Anda di halaman 1dari 21

PENCEGAHAN PRIMER, SKUNDER, DAN TERSIER PADA KASUS ASMA

NAMA KELOMPOK :

No Nama Mahasiswa NIM


1. Febryani Widiastuti 010318493
2. Gita Margaretha Filadelfia M 010318494
3. Helmalia Husnul Hotimah 010318495
4. Khidada Azizi 010318496
5. Kosasih 010318497
6. Layyina Nurhasanah 010318498
7. Mariza Roziana Simatupang 010318499
8. Moch Syahdan Gumilang 010318500
9. Mochamad Irsal Nurilfa Jamil 010318501
10. M. Khaerudin 010318502
11. Muhamad Rizky 010318503

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan
pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit
asma.

Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas
dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta
faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi
penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa
diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan
waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.

Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit)
asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura,
Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya
secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di
negara maju.
Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi
penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah,
peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian (Muchid
dkk, 2007).
Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun
dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan
bahwa prevalensi asma bronkial meningkat pada anak maupun dewasa. Prevalensi total asma
bronkial di dunia diperkirakan 7,2 % (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi
tersebut sangat bervariasi pada tiap negara dan bahkan perbedaan juga didapat antar daerah
di dalam suatu negara. Prevalensi asma bronkial di berbagai negara sulit dibandingkan, tidak
jelas apakah
perbedaan angka tersebut timbul karena adanya perbedaan kritertia diagnosis atau karena
benar-benar terdapat perbedaan (IDAI, 2010).

Riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh badan penelitian dan
pengembangan kesehatan dalam rangka mengetahui berbagai prevalensi penyakit pada tahun
2007 mendapatkan bahwa prevalensi penyakit asma bronkial di Indonesia adalah sebesar
3,32%. Prevalensi asma bronkial terbesar adalah di provinsi Gorontalo yaitu sebesar 7,23%,
dan terendah adalah di provinsi NAD (Aceh) sebesar 0,09%. Sidhartani pada tahun 1994
meneliti 632 anak usia 12-16 tahun di Semarang dan menemukan prevalensi asma bronkial
6,2%. Penelitian multisenter di beberapa pusat pendidikan di Indonesia mengenai prevalensi
asma bronkial pada anak usia 13-14 tahun (SLTP) menghasilkan angka prevalensi di
Palembang 7,4%, di Jakarta 5,7%, dan di Bandung 6,7% (Kartasasmita, 1996).

Asma bronkial memberi dampak negatif bagi kehidupan pengidapnya, seperti menyebabkan
sering tidak masuk sekolah atau kerja dan membatasi kegiatan olahraga serta aktifitas dari
individu maupun seluruh keluarganya. Pada anak-anak, biaya tidak langsung meningkat jika
anak

2
dirawat sehingga mengganggu pekerjaan keluarga. Menurut sumber, di Amerika tiap harinya
30.000 orang kambuh, 40.000 orang tidak masuk kerja dan sekolah dan 5.000 orang masuk
Instalasi Gawat Darurat (IGD) akibat asma bronkial. Anak dengan asma bronkial
membutuhkan biaya kesehatan 2,8 kali lebih tinggi dari pada anak tanpa asma bronkial
(CDC, 2010).

Beberapa faktor tersebut sudah disepakati oleh para ahli, sedangkan sebagian lain masih
dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah jenis kelamin, usia, sosio-
ekonomi, alergen, infeksi, atopi, lingkungan, dan lain-lain (IDAI, 2010). Risiko
berkembangnya asma bronkial merupakan interaksi antara faktor pejamu (host faktor) dan
faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi
untuk berkembangnya asma bronkial, yaitu genetik, alergik (atopi), hipereaktivitas bronkus,
jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan 21
mempengaruhi individu dengan kecenderungan atau predisposisi asma bronkial untuk
berkembang menjadi asma bronkial, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau
menyebabkan gejala-gejala asma bronkial menetap. Termasuk dalam faktor lingkungan yaitu
alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus),
diet, status sosio-ekonomi dan besarnya keluarga. Interaksi faktor genetik dengan lingkungan
dipikirkan melalui kemungkinan bahwa baik faktor lingkungan maupun faktor genetik
masing- masing meningkatkan risiko penyakit asma bronkial, dan pajanan lingkungan hanya
meningkatkan risiko asma bronkial pada individu dengan genetik asma bronkial (PDPI,
2003).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan dan melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
asma bronchial.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien, penulis mampu :
a. Memahami tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronchial.
b. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan asma bronchial.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan asma bronchial.
d. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan asma bronchial.
e. Mampu melaksanakan implementasi pada klien dengan asma bronchial.
f. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan asma bronchial.
g. Melakukan pendokumentasian pada klien dengan asma bronchial.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahsa Yunani yang berarti
“sukar bernapas”. Penyakit asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan
yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Proses inflamasi kronik ini yang meyebabkan
saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan terjadinya
bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang menghasilkan pembatasan aliran
udara di saluran pernapasan dengan manisfestasi klinik yang bersifat periodik. (Global
Initiative for Asthma, 2011)
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran nafas yang menyebabkan
penyempitan saluran nafas (hiperaktifitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodic
berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam hari
atau dini hari. (Kemenkes RI)
Asma adalah gangguan inflmasi kronik pada jalan nafas yang ditandai dengan episode
mengi, sesak nafas, kekakuan dada, dan batuk berulang. (EGC, 2017)
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami
inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48)
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot
polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus ( Huddak & Gallo, 1997 ).

B. Etiologi
1. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
 Reaksi antigen-antibodi
 Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
2. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
 Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
 Fisik : cuaca dingin, perubahan temperature
 Iritan : kimia
 Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
 Emosional : takut, cemas dan tegang
 Aktivitas : aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
(Suriadi, 2001)

C. Manisfestasi Klinis
Pada Umumnya Gejalanya :
 Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop.
 Batuk produktif, sering pada malam hari.
 Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang.

1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek.
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul.
c. Whezing belum ada.
d. Belum ada kelainan bentuk thorak.
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E.
f. BGA belum patologis.
4
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum.
b. Whezing.
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi.
d. Penurunan tekanan parsial O2.

2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi.
b. Sesak nafas berat dan dada seolah – olah tertekan.
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan.
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest).
e. Thorak seperti barel chest.
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus.
g. Sianosis.
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%.
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri.
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

D. Penatalaksanaan
Menurut Infodani Kemenkes RI, Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai
asma terkontrol sehingga penderita Asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan Asma dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Tatalaksana Asama Jangka Panjang
Prinsip utama penetalaksanaan jangka panjang adalah edukasi, obat Asma (pengontrol
dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan saat
serangan, obat pengontrol ditunjukan untuk pencegahan serangan dan diberikan jangka
Panjang dan terus menerus.
2. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa
Tujuan tatalaksana serangan Asma AKUT:
 Mengatasi gejala serangan Asma.
 Mengembalikan fungsi par uke keadaan sebelum serangan.
 Mencegah terjadinya kekambuhan.
 Mencegah kematian serangan Asma.
Untuk mencapai dan mempertahankan keadaan Asma yang terkontrol terdapat dua faktor
yang perlu dipertimbangkan, yaitu : medikasi dan pengobatan berdasarkan derajat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Upaya
pencegahan asma dibedakan menjadi :
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitasi pada bayi dengan risik
asma(orang tua asma), dengan cara:
 Penghindaran asap rkok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembangan bayi/anak.
 Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan atau dengan syarat diet tersebut tidak
mengganggu asupan janin.
 Pemberian ASI aksklusif sampai usia 6 bulan.
 Diet hipalergenik ibu.

5
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah
tersensitasi dengan cara menghindari pajanan asap roko, serta alergen dalam ruangan
terutama tungau debu rumah.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma, pada anak yang telah
menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multi senter yang dikenal
dengan nama ETAC Study (Early Treatment of Atopic Children) mendapatkan bahwa
pemberian setrizin selama 18 bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE
terhadapserbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah menurunkan kejadian asma
sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian setrizin pada penilitian ini bukan
sebagai pengendali asma (contrller). (Direktorat Penyakit tidak menular, 2009)

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk mendiagnosis asma :
- Pemeriksaan fungsi / faal paru dengan alat spirometer.
- Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter.
- Uji reversibilitas (dengan bronkodilator).
- Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada / tidaknya hiperaktifitas bronkus.
- Uji alergi (Test tusuk kulit / skin prick test) untuk menilai ada tidaknya alergi.
- Foto toraks, pemeriksaan ini dikaukan untuk menyingkirkan penyakit selain asma.

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba
 Perpanjangan ekspirasi mengi
 Penggunaan otot-otot aksesori
 Perpendekan periode inpirasi
 Sesak nafas
 Restraksi interkostral dan esternal
 Krekels
b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar
c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan
d. Diaforesis
e. Distensi vera leher
f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku
g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit
h. Perubahan tingkat kesadaran
i. Hipokria
j. Hipotensi
k. Pulsus paradoksus > 10 mm
l. Dehidrasi
m. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas b.d bronkospasme dan bronkokonsintriksi :
peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan
energi/kelemahan.
6
b. Gangguan Pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral.
d. Gangguan pola tidur berhubungan engan sesak dan batuk.
e. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber.

7
3. Renana keperawatan
NO DIGANOS NIC NOC
A
1 Tidak o Respiratory status : o Pastikan kebutuhan
efektifnya ventilation oral / tracheal
bersihan o Respiratory status : airway suctioning
jalan nafas patency o Berikan o2 ……l/mnt,
o Aspiration control setelah metode………
dilakukan tindakan o Anjurkan pasien
keperawatan selam untuk istirahat dan
pasien napas dalam
menunjukkan o Posisikan pasien untuk
keefektifan jalan memaksimalkan
nafas dibuktikan ventilasi
dengan kriteria hasil o Lakukan fisioterapi dada
o Mendemonstrasikan batuk jika perlu
efektif dan suara nafas o Keluarkan sekret
yang bersih, tidak ada dengan batuk atau
sianosis dan dyspneu suction
(mampu mengeluarkan o Auskultasi suara
sputum, bernafas dengan nafas, catat adanya
mudah, tidak ada pursed suara tambahan
lips) o Berikan bronkodilator
o Menunjukkan jalan o Monitor status
nafas yang paten (klien hemodinamik
tidak merasa tercekik, o Berikan pelembab
irama nafas, frekuensi udara kassa basah
pernafasan dalam nacl lembab
rentang normal, tidak o Berikan antibiotik :
ada suara nafas o Atur intake
abnormal) untuk cairan
o Mampu mengoptimalkan
mengidentifikasikan keseimbangan
dan mencegah faktor o Monitor
yang penyebab. respirasi dan
o Saturasi o2 dalam batas status o2
normal o Pertahankan hidrasi yang
o Foto thorak dalam batas adekuat untuk
normal mengencerkan secre
o Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan peralatan :
o2, suction, inhalasi.
2 Gangguan o Respiratory status : gas o Posisikan pasien untuk
pertukaran exchange memaksimalkan
gas o Keseimbangan asam basa, ventilasi
elektrolit o Pasang mayo bila perlu
o Respiratory status : o Lakukan fisioterapi dada
ventilation jika perlu
o Vital sign status o Keluarkan sekret
o Setelah dilakukan dengan batuk atau
tindakan suction
keperawatan selama o Auskultasi suara
…. Gangguan nafas, catat adanya
pertukaran pasien suara tambahan
teratasi dengan o Berikan bronkodilator
kriteria hasi: o Barikan pelembab udara
o Mendemonstrasikan o Atur intake
peningkatan ventilasi dan untuk cairan
oksigenasi yang adekuat mengoptimalkan
o Memelihara kebersihan keseimbangan
paru paru dan bebas dari o Monitor respirasi dan
tanda tanda distress status o2
pernafasan Catat pergerakan
o Mendemonstrasikan dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan,
batuk efektif dan suara
retraksi otot supraclavicular
nafas yang bersih, tidak dan intercostals
ada sianosis dan o Monitor suara nafas,
dyspneu (mampu seperti dengkur
mengeluarkan sputum, o Monitor pola nafas
mampu bernafas dengan : bradipena,
mudah, tidak ada takipenia, kussmaul,
pursed lips)
hiperventilasi,
o Tanda tanda vital dalam cheyne stokes, biot
rentang normal
o Auskultasi suara nafas,
o Agd dalam batas normal
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
o Monitor ttv, agd,
elektrolit dan ststus
mental
o Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
o Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (o2, suction,
inhalasi)
o Auskultasi bunyi
jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung
3 Perubahan a. Nutritional status: o Kaji adanya alergi
nutrisi adequacy of nutrient makanan
kurang dari b. Nutritional status : food o Kolaborasi dengan
kebutuhan and fluid intake ahli gizi untuk
tubuh
c. Weight control menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
Setelah dilakukan tindakan dibutuhkan pasien
keperawatan selama….nutrisi o Yakinkan diet yang
kurang teratasi dengan
dimakan mengandung
indikator:
o Albumin serum tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
o Pre albumin seru
o Ajarkan pasien
o Hematokrit
bagaimana membuat
o Hemoglobin
catatan makanan
o Total iron binding
harian.
capacity
o Monitor adanya
o Jumlah limfosit
penurunan bb dan
gula darah
o Monitor lingkungan
selama makan
o Jadwalkan
pengobatan dan tindakan
tidak selama jam
makan
o Monitor turgor kulit
o Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, hb dan
kadar ht
o Monitor mual dan
muntah
o Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan konjungtiva
o Monitor intake nuntrisi
o Informasikan
pada klien dan
keluarga tentang
manfaat nutrisi
o Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti ngt/
tpn sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
o Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi selama
makan
o Kelola pemberan
anti emetik:.....
o Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi iv line
4 Gangguan Noc: Nic :
pola tidur o anxiety control o sleep enhancement
berhubungan o comfort level
dengan o evaluasi efek-efek
o pain level
sesak dan medikasi terhadap
o rest : extent and pattern
batuk pola tidur
o sleep : extent ang o jelaskan pentingnya tidur
pattern yang adekuat
setelah dilakukan tindakan o fasilitasi untuk
keperawatan selama …. mempertahankan
Gangguan pola tidur aktivitas sebelum
pasien teratasi dengan tidur (membaca)
kriteria hasil
o ciptakan lingkungan yang
o jumlah jam tidur dalam nyaman
batas normal o kolaburasi pemberian
o pola tidur,kualitas dalam obat tidur
batas normal
o perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
o mampu mengidentifikasi
halhal yang
meningkatkan tidur
5 Kurang o Kowlwdge : disease o Kaji tingkat
Pengetahuan process pengetahuan pasien
o Kowledge : health dan keluarga
behavior setelah dilakukan o Jelaskan patofisiologi
tindakan keperawatan dari penyakit dan
selama …. bagaimana hal ini
Pasien berhubungan dengan
menunjukkan anatomi dan fisiologi,
pengetahuan dengan cara yang tepat.
tentang proses o Gambarkan tanda dan
penyakit dengan gejala yang biasa
kriteria hasil: muncul pada penyakit,
Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
menyatakan o Gambarkan proses
pemahaman tentang penyakit, dengan cara
penyakit, kondisi, yang tepat
prognosis dan o Identifikasi
program pengobatan kemungkinan
o Pasien dan keluarga penyebab, dengan
mampu melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang o Sediakan informasi pada
dijelaskan secara pasien tentang kondisi,
benar dengan cara yang tepat
o Pasien dan keluarga o Sediakan bagi
mampu menjelaskan keluarga informasi
kembali apa yang tentang kemajuan
dijelaskan perawat/tim pasien dengan cara
kesehatan lainnya yang tepat
o Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan
o Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
o Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan,
dengan cara yang tepat
CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. N
 Tempat/TGL Lahir : Kamp. Baru/27-12-1974
 Agama : Islam
 Pendidikan : MTSN
 Alamat : Tuik, Kp.Baru. Koto Gunung
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Tanggal masuk RS : 02 juli 2018
 Status Perkawinan : Menikah
 Suku : Sikumbang
 Diagnosa Medis : Asma Bronkhial

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi


Nama : Tn. S
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tuik, Kp.Baru. Koto Gunung

B. PENGKAJIAN PRIMER
 A (Airway) : Jalan nafas tidak paten
 B (Breathing) : Pernafasan 30 x/i
 C (Circulation):
 TD : 130/80 mmHg
 Nadi : 80 kali
 Suhu : 37 0C
 D (Disability) :
 Kesadaran Compos Mentis
 Pupil isokhor
 Ukuran pupil 2mm/2mm
 Reflek cahaya +/+
 E (Exposure) : Tidak ada cidera pada tubuh klien
 F (Foley Cateter) : Klien tidak terpasang kateter

C. PENGKAJIAN SEKUNDER
I. RIWAYAT KESEHATAN
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD puskesmas IV Koto Mudik IGD pukul 09.30 WIB
dengan keluhan punggung terasa sakit, dada sakit, nafas sesak, batuk kering
sejak 2 hari yang lalu. Sesak nafas dirasakan memberat pada malam hari atau
saat suasana dingin atau jika pasien kelelahan dan hampir setiap malam sesak
nafas datang
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya pernah dirawat sebanyak 2 kali
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan mengalami sesak nafas semenjak kecil, di keluarganya
ada yang punya penyakit asma (kakak) dan penyakit tekanan darah tinggi
serta DM yaitu ibu dan kakaknya.

II. PEMERIKSAAN FISIK


 Keadaan Umum : baik
 Tanda-tanda Vital
TD=130/80 mmHg, N=80 x/i, R=30 x/i, S=37 0C
 Kepala/Rambut
I : Pertumbuhan rambut merata, tidak terdapat uban
P : Tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada ketombe
 Hidung
I : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, nafas cepat terdapat pernafasan
cuping hidung
P : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada sekret
 Telinga
I : tidak ada serumen dan lesi, fungsi pendengaran baik
 Mata
I : mata isokhor, tidak ada anemis, sklera tidak ikterik
 Bibir : Tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab
 Paru
I : bentuk dada simetris
P : tidak ada nyeri tekan
P : suara hipersonor
A : terdapat bunyi wheezing dan ronkhi
 Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat pada ica 4-5
P : ictus cordis teraba pada ics 4-5
P : pekak
A : bunyi jantung normal
 Abdomen
I : bentuk agak cembung, tidak ada asites
A : bising usus terdengar 7 kali
P : tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada pekak
 Ekstremitas : Simetris kiri dan kanan, fungsi ekstremitas normal, tidak ada
menggunakan alat bantu, fungsi kekuatan otot normal

555 555

555 555

D. POLA KEBIASAAN
No Aktifitas Sehat Sakit
1. Nutrisi  Pasien mengatakan  Pasien makan
makan 3 x sehari 3x sehari
dengan komposisi dengan porsi
nasi, lauk pauk, sedikit karena
sayur batuk
 Pasien minum 6-7  Pasien minum
gelas sehari 5-7 gelas/hari

2. Eliminasi  Pasien mengatakan  Pasien BAB


BAB 1x sehari sebanyak 3-4 x
dengan konsistensi per hari dan
lembek, warna berwarna
kuning, berbau kuning
khas

3. Kebersihan diri  Pasien mandi 2x  Saat sakit pasien


sehari dan gosok hanya dilap
gigi, keramas 3x badannya
seminggu dengan air
hangat serta
gosok gigi 2x
sehari

4. Istirahat dan tidue  Pasien tidur 7-8  Pasien


jam perhari mengatakan saat
sakit tidur
terganggu
karena sesak
nafas dan batuk
pasien hanya
tidur lebih
kurang 4 jam

E. DATA FOKUS
 Data Subjektif
 Pasien mengatakan sesak nafas
 Pasien mengatakan jika terlalu banyak aktifitas cuaca dingin nafas sesak
 Pasien mengatakan tidurnya terganggu karena sesak nafas dan batuk
 Data Objektif
 pasien tampak letih dan lemah
 Nafas pasien tampak sesak
 Pasien tampak batuk kering
 Pernafasan pasien cuping hidung
 Terdengar ada suara wheezing
 Pasien sesak nafas pada malam hari
 TD= 130/80 mmHg,
N= 80 kali
P=30 kali
S=370C

F. ANALISA DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Bersihan jalan nafas tidak Peningkatan produksi
 Pasien efektif sputum
mengatakan
sesak nafas
 Pasien
mengatakan jika
terlalu banyak
aktifitas cuaca
dingin nafas
sesak
DO :
 Nafas pasien
tampak sesak
 Pasien tampak
batuk kering
 Pernafasan
pasien cuping
hidung
 Terdengar ada
suara wheezing
 Pasien sesak
nafas pada
malam hari
 TD= 130/80
mmHg, N= 80
kali, P=30 kali,
S=37 0C

2. DS : Gangguan pola tidur Batuk terus menerus


 Pasien
mengatakan
tidurnya
terganggu
karena sesak
nafas dan batuk
DO :
 Pasien tampak
letih dan lemah
 TD= 130/80
mmHg, N= 80
x/i, P=30 x/i,
S=37 0C

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Peningkatan Produksi Sputum.
2. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Batuk Terus Menerus

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NIC NOC
O
1 Tidak  Respiratory status :  Pastikan
efektifnya ventilation kebutuhan oral /
bersihan jalan  Respiratory status : tracheal
nafas airway patency suctioning
 Aspiration control  Berikan o2 ……l/mnt,
Setelah dilakukan tindakan metode………
keperawatan selama …  Anjurkan pasien
pasien menunjukkan untuk istirahat dan
keefektifan jalan nafas napas dalam
dibuktikan dengan kriteria  Posisikan pasien untuk
hasil memaksimalkan
 Mendemonstrasikan ventilasi
batuk efektif dan suara  Lakukan fisioterapi dada
nafas yang bersih, jika perlu
tidak ada sianosis dan  Keluarkan sekret
dyspneu (mampu dengan batuk atau
mengeluarkan sputum, suction
bernafas dengan  Auskultasi suara
mudah, tidak ada nafas, catat adanya
pursed lips) suara tambahan
 Menunjukkan jalan  Berikan bronkodilator
nafas yang paten  Monitor status
(klien tidak merasa hemodinamik
tercekik, irama  Berikan pelembab
nafas, frekuensi udara kassa basah
pernafasan dalam nacl lembab
rentang normal,  Berikan antibiotik :
tidak ada suara nafas  Atur intake
abnormal) untuk cairan
 Mampu mengoptimalk
mengidentifikasikan an
dan mencegah keseimbangan
faktor yang  Monitor
penyebab. respirasi dan
 Saturasi o2 dalam batas status o2
normal  Pertahankan hidrasi
 Foto thorak dalam batas yang adekuat untuk
normal mengencerkan secre
 Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
o2, suction, inhalasi.
2 Gangguan pola Noc: Nic :
tidur  anxiety control  sleep enhancement
berhubungan  comfort level  evaluasi efek-efek
dengan sesak  pain level medikasi terhadap
dan batuk pola tidur
 rest : extent and pattern
 sleep : extent ang  jelaskan pentingnya
pattern tidur yang adekuat
setelah dilakukan tindakan  fasilitasi untuk
keperawatan selama …. mempertahankan
Gangguan pola tidur pasien aktivitas sebelum
teratasi dengan kriteria hasil tidur (membaca)
 jumlah jam tidur dalam  ciptakan lingkungan
batas normal yang nyaman
 pola tidur,kualitas dalam  kolaburasi pemberian
batas normal obat tidur
 perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
 mampu mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan tidur
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran nafas yang menyebabkan
penyempitan saluran nafas (hiperaktifitas bronkus) sehingga menyebabkan gejala episodic berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam hari atau dini hari.
B. Saran
Setelah pemakalah membuat kesimpulan tentang Asuhan Keperawatan tentang Asma maka penulis
berharap makalah ini dapat digunakan sebagai sarana informasi untuk menambang pengetahuan
tentang Asma serta dapat menjadi referensi untuk pembuatan makalah selanjutanya.
Daftar Pustaka
LeMone Priscilla., Karen M. Burke., dan Gerene Bauldoff. 2017. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Respirasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yati, Indra. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. N DENGAN ASMA BRONKIAL DI
PUSKESMAS IV KOTO MUDIK BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2018.
KemekesRI. 2018. Definisi Asma. http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/paru-obstruktif-kronik-dan-
gangguan-imunologi/definisi-asma (diakses tanggal 18 Juni 2021)
KemenkesRI. 2008. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2018/04/Keputusan_Menteri
_Kesehatan_RI_Tentang_Pedoman_Pengendalian_Asma1.pdf (diakses tanggal 18 Juni 2021)
PusdatinKemenkes. 2013. You Can Control Your Asthma. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-asma.pdf (diakses tanggal 18 Juni 2021)

Anda mungkin juga menyukai