Anda di halaman 1dari 29

BUKU AJAR TERAPI KOMPLEMENTER TOTOK PUNGGUNG

Mega Christin Fridani Biru

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021

PENDAHULUAN
A. Judul Bab
Terapi Komplementer Totok Punggung
B. Deskripsi Singkat
Definisi totok punggung adalah sebutan yang dibuat karena teknik yang digunakan
dengan cara menotok atau menekan melalui jari-jari tangan pada titik-titik pusat syaraf
tertentu pada bagian punggung yang berhubungan langsung dengan bagian organ tubuh
tertentu. Totok punggung dapat berfungsi untuk memberikan efek relaksasi, dan efek relaksasi
dapat memperlancar sirkulasi darah pada jaringan (Hidayat, 2019). Totok punggung dapat
diberikan dalam 2 (dua) bentuk tindakan (El-Fadh, 2017), yaitu : Emergency (tindakan
kegawatdaruratan) dan tindakan treatment, selain jenis teknk totok punggung pun dibagi
menjadi 2 yaitu : Stroking (Menggosok) dan Vibrasi (Getaran).
Ada beberapa titik pada totok punggung beserta penyakit yang dapat disembuhkan
sesuai pada gambar dibawah.

Penjelasan gambar

1 Ginjal 7 Tekanan darah


2 Pencernaan (usus) 8 Tengkuk
3 Reproduksi (rahim/testis) 9 Pankreas
4 Pinggul 10 Lambung
5 Bahu 11 Paru-paru
6 Jantung 12 Liver

C. RELEVANSI

Kaitan atau hubungan modul ini dengan pengetahuan ialah sebagi buku ajar yang
mempermudah mahasiswa dalam mengerti serta memahami bekam secara singkat namun
jelas, modul ini telah dibuat dengan cermat tanpa melupakan tujuan umum mahasiswa, selain
itu manfaat yang diperoleh oleh mahasiswa ketika membaca modul ini yaitu dapat menambah
wawasan yang dikemas dengan singkat, padat dan jelas serta tidak membosankan karena
disertai dengan gambar serta penjelasan pada setiap gambar sehingga mempermudah
mahasiswa.

Selain itu, berdasarkan pengalaman penulis dalam menerapkan terapi bekam pada
masyrakat mempunyai dampak yang positif dan juga memberikan efek penyembuhan pada
penyakit tertentu.

D. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Adapun pencapain pembelajaran yang diharapkan yaittu sebagai berikut :

1. Memahami konsep dasar terapi totok punggung.

2. Memahami cara melakukan terapi totok punggung.

TOPIK 1

TINJAUAN TEORI

TOTOK PUNGGUNG

1.1 Definisi Totok Punggung

Totok punggung adalah sebutan yang dibuat karena teknik yang digunakan dengan cara
menotok atau menekan melalui jari-jari tangan pada titik-titik pusat syaraf tertentu pada bagian
punggung yang berhubungan langsung dengan bagian organ tubuh tertentu. Totok punggung dapat
berfungsi untuk memberikan efek relaksasi, dan efek relaksasi dapat memperlancar sirkulasi darah
pada jaringan, dan dapat pula mengurangi beban kerja jantung, merangsang aliran darah keseluruh
pembuluh darah yang lebih dalam, dapat menghancurkan lemak dan kolestrol di punggung, dapat
memperbaiki jaringan syaraf tulang belakang, serta mengurangi kecemasan dan depresi. Didaerah
punggung akan muncul tanda-tanda terjadinya masalah yang diakibatkan oleh terganggunya aliran
darah pada pembuluh darah yang menuju organ tersebut (Hidayat, 2019).

1.2 Idikasi dan Kontra indikasi Totok Punggung

Pemberian stimulus berupa penotokan pada titik-titik syaraf yang terpusat di area punggung yang
mana titik tersebut terkoneksi langsung dengan keluhan atau organ yang sedang mengalami
gangguan. Ketika proses terapi totok punggung dilakukan, untuk kasus-kasus tertentu umumnya
penderita akan merasakan reaksi spontan berupa denyutan, tarikan, nyilu bahkan rasa sakit pada
bagian tubuh yang sedang mengalami gangguan sebagai indikasi bahwa dititik tersebut sedang terjadi
penyumbatan (Hidayah, 2019).

Totok punggung sangat aman dilakukan pada semua jenis penyakit, karena mempunyai prinsip
melancarkan pembuluh darah kecuali pada penyakit atau gangguan syaraf dan adanya luka atau
gangguan integritas kulit dan jaringan pada area atau titik tindakan totok punggung, yang cenderung
memperparah perlukaan (Hidayah, 2019).

1.3 Jenis Tindakan Totok Punggung

Totok punggung dapat diberikan dalam 2 (dua) bentuk tindakan (El-Fadh, 2017), yaitu :

1. Emergency (tindakan kegawatdaruratan)


Emergency adalah tindakan segerayang harus diberikan kepada seseorang yang
mengalami keadaan gawat darurat (kondisi kritis), contoh: serangan jantung, stroke, atau
mengalami sakit yang amat sangat di salah satu bagian tubuh. Tindakan ini diberikan dalam
bentuk penotokan langsung pada titik/area yang terkait dengan masalahnya, contoh: untuk
serangan jantung (titik jantung), serangan stroke (2 titik ginjal), sakit di bagian tangan (area
bahu-belikat), dan sakit di bagian kaki (area tepi tulang pinggul).
2. Treatment (perawatan)
Treatment adalah tindakan yang diberikan kepada seseorang yang mengalami sakit yang
tidak dalam kondisi gawat darurat. Tindakan perawatan ini diberikan secara berkala dan
berkesinambungan sesuai dengan tahap perawatan (general treatment dan finishing).
1.4 Titik-titik Totok Punggung

Gambaran berikut dapat menjelaskan mengapa dengan melakukan penotokan di daerah


punggung dapat bermanfaat untuk mengatasi berbagai macam masalah kesehatan, karena di daerah
punggunglah terletak semua saraf yang keluar dari ruas-ruas tulang belakang (nerve root) yang
menuju ke seluruh bagian tubuh dan organ manusia. Jadi pada punggung manusia dapat disebut
jugaremote control yang bisa mengendalikan organ-organ tubuh dariluar (El-Fadh, 2017). Punggung
mempunyai titik-titik atau area utama syaraf yang berhubungan langsung dengan organ dalam tubuh.
Pada punggung terdapat dua belas titik syaraf yang dapat berhubungan langsung dengan organ tubuh
(El-Fadh, 2017).

1.5 Titik – titik Masalah


Beberapa contoh titik-titik dan/atau area tertentu yang sudah terbukti ada kaitannya dengan
berbagai macam masalah, walaupun tidak bisa selalu menjadi patokan bahwa setiap
penyakit/masalah selalu di sini titiknya. Pada dasarnya ketika melakukan GT sesungguhnya pasti
telah melakukan terapi pada titik-titk masalah tersebut, namun untuk efektifitas terapi maka titik-
titik masalah tersebut perlu kembali diberikan fokus terapi lanjutan (finishing) (El-Fadh, 2017).

Beberapa contoh titik-titik masalah tersebut, antara lain adalah :

1. Serangan jantung(emergency)
2. Serangan stroke(emergency)
3. Darah tinggi/rendah
4. Parkinson
5. Stroke (perawatan)

6. Gagal ginjal
7. Asam urat
1.6 Teknik Totok Punggung
1. Stroking (Menggosok)
Teknik stroking adalah teknik menggosok dengan ujung-ujung jari. Tiga jari merapat
(jari telunjuk, jari tengah, jari manis) bisa diperkuat dengan tangan satunya, gosok bagian
columna vertebralis dimulai dari sacrum ruas 2 sampai dengan cevikalis ruas 7. Teknik ini
dilakukan pada bagian kanan dan kiri punggung serta bagian kanan dan kiri panggul.
Dikerjakan dengan menggosok ke atas dan kebawah pada panggul, ke kanan dan ke kiri
pada panggul, bisa diulang 3 sampai 5 kali ulangan (Wiyoto, 2011).
2. Vibrasi (Getaran)
Teknik Vibrasi adalah teknik untuk membantu melonggarkan otot dengan cara
menggetarkan. Teknik ini menggunakan gerakan maju mundur dari ujung jari diatas
kulit. Otot-otot tubuh secara harfiah akan bergetar dan perlahan akan mengendur
(Ayuningtyas, 2019).
1.7 Tahap Perawatan
Terapi ini memiliki 3 (tiga) tahap (El-Fadh, 2017), yaitu :

1. Detection(D) Mencari Trigger Point(titikmasalah)


2. General Treatment(GT) Terapi umum (sapujagad)
3. Finishing(F) Fokus terapi Trigger Point
Penjelasan:
1. Detection (D):
Adalah tahap pertama sebelum memulai terapi. Kegiatan ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya Trigger Point(TP) atau Titik Masalah. Ciri-ciri atau tanda- tanda
sebuah TP antara lain adalah:
 Kulit tebal /cembung

 Kulitcekung
 Kulit kasar / berpasir /bergaris
 Dan lain-lain yang berbeda dengan bagian kulit yanglain.

Teknik :
Lakukan deteksi dengan menggunakan 3 jari.

1) Dorong dari tulang Lumbar ruas paling bawah (L-5) ke arah atas (C-7) tepat di atas
ruas tulang belakang (ulangi beberap kali untuk memastikan adanya TP di atas area
tulangbelakang).
2) Dorong di samping kanan tulang Lumbar ruas paling bawah (L-5) ke arah atas (C-
7). (Ulangi beberap kali untuk memastikan adanya TP di area sebelah kanan
tulangbelakang).
3) Dorong di samping kiri tulang Lumbar ruas paling bawah (L-5) ke arah atas (C-7).
(Ulangi beberap kali untuk memastikan adanya TP di area sebelah kiri
tulangbelakang).
4) Dorong sepanjang tepi tulang belikat (kanan dan kiri) untuk memastikan adanya
TP di area tulangbelikat.
5) Dorong sepanjang tepi tulang pinggul (kanan dan kiri) untuk memastikan adanya
TP di area tulangpinggul.
1. General Treatment (GT):
Dengan menggunakan 1 jari (dewasa) dan 3 jari (anak-anak). General treatmentini
adalah terapi sapu jagad (terapi di semua titik organ). Lakukan penotokan dengan
menekan dan menggetarkan ujung jari di area / titik organ, dengan urutan sebagai
berikut:

 AreaI
1) Titik GinjalKanan
2) Titik GinjalKiri
3) Area di bawah Ginjal Kanan (samping kanan L-1 s.d.L-5)

4) Area di bawah Ginjal Kiri (samping kiri L-1 s.d.L-5)


5) Area ginjal ke bawah (atas tulang L-1 s.d.L-5)
6) Area tepi tulang pinggul kanan (dari tengah ke arah kanan)
7) Area tepi tulang pinggul kiri (dari tengah ke arah kiri)
8) Gerakan-gerakan di atas (1 s.d. 7 dapat diulang beberapa kali

 AreaII
1) Titik BahuKanan
2) Area tepi tulang belikat kanan sampai ke bagianbawah
3) Titik BahuKiri
4) Area tepi tulang belikat kiri sampai ke bagianbawah
5) Titik Tengkuk(C-7)
6) Area bawah titik tengkuk (di atas tulang belakang) s.d. titikGinjal
7) Area kanan titik tengkuk (samping kanan tulang belakang) s.d. titikGinjal
8) Area kiri titik tengkuk (samping kiri tulang belakang) s.d. titik Ginjal
2. Finishing (F):
Adalah terapi yang menekankan (fokus) pada titik TP (sesuai gejala penyakit)
atau TP (hasil deteksi). Dilakukan setelah GT dengan durasi sekitar 5-10 menit
(untuk setiap titik).

