Anda di halaman 1dari 15

BAB II .

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 definisi Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan salah satu masa perkembangan yang ditandai


dengan menurunnya fungsi fisik, psikologis, dan sosial. Penurunan fungsi
tersebut dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Untuk meningkatkan kualitas
hidup lansia, diperlukan sebuah dukungan sosial dan strategi koping dalam
menghadapi perubahan yang terjadi. Strategi koping yang dapat digunakan
adalah sabar (Devi Maya Puspita Sari, 2018). Lansia merupakan tahap akhir
dari siklus hidup manusia, yaitu bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat
dihindari dan akan di alami oleh setiap individu (Evida Dwi Marut, 2015).

Lansia adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih.


Dengan pertambahan umur, terutama memasuki usia lanjut banyak terjadi
perubahan pada kesehatan lansia terutama dalam memenuhi kebutuhan tidur
(Elizabeth Ari Dionesia, 2019)

2. Klasifikasi Lanjut Usia

(Dautzenberg et al., 2015) menyatakan bahwa klasifikasi lanjut usia

dibagi menjadi 5 golongan, yaitu :

1. Pralansia (Presilinis) adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia berisiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
atau seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

3. Teori lansia

a. Teori Biologi

1) Teori Immunologi

Dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk


menghancurkan bakteri, virus, dan jamur melemah. Destruksi bagian
jaringan yang luas dapat menjadi sebelum respon dimulai dan disfungsi
sistem imun ini diperkirakan menjadi faktor dalam perkembangan
penyakit kronis, seperti kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskuler
serta infeksi.

2) Teori Stres

Proses lansia menjadi akibat hilangnya sel yang biasanya


digunakan untuk regenarasi jaringan agar tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress yang
menyebabkan sel tubuh telah terpakai.

b. Teori Psikologi

Salah satu faktor yang mempe ngaruhi kualitas hidup adalah


kondisi psikologis. Erickson mengungkapkan bahwa usia lanjut ditandai
dengan adanya integritas atau kepuasan (Devi Maya Puspita Sari, 2018).

c. Teori Spiritual

Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan


keakuratan mental dan keadaan fungsional. Adanya penurunan dari
intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan
belajar pada usia lanjut. Dengan adanya fungsi sensorik, amakan akan
terjadi penurunan kemampuan untuk menerima , merespon stimulus dan
memprosess, sehingga muncul aksi yang berbeda dari stimulus yang ada.

2.2 Konsep Pemberian Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat

1. Pengertian Pemberian Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat

Rendam air hangat pada kaki juga merupakan salah satu terapi
komplementer yang dapat berpotensi memperbaiki kualitas tidur lansia.
Rendam air hangat pada kaki dengan suhu 37-39 0C merupakan teknik
yang menyeabkan rasa ingin tidur dan dapat digunakan untuk mengatasi
gangguan tidur. Rendam air hangat pada kaki mempunyai efek terapeutik
yaitu meningkatkan kelenturan jaringan otot ikat, kelenturan pada struktur
otot, mengurangi rasa nyeri, dan memberikan pengaruh pada sistem
pembuluh darah (Evida Dwi Marut, 2015). Rendam air hangat adalah
konduksi atau perpindahan panas dari air ke tubuh (Kurnia Pristiyani,
2020)

2. Indikasi Dan Kontra Indikasi Pemberian Terapi Rendam Kaki Dengan Air
Hangat

Adapun indikasi dan kontra indikasi dalam

pemberian terapi rendam kaki dengan air hangat sebagai berikut


(Dautzenberg et al., 2015).

a. Indikasi

- Pasien dengan kondisi lelah

- Kondisi tidak dengan penderita diabetes

b. Kontra Indikasi
- Pasien dengan penderita diabetes

- Pasien yang memiliki tekanan darah rendah

- Penyakit jantung

3. Prosedur Pemberian Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat

Adapun terapi rendam kaki dengan air hangat : Prinsip kerja dari
terapi ini menggunakan air hangat yang bersuhu 38-40C

selama 20-30 menit (Dautzenberg et al., 2015).

- Peneliti melakukan kontrak waktu dengan responden dengan intervensi


rendam air hangat

- Setelah dilakukan pengukuran kualitas tidur, peneliti mulai memberikan


intervensi rendam air hangat kepada 10 responden.

- Proses pemberian tindakan dilakukan pada pukul 16.00-18.30 WIB. -


Selama pemberian tindakan rendam air hangat, responden diminta untuk
serileks mungkin dan mengambil posisi senyaman mungkin.

- Peneliti melakukan intervensi tindakan berupa rendam air hangat, peneliti


memberikan lingkungan yang nyaman, tenang pada lansia, pemberian
menggunakan air hangat dengan suhu 38C yang sudah diukur dengan
termometer air yang dilakukan selama 5 hari berturut- turut sebelum tidur
selama 15 menit, jika suhu air dibawah 38C peneliti menambahkan air dan
mengukur kembali dengan suhu 38.

2.3 Definisi foot massage

1. pengertian foot massage

Foot massage adalah salah satu metode yang paling umum dari
terapi komplementer. Terapi pijat dan refleksi merupakan pendekatan
terapi manual yang digunakan untuk memfasilitasi penyebuhan, dan dapat
digunakan oleh perawat di hampir setiap pelayan perawatan. Mekanisme
foot massage yang dilakukan pada kaki bagian bawah selama 10 menit
dimulai dari pemijatan pada kaki yang diakhiri pada telapak kaki diawali
dengan memberikan gosokan pada permukaan punggung kaki, dimana
gosokan yang berulang menimbulkan peningkatan suhu diarea gosokan
yang mengaktifkan sensor syaraf kaki sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah dan getah bening yang mempengaruhi aliran darah
meningkat, sirkulasi darah menjadi lancar (Nurlaily Afianti, 2017).

Foot massage merupakan teknik dimana kedua kaki menerima


beberapa teknik di berbagai posisi, dengan memijat lembut dan berirama
untuk mendpatkan respon relaksasi (Nurlaily Afianti, 2017).

Foot Massage adalah manipulasi jaringanikat melalui pukulan,


gosokan atau meremas untuk memberikan dampak pada peningkatan
sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan memberikan efek relaksasi (Nurlaily
Afianti, 2017)

2. Maanfaat Tindakan Foot Massage

Terapi massage ini mengunakan tangan untuk merelaksasikan serta


mengurangi stress, memberikan kenyamanan saat tidur dan mengurangi
kecemasan, dengan rendam air hangat dapat memberikan rasa nyaman dan
rileks, memberikan efek vasodilatasi (Elizabeth Ari Dionesia, 2019).

3. Mekanisme Tindakan Foot Massage

Tindakan foot massage berarti sentuhannya dapat merangsang


oksitosin yang merupakan neurotransmiter di otak yang berhubungan
dengan prilaku seseorang, dengan kata lain sentuhan merangsang produksi
hormon yang menyebabkan perasaan aman dan menurunkan stres serta
kecemasan (Nurlaily Afianti, 2017).

4. Indikasi Dan Kontra Indikasi Tindakan Foot Massage


a. Indikasi

- Kondisi tubuh yang lelah

- Ketidaknormalan tubuh terjadi karena pengaruh cuaca yang


berakibatkan otot dan nyeri terganggu

- Kualitas tidur yang buruk

b. Kontra Indikasi

- Pasien yang mengalami fraktur.

- Pasien yang mengalami trauma.

- Pasien yang mempunyai luka pada kaki.

- Pasien yang mempunyai manifestasi gejala trombosis vena dalam

5. Prosedur Tindakan Foot Massage

Adapun langkah-langkah penatalksanaan Foot Massage yang


dilakukan menurut (Dautzenberg et al., 2015).

- Dengan menggunakan bagian tumit telapak tangan peneliti, peneliti


menggosok dan memijat telapak kaki pasien secara perlahan dari arah
dalam ke arah sisi luar kaki pada bagian terluas kaki kanan selama 15
detik.

- Dengan menggunakan tumit telapak tangan peneliti di bagian yang


sempit dari kaki kanan. Peneliti menggosok dan memijat secara perlahan
bagian telapak kaki pasien dari arah dalam sisa luar kaki selama 15 detik.

- Pegang semua jari-jari kaki oleh tangan kanan, dan tangan kiri menopang
tumit pasien, kemudian peneliti memutar pergelangan kaki tiga kali

searah jarum jam dan tiga kali ke arah brlawanan arah jarum jam selama
15 detik.
- Tahan kaki di area yang lebih luas bagian atas dengan menggunakan
seluruh jari (ibu jari di telapak kaki dan empat jari di punggung kaki) dari
kedua belah bagian kemudian kaki digerakkan ke sisi depan dan ke
belakang tiga kali selama 15 detik.

- Tangan kiri menopang kaki kemudian tangan kanan memutardan


memijat masing-masing jari kaki sebanyak tiga kali di kedua arah, untuk
memeriksa ketegangan (15 detik).

- Pegang kaki kanan dengan kuat dengan menggunakan tangan kanan pada
bagian punggung kaki sampai ke bawah jari-jari kaki dan tangan kiri yang
menopang tumit. genggam bagian punggung kaki berikan pijatan lembut
selama 15 detik

- Posisi tangan berganti, tangan kanan menopang tumit dan tangan kiri
yang menggenggang punggung kaki sampai bawah jari kaki kemudian di
pijat dengan lembut selama 15 detik.

- Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan tangan kanan seseorang di
bagian punggung kaki hingga ke bawah jari-jari kaki dan gunakan tangan
kiri untuk menopang di tumit dan pergelangan kaki dan berikan tekanan
lembut selama 15 detik

- Menopang tumit menggunakan tangan kiri dan dengan menggunakan


tangan kanan untuk memutar setiap searah jarum jam kaki dan berlawanan
arah jarum jam serta menerapkan tekanan lembut selama 15 detik.

- Menopang tumit dengan menggunakan tangan kiri dan memberikan


tekanan dan pijatan dengan tangan kanan pada bagian sela-sela jari bagian
dalam dengan gerakan ke atas dan ke bawah gerakan lembut selama 15
detik.

- Tangan kanan memegang jari kaki dan tangan kiri memberikan tekanan
ke arah kaki bagian bawah kaki menggunakan tumit tangan dengan
memberikan tekanan lembut selama 15 detik.
2.4 pengaruh foot massage terhadap rendam kaki

Pengaruh foot massage ini dapat memberikan rasa aman dan


nyaman. Dan memperbaiki kualitas tidur dengan mengunakan Foot
Massage tersebut, foot massage aman diberikan pada pasien sehingga foot
massage dianjurkan untuk perbaikan kualitas tidur pada lansia (Nurlaily
Afianti, 2017)

2.5 Konsep Tidur Terhadap Lanjut Usia

1. Pengertian Tidur

Tidur merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup


manusia, dan telah diatur siklusnya. Pada siang hari, hipotalamus akan
mensekresi kortisol di korteks adrenal. Hormon ini mengatur sebagian
besar proses metabolisme tubuh. Selanjutnya, ketika matahari mulai
terbenam, kadarnya di dalam tubuh akan menurun, dan ketika cahaya
matahari benar-benar menghilang dari bumi, sekitar pukul 9 malam, tubuh
akan mensekresi hormon melantonin di kelenjar pineal yang bersifat
imunomedulator yang lebih bersifat antioksidan. Hormon ini
menyebabkan tubuh terasa, dan dalam beberapa sumber dinyatakan,
hormon ini dapat dijadkan terapi insomnia (penyakit susah tidur). Pada
terapi rendam air hangat pada kaki dapat menyebabkan efek sopartifik
(efek ingin tidur) (Khotimah, 2011).

tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang terjadi


secara alami dan memiliki fungsi fisiologis dan psikologis untuk proses
perbaikan tubuh. Jika seseorang tidak mendapat tidur yang baik maka akan
menimbulkan kerusakan pada fungsi otot dan otak karena
ketidakadekuatnya kebutuhan tidur. Keluhan yang dialami oleh lansia
dalam pola tidurnya yaitu apabila lansia sudah terbangun ditengah malam
sulit untuk memulai tidur kembali (Tri Sulistyarini, 2016).
2. Gangguan tidur

Gangguan tidur adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada


keinginan untuk melakukannya. Gangguan tidur pada lansia
mempengaruhi kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk pada lansia
disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur,
dan terbangun lebih awal. Lansia hampir tidak memiliki tidur tahap IV
atau tidur yang dalam. Tidur tahap IV menurun dengan mencolok dan
pada beberapa keadaan tidak terjadi tidur tahap IV. Periode tidur REM
(Rapid Eye Moment) atau pergerakan mata yang cepat berlangsung lebih
lama. Lansia lebih sering terbangun di malam hari dan memerlukan waktu
yang lama untuk dapat kembali tidur (Evida Dwi Marut, 2015).

Gangguan tidur pada lansia ada beberapa faktor yang


menyebabkan hal tersebut. Sebagian besar lansia berisiko tinggi
mengalami gangguan tidur akibat berbagai faktor. Proses patologis terkait
usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur, gangguan tidur
mempengaruhi kualitas hidup. Selama penuaan, pola tidur mengalami
perubahan-perubahan yang khas yang membedakannya dengan orang-
orang yang lebih muda. Perubahan-perubahan tersebut mencakup
kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur
siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur yang lebih dalam juga
menurun (Tri Sulistyarini, 2016)

3. Patologis Tidur

Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola


tidur, gangguan tidur mempengaruhi kualitas hidup. Selama penuaan, pola
tidur mengalami perubahan-perubahan yang khas yang membedakannya
dengan orang-orang yang lebih muda. Perubahan-perubahan tersebut
mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan
jumlah tidur siang. Jumlah waktu yang dihabiskan untuk tidur yang lebih
dalam juga menurun (Tri Sulistyarini, 2016)
4. Fungsi Tidur

Menurut fungsi tidur dapat megenarasi sel-sel tubuh yang rusak

menjadi baru, dapat memperlancar produksi hormon pada pertumbuhan


tubuh, menambah konsentasi dan kemampuan fisik, Memelihara fungsi
jantung, mengistirahatkan tubuh ketika letih akibat beraktivitas seharian
penuh, menyimpan energi, meningkatkan kekebalan tubuh kita dari
serangan penyakit.

Fungsi tidur salah satu kebutuhan dasar manusia dimana


kepentingannya sama dengan kebutuhan dasar lainnya. Tidur yang
berkualitas baik dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis dan sangat
penting untuk penyembuhan dan kelangsungan hidup pasien dengan
penyakit kritis (Nurlaily Afianti, 2017)

5. Tahap Tidur

Gambaran tahapan tidur.

Tahap tidur

NREM/ tidur lansia REM/ tidur nyenyak

Tahap 1 (5 Tahap 2 (10-15 Tahap 3 (15-30 Tahap 4 (15-30


menit menit) menit) menit)
6. Pola Tidur

Pola tidur juga menjelaskan hal tersebut disebabkan karena


perubahan sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur. Lansia
mengalami penurunan sensitifitas terhadap waktu yang mempertahankan
irama sirkadian. Irama sirkadian yang normal terdapat peranan
pengeluaran hormon dan perubahan temperatur badan selama siklus 24
jam. Semakin bertambahnya usia maka terjadi perubahan yang
berfluktuasi dan kurang menonjol. Hormon yang di ekskresikan pada
malam hari dan berhubungan dengan tidur menurun pada lansia (Evida
Dwi Marut, 2015).

Pola tidur dapat dipengaruhi oleh lingkungan, bukan seluruhnya


akibat proses penuaan (Setyorini & Husna, 2017).

7. Kebutuhan Tidur

Lansia membutuhkan kualitas tidur yang baik untuk meningkatkan


kesehatan dan memulihkan kondisi dari sakit. Kualitas tidur yang buruk
dapat menyebabkan gangguan- gangguan antara lain yaitu kecenderungan
lebih rentan terhadap penyakit, pelupa, konfusi, disorientasi, menurunnya
kemampuan berkonsentrasi dan membuat keputusan. Kualitas tidur yang
buruk juga dapat mempengaruhi kemandirian pada lansia bekurang yang
ditandai dengan menurunya partisipasi dalam aktivitas harian. Kualitas
tidur yang buruk pada lansia berdampak terhadap kualitas hidup lansia
(Evida Dwi Marut, 2015).

8. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur Terhadap Lanjut Usia

faktor yang mempengaruhi tidur salah satunya lingkungan dan


gaya hidup (Setyorini & Husna, 2017).
9. Pola Tidur Normal

Seperti halnya pola tidur normal yang mulai berubah sesuai


pertambahan usia, akibat reduksi saraf yang mempngaruhi gelombang
tidur atau oleh karena deficit sistem saraf pusat yang menyebabkan
berkurangnya reaksi terhadap alarm ekstrinsik dan disfungsi “biorhythm”
serta berkurangnya pengeluaran substansi melatonia (Tri Sulistyarini,
2016).

2.6 konsep Kualitas Tidur Lanjut Usia

1. Pengertian Kualitas Tidur Lanjut Usia

Kualitas tidur adalah kepuasan seeorang terhadap tidur, sehingga


seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah
terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak
mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,
sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Dampak dari kualitas
tidur yang buruk akan menimbulkan stres meningkat, berbagai rasa timbul
misalnya nyeri, memicu rasa gelisah, kulit pucat, terbangun dari tidur,
peningkatan kadar kortisol dan memperlambat produksi kolagen yang
memicu terjadi keriput, gangguan metabolisme hormonal (Elizabeth Ari
Dionesia, 2019).

2. Pengukuran Kualitas Tidur

Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuesioner PSQI (Pittsburg


Sleep Quality Index). Analisa data dilakukan dengan menggunakan Paired
Sampel Test.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil pre test
didapatkan hasil bahwa sebagian besar dengan kualitas tidur buruk yaitu
28 orang (82,4%) dan sangat buruk 2 orang (5,9%). Hasil post test
didapatkan hasil bahwa sebagian besar dengan kualitas tidur baik yaitu 18
orang (52,9%). Berdasarkan analisa statistik didapatkan perbedaan rata-
rata kualitas tidur lansia sebelum rendam kaki dengan air hangat sebesar
10,12 dan sesudah rendam kaki dengan air hangat sebesar 7,85 dengan
thitung 21,356 > ttabel 2,035. Serta nilai probabilitas (ρ = 0,000) , maka
H0 ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh rendam kaki dengan air
hangat terhadap kualitas tidur lansia (Endang Suband, n.d.).

3. Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia

Gangguan tidur adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada


keinginan untuk melakukannya. Gangguan tidur pada lansia
mempengaruhi kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk pada lansia
disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur,
dan terbangun lebih awal (Evida Dwi Marut, 2015).

4. Penyebab Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia

Gangguan tidur yang dialami oleh lansia berupa: bangun tengah


malam (terkejut mendengar suara bising), rasa ingin ke kamar kecil
diwaktu tengah malam, merasa kedinginan dan yang paling mempengaruhi
kualitas tidur adalah rasa nyeri atau pegal dibagian punggung atau tubuh
yang lainnya. Sehingga dampak dari gangguan tidur tersebut adalah pada
kondisi lansia dalam aktivitas sehari-hari seperti mudah lelah, semangat
berkurang, mengantuk saat aktivitas dan mudah terserang penyakit
(Setyorini & Husna, 2017).

5. Penatalaksanaan Gangguan Tidur Pada Lansia

a. Terapi farmakologi

Terapi farmakologi memiliki efek yang cepat, namun dalam


memberikan obat

harus memperhatikan perubahan farmakokinetik dan


farmokodinamik pada lansia, dengan pertambahan umur akan terjadi
perubahan dalam distribusi, metabolisme, dan eliminasi obat yang
berkaitan erat dengan timbulnya efek samping obat (Evida Dwi
Marut, 2015).

b. Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi sangat dianjurkan untuk mengatasi kualitas


tidur pada lansia yaitu dengan pemberian terapi komplementer
karena efektif dan aman untuk meningkatkan kualitas tidur (Evida
Dwi Marut, 2015).

c. Terapi komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang


dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis yang konvensional (Evida Dwi Marut, 2015).

d. Terapi relaksasi

Terapi relaksasi yang umum digunakan untuk mengatasi gangguan


tidur adalah dengan merendam kaki pada air hangat. Menurut Dinkes
dalam Gilang Permady (2015) berendam dengan air hangat dapat
menimbulkan rasa nyaman, tenang, releks, meringankan rasa sakit,
dan melancarkan peredaran darah. Di samping memiliki khasiat
(Endang Suband, n.d.).

Kmi menyimpulkan tidak ada perbedaan efektifitas tindakan


foot massage dan pemberian rendam air hangat dalam memenuhi
kualitas tidur bagi lansia. Meskipun secara uji statistik tidak ada
perbedaan, tetapi ada perubahan hasil dari sebelum dan sesudah
tindakan (massage dan rendam air hangat).

Anda mungkin juga menyukai