Anda di halaman 1dari 12

TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN

SOP MASSAGE

ADINDA T.S. PATAMANI


220111040016

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas

Sam Ratulangi
1. Definisi

Terapi pijat adalah teknik penyembuhan yang diterapkan dalam bentuk sentuhan
langsung dengan tubuh penderita untuk menghasilkan relaksasi. Terapi pijat merupakan
salah satu terapi komplementer dengan melakukan penekanan pada titik tubuh
menggunakan tangan atau benda lain seperti kayu. Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi
pijat adalah suatu metode terapi komplementer dalam bentuk sentuhan langsung dengan
melakukan penekanan menggunakan tangan.

2. Sasaran
Untuk semua kalangan (Anak, Remaja, Dewasa, dan lansia)

3. Tujuan
Tujuan terapi pijat diantaranya untuk meningkatkan kelenturan otot, membawa
pengaruh terhadap jaringan otot yang lebih dalam. Selama melakukan pijat, tubuh akan
mengeluarkan zat kimia, meningkatkan serotonin dan dopamine, serta pada saat yang
bersamaan mengurangi gejala depresi. Selain itu, pijat juga dapat menstabilkan kadar
gula dalam darah, memperbaiki fungsi pernafasan, memperbaiki system imun dalam
tubuh serta meningkatkan sirkulasi/peredaran darah pada area yang dipijat

4. Indikasi dan Kontraindikasi


-Indikasi massage
Penggunaan massage umumnya dianjurkan setelah bekerja berat karena sangat besar
manfaatnya dalam membantu mengembalikan tubuh kepada keadaan pulih. Massage
membantu menghilangkan kelelahan dengan segala gejala yang menyertainya, seperti
rasa pegal, kaku, nyeri ataupun perasaan lemas. Massage demikian biasanya dilakukan
kepada seluruh tubuh dalam waktu yang cukup lama, kira-kira satu jam.
Pekerjaan ringan tetapi terus menerus seperti misalnya terlalu lama duduk atau berdiri
atau dlam pekerjaan yang begitu begitu juga menimbulkan kejenuhan dan kelelahan.
Untuk merawat dan mengembalikan fungsi bagian-bagian badan setelah cidera,
membantu mempercepat proses penyembuhan. Seringkali massage diperlukan untuk
meneruskan pekerjaan dokter, misalnya setelah sembuh dari operasi atau perawatan dari
patah tulang. Tugasnya adalah mengembalikan fungsi otot dan persendian yang
biasanya mengalami kekakuan.
-Kontra indikasi massage
Dalam keadaan keadaan tertentu massage tidak boleh dilakukan dan merupakan kontra
indikasi. Hal ini biasanya menyangkut keadaan sbb:
a)Atas nasehat dokter agar tidak dilakukan massage demi keselamatan pasien.
b) Dalam keadaan kena infeksi penyakit menular seperti: cacarcampak, demam kuning,
dll
c) Suhu tubuh meningkat tinggi karena infeksi
d) Dalam keadaan sakit berat sehingga memerlukan istirahat benar-benar.
e) Menderita penyakit yang berkenaan dengan pembuluh darah seperti: erteriosclerosis,
trombosis, dll.
f)Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat separti penderita chorea dan neurathenia.
g) Menderita penyakit haemophilia, karena kecenderungannya terjadi pendarahan,
walau karena sabab, yang tak bararti.
h) Menderita penyakit tertentu yang bila dimassage dapat menyebabkan meluasnya
infeksi seperti bisul, borok, dsb.
i) Pembengkakan ikibat cidera yang masih baru yang menujukkan adanya pendarahan
di dalam. Kapiler-kapiler yang tadinya pecah dan telah menutup dapat pecah kembali
bila dimassage. Juga pada luka yang belum sembuh atau yang baru sembuh.
j) Patah tulang yang belum sembuh. Massage dapat menggagu letak sambungan.
k) Menderita penyakit tumor atau kanker.
l) Sedang datang bulan atau hamil muda. Juga pada peradangan usus buntu
(appendicitis), gastroentiritis, colitis, dll. Demikiam juga bila ada batu dalam kandung
empedu.
m) Menderita tekanan darah tinggi, pendarahan otak, penyakit jantung dan paru-paru

5.Alat dan Bahan


Minyak/ baby oil, handuk, dsb.

