Anda di halaman 1dari 8

ESSAY

EFEKTIFITAS SENAM KAKI DAN TERAPI ACUPRESSURE PADA TELAPAK


KAKI PASIEN DENGAN NEUROPATI DIABETIK

DISUSUN OLEH

FUJA AMANDA

11151040000097

PSIK 2015 B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018
Pendahuluan

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang angka kejadiannya meningkat


disetiap tahunnya, terutama di Indonesia. Diabetes mellitus sendiri dapat hinggap ke dalam
tubuh siapa saja tanpa memandang usia. Diabetes mellitus ini biasanya timbul secara
mendadak, dan sifatnya menahun atau bisa disebut penyakit kronis yang akan diderita
seumur hidup.

Diabetes melitus disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Selain dari faktor
keturunan timbulnya penyakit ini juga dapat dipicu oleh pola makan yang tidak sehat,
kurangnya olahraga, obesitas, merokok, alkohol, penyakit penyerta seperti hipertensi, dll.

Menurut American Diabetes Association (ADA) pada tahun 2013, Diabetes mellitus
merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadara gula darah dalam
tubuh (hiperglikemia). Hiperglikemia sendiri diakibatkan oleh karena gagalnya organ
pankreas mengeluarkan insulin , sehingga kerja insulin terganggu .

Seiring berjalannya waktu apabila penyakit diabetes mellitus tidak di tangani atau
dikontrol dengan baik, maka dapat memicu timbulnya komplikasi dan penyakit penyerta.
Komplikasi dari DM sendiri salah satunya neuropati diabetika yang dapat menyebabkan
pasien tersebut mengalami penurunan sensitivitas di kaki yang ditandai dengan berbagai
gejala diantaranya nyeri seperti tertusuk, kaki terasa dingin, kebas, terasa tebal, dan mati rasa.
Sedangkan penyakit penyerta yang akan timbul diantaranya penyakit jantung, gagal ginjal,
dan kerusakan pada sistem saraf.

Penderita DM yang sudah terkena neuropati diabetika tidak akan menyadari apabila
kakinya terluka,tertusuk, bahkan tersiram air panas. Apabila penderita sudah terluka, luka
yang tadinya kecil akan cepat membesar bahkan lama-kelamalaan luka akan menghitam dan
membusuk (gangren) yang terkadang perlu untuk diamputasi. Neuropati diabetika dapat
dengan
dicegah dengan beberapa cara diantaranya mengontrol gula darah dan dengan
melakukan senam kaki serta terapi acupressure.

Senam kaki pada pasien diabetes mellitus merupakan latihan fisik yang disusun
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya luka, dan membantu melancarkan aliran darah pada
bagian kaki. Sedangkan terapi acupressure adalah terapi yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengembalikan fungsi dari sensitivitas pada kaki.
Menurut Nasution (2010) tentang “Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan
sirkulasi darah kaki pada pasien penderita Diabetes Melitus di RSUD Haji Adam Malik” dari
hasil penelitian yang dilakukan bahwa sirkulasi darah kaki setelah melakukan senam kaki
meningkat secara signifikan dengan p=0,002 berarti p<0,05. Pada kelompok kontrol p=0,903
(p>0,05). Praktek senam kaki berpengaruh memperbaiki keadaan kaki, dimana akral yang
dingin menjadi lebih hangat, kaki yang kaku menjadi lentur, kaki kebas menjadi tidak kebas,
dan kaki yang atrofi perlahan-lahan menjadi normal.

Penelitian Natalia, Hasneli dan Novayelinda (2013) pada 30 responden (n kontrol= n


eksperimen=15). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian senam kaki diabetik
dengan menggunakan tempurung kelapa dapat meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien
DM Tipe II. Senam kaki tersebut terbukti membuat rileks dan melancarkan peredaran darah.

Menurut Darmilis, Yesi Hasneli, Ganis Indriati (2015) dari hasil penelitian yang telah
dilakukan pada 30 responden yang dibagi kedalam 2 kelompok, kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol adalah pada kedua kelompok sensitivitas kakidiukur menggunakan alat
monofilamen. Kelompok eksperimen diberikan terapi acupressure tiga kali dalam seminggu,
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan seperti kelompok eksperimen. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat sensitivitas kaki antara sebelum
dan sesudah melakukan terapi acupressure pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa terapi acupressure yang
dilakukan dapat meningkatakan sensitivitas kaki pada pasie DM Tipe II.

Demikian dari beberapa hasil penelitian diatas maka penulis menarik kesimpulan
bahwa senam kaki diabetes mellitus dan terapi acupressure efektif sebagai terapi
komplementer untuk pasien neuropati diabetik untuk memperlancar peredaran darah pada
kaki serta meningkatkan sensitivitas kaki penderita neuropati diabetik.

Tingginya Angka Kejadian Ulkus Diabetik?

Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling menakutkan bagi para


penderitanya. Kadar glukosa darah yang tinggi merupakan toksik bagi semua organ dan akan
menimbulkan penyempitan pembuluh darah akibat trombus sampai kerusakan saraf akibat
neuropati. Banyak penderita diabetes melitus yang sudah rutin untuk minum obat-obatan
pengontrol gula darah serta rutin untuk memeriksakan/kontrol terkait DM nya ke berbagai
pelayanan kesehatan, tetapi tidak jarang pasien DM yang masih mengalami ulkus diabetik
sampai luka tersebut menghitam (gangren) sehingga harus diamputasi.

Tingginya angka kejadian ulkus diabetik pada penderita DM terjadi akibat komplikasi
dari DM itu sendiri. Pencegahan dari terjadinya ulkus diabetik tidak hanya bisa dicegah
dengan rutin meminum obat. Karna obat-obatan tersebut biasanya digunakan untuk
menurunkan glukosa pada darah saja.

Adakah solusi alternatif selain penggunaan obat-obatan?

Apabila sudah bertahun-tahun meggunakan terapi farmaka (obat-obatan) tetapi jumlah


penderita diabetes melitus yang menderita ulkus diabetik masih tinggi maka dari itu sebagai
solusi alternatif Kemenkes mempertimbangkan penggunaan terapi komplementer alternatif,
diantaranya Senam kaki dan terapi acupessure.

Senam kaki

Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus
untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki.
Senam kaki dapat membantu mempebaiki sirkulasi darah dan dapat memperkuat oto-otot
kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu senam kaki dapat
menigkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan
sendi.

Terapi akupresur

Akupresur merupakan perkembangan dari terapi pijat yang berlangsung seiring


dengan perkembangan ilmu akupuntur karena tekhnik pijat akupresur adalah turunan dari
ilmu akupuntur. Tekhnik dalam terapi ini menggunakan jari tangan sebagai pengganti jarum
tetapi dilakukan pada titik-titik yang sama seperti yang digunakan pada terapi akupuntur.

Sasaran akurpresur adalah merangsang kemampuan tubuh dalam menyembuhkan diri


sendiri. Sang terapis akan memegang atau menekan berbagai titik pada tubuh atau sistem otot
untuk merangsang energi dari tubuh sendiri. Rangsangan tersebut menyingkirkan sumbatan
energi dan rasa lelah.

Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh
ketegangan otot atau hambatan yang lain, maka energi tubuh akan menjadi seimbang.
Keseimbangan membawa kesehatan yang baik dan perasaan sejahtera. Jika salah satu dari
jalurnya terhambat/tersumbat, maka perlu aplikasi dengan tekanan yang tepat menggunakan
jari untuk mengendurkan ketegangan otot, membuat sirkulasi darah lancar, dan menstimulasi
atau menyeimbangkan aliran energi.

Dalam pemijatan, sebaiknya jangan terlalu keras dan membuat pasien kesakitan.
Pemijatan yang benar harus dapat menciptakan sensasi rasa (nyaman, pegal, panas, gatal,
perih, kesemutan, dan lain sebagainya). Apabila sensasi rasa dapat tercapai maka di samping
sirkulasi chi (energy) dan xue (darah) lancer, juga dapat merangsang keluarnya
hormonendomofrin (hormone sejenis morfin yang dihasilkan dari dalam tubuh untuk
memberikan rasa tenang).

Pembahasan

Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung ke pembuluh darah dan
dialirkan oleh arteri ke seluruh organ-organ tubuh salah satunya pada organ kaki. Normal
sirkulasi darah pada kaki menurut Vowden (2001) adalah 1,0 yang diperoleh dari rumus
ABPI (An ankle Brachial Pressure Index). Sedangkan keadaan yang tidak normal dapat
diperoleh bila nilai APBI < 0,9 diindikasikan ada resiko tinggi luka di kaki, APBI > 0,5 dan <
0,9 pasien perlu perawatan tindak lanjut, dan APBI < 0,5 diindikasikan kaki sudah
mengalami kaki nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu penanganan dokter ahli bedah
Vaskular.

Dasar terjadinya luka atau kelainan pada kaki pasien penderita diabetes adalah adanya
suatu kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Dari ketiga
hal tersebut, yang paling berperan adalah kelainan pada saraf, sedangkan kelainan pembuluh
darah lebih berperan nyata pada penyembuhan luka sehingga menentukan nasib kaki.
Keadaan kelainan saraf dapat mengenai saraf sensorik, saraf motorik, dan saraf otonom
(Damayanti, 2015).

Bila mengenai saraf sensoris akan terjadi hilang rasa yang menyebabkan penderita
tidak dapat merasakan rangsang nyeri sehingga kehilangan daya kewaspadaan proteksi kaki
terhadap rangsang dari luar. Akibatnya, kaki lebih rentan terhadap luka meskipun terhadap
benturan kecil. Bila sudah terjadi luka, akan memudahkan kuman masuk yang menyebabkan
infeksi. Bila infeksi ini tidak diatasi dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan
(gangren) bahkan dapat diamputasi (Damayanti, 2015).
Gangguan pada serabut saraf motorik (serabut saraf yang menuju otot) dapat
mengakibatkan pengecilan atrofi otot interosseus pada kaki. Akibat lanjut dari keadaan ini
terjadi ketidakseimbangan otot kaki, terjadi perubahan bentuk deformitas pada kaki seperti
jari menekuk cock up toes, bergesernya sendi luksasi pada sendi kaki depan
metatarsofalangeal dan terjadi penipisan bantalan lemak di bawah daerah pangkal jari kaki
kaput metatarsal. Hal ini menyebabkan adanya perluasan daerah yang mengalami penekanan,
terutama di bawah kaput metatarsal (Damayanti, 2015).

Selain itu, terjadi perubahan daya membesar-mengecil pembuluh darah vasodilatasi-


vasokonstriksi di daerah tungkai bawah, akibatnya sendi menjadi kaku. Keadaan lebih lanjut
terjadi perubahan bentuk kaki Charchot, yang menyebabkan perubahan daerah tekanan kaki
yang baru dan berisiko terjadinya luka (Damayanti,2015).

Kelainan pembuluh darah berakibat tersumbatnya pembuluh darah sehingga


menghambat aliran darah, mengganggu suplai oksigen, bahan makanan atau obat antibiotika
yang dapat menggagu proses penyembuhan luka. Bila pengobatan infeksi ini tidak sempurna
dapat menyebabkan pembusukan gangren. Gangren yang luas dapat pula terjadi akibat
sumbatan pembuluh darah yang luas sehingga kemungkinannya dilakukan amputasi kaki di
atas lutut (Brunner&Suddarth, 2013).

Rekomendasi

Dari berbagai terapi yang telah dijelaskan diatas maka tidak diragukan lagi
terapi komplementer alternatif senam kaki dan terapi akupresur sudah terbukti secara ilmiah
sebagai pengobat serta pencegahan dari ulkus diabetik. Kemampuan dari senam kaki yang
dapat membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki, dapat membantu mempebaiki
sirkulasi darah, dapat memperkuat oto-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan
bentuk kaki. Serta senam kaki dapat menigkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga
mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Apalagi bila senam kaki disertakan dengan
melakukan terapi akupresur yang sudah terbukti dapat mengendurkan ketegangan otot,
membuat sirkulasi darah lancar, dan menstimulasi atau menyeimbangkan aliran energi.

Dengan demikian, dibutuhkan penelitian yang sesuai standar metode penelitian yang
lebih akurat agar dapat meyakinkan seluruh masyarakat serta stakeholder. Semoga fakta-fakta
ilmiah ini dapat dimanfaatkan oleh semua penderita diabetes dengan ulkus diabetik maupun
penderita diabetes tanpa ulkus diabetik sebagai salah satu pengobatan serta pencegahan
terjadinya ulkus diabetik sampai ke tahap gangren.

Daftar Pustaka

American Diabetes Association (ADA), 2013. Standards of Medical Care In Diabetes.

Brunner& Suddarth, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Penerbit
Buku Kedoteran : EGC

Dalimartha & Swadaya, 2012. Buah, Sayur, Herbal, Untuk Penderita Diabetes Melllitus.
Jakarta : Penebar Swadaya Group.

Damayanti,S. 2015. Diabetes Melitus& Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta :Nuha


Medika

Darmilis, Yesi Hasneli, Ganis Indriati, 2015. Efektifitas Terapi Cupressure Telapak Kaki
Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Tidak dipublikasikan.

Nasution, J. (2010). Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada
pasien penderita diabetes melitus di RSUP Haji Adam Malik. Diakses tanggal 05 September
2018, 11.45 WIB .

Natalia, N., Hasneli, Y., Noveliza, R. (2013). Efektifitas Senam Kaki Diabetik Dengan Batok
Kelapa Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus. Skripsi: Tidak
Dipublikasikan.

Desain penelitian yang digunakan survei analitik dengan pendekatan studi crosssectional. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling.

2014\
Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pasien Rawat Jalan DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Makassar.

Anda mungkin juga menyukai