PENDAHULUAN
kronis pada saluran pernafasan, yang belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain adalah infeksi saluran
pernafasan, alergen (debu, bulu hewan, serbuk sari, dll), kondisi lingkungan (udara
dingin, asap rokok), stress, olahraga berat, obat (aspirin,nsaids,) (Email, n.d. 2019)
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan
yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan
sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami
gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua
golongan usia, baik muda atau tua. Asma bronkial (dalam bahasa inggris asthma
bronchiale) adalah nama untuk suatu kondisi dimana paru-paru (rongga bronkhial)
menjadi meradang dan menjelaskan sebuah keadaan kronis pada saluran pernafasan
Beberapa gejala umum asma bronkial termasuk sesak nafas, mengi (suara
berderak-derak ketika menghembuskan napas), batuk kering dan perasaan ketat pada
dada. Gejala ini sering memburuk selama tidur. Serangan asma adalah suatu perburukan
1
akut dari gejala tersebut dan pada kasus berat, serangan bisa mengancam jiwa sebab
onset sering tiba-tiba dan tanpa peringatan. Estimasi populasi dunia yang menderita
asma bronkial sekitar 7%. Penyakit Asma banyak ditemukan pada anak-anak, terutama
yang tinggal di daerah perkotaan dan industri. Kejadian Asma hampir meningkat
diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia
Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat mudah
serangan asma. Asma ditandai oleh adanya 3 kelainan yakni konstruksi otot bronkus,
inflamasi mukosa, dan bertambahnya sekret di jalan napas. Pada stadium permulaan
serangan terlihat mukosa pucat, terdapat adema dan sekresi bertambah. Lumen bronkus
menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah, inflitrasi sel eosinofil
dalam sekret di dalam lumen saluran napas. Jika serangan sering terjadi dan lama atau
basal, hyperplasia serat elasin, juga hyperplasia dan hipertrofi otot bronkus. Pada
serangan yang berat atau pada asma yang menahun terdapat penyumbatan bronkus oleh
orang di dunia mengidap penyakit asma dan 225 ribu orang meninggal karena penyakit
asma dan 80% terdapat di negara berkembang. Jumlah ini diprediksi meningkat hingga
400 juta pada tahun 2025. Prevalensi asma pada anak sebesar 8-10% dan pada orang
dewasa 3-5%. Jumlah ini lebih besar meningkat asma merupakan penyakit
2
underdiagnosed, buruknya kualitas udara dan berubahnya pola hidup masyarakat
2019)
Penyakit asma di indonesia masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan
kematian. Pravalensi penyakit asma di Indonesia meningkat dari 5,2% tahun 2009
menjadi 6,4% tahun 2010. Tahun 2015, pravalensi asma di seluruh Indonesia 13 per
1.000 kelahiran hidup, dibandingkan bronkitis kronik 11 per 1.000 kelahiran hidup dan
obstruksi paru 2 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2016 prevalensi asma
asma belum berhasil. Berbagai faktor menjadi sebab dari keadaan ini yaitu adanya
kekurangan dalam hal pengetahuan tentang asma, kelaziman melakukan diagnosis yang
lengkap atau evaluasi sebelum terapi, sistematika dan pelaksanaan pengelolaan, upaya
pencegahan dan penyuluhan, serta pengelolaan asma. Untuk pengelolaan asma yang
Dampak penyakit asma bervariasi tergantung dari faktor penyebab asma itu
sendiri ada yang bisa menyebabkan sesak nafas, batuk kronis, mudah lelah bahkan
kematian. Mengingat hal tersebut pengelolaan asma yang baik haruslah dilakukan pada
saat dini dengan berbagai tindakan pencegahan agar penderita tidak mengalami
serangan. Pada saat ini, hal tersebut masih jauh dari kenyataan. Penyakit asma yang
terus menerus dalam jangka waktu yang lama tidak mendapatkan penanganan dapat
3
mengakibatkan seseorang akan sulit bernafas bahkan dapat mengakibatkan kematian