6. Prosedur
1)Dengan menggunakan bagian tumit telapak tangan peneliti, peneliti menggosok dan
memijat telapak kaki pasien secara perlahan dari arah dalam ke arah sisi luar kaki pada
bagian terluas kaki kanan selama 15 detik.
2) Dengan menggunakan tumit telapak tangan peneliti di bagian yang sempit dari kaki
kanan, peneliti menggosok dan memijat secara perlahan bagian telapak kaki pasien dari
arah dalam ke sisi luar kaki selama 15 detik.
3) Pegang semua jari-jari kaki oleh tangan kanan, dan tangan kiri menopang tumit
pasien, kemudian peneliti memutar pergelangan kaki tiga kali searah jarum jam dan tiga
kali ke arah berlawanan arah jarum jam selama 15 detik.
4) Tahan kaki di posisi yang menunjukkan ujung jari kaki mengarah keluar (menghadap
peneliti), gerakan maju dan mundur tiga kali selama 15 detik. Untuk mengetahui
fleksibilitas.
5) Tahan kaki di area yang lebih luas bagian atas dengan menggunakan seluruh jari (ibu
jari di telapak kaki dan empat jari di punggung kaki) dari kedua belah bagian kemudian
kaki digerakkan ke sisi depan dan ke belakang tiga kali selama 15 detik.
6) Tangan kiri menopang kaki kemudian tangan kanan menntardan memijat masing-
masing jari kaki sebanyak tiga kali di kedua arah, untuk memeriksa ketegangan (15
detik)
7) Pegang kaki kanan dengan kuat dengan menggunakan tangan kanan pada bagian
punggung kaki sampai ke bawah jari-jari kaki dan tangan kiri yang menopang tumit,
genggam bagian punggung kaki berikan pijatan lembut selama 15 detik.
8) Posisi tangan bergantitangan kanan menopang tumit dan tangan kiri yang
menggenggang punggung kaki sampai bawah jari kaki kemudian di pijat dengan lembut
selama 15 detik.
9) Pegang kaki dengan lembut tapi kuat dengan tangan kanan seseorang di bagian
punggung kaki hingga ke bawah jari-jari kaki dan gunakan tangan kiri untuk menopang
di numit dan pergelangan kaki dan berikan tekanan lembut selama 15 detik.
10) Menopang tumit menggunakan tangan kiri dan dengan menggunakan tangan kanan
untuk memutar setiap searah jarum jam kaki dan berlawanan arah jarum jam serta
menerapkan tekanan lembut selama 15 detik.
11) Menopang tumit dengan menggunakan tangan kiri dan memberikan tekanan dan
pijatan dengan tangan kanan pada bagian sela-sela jari bagian dalam dengan gerakan ke
atas dan ke bawah gerakan lembut selama 15 detik.
12) Tangan kanan memegang jari kaki dan tangan kiri memberikan tekanan ke arah kaki
bagian bawah kaki menggunakan tumit tangan dengan memberikan tekanan lembut
selama 15 detik.

7. Daftar pustaka
Ainun, K., Kristina, K., & Leini, S. (2021). Terapi foot massage untuk menurunkan dan
menstabilkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Abdimas Galuh, 3(2), 328-336.
Hijriana, I. (2023). Home Based Exercise bagi Penderita Diabetes Mellitus. CV Jejak (Jejak
Publisher).
DOI: 10.30829/jumantik.v7i1.10881

Research Article

Pengaruh Foot Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah dan Stres Psikologis
pada Keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronik

Fajaruddin Nasution1, Iqbal Maidira Darmansyah2, Dwi Sinta Larasati3, Elis Anggeria4*
1,2,3,4
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Prima Indonesia, Indonesia

Abstract
Chronic disease (CKD) a clinical condition because of conclusive changes in kidney
capacity and construction. Psychological status is a direct risk factor for hypertension. This
study aims to determine the effect of foot massage on reducing in blood pressure and
psychological stress in families of chronic kidney failure at Rasyida Special Renal Hospital
Medan. The study design was a quantitative method with a quasi-experimental design through
a one-group pre-test post-test. The population in this study was 35 patients' families. The
sampling technique was Saturated Sampling and a sample of 35 people. Methods using
questionnaires Perceived Stress Scale (PSS) and observation sheets. The bivariate analysis
using of the Wilcoxon test. The results of the study before giving foot massage therapy to the
patient's family failed to win the attention of 19 people (54,3%) and experiencing stress as
many as 25 people (71,4%), and after giving therapy of foot massage a large number of
people's blood (74,3%) ) there was a decrease in stress levels to mild as many as 26 people
(74,3%), obtained p-value 0.000, it can say that there is an effect of foot massage on reducing
blood pressure and psychological stress in chronic kidney failure families.

Keywords: foot, massage, blood pressure, psychological, stress

Pendahuluan dewasa dengan diabetes dan tekanan darah tinggi


Penyakit ginjal kronis merupakan suatu dapat berisiko lebih tinggi terkena penyakit (Cain-
sindrom klinis sekunder akibat perubahan Shields et al., 2021). Prevalensi penyakit ginjal
definitif fungsi dan atau struktur ginjal dan kronik di Malaysia sebesar 15,48% pada tahun
ditandai dengan ireversibilitasnya serta 2018, meningkat dibandingkan tahun 2011 ketika
evolusinya yang lambat dan progresif (Ammirati, prevalensi sebesar 9,07%. Prevalensi penyakit
2020). Penyakit ginjal kronis makin berkembang ginjal kronik secara keseluruhan adalah 13,7%
sampai sekarang, tetapi pedoman internasional (Saminathan et al., 2020). Wanita memiliki
saat ini mendefinisikan kondisi penurunan kerja prevalensi penyakit yang lebih tinggi daripada
ginjal yang digambarkan oleh kecepatan filtrasi pria (14,8% vs. 12,5%) (Lin et al., 2021).
glomerulus di bawah 60 mL/menit per 1,73 m2. Terjadinya gagal ginjal persisten tergantung
Pendorong utama infeksi ginjal konstan adalah pada informasi dari Riskesdas pada tahun 2018,
diabetes dan hipertensi di semua negara dengan menunjukkan informasi berdasarkan kesimpulan
gaji tinggi dan menengah, sama seperti di negara spesialis, laju dominasi gagal ginjal konstan di
dengan gaji rendah (Pettitt et al., 2020). Indonesia sebesar 3,8%. Prevalensi tertinggi
Prevalensi penyakit ginjal kronis secara sebesar 6,4% di Kalimantan Utara, selanjutnya
keseluruhan di populasi Amerika Serikat (AS) Maluku Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan
adalah sekitar 15% atau 30 juta orang, dan orang Sulawesi Tengah, masing-masing 5,2%.
Sementara, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Jawa
*corresponding author: Elis Anggeria Barat, Maluku, masing-masing 4,3% dan di
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Provinsi Sumatera Utara penyakit gagal ginjal
Prima Indonesia kronis sebanyak 2,8% (Kementerian Kesehatan
Email: elisanggeria@unprimdn.ac.id RI, 2018).
Summited: 12-01-2022 Revised: 13-02-2022
Menurut Çeçen dan Lafcı (2021) ada cara
Accepted: 16-02-2022 Published: 20-02-2022
yang dilakukan untuk mengatasi kelelahan pada

JUMANTIK Volume 7 No. 1 Februari 2022 37


DOI: 10.30829/jumantik.v7i1.10881

pasien yang melakukan hemodialisa yaitu berupa meliputi: keadaan ekologi, mental, atau sosial dan
penerapan terapi pijat salah satunya foot interior meliputi: penyakit, atau dari operasi. Stres
massage yang berpotensi untuk mengurangi juga dapat menyebabkan reaksi yang berlawanan,
kelelahan pada pasien yang menjalani perawatan respons yang rumit dari sistem saraf dan sistem
hemodialisis. Foot masaage atau pijat kaki berada endokrin (Shiel Jr, 2018).
dalam ruang lingkup praktik keperawatan dan Pasien dengan penyakit ginjal kronis
merupakan cara yang aman dan efektif untuk menjalani berbagai tahap terapi adaptasi yang
meningkatkan perawatan pasien. Pijat kaki dalam melibatkan modifikasi gaya hidup, perubahan
hubungannya dengan intervensi farmakologis fisik, dan penyesuaian terapi pengganti ginjal.
efektif dalam meningkatkan rasa sakit dan Proses terapi ini menyebabkan stres adaptif pada
kecemasan. Studi masa depan harus pasien. Kemampuan pasien bertahan dalam proses
mempertimbangkan fokus pada frekuensi, dosis, pengobatan diidentifikasi sebagai salah satu
kelayakan, penerimaan, dan kepuasan peserta prediktor terpenting dari Skala Stres.
(Alameri et al., 2020). Pengembangan intervensi untuk mempromosikan
Menurut Jeong et al. (2020), faktor risiko yang ketahanan mungkin memiliki dampak positif
berpengaruh untuk perkembangan penyakit gagal terhadap stres yang dirasakan pada pasien
ginjal, penyakit jantung kronis, dan kematian penyakit ginjal kronis (García-Martínez et al.,
adalah hipertensi. Diagnosis dan manajemen 2021).
hipertensi hampir secara eksklusif mengandalkan Penelitian ini memiliki kebaharuan dengan
pada pengukuran tekanan darah pada siang hari. merujuk kepada tingkat stres psikologis pada
Sebagian besar pasien hipertensi memiliki keluarga pasien yang mengalami hemodialisa.
tekanan darah yang tidak terkontrol, dan pasien Pasien yang menjalani hemodialisa sering
sering mengalami kerusakan ginjal (Abene et al., mengalami peningkatan tekanan darah. Selain itu,
2020). keluarga pasien juga sering mengalami stres
Menurut Satoh et al. (2020), tekanan darah psikologis seperti kecemasan, gelisah, dan
secara signifikan berhubungan dengan perasaan emosional dalam merawat pasien.
peningkatan risiko kejadian gagal ginjal kronik, Penelitian ini menggunakan metode foot
dan frekuensi nadi juga dapat meningkat pada message. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pasien yang tidak menjalani pengobatan anti pengaruh foot massage terhadap penurunan
hipertensi. Hubungan antara tekanan darah dan tekanan darah dan stres psikologis pada keluarga
risiko gagal ginjal kronik menjadi lebih rendah pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit Khusus
pada wanita dari pada pria yang tidak menjalani Ginjal Rasyida Medan.
pengobatan. Peningkatan tekanan darah nokturnal
dan non-dipping nokturnal merupakan prediktor Metode
kuat komplikasi kardiovaskular dan Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan
perkembangan CKD (Jeong et al., 2020). metode kuantitatif dengan desain quasi
Peningkatan tekanan darah dapat experimental melalui pendekatan” one group pre-
menyebabkan stres psikologis yang berhubungan test post-test design (Polit & Beck, 2018).
dengan aktivasi sistem saraf simpatik dan Penelitian dilakukan dengan memberikan pretest
produksi norepinefrin dan epinefrin dari kelenjar sebelum dilakukan intervensi foot massage dan
adrenal (Lin et al., 2021). Status psikologis posttest setelah intervensi untuk melihat pengaruh
merupakan faktor risiko langsung terhadap foot massage.
hipertensi. Hipertensi telah dinyatakan sebagai Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit
krisis kesehatan masyarakat global oleh World Khusus Ginjal Rasyida Medan yang memiliki
Health Organization (WHO), karena jumlah populasi penelitian. Populasi adalah
prevalensinya yang tinggi. Hal ini mempengaruhi seluruh responden pasien gagal ginjal kronik
kesehatan satu miliar orang di seluruh dunia dan sebanyak 35 orang. Penelitian dilaksanakan pada
secara langsung bertanggung jawab atas kematian bulan Desember 2021. Pengambilan sampel
10 juta orang lebih dari per tahunnya (Lu et al., menggunakan teknik Sampling jenuh yaitu semua
2020). populasi dijadikan sampel, maka sampel
Elemen fisik dan mental memicu tekanan penelitian sebanyak 35 orang.
dalam pengaturan klinis atau organik yang dapat Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menyebabkan ketegangan substansial atau melibatkan instrumen berupa alat dan bahan.
mental. Tekanan tersebut dapat bersifat eksternal Sphygmomanometer digunakan untuk mengukur

JUMANTIK Volume 7 No. 1 Februari 2022 38


DOI: 10.30829/jumantik.v7i1.10881

tekanan darah, dan pengukuran stress psikologis abnormal merupakan”140/90 mmHg. Pengukuran
menggunakan kuesioner Perceived Stress Scale tekanan darah menggunakan alat
(PSS) (Cohen, 1994). Peneliti mengajukan surat sphygmomanometer. Pengukuran stress psikologi
persetujuan responden (informed consent). menggunakan Perceived Stress Scale (PSS)
Sebelum penelitian berlangsung, peneliti (Cohen, 1994).
menjelaskan tentang manfaat foot massage Analisa data univariat disajikan dalam tabel
sebagai intervensi penurunan tekanan darah dan distribusif rekuensi. Uji normalitas menggunakan
stress psikologis terhadap pasien gagal ginjal Kolmogorov Smirnov dengan nilai taraf signifikan
kronis. Peneliti mengukur tekanan darah dan yaitu (α) 0,05. untuk kriteria pengujian: jika
memberikan kuesioner pretest tentang stress signifikan > 0,05, maka H0 diterima, dan jika <
psikologis sebelum diberikan perlakuan. 0,05, maka H0 ditolak (Polit & Beck, 2018).
Intervensi dilakukan dengan cara foot Hasil uji normalitas didapatkan nilai 0,00 < 0,05,
massage. Waktu untuk melakukan pijat kaki berarti distribusi data tidak normal. Analisa
selama kurang lebih 15 menit dengan sentuhan bivariat menggunakan uji statistik nonparametrik
yang dilakukan pada kaki dengan sadar. Pertama yaitu uji Wilcoxon.
masase kaki bagian depan lalu masase pada
telapak, kemudian letakan alas di bawah kaki Hasil Penelitian
klien, setelah itu tangkupkan telapak tangan pada Analisa Univariat
sisi kaki kanannya, lakukan gerakan rilex pada Analisa univariat untuk mengetahui data
jari-jari dengan gerakan tangan ke depan dan distribusi frekuensi dari data karakteristik
mengarah ke bagian belakang dengan gerakan responden yang ditemukan antara lain:
cepat dan tepat. Berdasarkan data karakteristik responden pada
Sesudah intervensi dilakukan, peneliti
keluarga pasien yang mengalami Gagal Ginjal
mengukur tekanan darah dan memberikan
kuesioner posttest tentang stress psikologis. Kronik didapatkan mayoritas umur 20-29 tahun
Setelah kuesioner diisi, instrumen dikumpulkan yaitu 17 orang (48,6%) dan minoritas >40 Tahun
kembali oleh peneliti dan selanjutnya diperiksa yaitu 4 orang (11,4%). mayoritas responden
kelengkapan data dan isian informasi yang dengan jenis kelamin perempuan yaitu 28 orang
dilampirkan. Apabila instrumen tidak terisi (80%) minoritas berjenis kelamin laki-laki yaitu 7
lengkap, maka dilengkapi pada saat itu juga. orang (20%). Pendidikan mayoritas SMA yaitu 27
Aspek pengukuran dilakukan dengan orang (77,1%) dan yang paling rendah yaitu SMP
menggunakan alat sphygmomanometer untuk 1 orang (2,9%) dan Perguruan tinggi yaitu 7 orang
mengukur tekanan darah awal dan akhir, (20%).
didapatkan tekanan darah dengan nilai normal
adalah 120/80 mmHg dan nilai tekanan darah

Tabel 1. Distribusi Frekuensi TekananDarah dan Stres Psikologis pada Keluarga Pasien Gagal
Ginjal Kronik Sebelum Pemberian Terapi Foot Massage
Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Normal 3 8,6
Prahipertensi 19 54,3
Hipertensi 13 37,1
Total 35 100
Stres Psikologis Ringan 4 11,4
Stres Psikologis Sedang 25 71,4
Stres Psikologis Berat 6 17,1
Total 35 100

Tabel 1 merupakan distribusi frekuensi normal sebanyak 3 orang (8,6%). Distribusi


tekanan darah keluarga pasien gagal ginjal kronik frekuensi dari variable stres psikologis” mayoritas
sebelum dilakukan terapi foot massage mayoritas responden yang mengalami keadaan stres sedang
responden prahipertensi sebanyak 19 orang yaitu 25 orang (71,4%), dan minoritas responden
(54,3%), dan minoritas responden tekanan darah stres ringan 4 orang (11,4%).

JUMANTIK Volume 7 No. 1 Februari 2022 39


DOI: 10.30829/jumantik.v7i1.10881

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah dan Stres Psikologis pada Keluarga Pasien Gagal
Ginjal Kronik Setelah Pemberian Terapi Foot Massage
Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)
Normal 26 74,3
Prahipertensi 9 25,7
Total 35 100
Stres Psikologis Ringan 26 74,3
Stres Psikologis Sedang 9 25,7
Total 35 100

Berdasarkan Tabel 2 distribusi frekuensi responden dengan stres sedang yaitu 9 orang
tekanan darah keluarga pasien gagal ginjal kronik (25,7%).
setelah dilakukan terapi foot massage mayoritas
tekanan darah normal yaitu 26 orang (74,3%), dan Analisa Bivariat
minoritas responden prahipertensi yaitu 9 orang Analisa bivariate dilakukan untuk melihat
(25,7%). Distribusi frekuensi stres psikologis pengaruh foot massage terhadap penurunan
keluarga pasien gagal ginjal kronik setelah tekanan darah dan stres psikologis pada keluarga
dilakukan terapi foot massage dengan responden pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik
stres ringan yaitu 26 orang (74,3%), dan minoritas
.
Tabel 3. Pengaruh Foot Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Keluarga Pasien
Gagal Ginjal Kronik
Variabel n Mean Std.Deviation P-value
Pre-test 35 24,71 4,260 0,000
Post-test 35 20,03 2,572

Berdasarkan Tabel 3 dari penelitian Maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian
didapatkan bahwa hasil uji Wilcoxon dengan nilai terapi foot massage terhadap penurunan tekanan
p-value 0,000 dan α = 0,05, maka 0,000 < 0,05 darah pada keluarga pasien gagal ginjal kronik
.
Tabel 4. Pengaruh Foot Massage Terhadap Penurunan Stres Psikologis pada Keluarga Pasien
Gagal Ginjal Kronik
Variabel n Mean Std.Deviation P-value
Pre-test 35 2,29 0,622 0,000
Post-test 35 1,26 0,443

Berdasarkan Tabel 4 dari penelitian sakit, keluarga sulit berkonsentrasi, merasa


didapatkan bahwa hasil uji Wilcoxon dengan nilai cemas, gelisah dan takut kehilangan pasien.
p-value 0,000 dan α = 0,05, maka 0,000 < 0,05 Sebelum pemberian terapi foot massage
Maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian didapatkan mayoritas responden mengalami stres
terapi foot massage terhadap stres psikologis pada sedang sebanyak 71,4%, dan minoritas
keluarga pasien gagal ginjal kronik. mengalami stres ringan sebanyak 11,4%. Stres
menjadi hal yang sering dialami pasien dalam
Pembahasan menjalani masa pengobatan yang cukup lama di
Hasil penelitian ini menunjukkan informasi ruang hemodialisa. Berdasarkan penelitian ini
tentang status tekanan darah pada keluarga pasien didapat bahwa keluarga pasien mengalami stres
Gagal Ginjal Kronik sebelum dilakukan terapi dikarenakan pasien sering marah-marah tidak
didapatkan mayoritas responden mengalami jelas dan merasa serba salah. Menurut Andriyani
prahipertensi 54,3%, dan minoritas responden (2019), masalah psikologis merupakan gejala-
mengalami tekanan darah yang normal sebanyak gejala yang terjadi secara patologi berasal dari
8,6%. Hal ini berkaitan dengan data dari kuesioner kata unsur psikis. Kondisi yang menunjukkan
yang didapatkan bahwa keluarga pasien sering perilaku seseorang adalah faktor keturunan, usia,
mengalami perubahan suasana hati karena keluarga, adat istiadat, budaya dan keyakinan,
menemani pasien menjalani pengobatan di rumah

JUMANTIK Volume 7 No. 1 Februari 2022 40


DOI: 10.30829/jumantik.v7i1.10881

menemukan jalur pekerjaan baru, dan hubungan Keluarga sudah berusaha memenuhi kebutuhan
sosial. pasien selama pengobatan. Keadaan ini kadang-
Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk kadang membuat mereka merasa gelisah dan
menurunkan tekanan darah dan stres psikologis tertekan. Keluarga hanya mampu membantu
yang dihadapi pasien dalam penelitian ini adalah terapi pengobatan pasien saat di rumah sakit.
foot massage. Menurut Arslan et al. (2021), foot Keluarga kadang merasa tidak yakin terhadap
massage (pijat kaki) dan punggung terbukti kemampuan diri untuk mengatasi masalah secara
efektif dalam mengurangi tekanan darah dan pribadi.
meningkatkan kualitas tidur. Penelitian Nurjanah Keluarga kadang-kadang merasa tidak layak
et al. (2019) mendapatkan pengaruh antara terapi untuk menyelesaikan suatu masalah. Mereka
pijat kaki dan musik kecapi, suling dapat dapat lebih peka, dan lebih bertanggung jawab
menurunkan tekanan darah pada lansia dengan atas masalah mereka. Keluarga kadang-kadang
hipertensi. Penurunan tekanan darah sistolik marah karena ada masalah yang tidak dapat
didapat pada semua orang, sedangkan tidak semua diatasi. Mereka merasakan kewalahan karena
orang mengalami penurunan tekanan darah menumpuknya masalah sehingga anda tidak
diastolik. Secara fisiologis, peningkatan tekanan mampu dalam mengatasinya.
darah dan denyut jantung dipengaruhi oleh adanya Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh
sistem sensorik otonom, khususnya saraf simpatis pemberian terapi foot massage terhadap
dan parasimpatis. Saraf simpatis dapat penurunan tekanan darah dan stres psikologis
meningkatkan denyut jantung dan dapat pada keluarga pasien gagal ginjal kronik. Terapi
mempengaruhi perubahan tekanan darah tinggi. ini juga memberikan pengaruh yang positif dan
Sementara saraf parasimpatis bekerja sebaliknya mengatasi kelelahan pasien. Oleh karena itu foot
(Medić, 2016). massage dapat digunakan untuk membantu
Penelitian ini menunjukkan peningkatan meningkatkan relaksasi, menurunkan tekanan
tekanan darah pada keluarga pasien gagal ginjal darah dan dapat menurunkan stress psikologis
kronik setelah dilakukan terapi foot massage yang dialami keluarga pasien. Selain intervensi
mayoritas tekanan darah normal sebanyak 74,3%, yang diberikan, perawat sebaiknya memberikan
dan minoritas responden prahipertensi sebanyak edukasi kepada keluarga, karena keluarga
25,7%. Foot massage (pijat kaki) bermanfaat merupakan orang terdekat pasien yang akan
dalam mengendalikan hipertensi intradialitik dan merawat di rumah.
dapat diterapkan dalam pengelolaan pasien Menurut Lee dan Yeun (2017), kegiatan
hemodialisis oleh perawat (Sitoresmi et al., 2020). penggabungan antara pijat kaki dan terapi
Menurut Kurniawan et al. (2019), pijat kaki yang perilaku kognitif menyebabkan penurunan
diaplikasikan pada pasien dengan ketidakstabilan depresi, stres, tekanan darah, dan gula darah. Oleh
hemodinamik dapat meningkatkan sirkulasi, karena itu, intervensi ini dapat menjadi cara yang
vasodilatasi arteri, mengurangi otot, dan efektif. Penelitian Malinti (2019), adanya
memberikan efek relaksasi otot polos. Menurut penurunan tekanan darah yang dapat terjadi pada
Saatsaz et al. (2016), intervensi keperawatan yang pasien dengan prehipertensi baik sistolik maupun
efektif tanpa efek samping, pijat tangan dan kaki diastolik seperti detak jantung setelah foot
dapat membantu dalam pengelolaan nyeri dan message merupakan reaksi fisiologis yang dapat
stres pasca operasi. terjadi pada kondisi unwinding yang merupakan
Setelah pemberian terapi didapatkan mayoritas dampak dari pijat kaki. Menurut (Farahani et al.,
responden mengalami stres ringan sebanyak 2020) menyatakan penerapan pijat tangan atau
74,3%, dan minoritas mengalami stres sedang kaki tampaknya dapat efektif dalam mengelola
sebanyak 25,7%. Menurut Julianty et al. (2018), kecemasan.
ada beberapa yang berhubungan dengan kondisi Kesimpulan
tingkat ketegangan pada pasien yang menjalani Berdasarkan hasil dari penelitian dapat
hemodialisis, antara lain: usia, pengetahuan, lama disimpulkan: sebelum dilakukan pemberian foot
pengobatan dan dukungan yang diberikan oleh massage pada keluarga pasien mayoritas
keluarga. mengalami tekanan darah prahipertensi. Setelah
Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada dilakukan pemberian foot massage pada keluarga
sebulan terakhir, keluarga pasien sering marah pasien mayoritas mengalami tekanan darah
karena sesuatu yang tidak jelas. Hal ini karena normal.
banyaknya permasalahan secara internal Sebelum dilakukan pemberian foot massage
berhubungan dengan biaya pengobatan pasien. pada keluarga pasien hampir semua mengalami

