Anda di halaman 1dari 22

RINGKASAN

Tujuan dilaksanaan penyuluan ini diharapkan peserta dapat mengerti


mengenai Dampak dan Bahaya Asma Bronkial. Setelah dilakukan
penyuluhan mereka jadi bisa memahami Dampak dan Bahaya Asma Bronkial
dan bagaimana mendeteksi gejala Asma Bronkial, Menunjukkan kepada
masyarakat Banjarmasin tentang kepedulian dosen dan mahasiswa STIKES
Sari Mulia Banjarmasin, karena Asma Bronkial merupakan penyakit yang
banyak di temui dimasyarakat dan banyak yang belum mengetahui tanda
gejala Asma Bronkial dan komplikasi yang di akibatkan oleh penyakit tersebut.
Melihat banyaknya kasus Asma Bronkial tersebut maka perlunya di berikan
penyuluhan tentang Asma Bronkial untuk mendeteksi tanda dan gejalanya.
Metode pelaksanaan penyuluhan yaitu dengan ceramah tanya jawab.
Kegiatan dilakukan di rumah keluarga Tn. H di RT 16 Kel. Pemurus Baru
Banjarmasin.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada
anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak
dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma bronkial meningkat
pada anak maupun dewasa. Prevalensi total asma bronkial di dunia
diperkirakan 7,2 % (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi
tersebut sangat bervariasi pada tiap negara dan bahkan perbedaan juga
didapat antar daerah di dalam suatu negara. Prevalensi asma bronkial di
berbagai negara sulit dibandingkan, tidak jelas apakah perbedaan angka
tersebut timbul karena adanya perbedaan kritertia diagnosis atau karena
benar - benar terdapat perbedaan (IDAI, 2010).
Menurut WHO ( World Health Organization ) tahun 2011, 235 juta orang
di seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian lebih dari 8% di
negara - negara berkembang yang sebenarnya dapat dicegah. National
Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011, mengatakan bahwa
prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada anak dan 8,2% pada
dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7%
perempuan.
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada
semua umur adalah 4,5 %. Dengan prevalensi asma tertinggi terdapat di
Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI
Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%) Dan untuk provinsi Jawa
Tengah memiliki prevalensi asma sebesar 4,3 %. Disampaikan pula bahwa
prevalensi asma lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki – laki
(Riskesdas, 2013).
Faktor risiko yang dapat mengakibatkan asma dan memicu untuk
terjadinya serangan asma diantaranya adalah riwayat atopik keluarga.
Berdasarkan sebuah studi kohort, apabila seorang anak memiliki satu orang
tua yang memiliki alergi, maka anak tersebut memiliki kemungkinan untuk
menderita alergi sebesar 33 % ,dan kemungkinan alergi pada anak yang
kedua orangtuanya menderita alergi sebesar 70%.

2
BAB II
TARGET DAN LUARAN
A. Target
Target yang ingin dicapai melalui kegiatan penyuluhan kesehatan ini adalah
sebagai berikut.
1. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan keluarga dapat
memahami tentang asma bronkial
2. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan keluarga dapat
memahami tentang bagaimana mencegah dan mendeteksi tanda gejala
asma bronkial
3. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan keluarga dapat
memahami bagaimana memodifikasi lingkungan agar tidak terjadi asma
berulang

B. Luaran
Luaran yang diharapkan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan ini adalah
sebagai berikut.
1. Menambah pengetahuan keluarga dalam memahami tentang asma
bronkial
2. Artikel ilmiah yang dapat diterbitkan dalam jurnal nasional atau
internasional

3
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan kesehatan tentang modifikasi
lingkungan untuk mencegah terjadinya Asma di rumah keluarga Tn. H RT
16 di wilayah kel. Pemurus Baru Banjarmasin.

B. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Rabu, 23 Agustus 2017
Pukul : 09.00 - Selesai
Tempat : Rumah Keluarga Tn. H RT 16 di Wilayah Kel. Pemurus
Baru Banjarmasin

C. Metode
Ceramah tanya jawab

D. Media
Leaflet
E. Sketsa

4
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat
dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus,
dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma bronkhial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh
spasme akut otot polos bronkus, hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara
dan penurunan ventilasi alveolus (Elizabeth, 2009).
Biasanya pada asma diagnosa yang pertama kali muncul adalah pasien
merasakan sesak nafas berhubungan dengan proses penyakit. Pencegahan
kekambuhan asma dengan modifikasi lingkungan mengurangi faktor
pencetus seperti membersihkan rumah setiap hari, menjauhkan kandang
ayam pada rumah, membuka jendela agar terjadi sirkulasi di dalam rumah
dengan baik.

B. Saran
Penyuluhan Kesehatan ini perlu di selenggarakan secara terorganisir
dan berkelanjutan dengan kerjasama dari berbagai pihak yang berkaitan
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan hidup sehat
sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat meningkat dan mencapai
target yang telah ditentukan oleh Pemerintah.

5
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Herdman, Heather.2015.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta :
EGC
Mansjoer, A dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Riskesdas.2013.Riset Kesehatan Dasar. badan penelitian dan pengembangan
kesehatan kementerian kesehatan RI. Jakarta
Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi Ke-4
Cetakan Ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

6
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Latar Belakang
Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada
anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak
dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalensi asma bronkial meningkat
pada anak maupun dewasa. Prevalensi total asma bronkial di dunia
diperkirakan 7,2 % (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi
tersebut sangat bervariasi pada tiap negara dan bahkan perbedaan juga
didapat antar daerah di dalam suatu negara. Prevalensi asma bronkial di
berbagai negara sulit dibandingkan, tidak jelas apakah perbedaan angka
tersebut timbul karena adanya perbedaan kritertia diagnosis atau karena
benar - benar terdapat perbedaan (IDAI, 2010).
Menurut WHO ( World Health Organization ) tahun 2011, 235 juta
orang di seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian lebih dari
8% di negara - negara berkembang yang sebenarnya dapat dicegah.
National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2011, mengatakan
bahwa prevalensi asma menurut usia sebesar 9,5% pada anak dan 8,2%
pada dewasa, sedangkan menurut jenis kelamin 7,2% laki-laki dan 9,7%
perempuan.
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013 mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma
pada semua umur adalah 4,5 %. Dengan prevalensi asma tertinggi terdapat
di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI
Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%) Dan untuk provinsi Jawa
Tengah memiliki prevalensi asma sebesar 4,3 %. Disampaikan pula bahwa
prevalensi asma lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki – laki
(Riskesdas, 2013).
Faktor risiko yang dapat mengakibatkan asma dan memicu untuk
terjadinya serangan asma diantaranya adalah riwayat atopik keluarga.
Berdasarkan sebuah studi kohort, apabila seorang anak memiliki satu orang
tua yang memiliki alergi, maka anak tersebut memiliki kemungkinan untuk
menderita alergi sebesar 33 % ,dan kemungkinan alergi pada anak yang
kedua orangtuanya menderita alergi sebesar 70%.

7
1. Tujuan
a. Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga
mampu memahami dan mengerti tentang asma bronkial.

b. Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga
dapat :
1) Menjelaskan pengertian tentang asma bronkial
2) Menyebutkan penyebab asma bronkial
3) Menyebutkan tanda dan gejala asma bronkial
4) Menjelaskan tentang pencegahan asma bronkial
5) Memodifikasi Lingkungan rumah klien dan keluarga

2. Sasaran
Keluarga Tn. H RT 16 Di Wilayah Kel. Pemurus Baru Banjarmasin

3. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Rabu, 23 Agustus 2017
Pukul : 09.00 - Selesai
Tempat : Rumah Keluarga Tn. H RT 16 di Wilayah Kel. Pemurus
Baru Banjarmasin.

4. Media dan Alat


Leaflet

5. Metode
Ceramah tanya jawab

6. Susunan Kepanitiaan
Ketua Pelaksana : Yullia

8
7. Alur Kegiatan

Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan 1. Menjawab Kata-kata/
salam salam kalimat

2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri dan menyimak
3. Menyampaikan 3. Bertanya
tentang tujuan mengenai
pokok materi perkenalan dan
4. Meyampakaikan tujuan jika ada
pokok yang kurang
pembahasan jelas
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 20 menit 1. Penyampaian 1. Mendengarkan Leaflet
Materi dan menyimak
2. Menjelaskan 2. Bertanya
tentang mengenai hal-
pengertian asma hal yang belum
bronkial jelas dan
3. Menjelaskan dimengerti
penyebab asma
bronkial
4. Menjelaskan
tanda dan gejala
asma bronkial
5. Menjelaskan
pencegahan asma
bronkial
6. Memberikan
kesempatan pada

9
peserta untuk
bertanya
7. Memberikan
penjelasan
mengenai
memodifikasi
Lingkungan rumah
klien dan
keluarga.