Indikator bahwa penotokan pada TP telah cukup adalah akan adanya perubahan
pada TP tersebut, (kulit/otot yang tebal/cembung/cekung/kasar akan kembali
normal seperti sediakala).

Perubahan ini dapat terjadi dalam 1 x sesi terapi atau setelah beberapa kali sesi
terapi, hal ini diikuti dengan adanya perubahan yang dirasakan oleh pasien
(hilangnya gejala/rasa sakit yang dialami) walaupun penyakitnya belum benar-
benar sembuh.
TOPIK 2
Dinamika Kelas Terapi Totok Punggung

A. Contoh Soal dan Penyelesaiannya


1. Apakah totok punggung berbahaya ?
Penyelesaian nya :
Secara umum totok punggung aman di lakukan, hanya saja ada beberapa keadaan
kesehatan yang harus diperhatikan dalam melakukan totok punggung diantara yaitu :
Sedang dalam keadaan hamil, memiliki masalah kesehatan pada tulang belakang
sehingga patut di kaji lebih dalam sebelum dilakukan, atau keadaan kesehatan seperti
kanker dan jantung tidak bisa sembarang di lakukan, alangkah baiknya dikaji lebih
dalam agar tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
2. Bagaimana mekanisme atau cara kerja terapi totok punggung dalam memberikan efek
positif dalam penyembuhan ?
Penyelesaiannya ?
Pada totok punggung menggunakan self healing mechanism (mekanisme
penyembuhan diri sendiri). Tubuh manusia secara otomatis akan memperbaiki diri
sendiri jika sel-selnya rusak, seperti saat luka di kulit yang berangsur-angsur pulih. Self
healing mechanism dapat terjadi asalkan nutrisi dan oksigen dapat tersalur dengan baik
melalui pembuluh darah yang lancar tanpa tersumbat (Essanovia, 2016).

Sebaliknya, organ-organ juga akan tidak berfungsi atau bekerja normal apabila
kekurangan energi yang berasal dari nutrisi dan oksigen yang diantar melalui darah.
Akibatnya, akan timbul gangguan. Semakin lama terjadi, organ akan rusak karena tidak
terpakai dan tidak mendapat asupan untuk mengganti sel-sel yang rusak.
TOPIK 3

RANGKUMAN

Totok punggung adalah teknik yang digunakan dengan cara menotok atau menekan melalui
jari-jari tangan pada titik-titik pusat syaraf tertentu pada bagian punggung yang berhubungan
langsung dengan bagian organ tubuh tertentu, jenis totok punggung dibagi dua yaitu emergency
dan treatment. Selain jenis totok punggung adapun teknik tonggung punggung yang juga dibagi
menjadi dua yaitu Stroking (Menggosok), Vibrasi (Getaran), selain itu tahap perawatan totok
punggung dibagi menjadi 3 yaitu : Terapi ini memiliki 3 (tiga) tahap (El-Fadh, 2017), yaitu : Terapi
ini memiliki 3 (tiga) tahap (El-Fadh, 2017), yaitu :
4. Detection(D) Mencari Trigger Point(titikmasalah)
5. General Treatment(GT) Terapi umum (sapujagad)
6. Finishing(F) Fokus terapi TriggerPoint
TOPIK 4
TEST FORMATIF DAN KUNCI JAWABAN
1. Terapi komplementer totok mempunyai 3 tahapan perawatan diantara yaitu :
a. Detection
b. General treatment
c. Finishing
d. Treatment
e. A,b,c benar semua
2. Teknik untuk membantu melonggarkan otot dengan cara menggetarkan. Teknik ini
menggunakan gerakan maju mundur dari ujung jari diatas kulit. Pengertian diatas
merupakan definisi dari :
a. Totok punggung
b. Stroking
c. Vibrasi
d. Emergency
e. Trigger Point
3. Fungsi dari tahap detection pada tahap perawatan adalah ?
a. Kegiatan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya Trigger Point(TP) atau Titik
Masalah.
b. Teknik menggosok dengan ujung-ujung jari.
c. Mengeluarkan darah kotor atau racun dari dalam tubuh melalui permukaan kulit
dengan melakukan penyedotan dan penyayatan pada bagian tertentu.
d. Memberikan sauna yang rileks dan nyaman
e. Jawaban a dan d tepat
4. Kondisi seperti apa yang perlukan diperhatikan sebelum dilakukan totok punggung ?
a. Ibu hamil, dan kelelahan.
b. Pusing dan penyakit jantung
c. Insomnia dan adanya luka pada permukaan punggung
d. Ibu hamil, dan permukaan punggung luka.
5. Totok punggung adalah sebutan yang dibuat karena teknik yang digunakan dengan cara
menotok atau menekan melalui jari-jari tangan pada titik-titik pusat syaraf tertentu pada
bagian punggung yang berhubungan langsung dengan bagian organ tubuh tertentu. Totok
punggung dapat berfungsi untuk memberikan efek relaksasi, dan efek relaksasi dapat
memperlancar sirkulasi darah pada jaringan, merupakan pengertian totok punggung
menurut ?
a. Surtanto
b. Anonym
c. Hidayat
d. Abusalma
e. Azhari
KUNCI JAWABAN
1. E
2. C
3. A
4. D
5. C
TOPIK 5

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

A. Umpan balik
Cocokan jawaban kalian dengan pada tes formatif sebagai bahan belajar mandiri. Hitunglah
jawaban kalian yang benar, kemudian gunakan rumus dibawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan kalian terhadap materi kegiatan belajar
Rumus :

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar × 100

Jumlah soal

Tingkat penguasaan yang kalian capai adalah sebagai berikut


A: 80-100
B+: 75-79
B: 70-74
C+:65-69
C: 60-64
D+:55-59
D:50-54
E: <50
B. Tindak lanjut
Apabila tingkat penguasaan kalian telah mencapai 70% atau lebih, kalian dapat melanjutkan
kegiatan selanjutnya tetapi, apabila tingkat penguasaan kalian masih dibawah 70% kalian
harus mengulangi kegiatan belajar terutama pada bagian yang belum kalian kuasai.
DAFTAR PUSTAKA
El-Fadh, D. (2017). Panduan Terapi Keluarga. Totok Punggung.

Essanovia, I. (2016). Totok Syaraf untuk Kesehatan. Jakarta: Laskar Grup (CEO).

Wiyoto, B. (2011). Remedial Massage : Panduan Pijat Penyembuhan Bagi Fisioterapis, Praktisi,
dan Instruktur. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiyoto, B. T. (2011). Remedial Massage. Yogyakarta: Nuha Medika.


LAMPIRAN JURNAL
Pengaruh Terapi Akupresur Totok Punggung terhadap Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang.
The Effect of “Totok Punggung” Acupressure Therapy on Blood Pressure in Hypertension
Patients in the Work Area of Bandarharjo Health Center in Semarang
Mega Ayu Maharani*, Sri Widodo*
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Corresponding author: megaayyu97@gmail.com*, sriwidodo@unimus.ac.id

Abstrak
Prevalensi hipertensi di Indonesia berada pada urutan 10 besar yang dapat menyebabkan kematian
pada semua kelompok umur, dengan prevalensi sebesar 26,5%. Pengobatan hipertensi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi famakologi dapat
memberikan efek samping kepada penderita hipertensi karena respon tubuh tiap penderita
hipertensi terhadap terapi famakologi berbagai macam. Terapi non farmakologi yang dapat
digunakan untuk menurunkan tekanan darah salah satunya dengan memberikan terapi akupresur
totok punggung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh terapi akupresur totok
punggung terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
Semarang. Desain pada penelitian ini adalah quasy experimental dengan pendekatan pre-post test
design dan menggunakan 16 responden. Hasil penelitian terapi akupresur totok punggung ini
adalah terdapat pengaruh pada tekanan darah pada pasien hipertensi dengan (p value = 0,000).
Rekomendasi pada penelitian ini adalah terapi akupresur totok punggung dapat digunakan sebagai
terapi komplementer untuk menurunkan tekanan darah.
Kata kunci: Hipertensi, akupresur, totok punggung
Abstract
The prevalence of hypertension in Indonesia is in the top 10 that can cause death in all age groups,
with a prevalence of 26.5%. Treatment of hypertension can be done in two ways, namely
pharmacological and non- pharmacological therapy. Pharmacological therapy can cause side
effects to patients with hypertension due to the response of each hypertensive body to various
phamacological therapies. Meanwhile, non-pharmacological therapy can be used to reduce blood
pressure. One of the non-pharmacological therapy methods is by providing “totok punggung”
acupressur therapy. The aim of the study is to analyze the effect of “totok punggung” acupressure
therapy on blood pressure in hypertension patients in the working area of Bandarharjo Public
Health Center Semarang. The design in this study used quasy-experiment with the pre-post test
design and 16 respondents. The results from the experiment on “totok punggung” acupressure was
that it affected the blood pressure of hypertension patients with (p value = 0,000). This study is
recommended because “totok punggung” accupressure therapy can be used as a complementary
therapy to reduce blood pressure.
Keywords: Hypertension, acupressure, “totok punggung”
PENDAHULUAN
Hipertensi ditetapkan sebagai meningkatnya tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg dan
tekanan diastolik melebihi 90 mmHg pada dua kali waktu pengukuran (Kemenkes, 2014).
Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam karena banyak kasus tidak ditemukan
manifestasi yang muncul, sehingga penderita tidak menyadari jika dirinya menderita hipertensi
(Kowalski, 2010). Hipertensi akan berdampak pada organ-organ sehingga menyebabkan timbulnya
masalah lain contohnya adalah stroke, penyakit serangan jantung, gangguan ginjal dan juga
kebutaan. Penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa penyakit tekanan darah yang tidak terkontrol
dapat meningkatkan risiko penyakit stroke 7x dan risiko serangan jantung 3x lebih besar (Sari,
2015).
Jumlah penderita hipertensi baik regional maupun nasional masih membutuhkan perhatian oleh
pemerintah maupun masyarakat. Menurut hasil pengukuran tekanan darah sebelumnya dapat
diketahui bahwa penderita hipertensi di Indonesia masih sebesar 26,5 %. Penderita hipertensi
berusia > 18 tahun sebesar 666.920 orang, tekanan darah tinggi mayoritas terjadi pada wanita yaitu
346.799 orang sedangkan penderita tekanan darah tinggi laki-laki 319.121 orang. Jumlah penderita
hipertensi pada lansia mengalami peningkatan dengan bertambahnya umur, yaitu umur 55 - 64
tahun sebesar 45,9 %, umur 65 - 74 tahun sebanyak 57,6%, dan umur lebih dari 74 tahun sebanyak
63,8%. Perhitungan jumlah penderita hipertensi di Indonesia menduduki urutan 10 besar yang
dapat mengakibatkan kematian pada semua umur dengan penyebab utamanya adalah stroke
(Rikesdas, 2013).
Presentase hipertensi pada usia >15 tahun di kabupaten atau kota tertinggi adalah Wonosobo
42.82%, kemudian Tegal 40.67%, dan Kota Kebumen 39,55%. Presentase kabupaten atau kota
dengan hipertensi terendah adalah kota Pati 4,50%, kemudian Batang sebesar 4,75%, dan Jepara
5,55%. Kota Semarang menempati urutan 5 terbawah yaitu 7,38% (Dinkes, 2015). Tahun 2016
kasus PTM tertinggi di kota Semarang adalah penyakit hipertensi yaitu sebanyak 46.670 kasus.
Pada tahun 2017 hipertensi menurun dan menduduki urutan kedua tertinggi setelah diabetes
melitus, yaitu 4.583 (Dinkes, 2017). Studi pendahuluan dis Dinas Kesehatan Kota (DKK)
Semarang didapatkan hasil bahwa grafik penyakit tidak menular berdasarkan daerah pada tahun
2018, kasus hipertensi tertinggi dijumpai di puskesmas Bandarharjo (10.111), Kedungmundu
(4.417) dan Tlogosari Kulon (4.076).
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan cara terapi farmakologis dan terapi non
farmakologis. Terapi farmakologis adalah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang
berfungsi untuk menstabilkan tekanan darah (Ardiansyah, 2012). Pengobatan farmakologis dapat
menimbulkan efek samping yang dapat memperparah keadaan penyakit tersebut. Hal ini
diakibatkan dari respon tubuh pada suatu jenis obat setiap orang berbeda. Efek samping yang
ditimbulkan adalah nyeri kepala, lemah dan mual (Susilo & Wulandari, 2011). Alternatif lain yang
dapat digunakan untuk menstabilkan tekanan darah tanpa bergantung pada obat dan memberi efek
samping adalah dengan menggunakan terapi non farmakologis (Kowalski, 2010).
World Health Organization (2013) merekomendasikan menggabungkan pengobatan
nonfarmakologis dengan obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah pada pasien
hipertensi. Penjelasan pengobatan hipertensi, termasuk pengobatan tradisional Cina dan
konvensional, survei telah menemukan bahwa sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak
mencapai kontrol tekanan darah yang adekuat. Dengan demikian, kontrol tekanan darah yang
efektif harus menjadi tujuan utama dalam upaya berkelanjutan untuk mencegah dan mengobati
hipertensi. (Lin, et al., 2016).
Pengobatan komplementer (non farmakologis) dapat digunakan untuk melengkapi efek pengobatan
pada saat diberikannya obat anti hipertensi (Dalimartha, Purnama, Sutarina, Mahendra, &
Darmawan, 2010). Pengobatan komplementer yang dapat dilakukan secara mandiri oleeh penderita
hipertensi meliputi: pembatasan alcohol, teknik mengurangi stress, mengurangi konsumsi natrium
dan tembakau berlebih, meningkatkan olahraga atau latihan penurunan berat badan, melakukan
relaksasi, dan terapi akupresur merupakan penatalaksanaan yang bisa diberikan pada penderita
hipertensi (Muttaqin, 2009).
Ilmu akupresur termasuk dalam pengobatan alternative atau komplementer. Akupresur merupakan
perkembangan terapi pijat yang berjalan seiring dengan perkembangan ilmu akupuntur. Teknik
pijat akupresur adalah turunan dari ilmu akupunktur. Titik-titik yang digunakan sama seperti yang
digunakan pada terapi akupunktur. Manfaat akupresur antara lain membantu dalam pengelolaan
stres, menenangkan ketegangan syaraf, dan meningkatkan relaksasi tubuh. Teknik terapi akupresur
ini menggunakan jari tangan yang dilakukan pada titik meridian yang berhubungan dengan
penyakit hipertensi. Pijatan-pijatan pada titik tertentu dalam terapi akupresur dapat merangsang
gelombang saraf sehingga mampu melancarkan aliran darah, merelaksasikan spasme, dan
menurunkan tekanan darah (Hartono, 2012).
Peneliti menduga meningkatnya jumlah penderita hipertensi diakibatkan karena ketidakpatuhan
pasien untuk terus mengkonsumsi obat dikarenakan adanya efek samping yang ditimbulkan setelah
minum obat. Terapi akupresur totok punggung merupakan salah satu terapi komplementer yang
dapat digunakan untuk melancarkan aliran darah dan merilekskan pasien, sehingga penelitian ini
perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan darah dan merilekskan pasien.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh terapi akupresur totok punggung terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas Bandarharjo

