Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang muncul akibat

penyakit dan proses menua serta akibat-akibat lainnya. Sehingga perubahan-

perubahan yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan pada psikis

mereka. Pengaruh yang muncul akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut

jika tidak teratasi dengan baik, cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia

secara menyeluruh. Akibat perubahan yang dialami para lansia sering tidak sesuai

dengan keinginan mereka dan terkadang menyebabkan gangguan mental seperti

depresi. Banyak lansia yang mengalami depresi karena perubahan yang

dialaminya, seperti memiliki riwayat penyakit dasar tertentu. Hal ini kemungkinan

bersifat sementara tetapi pada beberapa kasus dapat bersifat menetap dan

mengganggu fungsi sosial dan sangat mempengaruhi pada proses berfikir mereka,

sehingga tidak sedikit lansia yang mengalami depresi mempunyai resiko bunuh

diri (Assyura Aulia ZF, Abu Bakar, 2019).

Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-undang No. 13 Tahun

1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yng

telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan periode akhir dari rentang

kehidupan manusia. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup

8
9

seseorang. Periode lansia merupakan periode kemunduran fisik dan mental secara

bertahap dan perlahan. Kemunduran itu sebagian datang dari factor fisik dan

sebagian lagi dari faktor psikologis (Anwari & Nursikin, 2020).

Lanjut usia adalah periode penutup rentang hidup seseorang, yaitu suatu

periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu (Hurlock,

1998: 380). Tahap usia lanjut merupakan tahap terjadinya penuaan dan

penurunan, yang lebih jelas daripada tahap usia baya. Pada usia lanjut, terjadi

penurunan kemampuan fisik aktivitas menurun, sering mengalami gangguan

kesehatan, dan mereka cenderung kehilangan semangat. Penuaan merupakan

perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang

mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan

dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-

paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya (Fitriani, 2017)

2.1.2 Batasan Usia Lanjut

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Efendi (2009), usia

lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut :

a. Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.


10

Sedangkan menurut Kemenkes (2013), lansia dapat diklasifikasikan dalam

kategori :

a. Pralansia, seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan.

d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan

dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.

e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.3 Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

a. Fisik

Perubahan secara fisik membuat lansia merasa lemah, tidak berdaya, dan

tidak berharga. Selain itu, perubahan kondisi sosial, seperti kehilangan pekerjaan,

kehilangan pasangan, tinggal terpisah dari anak-anak juga menimbulkan masalah

pada lansia. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi pada lansia cenderung

akan mengarah pada penyesuaian diri yang buruk dan ketidakbahagiaan dalam

hidup (Hurlock, 2006). Rendahnya tingkat kesehatan, ketidakmampuan lansia

dalam menjalani hidup, kehilangan pasangan, dan rendahnya dukungan sosial

menyebabkan lansia mengalami depresi (Lee & Park, 2008; Ng & dkk, 2010,

dalam Santrock, 2010). Ketidakbahagiaan dan depresi yang dirasakan oleh lansia
11

berpengaruh terhadap kualitas hidup yang dimilikinya (Devi Maya Puspita Sari,

2018)

Perubahan fisik yang paling terlihat jelas pada masa tua ini yaitu rambut

menjadi tipis dan beruban, kulit menjadi kering dan mengerut, gigi semakin

hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah berubah, tulang belakang menjadi

bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi

sangat rapuh, mudah patah dan lambat untuk dapat diperbaiki kembali. Sistem

kekebalan tubuh melemah, sehingga orang yang sudah tua sangat rentan terserang

berbagai penyakit seperti kanker dan radang paru-paru (Assyura Aulia ZF, Abu

Bakar, 2019)

b. Psikologi Dan Hubungan Sosial

Salah satu masalah proses psikologi yang terjadi pada tahap tua adalah

depresi. Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi ditengah

masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi, maka seseorang dapat masuk

ke fase depresi, individu yang mengalami depresi umumnya menunjukkan gejala

psikis, gejala fisik dan gejala sosial (Heryani, Heni, Elis Noviati, 2019)

Perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada lansia sering

menimbulkan masalah lain yang dapat menyebabkan lansia semakin depresi.

Lansia akan menolak untuk berkomunikai dengan orang lain. Hal ini dapat

menimbulkan perubahan sosial antara lain perubahan dalam peran, keluarga,

teman, abuse (kekeraan) maalah hukum, mengalami pensiun, ekonomi, rekreasi,

keamanan, pendidikan.
12

c. Perubahan Spiritual

Seorang lansia mengalami perubahan aspek spiritualnya dimana

kehidupan keagamaannya semakin terintegrasi dan matang. Spiritualis membantu

lansia untuk menghadapi masalah yang ada. Setiap individu pasti memiliki aspek

spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengalaman yang berbeda-

beda berdasarkan nilai dan kepercayaan yang mereka yakini. Terdapat hubungan

yang terbaik antara frekuensi pengalaman spiritual sehari-hari dengan gejala

depresi pada lansia (Heryani, Heni, Elis Noviati, 2019)

2.1.3 Teori Proses Menua

Proses menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah

melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,

baik secara biologis, maupun psikologis. Salah satu masalah proses psikologis

yang terjadi pada tahap tua adalah depresi. Depresi merupakan gangguan mental

yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stress yang tidak diatasi,

maka seseorang dapat masuk ke fase depresi, individu yang mengalami depresi

umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan gejala sosial. Proses menua

yang menyebabkan penurunan fisik dan fungsi pasca indra. Ketika memasuki

masa tuanya, manusia mengalami kemunduran fisik mental, dan sosial secara

bertahap (Heryani, Heni, Elis Noviati, 2019)

Masa tua adalah sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan yang di alami

oleh lansia. Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur atau pada manusia
13

yang telah memasuki tahap akhir dari semua fase kehidupan. Kategori lansia akan

terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Pada umumnya para lansia

menghadapi kelemahan, keterbatasan dan ketidakmampuan sehingga kualitas

hidupnya menjadi menurun. Perubahan yang terjadi pada lansia, seperti perubahan

pada fisik yang semakin terlihat merupakan akibat dari proses penuaan. Perubahan

fisik yang paling terlihat jelas pada masa tua ini yaitu rambut menjadi tipis dan

beruban, kulit menjadi kering dan mengerut, gigi semakin hilang dan gusi

menyusut, konfigurasi wajah berubah, tulang belakang menjadi bungkuk.

Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi sangat rapuh,

Sistem kekebalan tubuh melemah (Assyura Aulia ZF, Abu Bakar, 2019)

Proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara fisik,

biologis, mental, maupun sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, maka

kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan

kemunduran pada peran – peran sosialnya. Permasalahan lansia yang esensial

ialah tingkat kesejahteraan fisik dan sosial yang menurun, serta kebutuhan mental-

spiritual yang kurang terpenuhi (W, 2013)

2.2 Terapi Spiritual

2.2.1 Definisi Terapi Spiritual

Terapi spiritual artinya kondisi seseorang ketika spiritualnya sedang

bermasalah atau terganggu. Jika sudah terganggu artinya segera perlu diberikan

upaya agar kembali normal. Istilah dalam psikologi dikatakan sebagai kesehatan

mental. Kesehatan mental membahas tentang upaya, metode dan prosedur melalui
14

beberapa tahap diantaranya adalah relasi ketuhanan (spiritual), dimana seseorang

secara terus menerus membangun ritual dengan tuhannya sehingga melahirkan

perasaan-perasaan spiritual dengan tuhannya. Ary Gimanjar juga memandang

spiritual sebagai aspek penting yang mampu memberi kesegaran rohani yang

berarti dalam menumbuh kembangkan kesehatan mental. Pada dasarnya spiritual

merupakan bagian dari kejiwaan atau psikologi seseorang yang berkaitan dengan

demensi ketuhanan (Fitriani, 2017)

spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan

oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien.

keimanan atau keyakinan religius sangat penting dalam kehidupan personal

individu dan merupakan suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam

penyembuhan dan pemulihan fisik (Rosyanti et al., 2018)

Menurut Webster17, spiritual berasal dari kata “spiritus” yang artinya

nafas dan kata kerjanya “spirare” yang berarti untuk bernafas. Spiritualitas

merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna

hidup. Menurut Hasan, spiritualitas merupakan bagian esensial dari keseluruhan

kesehatan dan kesejahteraan seseorang dalam pengertian yang lebih luas spirit

dapat diartikan. Kekuatan kosmis yang memberi kekuatan kepada manusia.

Mahluk immaterial seperti peri, hantu dan sebagainya. Sifat kesadaran, kemauan,

dan kepandaian dalam alam menyeluruh. Jiwa luhur dalam alam yang bersifat

mengetahui semuanya, mempunyai akhlak tinggi, menguasai keindahaan dan

abadi. Dalam agama mendekati kesadaran agama. Hal yang terkandung minuman

keras dan menyebabkan mabuk (Fitriani, 2017)


15

2.2.2 Karateristik Spiritual

Menurut Hamid (2009) pemberian asuhan keperawatan dengan

memperhatikan kebutuhan spiritual penerima pelayanan keperawatan, lebih lanjut

perawat mutlak perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi atau mengenal

karakteristik spiritualitas sebagai berikut :

a. Hubungan dengan Tuhan. Agamis atau tidak agamis : Sembahyang,

berdoa, dan mediasi, perlengkapan keagamaan, memiliki arti personal

yang positif.

b. Hubungan dengan diri sendiri. Kekuatan dalam atau self-reliance:

Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan Sikap

(percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa depan,

ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri)

c. Hubungan dengan alam harmonis: Mengetahui tentang tanaman, pohon,

margasatwa, dan iklim. Berkomunikasi dengan alam (bercocok tanam dan

berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi alam.

d. Hubungan dengan orang lain harmonis atau suportif: Mampu berbagi

waktu dan pengetahuan, mengasuh anak dan orang tua, membantu orang

sakit, meyakini kehidupan dan kematian.

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Spiritual

Faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah tahap

perkembangan, keluarga, latar belakang, etnik dan budaya, pengalaman hidup

sebelumnya, krisis, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi,
16

serta asuhan keperawatan yang kurang tepat. Faktor-faktor penting tersebut

menurut Taylor et al dalam Hamid (2009) dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Tahap perkembangan

Hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama yang berbeda

ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk

sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak.

Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang Tuhan adalah gambaran

tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan saling

ketertarikan dalam kehidupan, mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam

perubahan dan pertumbuhan diri serta tranformasi yang membuat dunia tetap

segar dan penuh arti kehidupan, meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan

selanjutnya merasa takut menghadapi kekuasaan Tuhan, gambaran cahaya atau

sinar.

b) Keluarga

Peran orang tua sangat menetukan perkembangan spiritualitas anak,

keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam

mempersepsikan kehidupan di dunia, pandangan mereka pada umumnya diwarnai

oleh pengalaman orang yang lebih tua dan saudara-saudaranya.

c) Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan

sosial budaya. Seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga,
17

apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja

pengalaman spiritual adalah hal yang unik bagi setiap individu.

d) Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup yang positif maupun yang negaif dapat mempengaruhi

spiritualitas seseorang, spiritualitas juga dipengaruhi oleh seseorang mengartikan

secara spiritual kejadian atau pengalaman. Peristiwa dalam kehidupan sering

dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk

menguji kekuatan imannya. Kebutuhan spiritual yang meningkat akan

memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan koping seseorang dalam

memenuhinya.

e) Krisis dan perubahan

Krisis sering dialami seseorang ketika menghadapi penyakit, penderitaan,

proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan

dan krisis yang dihadapi merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fisik dan

emosional. Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi, terapi atau

pengobatan yang diperlukan, serta situasi yang mempengaruhi seseorang. Pasien

yang dihadapkan pada kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk

sembahyanag atau berdoa lebih tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit

bukan terminal.