JUMANTIK Volume 7 No. 1 Februari 2022 41


DOI: 10.30829/jumantik.v7i1.10881

stress. Setelah dilakukan pemberian foot massage Çeçen, S., & Lafcı, D. (2021). The effect of hand
pada keluarga pasien mayoritas mengalami stres and foot massage on fatigue in hemodialysis
psikologis ringan. Hasil penelitian mendapatkan patients: A randomized controlled trial.
ada pengaruh foot massage terhadap penurunan Complementary Therapies in Clinical
tekanan darah dan stres psikologis pada keluarga Practice, 43.
pasien gagal ginjal kronik https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2021.101344
Penelitian ini diharapkan pada petugas medis
Cohen, S. (1994). Perceived Stress Scale
untuk dapat menerapkan dan mengajarkan
Evidence for Validity: Higher PSS scores
kembali foot massage ini di Rumah Sakit.
Penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan untuk were associated with (for example).
menambah pengetahuan tentang foot massage, Farahani, M. F., Zamenjani, M. N., Nasiri, M.,
dan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Shamsikhani, S., Purfarzad, Z., & Harorani,
M. (2020). Effects of extremity massage on
Referensi preoperative anxiety: A three-arm
Abene, E. E., Gimba, Z. M., Edah, J. O., randomized controlled clinical trial on
Akinbuwa, B. A., Uchendu, D. G., phacoemulsification candidates. Journal of
Onyenuche, C., Ojo, O. S., Tzamaloukas, A. Perianesthesia Nursing, 35(3).
H., & Agaba, E. I. (2020). Blood pressure https://doi.org/10.1016/j.jopan.2019.10.010
control and kidney damage in hypertension: García-Martínez, P., Ballester-Arnal, R., Gandhi-
Results of a three-center cross-sectional Morar, K., Castro-Calvo, J., Gea-Caballero,
study in North Central Nigeria. Nigerian V., Juárez-Vela, R., Saus-Ortega, C.,
Journal of Clinical Practice, 23(11). Montejano-Lozoya, R., Sosa-Palanca, E. M.,
https://doi.org/10.4103/njcp.njcp_271_20 Gómez-Romero, M. D. R., & Collado-Boira,
Alameri, R., Dean, G., Castner, J., Volpe, E., E. (2021). Perceived stress in relation to
Elghoneimy, Y., & Jungquist, C. (2020). quality of life and resilience in patients with
Efficacy of precise foot massage therapy on advanced chronic kidney disease undergoing
pain and anxiety following cardiac surgery: hemodialysis. International Journal of
Pilot study. Pain Management Nursing, Environmental Research and Public Health,
21(4). 18(2).
https://doi.org/10.1016/j.pmn.2019.09.005 https://doi.org/10.3390/ijerph18020536
Ammirati, A. L. (2020). Chronic kidney disease. Jeong, J. H., Fonkoue, I. T., Quyyumi, A. A.,
Revista Da Associacao Medica Brasileira, DaCosta, D., & Park, J. (2020). Nocturnal
66(Suppl 1), 3–9. blood pressure is associated with
https://doi.org/10.1590/1806-9282.66.S1.3 sympathetic nerve activity in patients with
Andriyani, J. (2019). Strategi coping stres dalam chronic kidney disease. Physiological
mengatasi problema psikologis. At-Taujih : Reports, 8(20).
Bimbingan Dan Konseling Islam, 2(2). https://doi.org/10.14814/phy2.14602
https://doi.org/10.22373/taujih.v2i2.6527 Julianty, siti arafah, Yustina, I., & Ardinata, D.
Arslan, G., Ceyhan, Ö., & Mollaoğlu, M. (2021). (2018). Faktor-faktor yang berhubungan
The influence of foot and back massage on dengan tingkat kecemasan pasien
blood pressure and sleep quality in females hemodialisis di RSUD dr. Pirngadi Medan.
with essential hypertension: a randomized Idea Nursing Journal, 6(3).
controlled study. Journal of Human Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riset
Hypertension, 35(7). Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018.
https://doi.org/10.1038/s41371-020-0371-z Kurniawan, A., Kristinawati, B., & Widayati, N.
Cain-Shields, L., Glover, L., Young, B., & Sims, (2019). Aplikasi foot massage untuk
M. (2021). Association between goal- menstabilkan hemodinamik di ruang
striving stress and rapid kidney function Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum
decline among African Americans: The Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Jackson Heart Study. Journal of University Research Colloqium, 10.
Investigative Medicine, 69(2). Lee, Y. M., & Yeun, Y. R. (2017). Effects of
https://doi.org/10.1136/jim-2020-001510 combined foot massage and cognitive

JUMANTIK Volume 7 No. 1 Februari 2022 42


DOI: 10.30829/jumantik.v7i1.10881

behavioral therapy on the stress response in disease: Detection and evaluation. In


middle-aged women. Journal of Alternative Osteopathic Family Physician (Vol. 12,
and Complementary Medicine, 23(6). Issue 1, pp. 14–19).
https://doi.org/10.1089/acm.2016.0421 https://doi.org/10.33181/12011
Lin, J.-J., Morey, F., Wu, H.-Y., Yang, J.-Y., Polit, D. F., & Beck, C. T. (2018). Essentials of
Peng, Y.-S., Mendez, D., & Chebat, M. nursing research: Appraising evidence for
(2021). Prevalence and risk factors for nursing practice. In Wolters Kluwer.
chronic kidney disease in Belize: A Saatsaz, S., Rezaei, R., Alipour, A., & Beheshti,
population-based survey. The Lancet Z. (2016). Massage as adjuvant therapy in
Regional Health - Americas, 1. the management of post-cesarean pain and
https://doi.org/10.1016/j.lana.2021.100013 anxiety: A randomized clinical trial.
Lin, Y. P., Fan, C. H., Tsai, K. Z., Lin, K. H., Han, Complementary Therapies in Clinical
C. L., & Lin, G. M. (2021). Psychological Practice, 24.
stress and long-term blood pressure https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2016.05.014
variability of military young males: The Saminathan, T. A., Hooi, L. S., Mohd Yusoff, M.
cardiorespiratory fitness and hospitalization F., Ong, L. M., Bavanandan, S., Rodzlan
events in armed forces study. World Journal Hasani, W. S., Tan, E. Z. Z., Wong, I., Rifin,
of Cardiology, 12(12), 626–633. H. M., Robert, T. G., Ismail, H., Wong, N.
https://doi.org/10.4330/WJC.V12.I12.626 I., Ahmad, G., Ambak, R., Othman, F., Abd
Lu, Y., Yan, H., Yang, J., & Liu, J. (2020). Hamid, H. A., & Aris, T. (2020). Prevalence
Occupational stress and psychological of chronic kidney disease and its associated
health impact on hypertension of miners in factors in Malaysia; Findings from a
noisy environment in Wulumuqi, China: a nationwide population-based cross-sectional
case-control study. BMC Public Health, study. BMC Nephrology, 21(1).
20(1). https://doi.org/10.1186/s12889-020- https://doi.org/10.1186/s12882-020-01966-
09760-9 8
Malinti, E. (2019). Respon parameter Satoh, M., Hirose, T., Nakayama, S., Murakami,
kardiovaskular (tekanan darah dan nadi) T., Takabatake, K., Asayama, K., Imai, Y.,
terhadap pijat kaki pada klien prehipertensi. Ohkubo, T., Mori, T., & Metoki, H. (2020).
Jurnal Skolastik Keperawatan, 4(1). Blood pressure and chronic kidney disease
https://doi.org/10.35974/jsk.v4i1.730 stratified by gender and the use of
Medić, B. (2016). The role of autonomic control antihypertensive drugs. Journal of the
in cardiovascular system: Summary of basic American Heart Association, 9(16).
principles. Medicinski Podmladak, 67(1). https://doi.org/10.1161/JAHA.119.015592
https://doi.org/10.5937/medpodm1601014 Shiel Jr, W. C. (2018). Medical Definition of
m Stress. MedicineNet.
Nurjanah, D. A., Harmayetty, & Mishbahatul, E. Sitoresmi, H., Masyitha Irwan, A., Sjattar, E. L.,
(2019). Relaxing melody from flute & Usman, S. (2020). The effect of foot
combined with a foot massage can reduce massage in lowering intradialytic blood
systolic and diastolic blood pressure in pressure at Hemodialysis Unit in Indonesian
elders. Medico-Legal Update, 19(2). Hospital. Clinical Epidemiology and Global
https://doi.org/10.5958/0974- Health, 8(4).
1283.2019.00210.X https://doi.org/10.1016/j.cegh.2020.04.026
Pettitt, R. M., Brumbaugh, A. P., Gartman, M. F.,
& Jackson, A. M. (2020). Chronic kidney

JUMANTIK Volume 7 No. 1 Februari 2022 43

Anda mungkin juga menyukai