MANFAAT
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi pengembangan ilmu
penegetahuan mengenai terapi akupresur totok punggung dan dapat digunakan sebagai terapi
komplementer untuk intervensi pasien hipertensi.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy experiment, rancangan penelitian
menggunakan one group pre test and post test.teknik pengambilan sampel yang di pakai pada
penelitian ini yaitu purposive sampling, sampel di ambil dari pasien hipertensi berjenis kelamin
perempuan yang mengikuti PROLANIS di Puskesmas Bandarharjo Semarang. Jumlah sampel yang
di gunakan pada penelitian ini sebanyak 16 responden. Instrumen yang di gunakan pada penelitian
ini untuk mengukur tekanan darah adalah sphygnomanometer digital yang baru dan sudah
terkalibrasi oleh pabriknya.
Sebelum diberikan terapi akupresur totok punggung, responden akan diukur tekanan darah dengan
menggunakan sphygnomanometer digital dengan posisi telungkup, kemudian di berikan terapi
akupresur totok punggung selama 60 menit menggunakan jari peneliti dan minyak zaitun dengan
posisi responden tiduran telungkup, setelah terapi akupresut totok punggung selesai mengukur
kembali tekanan darah menggunakan sphygnomanometer digital.
HASIL
Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus 2019 setelah surat ethical clearance di setujui oleh
komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Semarang. Data di analisis secara univariat dan biavariat menggunakan uji paired sample t-test.
Muhammadiyah Semarang. Data di analisis secara univariat dan biavariat menggunakan uji
paired sample t-test.
A. Analisa Univariat
Tabel 1. Deskripsi usia pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
Semarang, Agustus 2019 (n=16)
Min (tahun) Max (tahun) Mean SD
39 70 52,94 9,650
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 52,94 tahun. Usia termuda
penelitian ini adalah 39 tahun dan tertua adalah 70 tahun.
Tabel 2 Deskripsi lama pasien menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
Semarang, Agustus 2019 (n=16)
Min (tahun) Max (tahun) Mean SD
1 5 2,56 1,263
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama responden menderita hipertensi adalah 2,56
tahun.
Tabel 3 Distribusi tingkat pendidikan pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Bandarharjo Semarang, Agustus 2019 (n=16)
Min (tahun) Max (tahun) Mean SD
1 5 2,56 1,263
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama responden menderita hipertensi adalah 2,56
tahun.
Tabel 3 Distribusi tingkat pendidikan pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Bandarharjo Semarang, Agustus 2019 (n=16)
Pendidikan F %
Tidak sekolah SD 3 18,8
SMP SMA 7 43,8
Total 4 25,0
2 12,5
16 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sekolah Dasar merupakan tingkat pendidikan paling banyak
yaitu sebanyak 7 responden (43,8%).
Tabel 4 Distribusi pekerjaan pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Bandarharjo Semarang, Agustus 2019 (n=16)
Pekerjaan f %
Bekerja 7 43,8
Ibu Rumah Tangga Total 9 56,3
16 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga
sebanyak 9 responden (56,3%).
Tabel 5 Distribusi tingkat stres pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Bandarharjo Semarang, Agustus 2019 (n=16)
Tingkat Stres F %
Normal Ringan Sedang5 31,3
Berat 4 25,0
Total 6 37,5
1 6,3
16 100,0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stres pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas
Bandarharjo yang tergolong stress ada 11 orang (69,7%) dengan terbagi menjadi tingkatan ringan,
sedang dan berat.
A. Analisis Bivariat
Tabel 6. Diskripsi tekanan darah dan MAP sebelum dan sesudah diberikan terapi akupresur totok
punggung di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang (n=16)
Tekanan Darah (mmHg)Min Max Mean SD
Sebelum Sistolik
Diastolik MAP 145 170 155,00 7,789
Sesudah Sistolik90 118 101,25 8,339
Diastolik 108,33 135,33 119,1667 7,95822
MAP

110 140 125,75 8,161


74 90 81,00 4,719
89,33 104,67 95,9167 5,05012
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi
akupresur totok punggung sebesar 155,00 mmHg dan sesudah diberikan terapi akupresur totok
punggung sebesar 125,75 mmHg. Terdapat penurunan nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum
dan sesudah diberikan terapi akupresur totok punggung sebesar 29,25 mmHg. Tekanan darah
diastolik sebelum diberikan terapi akupresur totok punggung didapatkan nilai rata-rata sebesar
101,25 mmHg dan sesudah diberikan terapi akupresur totok punggung didapatkan nilai rata-rata
sebesar 81,00 mmHg. Penurunan nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah
sebesar 20,25 mmHg. Nilai rata-rata MAP sebelum diberikan intervensi sebesar 119,1667 mmHg,
setelah mendapat intervensi menjadi 95,9167 mmHg. Terjadi penurunan rata- rata nilai MAP
sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi sebesar 23,25 mmHg.
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk. Uji normalitas dilakukan
sebelum melakukan uji bivariat. Hasil uji normalitas penelitian ini disajikan dalam tabel 7

Tabel 7. Uji normalitas data tekanan darah dan MAP sebelum dan sesudah diberikan terapi
akupresur totok punggung di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang (n=16)
Variabel p value Kesimpulan
Sistolik Sebelum Sesudah
Diastolik Sebelum Sesudah0,376 Normal Normal
MAP 0,137
Sebelum Normal Normal
Sesudah 0,184
0,655 Normal Normal

0,174
0,253
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel sistolik, diastolik dan MAP data berdistribusi normal.
Uji bivariat yang digunakan adalah uji paired t-test, disajikan dalam tabel 8.

Tabel 8 Uji beda tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi akupresur totok punggung di
wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang, Agustus 2019 (n=16)
Variabel Mean t p value
Sistolik
Sebelum – sesudah 29,250 14,663 0,000
Diastolik
Sebelum – sesudah 20,250 11,798 0,000
MAP
Sebelum – sesudah 23,25000 14,895 0,000
Berdasarkan tabel 8 hasil uji beda menunjukkan p value 0,000 (p<0,05) sehingga dapat
disimpulkan ada perbedaan tekanan darah sistolik, diastolik dan MAP sebelum dan sesudah
diberikan terapi akupresur totok punggung pada pasien hipertensi.
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Hasil penelitian ini menunjukkan rata – rata usia responden adalah 52,94 tahun,. Hasil ini didukung
pada penelitian lain yang mengatakan mayoritas penderita hipertensi berusia 46-60 tahun (Afrila,
Dewi, & Erwin, 2015). Penyakit hipertensi sering ditemukan pada usia lanjut karena adanya faktor
degeneratif yang menyebabkan terjadi perubahan fisiologis seperti resistensi perifer meningkat,
berkurangnya elastisitas arteri, dan penurunan aktivitas simpatis (Potter & Perry, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata lama responden menderita hipertensi adalah 2,56 tahun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu semakin lama seseorang menderita
hipertensi dan semakin tinggi derajat hipertensi maka komplikasi pembuluh darah, jantung, otak
dan ginjal yang timbul juga semakin berat (Wahyuningsih, Amalia, & Bustamam, 2018). Semakin
lama orang menderita hipertensi akan menimbulkan masalah atau penyakit baru seperti stroke
karena adanya embolus yang terlepas dari pembuluh darah di otak yang terpajan tekanan tinggi,
gagal ginjal karena kerusakan progresif pada kapiler ginjal dan infark miokard karena arteri
coroner mengalami arterosklerosis (Triyanto, 2014).
Tingkat pendidikan responden menunjukkan bahwa Sekolah Dasar merupakan tingkat pendidikan
paling banyak yaitu sebanyak 7 responden (43,8%). Secara tidak langsung tingkat pendidikan
mempengaruhi tekanan darah. Penyakit hipertensi lebih tinggi pada tingkat pendidikan rendah dan
menurun sesuai dengan peningkatan pendidikan (Riskesdas, 2013). Hal ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan
dan kejadian hipertensi dengan nilai p-value 0,042 (Anggara dan Prayitno, 2013). Dibuktikan
dengan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan
dan kurangnya pengetahuan seseorang yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit
dalam menerima informasi.
Karakteristik pekerjaan responden menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi
paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga sebanyak 9 responden (56,3%). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu tekanan darah tinggi yang dialami ibu rumah tangga
berhubungan dengan aktivitas yang mengurus banyak masalah rumah tangga yang meningkatkan
emosi (Azaria & Pujiastuti, 2018). Emosi stress dapat menstimulasi saraf simpatis untuk
meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan vaskuler perifer. Efek stimulasi simpatik
tersebut dapat meningkatkan tekanan darah (Potter & Perry, 2010).
Stres merupakan salah satu penyebab munculnya penyakit hipertensi, mekanismenya dengan cara
mengaktivasi sistem saraf simpatis kemudian menyebabkan tekanan darah naik secara tidak
menentu (Andria, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat stres pada penderita
hipertensi di wilayah Puskesmas Bandarharjo sebagian besar tergolong stress ada 11 orang (69,7%)
dengan terbagi menjadi tingkatan ringan, sedang dan berat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
terdahulu yang menyebutkan bahwa subjek penelitian yang menderita hipertensi didapatkan 70,2%
yang mengalami stres dan 29,8% yang tidak mengalami stress (Islami, Fanani, & Herawati, 2015).
B. Pengaruh Terapi Akupresur Totok Punggung Terhadap Tekanan Darah
Nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan terapi akupresur totok punggung sebesar 155,00
mmHg dan 125,75 mmHg. Rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi terapi
akurpesur totok punggung sebesar 101,25 mmHg dan 81,00 mmHg. Perbedaan perubahan tekanan
darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah intervensi terapi akurpesur totok punggung
sebesar 29,25 mmHg dan 20,25 mmHg. Nilai MAP pada penelitian ini juga mengalami perubahan,
rata-rata MAP sebelum diberikan intervensi sebesar 119,1667 mmHg kemudian setelah mendapat
intervensi menjadi 95,9167 mmHg. Terjadi penurunan rata- rata nilai MAP sebelum diberikan
intervensi dan sesudah diberikan intervensi sebesar 23,25 mmHg. Penelitian ini didapatkan hasil
(p-value < 0,005) sehingga ada pengaruh terapi akupresur totok punggung terhadap tekanan darah
sistolik, tekanan darah diastolik dan MAP pada pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Bandarharjo Semarang.
Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya dalam memberikan terapi non farmakologi
terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi yaitu dengan pemberian slow stroke back massage
dan akupresur terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi, dengan didapatkan hasil
perubahan rata – rata MAP sebelum dan sesudah intervensi sebesar 5,57%. Hasil penelitian ini
mengalami perubahan rata – rata MAP sebelum dan sesudah sebesar 19,51% sehingga hasil
penelitian ini lebih efektif dari penelitian sebelumnya dengan pemberian terapi slow stroke back
massage.
Terapi akupresur totok punggung adalah terapi non farmakologi dengan cara melakukan penekanan
dan getaran pada 2 titik meridian accupoint yang berada disekitar tulang punggung yaitu meridian
du yang mempunyai 12 titik accupoint disepanjang tulang belakang dan meridian kandung kemih
yang mempunyai 25 titik accupoint disepanjang tulang belakang 2 jari ke kanan dari meridian du.
Dalam susunan saraf spinal terdapat saraf simpatis yang berhubungan atau yang mempersarafi
jantung yaitu saraf thorakal I sampai thorakal VI. Terdapat titik akupresur yang bersinggungan
langsung dengan saraf tersebut adalah titik Taodao (GV 13), Shenshu (GV 12), Lingtai (GV 10),
Dazhu (BL11), Fengmen (BL 12) dan Feishu (BL13).
Peneliti meyakini bahwa perbedaan tekanan darah pada responden penelitian sebelum dan sesudah
diberikan terapi akupresur totok punggung merupakan efek relaksasi dari pemberian terapi
akupresur totok punggung. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang
menyebutkan bahwa terapi akupresur dapat merangsang sel mast untuk mengeluarkan histamine
sebagai mediator vasodilatasi pembuluh darah, sehingga meningkatkan sirkulasi darah kemudian
tubuh menjadi rileks dan akhirnya tekanan darah dapat menurun (Adam, 2011).
Akupresur memberikan rangsangan dengan menggunakan jari pada titik-titik meridian tubuh yang
bertujuan untuk mempengaruhi organ tubuh tertentu dengan merangsang aliran energi tubuh (Majid
dan Rini, 2016). Manfaat akupresur yaitu untuk membantu pengelolaan stress dan meningkatkan
relaksasi. Penekanan dilakukan secara perlahan-lahan sampai ditemukan titik meridian yaitu
kondisi dimana tubuh merasakan tidak nyaman, nyeri, pegal, panas dan gatal (Hartono, 2012).
Memberikan penekanan pada titik accupoint meridian kandung kemih dan meridian du di
punggung akan menstimulasi sel saraf sensorik disekitar titik akupresur kemudian diteruskan ke
medula spinalis, mesensefalon dan komplek pituitari hipothalamus yang ketiganya dirangsang
untuk melepaskan hormon endorphin yang dapat memberikan rasa rileks (Majid & Rini, 2016).
Dengan adanya hormon endorphin tubuh akan merasa rileks. Rasa rileks yang ditunjukkan dari
responden penelitian terbukti dengan adanya 5 responden yang tertidur saat dilakukan terapi
akupresur totok punggung dan 11 responden mengatakan terasa nyaman. Rasa rileks yang
dirasakan responden akan memberikan efek pada tekanan darah yaitu dengan menurunnya tekanan
darah responden.

Peningkatan tekanan darah disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh darah. Hormon
endorphin berfungsi untuk mengembalikan kondisi pembuluh darah yang awalnya kecil karena
kontraksi menjadi melebar atau normal seperti semula sehingga aliran darah dapat mengalir dengan
lancar (Berman, et al, 2009). Setelah pembuluh darah kembali pada ukuran normal dan aliran darah
lancar, jantung dapat bekerja dengan baik karena suplai darah yang mengandung O2 dapat masuk
ke dalam jantung tercukupi. Proses metabolism jantung adalah aerobic yang membutuhkan oksigen
dan berhubungan erat dengan aktivitas metabolisme. Pada kondisi basal, konsumsi oksigen jantung
7-10 ml/100 gram miokardium/menit. Jika jantung mendapat oksigen selama beberapa menit
makan aktivitas mekanik akan berhenti. Jika aktivitas meningkat misalnya saat kerja berat makan
kebutuhan oksigen akan meningkat pula dan peningkatan kebutuhan oksigen ini hanya didapat
dengan meningkatkan aliran darah koroner. Konsumsi oksigen jantung terutama ditentukan oleh
tegangan intramiokard yaitu tekanan sistolik dan volume yang jika berlebihan akan meningkatkan
tegangan intramiokard (Syaifuddin, 2010).
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi akupresur totok punggung dapat
merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan hormon endorphin yang menimbulkan adanya rasa
rileks sehingga dapat melancarkan aliran darah dan menurunkan tekanan darah.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa karakteristik responden mempunyai usia rata – rata
responden 52,94 tahun, dengan usia tertua 70 tahun dan usia termuda 39 tahun. Rata- rata lama
menderita hipertensi adalah 2,56 tahun. Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah
Sekolah Dasar dengan jumlah 43,8%. Pekerjaan responden sebagian besar adalah sebagai ibu
rumah tangga yaitu sebesar 56,3%. Tingkat stress responden yang tergolong normal ada 31,3% dan
tergolong stress ada 69,7%. Terdapat penurunan nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah diberikan terapi akupresur totok punggung sebesar 18,87%. Penurunan nilai rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah sebesar 20%. Nilai rata-rata selisih MAP sebelum dan
sesudah diberikan terapi sebesar 19,51 %. Hasil uji paired sample t test didapatkan hasil p value
0,000 (p<0,05), sehingga berarti ada pengaruh terapi akupresur totok punggung terhadap tekanan
darah pada pasien hipertensi di buktikan dengan.
Saran
Bagi pelayanan kesehatan, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi
penyusunan standart operasional (SOP) intervensi pada pasien hipertensi untuk menurunkan
tekanan darah. Bagi profesi perawat, penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi pada
pasien hipertensi oleh perawat untuk melakukan terapi akupresur totok punggung untuk
menurunkan tekanan darah. Bagi pasien, terapi non farmakologi (terapi akupresur totok punggung)
dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menurunkan tekanan darah. Bagi peneliti
selanjutnya, hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data dan acuan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan menambahkan kelompok kontrol dan dilakukan lebih dari 1 waktu.
Menambahkan karakteristik responden yaitu berat badan untuk mengetahui efektifitas terapi
akupresur totok punggung tiap responden. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan ruangan
khusus untuk melakukan terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Azaria, A. D., & Pujiastuti, D. (2018). Studi komparatif masase punggung dan
akupresur terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di rw 08 kelurahan kricak
kecamatan tegalrejo yogyakarta 2017. Jurnal Kesehatan.
Dalimartha, S., Purnama, B. T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan, R. (2010).
Care your self hipertensi. Depok: Penebar Plus.
Hartono, R. I. (2012). Akupresur untuk berbagai penyakit. Yogyakarta: Rapha
Publishing.
Islami, K. I., Fanani, M., & Herawati, E. (2015). Hubungan antara stres dengan
hipertensi pada pasien rawat jalan di puskesmas rapak mahang kabupaten kutai
kartanegara provinsi kalimantan timur .
Kemenkes, K. (2014). Penyakit tidak menular. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan.
Kowalski, R. E. (2010). Terapi hipertensi: program 8 minggu menurunkan tekanan
darah tinggi dan mengurangi risiko serangan jantung dan stroke secara alami.
Bandung: Qanita.
Lin, G.-H., Chang, W.-C., Chen, K.-J., Tsal, C.-C., Hu, S.-Y., & Chen, L.-L. (2016).
Effectiveness of acupressure on the taichong acupoint in lowering blood pressure in
patients with hypertension: a randomized clinical trial. Hindawi Publishing
Coorporation, 1-9.
Majid, Y. A., & Rini, P. S. (2016). Terapi akupresur memberikan rasa tenang dan
nyaman serta mampu menurunkan tekanan darah lansia. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 1
No 1.
LAMPIRAN KEGIATAN TOTOK PUNGGUNG

Anda mungkin juga menyukai