Berdasarkan data diatas Kejadian asma pada anak adalah udara dingin, flu dan
infeksi, kelelahan, debu, dan asap rokok, orang tua harus mendorong anak untuk
bergaya hidup sehat agar anak terhindar dari serangan asma. kejadian asma pada anak
disebabkan oleh riwayat asma pada orangtua, faktor lingkungan, paparan asap rokok di
dalam rumah, jenis lantai, dinding, plafon, penerangan, penggunaan bahan bakar untuk
memasak dan pembuangan sampah) serta perilaku merokok anak dan orangtua. Riwayat
asma pada orang- tua dibagi menjadi orangtua menderita asma, salah satu menderita
asma, dan keduanya tidak menderita asma. Faktor lingkungan dikategorikan menjadi
tidak baik dan baik. Perilaku yang turut diteliti dalam studi ini adalah perilaku merokok
anak dan orangtua. Perilaku merokok dikategorikan menjadi perokok aktif, mantan
jumlah anak yang mengalami batuk atau mengalami susah bernafas sebanyak 5.826163
orang. Kasus terbanyak terdapat pada provinsi jawa barat sebanyak 1.008.795 orang,
sedangkan provinsi papua sebanyak 810 orang. Sedangkan untuk provinsi sumatra
selatan jumlah anak yang menderita batuk atau susah bernafas sebanyak 211.491 orang
4
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota palembang jumlah penderita batuk atau
susah bernafas tahun 2017 sebanyak 300 kasus, dan di tahun 2018 sebanyak 310 kasus,
dan di tahun 2020 sebanyak 400 ksus (Dinkes Kota Palembang 2019)
Berdasarkan data Rumah Sakit AK. Gani Palembang jumlah penderita asma
tahun 2018 sebanyak 325 orang. Sedangkan jumlah pasien asma pada anak sebanyak 82
orang. Jumlah penderita asma tahun 2019 sebanyak 287 orang. Sedangkan jumlah
penderita asma pada anak sebanyak 103 orang. Dan jumlah penderita asma tahun 2020
sebanyak 308 orang. Sedangkan penderita asma pada anak sebanyak 108 orang
Keperawatan pada An. A. Dengan Asma Bronkial di rumah sakit Tingkat II Dr.
Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Asma serta
memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan proses dan asuhan keperawatan pada
anak dengan asma di rumah sakit tingkat ll Dr. ak. Gani palembang 2021
5
1.3.2 Tujuan Khusus
bronkial
pengetahuan dan teknologi dapat disajikan sebagai referensi dalam asuhan keperawatan
pada An.A dengan asma di rumah sakit tingkat ll Dr. AK. Gani palembang 2021
praktisi dan perawat edukasi asma dalam mengaplikasikan asuhan keprawatan secara
holistik, berkolaborasi dengan pasien dan tim kesehatan lainnya melakukan edukasi
6
dengan promosi kesehatan dalam tahap asuhan keperawatan pada klien dengan asma di
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Definisi
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran napas yang melibatkan
banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain-lain. Inflasi kronik
ini berhubungan dengan hiper responsif jalan nafas yang menimbulkan episode berulang
dari mengi (wheezing), sesak nafas, dada terasa berat dan batuk terutama pada malam
dan pagi dini hari, kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi jalan nafas yang
bersifat reversible baik secara spontan atau dengan pengobatan. Asma merupakan
masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga dinegara
berkembang, penyakit asma adalah penyakit paru berupa proses peradangan disaluran
napas yang mengakibatkan hiper respon saluran napas terhadap berbagai macam
sehingga dapat timbul sesak napas yang reversible baik secara spontan maupun dengan
yang ada hanya berfungsi untuk menekan gejala kekambuhannya saja seperti batuk,
bunyi nafas mengi, terjadi penyempitan pada rongga dada, nafas cenderung pendek,
mudah lelah setelah berolahraga dan mengalami kesulitan untuk tidur akibat batuk dan
8
kesulitan nafas. Serangan asma yang dialami oleh individu dapat disebabkan oleh tiga
faktor pemicu menurut Davidson, Neale, dan King yaitu alergen, infeksi dan psikologis.
Faktor pemicu yang disebabkan oleh faktor psikologi terjadi saat individu merasa
frustasi, depresi, cemas yang berlebihan, dan tidak dapat menerima keadaan diri (Pada
Asma dapat timbul di segala umur, dimana 30% penderita bergejala pada umur 1
tahun, sedangkan 80-90% anak yang menderita asma gejala pertamanya muncul
sebelum umur 4-5 tahun. Penyakit ini dapat menyerang semua usia tetapi paling sering
terjadi pada anak. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, tetapi
dapat bersifat menetap bahkan dapat mengganggu aktivitas sehari- hari. Penyebab
serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergan, virus dan
iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut. Faktor resiko asma yang
mempengaruhi perkembangan dan ekspresi asma terdiri dari faktor internal dan
eksternal, dimana untuk faktor internal seperti genetik, obesitas, jenis kelamin, usia,
aktivitas fisik. Sedangkan faktor eksternal sepertia alergan, asap rokok, obat-obatan, dan
1) Asma bronkial
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab
9
datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul
berlebihan
2) Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
sedang tidur
pada saluran napas yang bersifat kronik dengan ditemukannya riwayat gejala
pernapasan seperti mengi, sesak napas, sesak dada, dan batuk. Asma juga merupakan
masalah kesehatan dunia yang serius yang memengaruhi semua kelompok usia, mulai
dari anak-anak sampai dengan dewasa yang memiliki banyak dampak buruk baik
kronis yang terjadi pada saluran pernapasan yang ditandai dengan variasi luas dalam
waktu pendek terhambatnya aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi
sebagai serangan batuk berulang atau mengi (bengek/wheezing) dan sesak napas
biasanya pada malam hari. Sementara menurut Global Initiatif for Asthma atau GINA,
asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang berhubungan dengan
10
dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang
(wheezing), sesak napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness), dispnea,
dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari (Cideres & Majalengka 2019)
Adapun faktor penyebab asma kekambuhan asma adalah latihan berlebih atau
alergi terhadap binatang berbulu, debu, jamur, polusi, asap rokok, infeksi virus, asap,
parfum, jenis makanan tertentu ( terutama zat yang ditambahkan kedalam makanan ).
tinggi. Orang tua terutama ibu dianjurkan tidak merokok untuk mencegah infeksi
saluran napas. Tindakan pencegahan pada anak yang telah terkena, misalnya dengan
infeksi virus/bacterial, hindari latihan fisik berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai
factor pencetus. Penggunaan obat-obatan untuk mengurangi serangan asma. Alergi pada
makanan tertentu sangat umum pada penderita asma. Sistem pencernaan menyerap
partikel- partikel protein penyebab alergi dalam jumlah besar. Namun alergi makanan
ini juga umumya akan hilang ketika beranjak dewasa. Bahan makanan yang dapat
menyababkan serangan asma seperti susu, gandum, kedelai, telur, kacang-kacangan dan
ikan. Sehingga perlu dibiasakan membaca label kemasan makanan (Kurniasari &
Makanan 2017)
Penyebab asma pada anak, anak memiliki alergi terhadap hal tertentu seperti
makanan, debu, atau lingkungan berpolusi. Punya sejarah di keluarga yang memiliki
riwayat penyakit asma, infeksi saluran pernapasan, berat badan rendah saat lahir.
11
2.1.3 Klasifikasi Asma
Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat obat yang
digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini dapat dinilai jika pasien
telah menggunakan obat pengontrol untuk beberapa bulan. Yang perlu dipahami adalah
bahwa keparahan asma bukanlah bersifat statis, namun bisa berubah dari waktu-waktu,
dari bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun (GINA,2015) Adapun klasifikasinya
1. Asma Ringan
Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap 2, yaitu
terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol dengan intensitas
rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis leukotrien, atau
kromon
2. Asma Sedang
Adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi dengan obat
pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long acting beta agonist (LABA)
3. Asma Berat
Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi dengan obat
pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting beta agonist (LABA)
untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak terkontrol meskipun telah
mendapat terapi
12
Perlu dibedakan antara asma berat dengan asma tidak terkontrol. Asma yang
tidak terkontrol biasnya disebabkan karena teknik inhalasi yang kurang tepat, kurangnya
kepatuhan, paparan alergen yang berlebih, atau ada komorbiditas. Asma yang tidak
terkontrol relatif bisa membaik dengan pengobatan. Sedangkan asma berat merujuk
pada kondisi asma yang walaupun mendapatkan pengobatan yang adekuat tetapi sulit
13
2.1.4 Pathway
ketidakefektifan
bersihan jalan nafas obstruksi saluran nafas
ketidakseimbangan nutrisi
kurang
dari kebutuhan (produksi
secret)
hipoventilasi
distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi
darah paru-paru gangguan difusi gas di alveoli
kerusakan
pertukaran gas
Hipoksemia
hiperkapnia
14
2.1.5 Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut Zullies (2016), tanda dan
1. Stadium dini
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
b. Wheezing
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
15
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop, batuk produktif,
sering pada malam hari, nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
2.1.6 Patofisiologi
Berikut ini merupakan patofisiologi asma bronkial menurut (Rukmi et al 2019) sebagai
berikut:
penyebab utama timbulnya gejala klinis seperti terjadinya mengi dan dispnea
setelah terpapar oleh alergen, iritan lingkungan, infeksi virus, udara dingin, dan
16
menunjukkan terapi anti inflamasi mampu mereduksi hiperresponsivitas saluran
akut, edema saluran napas, mukus kronis yang menyumbat, dan remodelling
saluran napas ini menyebabkan gejala batuk, rasa berat di dada, mengi, dan
c) Hipersekresi mukosa
dan sel goblet pada saluran napas penderita asma yang disebabkan oleh aktivasi
didapatkan pada asma yang berat. Hipersekresi mukus akan mengurangi gerakan
fungsi epitel
saat ekspirasi. Obstruksi jalan nafas menyebabkan ketidakcocokan V/Q dan hipoksemia
17
sejak dini. Terperangkapnya udara menyebabkan otot-otot pernafasan berada pada
posisi mekanis yang tidak menguntungkan dengan peningkatan beban kerja pernafasan
sebagian besar pasien dengan gejala akut mulai dengan respirasi cepat. Hipoksemia, dan
dangkal yang tidak efisien dan asidosis respirasi (Setiawan & Syafriati 2020)
serangan. Selama periode kecemasan, orang mungkin lupa untuk mengambil obat asma
asma lebih sering terjadi dan kontrol asma lebih sulit. Kecemasan sebenarnya dapat
membuat gejala asma lebih parah. Kecemasan dapat secara langsung mempengaruhi
tubuh atau menyebabkan pasien kurang efektif dalam mengelola asma. Emosi-emosi
yang kuat seperti kecemasan dapat memicu pelepasan bahan kimia, seperti histamin dan
Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit inflamasi saluran
napas. Meskipun ada berbagai cara untuk menimbulkan suatu respons inflamasi, baik
pada asma ekstrinik maupun instrinsik, tetapi karakteristik inflamasi pada asma umunya
sama, yaitu terjadinya infiltrasi eosinofil dan limfosit serta terjadi pengelupasan sel-sel
epitelial pada saluran nafas dan dan peningkatan permeabilitas mukosa. Kejadian ini
bahkan dapat dijumpai juga pada penderita asma yang ringan. Pada pasien yang
meninggal karena serangan asma , secara histologis terlihat adana sumbatan (plugs)
yang terdiri dari mukus glikoprotein dan eksudat protein plasma yang memperangkap
18
debris yang berisi se-sel epitelial yang terkelupas dan sel-sel inflamasi. Selain itu
mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-sel inflamasi utama yang turut
berkontribusi pada rangkaian kejadian pada serangan asma antara lain adalah sel mast,
limfosit, dan eosinofil, sedangkan mediator inflamasi utama yang terlibat dalam asma
adalah histamin, leukotrein, faktor kemotaktik eosinofil dan beberapa sitokin yaitu :
2.1.7 Penatalaksanaan
yang lebih baik dengan asma yang terkontrol. Asma yang tidak terkontrol
penggunaan obat kortikosteroid yang salah, genetic, pengobatan yang kurang tepat,
dilakukan untuk menghindari adanya kondisi yang memburuk pada pasien asma
1 detik (FEV1), kontrol asma sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup pada
pasien asma, untuk mencapai hal tersebut maka penderita asma harus diberikan
rehabilitasi pulmonal.
