Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN ANALISIS JURNAL

PRAKTEK PENDIDIKAN PROFESI NERS

DI DESA BANJARSARI KULON KECEMATAN SUMBANG

KABUPATEN BANYUMAS

Di Susun Oleh :

Nama : Dwi Liliani Enggar Puspitasari,

NIM : 2211040035

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut Usia (Lansia) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia (Ekasari, dkk, 2018). Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia disebutkan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas (Kemenkes, 2016). Hasil proyeksi penduduk di tahun 2010-2035, Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang akan mengalami ledakan jumlah penduduk lansia,
Indonesia akan memasuki periode lansia (ageing), dimana kelompok umur 0-14 tahun
dan 15-49 berdasarkan proyeksi 2010-2035 menurun. Kelompok umur lansia (50-64
tahun dan 65+) berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus meningkat. 10% penduduk akan
berusia 60 tahun ke atas di tahun 2020 yang berkisar 27 juta jiwa, 33,7 juta jiwa pada
tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035.
Penurunan pada kondisi fisik, psikologis maupun sosial merupakan proses menua
yang dialami lansia dan proses ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan (Kristanto
& Maliya, 2012). Sepuluh masalah kesehatan lanjut usia, dimana masalah terbanyak pada
Lanjut Usia adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain Hipertensi, Arthritis,
Stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu dimana kondisi tekanan sistolik lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah distolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merupakan
penyakit multifaktorial karena interaksi berbagai faktor. Peningkatan usia menyebabkan
beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik (Setiawan, dkk, 2014).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13
Miliar orang di dunia menyandang hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang
terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahun 10,44 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat dari tahun ke
tahun seiring dengan jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 25.8%
dan pada tahun 2018 meningkat sebesar 34.1% atau 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Riskedas, 2013:
Riskedas 2018). Penderita hipertensi di Propinsi Jawa Tengah juga mengalami
peningkatan, pada tahun 2013 sebesar 25.8% dan pada tahun 2018 meningkat sebesar
57.10% (Profil Kesehatan Jateng, 2018).
Penderita hipertensi sering mengeluhkan nyeri. Nyeri didefinisikan sebagai
sensasi yang tidak menyenangkan, bersifat subjektif dan berhubungan dengan
pancaindera, serta merupakan suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan
kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial, digambarkan sebagai suatu kerusakan
atau cidera. Nyeri terjadi dalam berbagai derajat keparahan, baik akut maupun kronis.
Walaupun tidak menyenangkan, nyeri merupakan bagian komponen utama sistem saraf,
menginstruksikan neuron motorik dari sistem saraf pusat sebagai deteksi adanya
kerusakan fisik. (Potter & Perry, 2010).
Penderita hipertensi harus ditangani dengan tepat, dampak apabila hipertensi pada
lansia tidak ditangani akan terjadi pengapuran dinding pembuluh darah jantung yang
akan menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung.
Tekanan darah tinggi akan memaksa otot bekerja lebih berat untuk memompa darah ke
seluruh tubuh dimana kondisi ini menyebabkan otot jantung menebal sehingga daya
pompa otot jantung akan menurun sehingga akan mengakibatkan gagal jantung,
kerusakan pembuluh, gagal ginjal dimana ginjal sudah tidak dapat berfungsi dengan
semestinnya (Dalimartha, et al., 2008, hlm.13-14).
Pengobatan hipertensi dilakukan baik secara farmakologis maupun komplementer
Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk intervensi secara mandiri
dan bersifat alami yaitu hidroterapi kaki (rendam kaki air hangat). Merendam kaki
(tubuh) pada larutan hangat memberikan sirkulasi, mengurangi edema, meningkatkan
sirkulasi otot. Rendam hangat akan menimbulkan respon sistemik terjadi melalui
mekanisme vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) (Potter & Perry, 2010,
hlm.632).Merendam kaki air hangat akan memberikan respon lokal terhadap panas
melalui stimulasi ini akan mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus (Potter &
Perry, 2006, hlm.1889). Rendam kaki dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan herbal
lain salah satunya jahe. Jenis-jenis jahe yang dikenal oleh masyarakat yaitu jahe emprit
(jahe kuning), jahe gajah (jahe badak), dan jahe merah (jahe sunti) tetapi jahe yang
banyak digunakan untuk obat-obatan adalah jahe merah, karena jahe merah memiliki
kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibanding dengan jahe lainnya (Setyaningrum
& Sapiranto, 2013, hlm.14). Jahe mengandung lemak, protein, zat pati, oleoresin
(gingerol) dan minyak atsiri. Rasa hangat dan aroma yang pedas pada jahe disebabkan
oleh kandungan minyak atsiri (volatil) dan senyawa oleoresin (gingerol). Rasa hangat
pada jahe dapat memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah lancar (Kurniawati,
2010).
Hasil observasi dan wawancara dengan Ibu N, Ibu N sudah mengalami hipertensi
sejak 1 tahun yang lalu, saat dilakukan pengkajian Ibu N mengeluhkan tekanan darah
pasien tinggi 155/95 mmHg, mengeluhkan pusing, sulit tidur, nyeri kepala serta tengkuk,
merasakan lemah, letih dan lesu, mendapatkan data nyerinya :
P : Hipertensi
Q : Tertekan
R : Kepala dan tengkuk
S :Skala 4
T : Sering
Ibu N mengatakan jika nyerinya datang pasien hanya memijit kepala dan
tengkuknya serta meminta obat untuk pusingnya.
Berdasarkan hasil pemikiran dan latar belakang diatas maka penatalaksaan
pengobatan hipertensi yaitu dengan pengobatan Terapi Rendam Kaki Rebusan Air Jahe
pada lansia perlu dilakukan untuk mengurangi tekanan darah, terapi ini juga mudah
dilakukan dengan peralatan yang cukup sederhana sehingga dapat dilakukan oleh klien
dan keluarga di rumah