3. Penutup 5 menit 1. Melakukan 1. Sasaran dapat Kata-kata/


evaluasi menjawab kalimat

2. Menyampaikan pertanyaan
kesimpulan materi yang diajukan
3. Mengakhiri 2. Mendengarkan
pertemuan dan penyeluhuan
menjawab salam kesehatan
3. Memperhatikan
4. Menjawab
salam

10
Lampiran 2
MATERI/TEORI
I. Asma Bronkhial
A. Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas.
Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat
hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko
tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus,
dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah wheezing berulang dan atau batuk
persisten dalam keadaan dimana asma adalah yang paling
mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan (Mansjoer, 2009).
Asma bronkhial adalah penyakit pernafasan objektif
yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkus, hal ini
menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus (Elizabeth, 2009).
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa asma merupakan penyempitan jalan napas
yang disebabkan karena hipersensitivitas cabang-cabang
trakeobronkhial terhadap stimuli tertentu, sedangkan asma
bronkhial merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas
obstruktif yang bersifat reversibel, ditandai dengan terjadinya
penyempitan bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos
bronkus, obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus
dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus yang khas.
B. Etiologi
Etiologi dari asma bronkial belum diketahui, suatu hal yang
menonjol pada penderita asma yakni hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan
imunologi maupun non imunologi. Rangsangan atau faktor
pencetus yang sering menimbulkan asma menurut (Smeltzer &
Bare, 2002) adalah :

11
1. Faktor ekstrinsik (alergik)
Reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau alergen yang
dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik)
Tidak berhubungan dengan alergen, seperti cuaca dingin
(common cold),infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan
polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan
Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-
alergik. Beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronkial yaitu :
a. Faktor predisposisi genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi, karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkial jika terpapar dengan faktor
pencetus, selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga dapat diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan : Yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : Debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan : Yang masuk melalui mulut
Contoh : Makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan : Yang masuk melalui kontak dengan
kulit
Contoh : Perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma.Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan

12
asma.Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
a) Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga dapat memperberat
serangan asma yang sudah ada.
b) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma.Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja.Misalnya orang yang bekerja
dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas.Gejala ini membaik pada waktu libur
atau cuti.
c) Olah raga atau aktifitas jasmani
Sebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah
raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma.Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

C. Patofisiologi
Unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita
asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran
mukosa jalan udara, dan eksudasi mukus intraluminal, sel-sel
radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan
resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa
dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi
paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan, walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini
berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan
menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan tekanan
pCO2 akibat hiperventilasi.Respon alergi di saluran nafas, antibodi
IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast.

13
Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin
menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon
histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik, karena
histamin juga merangsang pembentukan mukus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang interstisium paru.Individu yang mengalami
asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah
mengalami degranulasi, di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme,
pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara (Smeltzer &
Bare, 2002).

D. Pathway

E. Manifestasi Klinis

14
Tanda gejala penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui.
Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan
demikian pula rasa sesak dan berat didada. Tetapi untuk melihat tanda dan
gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala
asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi
paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau
saat dilakukan tes provokasi bronkial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak
ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi
saluran pernafasan.Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan
asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda
obstruksi.Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan
dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit
yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.Serangan
asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin
banyak antara lain :
5. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sterno
kleidomastoideus., Sianosis, Silent Chest, Gangguan kesadaran,
Tampak lelah, Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
6. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis
beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai, karena pada dasarnya asma
bersifat reversibel maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
mengembalikan nafas ke kondisi normal(Guyton & Hall, 2006).
Table 2.1 klasifikasi derajat asma berdasarkan gejala pada orang dewasa

15
(Majalah kedokteran Indonesia, 2008).
F. Komplikasi
Komplikasi asma yaitu :
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal
nafas
2. Chronic persisten bronhitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang
lebih berat, yang disebut status asmatikus, kondisi ini mengancam
hidup.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal–kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristaleosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah

16
Pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma.
a. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk.
b. Kadang-kadang pada darah terdapat (SGOT)serum glutamic
oxaloaceticdan (LDH)laktat dehidrogenaseyang meninggi
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
d. Pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
serangan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
e. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.(Suyono, 2002)
3. Foto rontgen
Pemeriksaan foto rontgen pada asma normal, pada serangan asma
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa radiolusen yang
bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang
menurun, akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi
adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema chronic obsstructive pulmonary
disease(COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru(Suyono, 2002)

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologi dan pengobatan farmakologi menurut (Almazini, 2012) yaitu :
1. Pengobatan non farmakologi
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehinggan klien secara sadar menghindari

17
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsultasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang
ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang
cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus, dapat dilakukan dengan drainase postural, perkusi dan
fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologi
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberikan 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit, yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol (alupent, metrapel).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan, pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali
sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang
baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
(beclometason dipropinate) dengan dosis 800 empat kali semprot
tiap hari, karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek
samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak.
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

18
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator. (Almazini, 2012)

II. Modifikasi Lingkungan


Yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit asma ataupun
mecegah mengurangi terjadinya kekembuhan pada penderita asma ialah
salah satunya menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih selain itu kita
harus bisa menghindari diri dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan
pencegahan terjadinya penyakit asma maupun kekambuhan pada
penderita asma, yaitu :
1. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat
mempengaruhi timbulnya asma maupun kekambuhan pada
penderita. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi, dan
cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus lancer. Kamar tidur
merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus.sebaiknya
kamar tidur sedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari
debu rumah. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian
apalagi ada hubungannya antara lingkungan kerja dengan
kekambuhan penyakit asma.
Tips kedua adalah pada hewan peliharaan. Terutama jenis binatang
berbulu seperti kucing, anjing dll. Penderita asma :kucing atau anjing
tetapi juga semua partikel kotor yang ada pada bulu hewan dan
kotoran hewan lainnya, apabila keluarga memelihara binatang
keluarga harus menjaga sekitar kandang binatang peliharaan,
membersihkan kandang binatang dan jauhkan jaraknya dari rumah
±5 meter, membersihkan kotoran hewan setiap harinya agar tetap
terjaga kebersihan lingkungan rumah.
2. Memasang kipas angin atau exhaust fan
Pemasangan kipas angin atau exhaust fan tersebut bertujuan
mengurangi debu di ruangan. Agar terbebas dari ancaman debu,

19
sebaiknya juga dilakukan pembersihan di sekitar jendela, atap, dan
sisi ruangan setiap hari. Jika Anda kerap menggunakan karpet lantai,
sebaiknya gunakan alat penyedot debut ke seluruh permukaan karpet
dengan merata.
3. Memasang jendela yang rekat untuk menghalau udara dingin
Terakhir, adalah upaya menciptakan ruangan yang tetap hangat.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memasang jendela
yang rekat sehingga udara dingin tidak langsung tembus masuk ke
ruangan.
Kemudian, pada bagian kusen jendela, Anda juga bisa memasang
tirai plastik tebal yang biasa digunakan pada kamar mandi. Tirai ini
akan menghalangi masuknya udara dingin. Saat siang hari, buka tirai
tersebut, dan saat malam hari ditutup. Alhasil, kamar tidur akan
terasa hangat pada malam hari.

20
Lampiran 3
LEAFLEAT

YULLIA
14.IK.420

21
Lampiran 4

Presensi Kehadiran Penyuluhan Kesehatan


“Penyuluhan Kesehatan Tentang Memodifikasi Lingkungan pada Keluarga
Asma”
Di Rumah Tn. H Rt 16 Kel. Pemurus Baru Banjarmasin

No Nama Peserta Tanda Tangan

Preseptor Klinik (PK)

Preseptor Akademik (PA)

22

Anda mungkin juga menyukai