19
Serangan asma timbul jika factor pencetus berikatan dengan antibody Ig
E yang akan meningkat dalam jumlah besar. Antibody Ig E tersebut akan berikatan
dengan antigen spesifik yang melekat pada sel mast yang terdapat dalam intertisial
paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Sel mast akan
zat anafilaksis yang bereaksi lambat, factor kemotaktik eosinofilik, dan bradykinin,
efek gabungan dari semua factor ini, terutama substansi anafilaksis yang bereaksi
lambat, akan menghasilkan edema local pada dinding bronkus kecil maupun
maupun sekresi mucus yang kental kedalam lumen bronkiolus, dan spasme otot
dan berkembang secara optimal sesuai dengan usianya. Serangan asma biasanya
panjang dan kegagalan penghindaran dari faktor pencetus (Wahani et al., 2019)
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
20
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
asmanya
c. Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga
a. Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi jalan
b. Tahapan pengobatan
21
2) Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian diberikan
ekivalennya) ditambah Teofilin dan di tambah agonis beta 2 kerja lama oral,
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk terjadi
22
Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum. Walaupun terdapat salah
satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah execrise, akan tetapi tidak
(SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena melatih dan
umumnya.
asma
2.1.8 Komplikasi
a. Pneumothorak
c. Atelektasis
d. Aspirasi
g. Bronkitis
h. Gagal nafas
i. Fraktur iga
23
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka akan terjadi
depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks terlihat diafragma letaknya rendah,
gambaran jantung menyempit, corakan hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma
kronik dan berat dapat terjadi bentuk dada burung dara dan tampak sulkus Harrison.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat terjadi
atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Mediastinum tertarik ke arah atelektasis.
Bila atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada
infeksi akan terjadi bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus dan
berlangsung beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang
biasa disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong dengan semestinya dapat
paru. Penyakit ini dapat diklasifikasikan menjadi asma episodik jarang, episodik
sering serta persisten. Sedangkan saat serangan dibagi menjadi asma serangn
ringan, sedang, berat dan ancaman henti napas (Rukmi et al., n.d 2019)
a. Spirometri
c. Pemeriksaan sputum
24
d. Pemeriksaan cosinofit total
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
g. Foto thorak
adanya sumbatan
oksigenasi
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi para penderita asma (Bebasari &
penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter,
caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik
dilakukan secara berkala dan teratur pada pasien asma. Salah satu parameter
yang dapat digunakan adalah spirometri. Spirometri adalah mesin yang dapat
25
mengukur kapasitas vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik
2) Foto toraks
penyakit lain. Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya
3) Pemeriksaan darah
sekret hidung. Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga,
2.2.1 Pengkajian
a) Identitas Pasien
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
b) Riwayat Keperawatan
26
Awalan serangan : awalnya anak mengalami sesak nafas dan batuk
selama 2 hari
Keluhan utama : anak mengeluh sesak nafas, sesak nafas dan batuk
c) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
duduk
2) Dada diobservasi
lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, seperti kifosis, skoliosis, dan
lordosis
pergerakkan dada
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1:2. Fase ekspirasi
27
sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL) /
atau pleura
d) Palpasi
ketika berbicara
e) Perkusi
28
2) Dullnes : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas
udara
dengan resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah.
5) Flatness : sangat dullnes. Oleh karena itu, nadanya lebih tinggi. Dapat
jaringan
d) Auskultasi
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
29
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma menurut SDKI (2017) :
Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. rencana
berikut :
30
2) Kriteria hasil :
3) Intervensi :
pernafasan
krekels, wheezing
2) Kriteria hasil :
31
pola nafas efektif, pasien tidak sesak nafas
3) Intervensi :
2) Kriteria hasil :
Menunjukkan peningkatan BB
3) Intervensi :
makan, evaluasi BB
32
Berikan perawtan oral sering, buang sekret
adekuat
2) Kriteria hasil :
3) Intervensi :
33
Dorong pasien untuk mengeluarkan sputum, bila perlu lakukan
efektif
jantung
2.2.4 Implementasi
diperlukan
b) Kaji fungsi pernafasan, auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15 menit
sampai 4 jam
c) Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry dan batasi
34
e) Monitor efek samping dan pemberian pengobatan, monitor serum darah,
f) Kaji gejala dan tanda efek samping theophyline, seperti mual dan muntah
ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan penghisapan
sekret
menurunkan kecemasan
berat pernafasan
tachycardia, tachypnea
35
f) Berikan nebulizer, kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha nafas setelah
terapi
membran, turgor kulit, pengeluaran urine, ukur gravitasi urine atau berat
b) Monitor elektrolit
(overload) cairan
36
e) Berikan intake cairan per oral bila toleran, hati-hati minuman yang dapat
f) Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas
c) Jelaskan tentang emosi dan stres yang dapat menjadi faktor pencetus
e) Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol ulang
37
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
kemampuan untuk bernafas, jalan nafas bersih, tidak ada sumbatan, frekuensi,
irama, dan kedalam nafas normal, serta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia
tidak adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik
3. mempertahankan berat badan dalam kondisi ideal yang ditandai dengan nafsu
dalam batas normal, serta saturasi oksigen dan PCO2 dalam keadaan normal
38
BAB III
METODE PENELITIAN
kesimpulan.
Studi penelitian merupakan studi yang memfokuskan satu masalah dan dipaparkan
secara terperinci.studi penelitian dilakukan dalam pengambilan data dan informasi serta
beberapa hal dan peneliti hanya mencantumkan aktivitas dan klien yang berhubungan
Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui asuhan
39
3.2 Batasan Istilah
1) asuhan keperawatan adalah tindakan keperawatan dimulai dari anamnesa awal atau
evaluasi dari sebuah tindakan untuk melihat respon klien terhadap asuhan
keperawatan.
2) Klien adalah seseorang yang menerima pelayanan secara profesional dari tenaga
kesehatan. Klien dalam studi kasus ini terdiri dari 2 orang pasien dengan diagnosa
hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak
3.3 Partisipan
Partisipan merupakan orang yang bersedia ikut berperan serta dalam suatu
kegiatan tanpa ada unsur paksaan dari berbagai pihak dan dalam hal ini partisipan
disamarkan baik nama maupun identitas klien lainnya. Partisipan yang ikut
berpartisipasi dalam penelitian ini merupakan dua orang yang dirawat di RS TINGKAT
40
3.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian
tahun 2021
Waktu yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini yakni pada tanggal 19-20
januari 2021
1) Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara atau metode untuk mendapatkan data secara
peneliti bertemu secara langsung atau bertatap muka, informasi atau data yang
b) Wawancara terpimpin
41
Yakni jenis wawancara dimana pertanyaan-pertanyannya telah disiapkan
Wawancara ini memiliki sifat fleksibel namun tetap terarah pada topik atau
tema.
2) Observasi
melihat, melihat, mendengar dan mencatat hasil dari tindakan yang berhubungan
a) Observasi terlibat
dalam aktivitas yang sedang diamati. Umumnya observasi ini dipakai dalam
analisa.
b) Observasi sistematis
Merupakan observasi yang tersetruktur atau tersusun yang berisi susunan data-
42
bertujuan agar penilitian lebih terarah. Observasi sistematis ini umumnya
c) Observasi eksperimental
Dalam observasi ini peneliti seolah-olah masuk kedalam suatu kondisi atau
gejala atau kondisi yang sebenarnya dari klien yang sedang diamati.
pengumpulan, menyusun data sehingga membentuk sebuah tema. Jika peneliti sudah
mendapatkan sebuah tema, peneliti membuat sebuah hipotesa kerja dan penyusunan
analisa data diperoleh dari hasil wawancara, asuhan keperawatan, pemeriksaan fisik,
1) Pengumpulan data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pasien maupun keluarga, hasil
43
3.7 Etik Penelitian
2016):
1) Informet concent
inform consent harus jelas baik isi maupun manfaat dari penelitian harus
2) Anonimity
3) Confidentality
Semua data yang diberikan oleh responden peneliti harus merahasiakan semua yang
44
45