f) Terpisah dari ikatan spiritual


18

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu

merasa terisolasi, kehilangan kebebasan pribadi, dan dukungan sosial. Kebiasan

hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi,

mengikuti kegiatan keagamaan, atau berkempul dengan keluarga dan teman dekat

yang biasa memberi dukungan setiap saat. Pasien yang terpisah dari ikatan

spiritual dapat beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.

g) Isu moral terkait dengan terapi

Kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan

untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga yang menolak intervensi

pengobatan. Prosedur medik sering kali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama,

misalnya sirkumsisi, transplantasi organ, pencegahan kehamilan, dan sterilisasi.

Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh pasien

dan tenaga kesehatan.

h) Asuhan keperawatan yang kurang sesuai

Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, diharapkan

peka terhadap kebutuhan spiritual pasien, tetapi dengan berbagai alasan ada

kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberikan asuhan spiritual

kepada pasien karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan

spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan

pendidikaan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa pemenuhan

kebutuhan spiritual pasien bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab

pemuka agama.
19

2.2.4 Konsep Terapi Spiritual

Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep religius.

Banyak yang tidak dapat membedakan kedua konsep tersebut karena menemui

kesulitan dalam memahami keduanya. Kedua hal tersebut memang sering

digunakan secara bersamaan dan saling berhubungan satu sama lain. Konsep

religius bisaanya berkaitan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau proses

melakukan suatu tindakan.

Konsep religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik

mengenai praktik yang berkaitan bentuk ibadah tertentu. Konsep yang lebih

umum mengenai keyakinan seseorang. Keyakinan dan kepercayaan akan tuhan

biasanya dikaitkan dengan istilah agama, konsep yang dipahami tentang spiritual

dan religios dengan istilah agama, konsep yang dipahami tentang spiritual dan

religios seseorang merupakan bagian dari spiritual, jika spiritual seseorang tinggi

maka religus seseorang cenderung lebih baik namun ketika religius seseorang

tinggi belum bararti spiritual tinggi dilihat dari beberapa tingkah lakuyang sesuai

dengan ajaran agama (Fitriani, 2017)

2.3 Depresi

2.3.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan masalah respon emosional yang dapat dikatakan berat

dan biasa dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik manusia dan

fungsi sosialnya (Purwaningsih dan Karlina, 2010). Depresi akan menduduki


20

peringkat teratas penyakit yang dialami lanjut usia di negara berkembang

termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

jumlah lanjut usia sebesar 15.814.511 jiwa atau 7,2% pada tahun 2005 dan

diperkirakan akan semakin bertambah setiap tahunnya sehingga pada tahun 2020

mencapai 11,34%. lanjut usia yang menghadapi kelemahan, keterbatasan dan

ketidakmampuan, sehingga kualitas hidup pada lanjut usia menjadi menurun.

Banyak perubahan yang terjadi pada lansia, seperti perubahan pada fisik yang

semakin terlihat sebagai akibat dari proses penuaan (Assyura Aulia ZF, Abu

Bakar, 2019)

Depresi merupakan gangguan mood yang sering terjadi pada lansia dan

merupakan salah satu gangguan emosi. Depresi bisa terjadi pada lansia

disebabkan lansia merasa terasing dari keluarganya dan merasa kesepian. Depresi

pada lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain penurunan fungsi

dari organ tubuh, kehilangan sumber nafkah, perubahan gaya hidup dan

sebagainya. Untuk itu pendekatan keluarga sangat diperlukan dalam

penatalaksanaan depresi pada lansia yaitu dengan memberikan dukungan pada

lansia. Kebutuhan akan dukungan dan perhatian keluarga berlangsung sepanjang

hidup sehingga jika seorang lansia tidak mendapat dukungan mereka akan

mengalami depresi (Astuti, 2010)