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah
pada Ibu N mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi), oleh sebab itu penatalaksanaan
terapi komplementer yang akan dilakukan kepada Ibu N dalam rendam air hangat jaher
untuk menurunkan tekanan darah, sehingga dapat di rumuskan masalah “Adakah
Pengaruh Rendam Kaki Jahe Merah Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi rendam kaki rebusan air jahe merah terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden
b. Untuk mengetahui manfaat dari rendam kaki rebusan air jahe
c. Untuk mengetahui pengaruh rendam kaki rebusan air jahe nerah terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi

D. Manfaat
1. Klien
Bagi klien bisa menurunkan tekanan darah, serta dapat diterapkan secara rutin.
2. Keluarga
Bagi pihak keluarga diharapkan dapat menerapkan terapi ini bagi penderita hipertensi
dan dilakukan secara rutin dengan pengawasan
3. Mahasiswa
Bagi Mahasiswa dapat diharapkan sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa
BAB II
PENILAIAN KRITIS

A. Judul Jurnal :
“Rendam Kaki Rebusan Air Jahe Merah Berpengaruh terhadap Penurunan Tekanan
Darah Penderita Hipertensi”
B. Penulis :
Fakhrudin Nasrul Sani dan Noor Fitriyani (2021)
C. Lokasi Penelitian
Posyandu Ngudi Rahayu RT 01/ RW 14, Bolon, Colomadu Karanganyar
D. Tujuan Penelitian :
Untuk mengetahui pengaruh rendam kaki rebusan air jahe terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi
E. Metode Penelitian :
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, metode penelitian yang digunakan
adalah quasi eksperimental dengan desaign penelitian one group pre and post test without
control, peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. One
grup pre-test post-test without control design dimana responden melakukan pre-test dan
post-test pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi rendam kaki
rebusan air jahe merah. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita
hipertensi di Posyandu Ngudi Rahayu RT 01/ RW 14, Bolon, Colomadu Karanganyar,
sebanyak 42 lansia. Teknik pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 lansia.
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Ngudi Rahayu RT 01/ RW 14, Bolon, Colomadu
Karanganyar pada bulan April – Mei 2020. Data penelitian diambil dengan mengukur
tekanan darah sebelum dilakukan terapi terapi rendam kaki rebusan air jahe merah. Peneliti
selanjutnya melakukan pemberian terapi rendam kaki rebusan air jahe merah kepada
responden selama 20 menit lalu diukur kemabli tekanan darahnya. Analisis data dilakukan
menggunakan uji Wilxocon
F. Analisis PICO
P (Population) :
Masalah hipertensi di desa Bolon, Kecamatan Colomadu Karanganyar tergolong tinggi
ini, hal tersebut disebabkan para lansia kurang menerapkan pola makanan, pola hidup dan
penanganan hipertensi dengan cara non-farmakologi.
I (Intervensi) :
Salah satu upaya untuk mengatasi hipertensi dengan cara rendam kaki rebusan air jahe
merah agar lansia mampu mengatasi hipertensi. Hal ini dilakukan selama 20 menit
C (Comparation) :
Jurnal “Rendam Kaki Rebusan Air Jahe Merah Berpengaruh terhadap Penurunan
Tekanan Darah Penderita Hipertensi”.
O (Outcome) :
Hasil penelitian ini di dapatkan rata-rata tekanan darah responden sebelum dan sesudah
diberikan rendam kaki rebusan air jahe merah tekanan darah sistolik 149,05 mmHg menjadi
135,83 mmHg dan diastolik 78,69 mmHg menjadi 75,95 mmHg. Hasil analisa uji korelasi
menunjukkan ada pengaruh pemberian rendam kaki rebusan air jahe merah terhadap tekanan
darah penderita hipertensi, ditunjukkan dengan nilai p-value = 0.0001 (p-value < 0,05).
Ada pengaruh rendam kaki rebusan air jahe merah terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi. Hasil analisa uji korelasi menunjukkan ada pengaruh pemberian
rendam kaki rebusan air jahe merah terhadap tekanan darah penderita hipertensi,
ditunjukkan dengan nilai p-value = 0.0001 (p-value < 0,05).
G. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini : ada pengaruh rendam kaki rebusan air jahe merah terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil analisa uji korelasi menunjukkan
ada pengaruh pemberian rendam kaki rebusan air jahe merah terhadap tekanan darah
penderita hipertensi, ditunjukkan dengan nilai p-value = 0.0001 (p-value < 0,05).
BAB III
PENERAPAN
A. Hasil
a. Review Kasus :
Ibu N usia 66 tahun tinggal di desa Banjarsari Kulon RT 02 RW 03. Ibu N mengeluhkan
tekanan darah tinggi, nyeri pada kepala dan tengkuk dengan skala 4, lemas letih, lesu.
Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 155/95 mmHg, Nadi :
80x/menit, Suhu : 36ºC. Ibu N mengatakan sudah hipertensi 1 tahun yang lalu
P : Hipertensi
Q : Tertekan
R : Kepala dan tengkuk
S :Skala 4
T : Sering
b. Pemaparan Hasil :
Hasil dari penerapan rendam kaki ar jahe selama 1 hari terhadap penurunan tekanan
darah dapat dilihat pada tabel

Hari/Tanggal Tekanan Darah

Sebelum Sesudah Rata-rata

Sabtu, 11 Maret 155/95 mmHg 130/90 mmHg 2 (90) + 130 : 3


2023 = 223 mmHg

09.30 WIB

Hari pertama sebelum dilakukan intervensi tekanan 155/95 mmHg darah setelah
dilakukan intervensi terjadi penurunan tekanan darah 130/90 mmHg dilakukan evaluasi
menunjukkan bahwa pengaruh rendam kaki rebusan air jahe merah pada penderita
hipertensi.
B. Pembahasan
Rebusan air jahe merah sebagai terapi non-farmakologi untuk menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi, tujuan dari intervensi ini mengetahui pengaruh rendam kaki
rebusan air jahe terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi Ibu N di Desa
Banjarsari Kulon RT 02/03 setelah dilakukan tindakan menunjukkan adanya pengaruh
rendam kaki rebusan air jahe untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Hasil ini sejalan Hasil analisa ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti (2014). Penelitian menggunakan pre-eksperimental design dengan rancangan one
group pretestposttest, tehnik pengambilan data menggunakan purposive sampling sebanyak
21 responden penderita hipertensi di Desa Kebondalem dan intervensi hidroterapi rendam
hangat seluruh tubuh di kolam dalam waktu 20 menit selama 1 kali uji analisis
menggunakan wilcoxon test. Hasil penelitian menunjukan sebelum dilakukan hidroterapi
rendam hangat tekanan darah sistolik rata-rata 152,8 mmHg dan diastolik 97,1 mmHg. Hasil
sesudah dilakukan hidroterapi rendam hangat tekanan darah sistolik rata-rata 133,7 mmHg
dan diastolik 85,2 mmHg. Hasil bivariat didapat pvalue 0,00 Z output sistolik -4,110 dan
diastolik -3,987 sehingga menunjukan ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik
yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan hidroterapi rendam hangat pada penderita
hipertensi di DesaKebondalem.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nurahmandani, Hartati & Supriyono
(2016) yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolic
sebelum maupun setelah diberikan rendam kaki air jahe hangat. Hasil analisis bivariat
dengan menggunakan uji dependen t-test didapatkan hasil bahwa tekanan darah setelah
dilakukan rendam kaki air jahe hangat terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan distolik
yaitu sebesar 17 orang lansia. Hasil Analisa bivariat dengan menggunakan Uji dependen
ttest didapatkan p value sistolik= 0.0001 dan p value diastolik= 0.0001 maka Ha diterima
dan Ho ditolak itu artinya terdapat evektifitas terapi rendam kaki air jahe hangat terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan :
Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan dapat diambil kesimpulan :
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu dimana kondisi tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah distolik lebih dari 90 mmHg.
2. Rendam kaki dengan rebusan air jahe merupakan teknik non-farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah (hipertensi). Manfaat dari rendam kaki rebusan air jahe
yaitu untuk menurunkan tekanan darah, rasa hangat jahe dapat merangsang
pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah sehingga
mempercepat dan memperlancar aliran darah serta meringankan kerja jantung,
3. Hasil intervensi ini menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi

B. Saran
1. Klien
Bagi klien diharapkan dapat diterapkan secara rutin.
2. Keluarga
Bagi pihak keluarga dapat menerapkan terapi ini bagi penderita hipertensi dan dilakukan
secara rutin dengan pengawasan
3. Mahasiswa
Bagi Mahasiswa dapat sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai