila Putri I1B018084
Ji’is I1B018085
Silvia Batulingas I1B018086
Isnan Okta Nur Zaki I1B018088
Sesilia Daima I1B018089
Irnawa Pakasari I1B018090
Dhea Narantika I1B018091
Syifa Azka Maulida I1B018092
Tsabitah Hasna Nisrinna I1B018094
Justine Agrippina I1B018095
Yustika Meliana I1B018097
Nur Hidayah I1B018099
May Maria Magdalena W. I1B018100

KEMENTERIAN PENDIDIKAN TINGGI, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan nafas yang disebabkan oleh
hiperresponsivitas jalan nafas, edema mukosa dan produksi mucus berlebih
[ CITATION Ern15 \l 14345 ] . Asma merupakan penyakit inflamasi saluran nafas
yang dapat menyerang semua kelompok umur, biasanya ditandai dengan
peradangan pada saluran napas yang bersifat kronik dengan ditemukannya
riwayat gejala pernapasan seperti sesak napas, sesak dada, dan batuk.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan penyakit asma
termasuk 10 besar penyebab kesakitan dan kematian, dengan jumlah penderita
pada tahun 2002 sebanyak 12.500.000. Dari 25 juta penduduk Indonesia, 10%
menderita asma. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005 mencatat
225.000 orang meninggal karena asma (Departemen Kesehatan, 2019). Di
Indonesia, berdasarkan data RISKEDAS tahun 2013, didapatkan hasil bahwa
angka kejadian asma di Sulawesi Tengah 7,8%, Nusa Tenggara Timur 7,3 %,
Daerah Istimewa Yogyakarta 6,7 % dan Sulawesi Selatan 6,7 % dimana angka
kejadian asma lebih sering terjadi pada wanita dengan presentase 4,6 %, 2%
lebih tinggi dibandingkan laki laki. Tanda dan gejala asma yang biasa sering
muncul adalah mengi, peningkatan frekuensi pernafasan, hyperventilation,
hyperinflasi, fluktuasi kadar CO2[ CITATION Ern15 \l 14345 ].
Kejadian Asma dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat
kecemasan, kebiasaan merokok, riwayat keluarga dan hewan peliharaan
[ CITATION Adh19 \l 14345 ] . Adanya berbagai faktor pemicu kekambuhan asma
membuat pola hidup individu menjadi berubah karena harus menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan fisiologis yang disebabkan oleh asma dan
menghindari faktor pemicu kekambuhan asma. Hal ini dapat memberikan
dampak pada fisik maupun psikologis individu. Dampak fisik yang cenderung
dialami oleh individu yang mengalami asma seperti kesulitan bernafas, bunyi
nafas mengikik dan terengah-engah, mudah merasa lelah, kesulitan berbicara
ketika serangan asma kambuh, dan kesulitan tidur. Berbagai dampak fisik yang
dialami individu yang mengalami asma juga cenderung menimbulkan perubahan
pada bentuk fisik seperti terbentuk lingkaran mengelilingi mata, ukuran hidung
bertambah kecil, bahu terlihat meninggi, dan gigi bagian atas terlihat menonjol.
Perubahan fisik yang terjadi pada individu yang mengalami asma akan
berpengaruh terhadap menurunnya rasa percaya diri individu (Cutetomatto,
2012).

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari penyakit asma?
2. Apa etiologi/faktor resiko penyakit asma?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit asma?
4. Apa manifestasi klinis penyakit asma? Bagaimana patofisiologi penyakit
asma?
5. Bagaimana asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit asma?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami penyakit asma dan asuhan keperawatan
terhadap pasien dengan kasus asma.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui dan memahami definisi penyakit asma
2) Untuk mengetahui dan memahami etiologi/faktor resiko penyakit asma
3) Untuk mengetahui dan memahami patofisiologis penyakit asma
4) Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis penyakit asma
5) Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang dapar ditegakkan terhadap
pasien dengan penyakit asma
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Asma berasal dari bahasa Yunani yang berarti terengah-engah dan


serangan pendek. Asma penyakit paru obstruktif kronis yang sering diderita
oleh anak-anak, orang dewasa, maupun para lanjut usia. Asma keadaan
mengenai respon abnormal saluran nafas terhadap berbagai rangsangan
mengenai penyempitan jalan nafas yang meluas (Usman, Chundrayetti &
Khairsyaf 2015). Asma adalah gangguan pernafasan pada bagian bronkus yang
di tandai dengan adnya bronkospasme periodic yang reversible (kontraksi
berkepanjangan pada saluran nafas bronkus) (Black & Hawks 2014).

B. Etiologi

Dalam penelitian (Usman, Chundrayetti & Khairsyaf 2015) bahwa pada


sebagian besar penderita asma ditemukan riwayat alergi dan serangan asmanya
juga sering dipicu oleh pemajanan terhadap alergen. Pada pasien yang
mempunyai komponen alergi jika ditelusuri sering terdapat riwayat asma. Hal
ini menimbulkan pendapat bahwa terdapat faktor genetik yang menyebabkan
seseorang menderita asma. Penyebab kemunculan gejala asma terbanyak adalah
aktivitas fisik (17,82%). Penderita asma yang memilih faktor risiko ini
sebanyak 24 orang (58,54%) dengan mampu membuat sel-sel epitel jalan nafas
memproduksi mucus lebih banyak (Nursalam, Hidaya & Sari 2009). Gerakan
paru-paru untuk membersihkan diri juga terganggu, sehingga dahak dan iritan
lain tidak bisa dikeluarkan. Hal ini berarti penderita asma akan lebih mudah
terkena penyakit infeksi saluran nafas. Gejala asma juga akan muncul akibat
infeksi di saluran nafas.
C. Patofisiologis

Peningkatan reaktivitas saluran nafas terjadi karena adanya inflamasi


kronik yang khas dan melibatkan dinding saluran nafas, sehingga aliran udara
menjadi sangat terbatas tetapi dapat kembali secara spontan atau setelah
pengobatan. Hipereaktivitas tersebut terjadi sebagai respon terhadap berbagai
macam rangsang. Ketika orang asma terpapar oleh allergen ekstrinsik dan iritan
saluran nafas akan meradang, yang menyebabkan kesulitan bernafas, dada akan
terasa sesak. Immunoglobulin E (IgE) akan diproduksi oleh limfosit B.
Antibodi IgE akan melekat pada sel mast dan basophil di dinding bronkus. Sel
mast akan mengosongkan dirinya melepaskan mediator peradang kiamia.
Sehingga menginduksi dilatasi kapiler menyebabkan edema pada saluran
pernafasan dalam usaha menyingkirkan allergen dan menginduksi kontraksi
saluran pernafasan sehingga tidak menghirup allergen lebih banyak lagi (Black
& Hawks 2014).

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis asma mudah dikenali. Setelah pasien terpajan alergen
penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul dispnea. Pasien merasa
seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan
tenaga atau bernapas. Berdasarkan perubahan-perubahan anatomis yang telah
dijelaskan, bahwa kesulitan utama terletak pada saat ekspirasi. Percabangan
trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk
memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit, mengalami edema dan
terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan
tertentu pada ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat
penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. Kemudian akan
timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu
pasien berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti batuk
produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan (Price & Wilson, 2006)

E. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1. Identitas Pasien
 Nama : Nabilatul Hasanah
 Tempat, tanggal lahir : Purworejo, 18 Mei 2000
 Umur : 19 tahun
 Alamat : Jln. Cederawasih
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Mahasiswi S1 Administrasi Negara
UNSOED
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Terdahulu :
Klien mengatakan bulan kemarin baru saja di rawat karena penyakit
tipes. Klien juga mengatakan memiliki maagh dan asma. Klien
mangatakan tadi malam asmanya kambuh.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Klien mengatakan Almarhumah Ibu memiliki riwayat kanker dan
Neneknya memiliki riwayat Asma. Namun ayahnya tidak memiliki
riwayat penyakit serius.
3. Pemeriksaan fisik
 Tanda vital
a) TD : 120/60 mm/Hg
b) N : 74 kali/menit
c) RR : 18 kali/menit
d) Suhu : 36,3oC
4. Terapi
Klien mengatakan sudah tidak mengonsumsi obat, terakhir
mengonsumsi saat SMP. Klien mengatakan apabila asmanya kambuh ia
hanya menggunakan aroma terapai dan keruangan yang tidak terlalu
sempit.
5. Pengkajian Riwayat Asma
Klien mengatakan Asma mulai dirasakan ketika kelas 3 SD. Biasanya
asmanya kambuh ketika terasa capek, udara dingin, ruangan sempit dan
ruangan berdebu. Saat asma kambuh biasanya berlangsusng sekitar 30
menit namun benar-benar terasa sakit sekitar 15 menit. Klien
mengatakan saat terkena asma sakit yang dirasakan seperti ada yang
menekan dada dan kesulitan bernapas meskipun sudah nafas dalam.
Klien tidak meimiliki kebiasaan merokok dan tidak tinggal di
lingkungan yang merokok namun Ayahnya merupakan seorang
perokok.

Pertanyaan yang diajukan

1. Kapan mulai asma?


2. Biasanya asmanya kambuh saat apa?
3. Berapa lama kalau pas asmanya kambuh?
4. Terakhir asmanya kambuh kapan?
5. Biasanya kalau asmanya kambuh digimanain?
6. Kalau asmanya kambuh, apa yag dirasain?
7. Kebiasaan merokok atau lingkungan merokok?
8. Kalau pas di daerah dingin, asmanya kambuh ngga?

b) Diagnosis
No Data Problem Etiologi
1 DS : Klien ketidakseimbangan antara Gangguan Pernapasan
mengatakan jika suplai dan kebutuhan oksigen
asmanya kambuh
ketika terasa capek
2 DS : Klien Hiperventilasi Disfungsi
mengatakan jika neuromuscular
udara dingin, dan
ruangan berdebu
3 DS : Klien Kebutuhan O2 tidak Hereditas
mengatakan jika terpenuhi
udara dingin, dan
ruangan berdebu

Diagnosa NOC NIC


1. Intoleransi (0180) Managemen
aktivitas b.d (0005) Toleransi Terhadap energi :
ketidakseimban Aktivitas 1. Buat batasan
gan antara untuk aktifitas
suplai dan Indicator Skal Tujua hiperaktif klien
kebutuhan a n saat mengganggu
oksigen ditandai awal yang lain atau
dengan 000502 3 4 dirinya sendiri
gangguan Frekuensi 2. Ajarkan pasien
pernapasan nadi mengenai
ketika pengelolahan
beraktivita kegiatan dan
s Teknik
000503 3 4 manageman
Frekuensi waktu untuk
pernapasa menjegah
n ketika kelelahan
beraktivita 3. Bantu pasien
s identifikasi
000508 3 4 pilihan aktivitas-
Kemudaha aktivitas yang
n bernapas akan dilakukan
ketika 4. Bantu pasien
beraktivita untuk
s mengidentifikasi
000504 3 4 tugas/kegiatan
Tekanan rumah yang bisa
darah dilakukan oleh
sistolik keluarga dan
ketika teman dirumah
beraktivita untuk
s mencegah/menga
000505 3 4 tasi kelelahan
Tekanan 5. Ajarkan
darah pasien/SO untuk
diastolic menghubungi
ketika tenaga kesehatan
beraktivita jika tanda dan
s gejala kelelahan
tidak berkurang
2. Ketidakefektifa (3390 : Batuan ventilasi )
n pola nafas b.d (0403) Status Pernapasan : 1. Pertahankan
hiperventilsasi Ventilasi kepatenan jalan
ditandai dengan nafas
disfungsi Indicator Skal Tujua 2. Posisikan pasien
neuromuscular a n untuk mengurangi
awal dyspnea
040301 3 4 3. Beri obat
Frekuensi (misalnya,
pernapasa bronkobilator dan
n inhaler) yang
040302 3 4 meningkatkan
Irama patensi jalan
pernafasa napas dan
n pertukaran gas
040314 3 4 4. Ajarkan Teknik
Dispnea pernapasan,
saat dengan tepat.
latihan
040315 3 4
Orthopnea
3. Asietas b.d (6040 : Terapi relaksasi )
kebutuhan tidak (1211) Tingkat Kecemasans 1. Tentukan apakah
terpenuhi adanya intervensi
Indicator Skal Tujua relaksasi dimana
a n lalu yang sudah
awal memberikan
121115 4 5 manfaat
Serangan 2. Dorong
panik pengulangan
121120 3 4 Teknik praktik-
Peningkat praktik tertentu
an secara berkala
frekuensi 3. Evaluasi laporan
nadi individu terkait
121121 3 4 dengan relaksasi
Peningkat yang dicapai
an secara teratur, dan
frekuensi monitor
pernafasan ketegangan otot
secara periodic,
denyut nadi,
tekanan darah dan
suhu tubuh
dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA

Adhar Arifuddin, M. J. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Asma Di Wilayah. Jurnal Kesehatan Tadulako, 1-62.

Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014, Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
Untuk Hasil yang Diharapkan Volume 3. Jakarta : Salemba Medika

Cutetomatto. (2012, November 22). Pengaruh Psikologi Pada Penderita Asma.


Retrieved April 20, 2013, from Pengaruh Psikologi Pada Penderita Asma:
http://artikelduniawanita.com/pengaruh-psikologi-padapenderita-asma.html

Departemen Kesehatan. Asma di Indonesia. http//www.depkes.id [14 Desember


2019].

Effendy, N. G. (2004). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: EGC.

Nursalam, Hidaya, L. & Sari, N.P.W.P. 2009. Faktor Risiko Asma Dan Perilaku
Pencegahan Berhubungan Dengan Tingkat Kontrol Penyakit Asma (Asthma
Risk Factors And Prevention Behaviour Relate To Asthma Level Of Control).
Jurnal Keperawatan Indonesia.

Usman, I., Chundrayetti, E. & Khairsyaf, O. 2015. Faktor Risiko dan Faktor Pencetus
yang Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr . M . Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas volume 4, 392

Price, Syilvia. A & Wilson, Lorraine. M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG

Anda mungkin juga menyukai