Menurut Subini depresi merupakan gangguan mood yang sering terjadi

pada lansia. Depresi bisa terjadi pada lansia disebabkan lansia merasa terasing

dari keluarganya dan merasa kesepian. Jika seorang lansia tidak mendapat

dukungan dari keluarga mereka akan mengalami episode mayor dari depresi yaitu
21

gambaran melankolis, merasa rendah diri, perasaan tidak berdaya, dan hal yang

paling mengancam adalah keinginan untuk bunuh diri. Selain itu juga menurut

beberapa ahli lainnya bahwa dukungan dari keluarga sangatlah membantu dalam

mencegah dan mengatasi depresi pada lansia. Selain itu menurut Freeman

keluarga juga mempunyai tugas dalam pemeliharaan para anggotanya dan saling

memelihara dan saling mempertahankan hubungan timbal balik (Nasrul, 1998).

Menurut Cobb dan Jones juga mengatakan bahwa dukungan sosial yang meliputi

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan

dukungan informatif dapat diterima dari teman dan familiy (Astuti, 2010)

2.3.2 Kerangka Teori

Penyebab Depresi Lansia, Antara Lain:

a. Faktor Biologi -Penurunan serotonin dan dopamin

b. Faktor Genitik -Resiko depresi anggota keluarga

c. Faktor Psikososial- Peristiwa kehidupan

 Stressor Lingkungan

 Kehilangan orang yang dicintai

 Kepribadian

Depresi Lansia, Antara Lain:

a. Terapi obat anti depresan

b. ECT

c. Terapi keluarga
22

d. Psikoterapi

e. Terapi okupasi

f. Terapi kognitif

2.3.3 Penyebab Depresi Lansia

Penyebab depresi pada lanjut usia yang terjadi sebagian besar disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu riwayat trauma yang tidak menyenangkan, tinggal di

panti, pengabaian yang dilakukan oleh keluarga atau orang yang dicintai dan

penurunan kondisi fisik akibat sakit yang di alami (Rumakey et al., 2020)

Penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai. Faktor

psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi peristiwa kehidupan dan stresor

lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif,

dan dukungan sosial. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering

mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya (Ii & Teori,

2008)

Prabowo (2014) menyatakan bahwa penyebab utama depresi pada

umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada orang yang mengalami

depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan harapannya, sebagai

berikut:

a. Kekecewaan

Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang

menjadi jengkel, tidak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat-saat
23

khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dari pada cinta pada orang

lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat

kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus

menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.

b. Kurang Rasa Harga Diri

Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa

harga diri, sayangnya kekeurangan ini cenderung dilebih-lebihkan menjadi

esktrim, karena harapan- harapan yang realistis membuat dia tidak mampu

merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada individu

yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas dengan prestasi yang

dicapainya.

c. Perbandingan Yang Tidak Adil

Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang

mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa krang dan tidak

bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.

d. Penyakit

Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic contoh

individu yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat

menyebabkan depresi.

e. Aktivitas Mental Yang Berlebihan

Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.

f. Penolakan
24

Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu

ak erpenuhi maka terjadilah depresi. Pada panti jombo di lokasi penelitian

diperoleh informasi bahwa lansia yang aktif (bisa mobilisasi dan

memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri) biasanya hanya duduk-duduk

di depan rumah, tidur-tiduran dan mondar-mandir dari tempat tidur ke luar

lalu ke dalam ruangan lagi.

2.3.4 Tanda Dan Gejala Depresi Lansia

Tanda dan gejala depresi pada lansia sebagai berikut:

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik pada lansia yang mengalami depresi meliputi :

perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari

berat badan bulan terakhir). Gangguan tidur berupa gangguan untuk

memulai tidur, tetap tertidur, atau tidur terlalu lama. Jika tidur, merasa

tidak segar dan lebih buruk di pagi hari. Penurunan energi dengan perasaan

lemah dan kelelahan fisik. Beberapa orang mengalami agitasi dengan

kegelisahan dan bergerak terus. Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan

penyebab fisik yang tidak diketahui. Gangguan perut, konstipasi.

b. Perubahan pemikiran

Perubahan pemikiran pada lansia yang mengalami depresi yaitu :

pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit

mengingat informasi. Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan.

Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka. Preokupasi atas


25

kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan percaya diri.

Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan. Hilang kontak dengan

realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi. Pikiran menetap

tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri.

c. Perubahan perasaan

Perubahan perasaan yang dialami oleh lanjut usia yang depresi

meliputi : kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber

kesenangan, penurunan minat dan kesenangan seks, perasaan tidak

berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar, kehilangan percaya

diri, perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari, menangis

tiba- tiba tanpa alasan yang jelas, iritabel, tidak sabar, marah dan perasaan

agresif.

d. Perubahan perilaku

Perubahan perilaku yang terjadi pada lansia dengan depresi, yaitu :

menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai.

Menghindari mengambil keputusan. Mengabaikan kewajiban seperti

pekerjaan rumah, berkebun, atau membayar tagihan. Penurunan aktivitas

fisik dan olahraga. Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan

makan.

2.3.5 Tingkat Depresi Lansia

Depresi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan dengan gejala yang

berbeda sebagai berikut :


26

1) Depresi ringan

Ketika seseorang mengalami depresi ringan ciri-cirinya

yaitu adanya perasaan sedih dalam proses pikir, mengalami

komunikasi dan hubungan sosial yang kurang baik dan merasa

tidak nyaman.

2) Depresi Sedang

Depresi sedang biasanya ditandai dengan sering murung,

cemas, kesal, marah, menangis. Proses berpikirnya juga sering

memiliki perasaan sempit, berpikir lambat, berkurang komunikasi

verbal, komunikasi non verbal meningkat. Pola komunikasi juga

terganggu seperti bicara lambat, berkurang komunikasi verbal,

komunikasi non verbal meningkat. Selanjutnya dalam patisipasi

sosial juga menurun seperti manarik diri, tidak mau bekerja atau

sekolah, mudah tersinggung.

3) Depresi berat ditandai dengan :

a. Gangguan afek: pandangan kosong, perasaan hampa, murung,

inisiatif berkurang

b. gangguan proses pikir

c. sensasi somatic dan aktivitas bmotorik: diam dalam waktu

lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tidak mau

makan dan minum, tidak peduli dengan lingkungan (Assyura

Aulia ZF, Abu Bakar, 2019)


27

2.3.6 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Depresi

Faktor-faktor yang menyebabkan depresi pada lansia sebagai berikut:

a. Penurunan Fungsi Organ Tubuh

Penyebab depresi pada lansia ialah terjadi penurunan fungsi

organ tubuh secara lahiriah karena faktor usia. Penyakit dan

kecacatan, sakit kronis atau berat, penurunan kognitif,

kerusakan pada citra tubuh karenaoperasi atau penyakit. Semua

hal itu dirasakan oleh para lansia, kondisi ini yang memicu

terjadinya depresi pada lansia.

b. Kesepian Dan Interaksi Sosial

Anak-anak yang sudah besar , menikah dan membangun

rumah tangga sendiri, merupakan salah satu penyebab kesepian

dan merasa terisolir pada diri lansia. Berkurangnya lingkaran

sosial karena kematian, turunnya mobilitas karena sakit atau

kehilangan kendali dan penurunan fungsi fisik. Begitu juga

dengan lansia yang berada di panti sosil, sering mengalami

interaksi sosial yang terganggu karena, keadaan fisik, mental,

dan situasi yang ada di lingkungannye.

c. Kehilangan

Kehilangan adalah sesuatu keadaan individu berpisah

dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak

ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan. Kehilangan

merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap


28

individu selama rentang kehidupan. Sejak lahir individu sudah

mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya

kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Faktor

kehilangan menyebabkan stress yang berlebihan dan

berkepanjangan, faktor kehilangan salah satu penyebab

terjadinya depresi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai