Anda di halaman 1dari 11

32

Jurnal Keperawatan p-issn : 2477-1414


Volume 6, Nomor 2, Juli 2020 e-issn : 2716-0785
Hal 32-42

PENERAPAN TEKNIK SENAM KAKI DIABETES UNTUK


MENINGKATKAN SENSITIVITAS PADA KAKI
PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II
Laila Nurbaeti1, Wahyu Tri Astuti2

1, 2
Akper Karya Bhakti Nusantara Magelang
Telp. 085292885982/ E-mail : astuti.wahyutri@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar belakang : Diabetes melitus merupakan penyakit yang mampu menimbulkan berbagai
macam masalah sekunder berupa komplikasi neuropati sensorik, dalam mengatasi masalah tersebut
hal ini perlu dilakukan penanganan dengan cara melakukan latihan jasmani berupa senam kaki
diabetes sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien dengan diabetes
melitus tipe II. Tujuan : Menggali tentang pengaruh senam kaki diabetes terhadap peningkatan
sensitivitas kaki sebelum dan setelah dilakukan. Metode : Penelitian deskriptif kualitatif. Sampel 1
responden. Hasil : Setelah dilakukan latihan senam kaki selama 3 hari sebanyak 3 kali latihan
dalam sehari dengan lama waktu latihan 15- 30 menit menunjukkan tingkat sensitivitas kaki dari 4
lokasi yang tidak mampu merasakan getaran pada saat pemeriksaan menjadi 3 lokasi yang tidak
mampu merasakan getaran pada saat pemeriksaan. Simpulan : Terdapat adanya pengaruh yang
besar yaitu terjadinya peningkatan tingkat sensitivitas kaki dari angka 4 menjadi angka 3 setelah
dilakukan pemberian senam kaki diabetes sebanyak 3 kali dalam sehari dengan lama latihan 20-30
menit selama 3 hari.

Kata kunci : diabetes melitus, senam kaki, sensitivitas kaki

ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus is a disease that can cause various secondary problems in the form
of complications of sensory neuropathy. To overcome this problem, it is necessary to do this by
doing physical exercise in the form of diabetic foot exercises as an effort to increase the sensitivity
of the feet in patients with diabetes mellitus type II. Objective: To explore the effect of diabetic foot
exercise on increasing foot sensitivity before and after it is done. Method: A qualitative descriptive
study. Sample 1 respondent. Results: After 3 days of leg exercises, 3 times a day with a length of
15-30 minutes of exercise, it shows the level of sensitivity of the legs from 4 locations that were
unable to feel vibrations during the examination to 3 locations that were unable to feel vibrations
during the examination. Conclusion: There is a big influence, namely an increase in the level of
sensitivity of the feet from number 4 to number 3 after giving diabetic foot exercises 3 times a day
with 20-30 minutes of exercise for 3 days.

Key words: diabetes mellitus, foot exercise, foot sensitivity


33

PENDAHULUAN (2) pengobatan nyeri, dan (3) perawatan kaki


Diabetes melitus (DM) merupakan (Tandra, 2007). Perawatan kaki merupakan
sekumpulan gejala pada seseorang yang upaya pencegahan primer terjadinya luka
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa pada kaki diabetes, salah satunya dengan
darah yang meningkat akibat tubuh melakukan latihan senam kaki diabetes
kekurangan insulin baik absolut maupun (Soegondo, et al, 2004).
relatif (Smeltzer & Bare, 2002), dan Senam kaki diabetes merupakan suatu
merupakan penyakit degeneratif yang terapi yang dilakukan oleh penderita DM,
memerlukan penanganan secara tepat, karena karena gerakan dalam senam kaki mampu
merupakan penyakit menahun (Bustan, 2007). mengurangi keluhan dari neuropati sensorik
Masalah yang sering timbul pada seperti pegal, baal dan kesemutan (Soegondo,
penderita DM berupa komplikasi dan salah et.al, 2009), dengan tujuan untuk melancarkan
satunya neuropati sensorik atau keadaan peredaran darah yang terganggu, agar dapat
rusaknya serabut saraf sensorik yang membantu memperkuat otot kaki,
menyebabkan terjadinya gangguan sensasi memperbaiki sirkulasi, mendorong nutrisi
rasa getar, rasa sakit, rasa kram, semutan, jaringan lebih lancar dan memperkuat otot
mati rasa atau baal dan hilangnya reflek kecil (Wibisono, 2009), senam kaki diabetes
tendon dan mampu menimbulkan gangguan ini dapat dilakukan didalam ataupun diluar
mekanisme protektif pada kaki, faktor ini ruangan dan hanya memerlukan waktu kurang
yang menyebabkan pasien DM mengalami lebih 15-30 menit (Setiawan, 2011). Oleh
penurunan sensitivitas (Echeverry, et al, karena itu, untuk sejauh mana latihan senam
2007). Kerusakan yang memicu timbulnya kaki diabetes dapat meminimalkan keluhan
risiko tinggi terjadinya injuri dan mampu dari masalah neuropati sensorik seperti
menyebabkan terjadinya ulkus kaki hilangnya rasa getar, kesemutan, dan baal di
diabetikum atau gangren yang dapat kaki yang mampu menyebabkan peningkatan
mempengaruhi kualitas hidup penderita DM, sensitivitas dengan harapan meminimalkan
sehingga pengurangan gejala neuropati perifer risiko terjadinya komplikasi lain seperti yang
sebagai pencegahan sangat penting dilakukan sudah dipaparkan sebelumnya.
(Smeltzer, Bare, 2002). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
Mencegah masalah neuropati diabetikum telah dilakukan oleh Endriyanto (2013)
yang semakin memburuk, maka penanganan tentang pengaruh senam kaki diabetes
ini dapat dilakukan melalui tiga hal yaitu (1) menggunakan koran pada pasien DM tipe II
berupa penyuluhan atau pemberian nasihat, di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,
34

menyimpulkan setelah dilakukan senam kaki METODE


selama 7 hari, terjadi peningkatan sensitivitas Penelitian ini menggunakan
pada kaki penderita, rata-rata terdapat pendekatan penelitian studi kasus kualitatif
kenaikan pada kelompok eksperimen dari dengan strategi penelitian case study research
4,35 menjadi 4,85 dengan hasil kesimpulan untuk memberikan gambaran tentang
bahwa melakukan senam kaki diabetes penerapan teknik senam kaki diabetes untuk
mampu meningkatkan sensitivitas kaki pada mengatasi penurunan sensitivitas kaki pada
pasien DM tipe II. Ny. Y dengan diabetes melitus tipe II di
Berdasarkan kenyataan dilapangan masih Ruang Bougenvil Rumah Sakit dr. Soedjono
sering kita jumpai bahwa asuhan keperawatan Magelang, sehingga dapat menjelaskan dan
pada pasien DM lebih banyak difokuskan mempelajari suatu kejadian yang dilakukan
pada tindakan kolaborasi dan farmakologi secara integrative, komperhensif agar
berupa pemberian obat dan pemberian diit, memperoleh pemahaman yang mendalam
tidak jarang masih banyak pula penderita DM tentang penerapan latihan senam kaki
tipe II yang belum mengetahui tentang terapi diabetes.
non farmakologi yang bisa dilakukan secara Subjek penelitian ini adalah Ny. Y
mandiri. umur 52 tahun, dengan penyakit diabetes
Studi pendahuluan di atas didapatkan di melitus tipe II yang ditandai dengan adanya
Ruang Bougenvil Rumah Sakit dr. Soedjono keluhan penyerta seperti nyeri, kebas dan
Magelang pada Ny. Y yang memenuhi kesemutan pada kaki, dengan kriteria pasien
kriteria berupa kesemutan, rasa ngilu, kebas cukup kooperatif, tidak ditemukan adanya
dan nyeri pada bagian kaki dengan diagnosa luka kaki diabetes, dan mengalami penurunan
diabetes melitus tipe II, berdasarkan kepekaan kaki berupa ketidakmampuan
pernyataan diatas maka dapat menyimpulkan merasakan rangsang getar pada 4 lokasi pada
untuk pertanyaan pada karya ilmiah ini adalah saat dilakukan pemeriksaan tingkat
“Bagaimana hasil penerapan latihan senam sensitivitas kaki dengan garputala.
kaki diabetes dapat meningkatkan sensitivitas Pelaksanaan pengambilan kasus telah
kaki pada Ny. Y dengan diabetes melitus tipe berlangsung dan selesai dilakukan pada bulan
II di Ruang Bougenvile Rumah Sakit dr. Februari sampai dengan bulan Maret 2019,
Soedjono Magelang?” yang telah dilakukan di Ruang Bougenvil
Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang.
35

Metode karya ilmiah ini menggunakan langkah yang akan dilakukan sebelum
metode pedoman observasi tentang latihan melakukan senam kaki diabetes yaitu
senam kaki diabetes sesuai dengan Standar pemeriksaan tingkat sensitivitas kaki sebelum
Operasional Prosedur, menggunakan dilakukan latihan senam kaki diabetes
pedoman wawancara tidak terstruktur yaitu menggunakna rangsang getar dari garputala,
dengan menyusun pedoman wawancara pada melatih senam kaki diabetes sesuai dengan
Ny. Y dengan diabetes melitus yang SOP dan melakukan pemeriksaan tingkat
mengalami komplikasi berupa neuropati sensitivitas kaki setelah dilakukan senam kaki
diabetik. Menggunakan metode test sebelum diabetes, kemudian pada hari berikutnya
dan sesudah dilakukan latiahn senam kaki peneliti melakukan langkah yang sama sesuai
diabetes. Menggunakan metode dokumentasi, dengan pertemuan pertama, senam ini
yang berupa mendokumentasikan data tentang dilakukan sebanyak 1 kali dalam sehari
kondisi Ny. Y. dengan lama waktu latihan selama 20-30
Alat yang digunakan dalam penelitian menit, kemudian hasil yang didapat
meliputi pedoman wawancara pada pasien, dimasukkan ke dalam lembar observasi pre
lembar observasi pre dan post, alat tulis, dan post tingkat sensitivitas kaki sebelum dan
pedoman melakukan senam kaki diabetes, setelah dilakukan senam kaki diabetes yang
kursi, kertas koran bekas, pedoman dilakukan selama 3 hari yang berlangsung
melakukan pemeriksaan tingkat sensitivtas sejak tanggal 25 Mei- 27 Mei 2019.
kaki dan garputala. Uji keabsahan data/trianggulasi data
Metode pengumpulan data diawali dilakukan dengan menggunakan validasi
dengan memilih satu pasien yang menderita antara perawat (P), klien (A) dan perawat
diabetes melitus, mengalami komplikasi ruangan (B) sebagai sumber dalam menggali
sekunder berupa neuropati diabetikum, cukup informasi, validasi data penelitian untuk
kooperatif, bersedia dijadikan subjek dalam menjamin keabsahan maka perlu dilakukan
penelitian, bersedia menandatangani informed triangulasi, yaitu triangulasi sumber dengan
consent. Pengumpulan data ini dilakukan melakukan cek silang antara klien dengan
selama 3 hari berturut-turut, pada hari perawat ruangan serta melalui rekam medik
pertama peneliti melakukan pengkajian klien, triangulasi metode dengan
menyeluruh tentang masalah yang dihadapi menggunakan observasi apa yang telah
pasien, melakukan kontrak yang telah disampaikan oleh klien dan perawat dalam
disepakati bersama, menjelaskan tentang wawancara.
prosedur yang akan dilakukan dan langkah-
36

HASIL dan nyeri pada kaki dan terjadi kenaikan nilai


Pengambilan responden dilakukan glukosa dalam darah sebesar 356 u/dL.
sejak hari Sabtu tanggal 25 Mei 2019 sampai Subjek A mempunyai riwayat penyakit
hari Senin tanggal 27 Mei 2019, adapun diabetes melitus kurang lebih sejak 2 tahun
kegiatan yang dilakukan sebagai berikut yang lalu dan kedua kalinya Subjek A di
meminta informed consent pada Ny. Y, rawat dengan masalah yang sama, Masalah
melakukan pengkajian, memeriksa pre tingkat pada kedua kakinya sejak satu bulan yang
sensitivitas kaki, melatih senam kaki diabetes lalu, dari hasil pengkajian dan observasi yang
dan memeriksa post tingkat sensitivitas kaki. dilakukan menunjukkan bahwa Subjek A
Responden yang dilibatkan dalam mengalami komplikasi neurophati diabetik
penelitian ini yaitu pasien dengan diabetes yang terjadi pada kedua kakinya yang tak lain
melitus tipe II yang mengalami masalah atau disebabkan oleh adanya komplikasi dari
keluhan pada kaki berupa ngilu, nyeri, penyakit diabetes melitus yang dialaminya.
kesemutan, kebas dan mati rasa, pasien yang Kegiatan pre senam kaki diabetes
mampu berkomunikasi dengan baik, dilakukan dengan pertemuan pertama pada
kooperatif dan bersedia untuk dijadikan tanggal 25 Maret 2019 Pukul 14.00 WIB,
responden dalam penelitian dan telah peneliti menggali dan memeriksa tingkat
menandatangani informed consent yang berisi sensitivitas kaki sebelum dilakukan latihan
persetujuan untuk dilakukan terapi senam senam kaki diabetes pada subjek A
kaki diabetes dan pengukuran tingkat menggunakan pemberian persepsi rangsang
sensitivitas kaki dengan rangsang getar getar dengan garputala, setelah dilakukan
menggunakan garputala. Wawancara pemeriksaan didapati bahwa dari 8 lokasi
dilakukan selama 3 hari berturut-turut dimulai pemeriksaan tingkat sensitivitas kaki yang
pada tanggal 25 Maret 2019 sampai dengan diberikan yaitu pada bagian kedua lutut,
tanggal 27 Maret 2019, dan menetapkan Ny. kedua mata kaki, kedua ujung ibu jari kaki
Y sebagai Subyek A. dan kedua telapak kaki, didapati adanya 4
Subjek A dengan umur 52 tahun, lokasi dimana subjek A belum mampu
beragama Islam, bertempat tinggal di Kota merasakan persepsi rangsang getar yang
Magelang, pekerjaan sebagai ibu rumah diberikan yaitu pada kedua ujung ibu jari kaki
tangga. Subjek A masuk ke rumah sakit pada dan kedua telapak kaki. Hal ini dapat
tanggal 24 Maret 2019, pukul 21.00 WIB, dibuktikan dari kutipan percakapan antara
dengan keluhan badan demam, mengalami subjek A dan peneliti sebagai berikut :
pusing yang berlebih, ngilu kesemutan kebas
37

“Bagian kedua telapak kaki dan kedua pemeriksaan subjek A tidak mampu
ujung ibu jari kaki aku ngga terasa
merasakan getaran pada 4 lokasi pada bagian
apapun mba” (A,46- 48).
kedua telapak kaki dan kedua ujung ibu jari
Dibuktikan dengan hasil observasi kaki.
dari pemeriksaan persepsi rangsang getar Pertemuan ke tiga yang dilakukan
dengan garputala bahwa dari 8 lokasi pada hari Senin tanggal 27 Maret 2019 pukul
pemeriksaan subjek A tidak mampu 14.00 WIB, peneliti menggali dan memeriksa
merasakan getaran pada 4 lokasi pada bagian kembali tingkat sensitivitas kaki sebelum
kedua telapak kaki dan kedua ujung ibu jari dilakukan latihan senam kaki diabetes pada
kaki. subjek A dengan menggunakan pemberian
Kemudian pada pertemuan kedua pada persepsi rangsang getar dengan garputala,
tanggal 26 Maret 2019 pukul 14.00 WIB, setelah dilakukan pemeriksaan didapati bahwa
peneliti menggali dan memeriksa kembali belum terjadi adanya perubahan tingkat
tingkat sensitivitas kaki sebelum dilakukan sensitivitas hal ini dapat dilihat dari setelah
latihan senam kaki diabetes pada subjek A dilakukan pemeriksaan tingkat sensitivitas
menggunakan pemberian persepsi rangsang subkej A belum mampu merasakan pada 4
getar dengan garputala, setelah dilakukan lokasi yang sama saat melakukan
pemeriksaan didapati bahwa belum terjadi pemeriksaan pada waktu pertama dan kedua
adanya perubahan tingkat sensitivitas hal ini kali yaitu pada bagian kedua telapak kaki dan
dapat dilihat dari setelah dilakukan kedua ujung ibu jari kaki kanan dan kiri, hal
pemeriksaan tingkat sensitivitas subjek A ini juga dapat dilihat dari kutipan wawancara
belum mampu merasakan pada 4 lokasi yang yang diungkapkan antara peneliti dan subjek
sama saat melakukan pemeriksaan pada A, sebagai berikut :
waktu pertama kali yaitu pada bagian kedua “Dari kemaren tetep sama saja
mba, telapak kaki dan ujung ibu
telapak kaki dan kedua ujung ibu jari kaki
jari kakinya belum terasa juga”
kanan dan kiri, hal ini juga dapat dilihat dari (A,186- 188).
kutipan wawancara yang diungkapkan antara
Dibuktikan dengan hasil observasi
peneliti dan subjek A, sebagai berikut :
dari pemeriksaan persepsi rangsang getar
“Ini juga belum terasa, masih sama aja
dengan garputala bahwa dari 8 lokasi
telapak kaki sama ujung ibu jarinya
belum bisa terasa” (A,11- 121). pemeriksaan subjek A tidak mampu
merasakan getaran pada 4 lokasi pada bagian
Dibuktikan dengan hasil observasi
kedua telapak kaki dan kedua ujung ibu jari
dari pemeriksaan persepsi rangsang getar
kaki.
dengan garputala bahwa dari 8 lokasi
38

Kegiatan post senam kaki diabetes sebanyak 2 kali dengan lama waktu latihan
dilakukan pertemuan pertama pada tanggal 25 20-30 menit, namun pada pertemuan kedua
Maret 2019, pukul 14.55 WIB, peneliti ini peneliti belum mendapati adanya tanda
menggali kembali tingkat sensitivitas kaki daripeningkatan tingkat sensitivitas kaki,
dengan pemberian persepsi getar dengan dikarenakan hasil pemeriksaan yang di dapat
rangsang garputala setelah dilakukan latihan belum mengalami peningkatan yang ditandai
senam kaki selama 2 kali dengan lama waktu dengan masih adanya 4 lokasi yaitu pada
latihan 20-30 menit didapatkan hasil berupa bagian kedua telapak kaki dan kedua ujung
belum adanya tanda-tanda terjadinya jari kaki yang belum mampu merasakan
peningkatan pada kaki yang ditandai dengan rangsang getar pada saat dilakukan
masih adanya 4 lokasi pada bagian kedua pemeriksaan, hal ini dapat dilihat dari kutipan
telapak kaki dan kedua ujung ibu jari kaki percakapan antara peneliti dan subjek A
yang belum mampu merasakan persepsi sebagai berikut :
rangsang getar pada saat dilakukan “Kok masih belum terasa semuanya ya
mba, telapak kakinya belum ujung
pemeriksaan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
jari kakinya juga tidak terasa” (
percakapan yang diperoleh antara peneliti dan A,148- 149).
subjek A, sebagai berikut :
Dibuktikan dengan hasil observasi
“Masih sama saja mba, kedua telapak
dari pemeriksaan persepsi rangsang getar
kakiku dan kedua ujung ibu jari kakiku
masih belum terasa apa-apa”(A, 86- 88). dengan garputala bahwa dari 8 lokasi
pemeriksaan subjek A tidak mampu
Dibuktikan dengan hasil observasi
merasakan getaran pada 4 lokasi pada bagian
dari pemeriksaan persepsi rangsang getar
kedua telapak kaki dan kedua ujung ibu jari
dengan garputala bahwa dari 8 lokasi
kaki.
pemeriksaan subjek A tidak mampu
Pertemuan ke tiga pada hari Senin
merasakan getaran pada 4 lokasi pada bagian
tanggal 28 Maret 2019, pukul 14.55 WIB,
kedua telapak kaki dan kedua ujung ibu jari
peneliti menggali dan memeriksa kembali
kaki.
tingkat sensitivitas kaki subjek A setelah
Pertemuan kedua pada tanggal 26
dilakukan senam kaki sebanyak 5 kali selama
Maret 2019, pukul 14.55 WIB, peneliti
3 hari dengan lama waktu 20-30 menit setiap
menggali dan memeriksa kembali tingkat
kali latihan, dan didapatkan hasil terjadi
sensitivitas kaki dengan pemberian persepsi
adanya perubahan jumlah lokasi yang belum
rangsang getar menggunakan garputala,
mampu merasakan getaran pada saat
setelah dilakukan senam kaki diabetes
dilakukan pemeriksaan, yaitu semula tidak
39

mampu merasakan rangsang getar pada 4 pemeriksaan tingkat sensitivitas kaki


lokasi yaitu pada bagian kedua telapak kaki dengan pemberian rangsang getar dengan
dan kedua ujung jari kaki, menjadi 3 lokasi garputala, yaitu dibagian kedua telapak
yang tidak mampu merasakan rangsang getar kaki dan kedua ujung ibu jari kanan dan
yaitu pada bagian telapak kaki kiri, dan kedua kiri. Sebagaimana yang diungkapkan
ujung ibu jari kaki. Hal ini juga dapat dilihat antara peneliti dan subjek A bahwa pada
dari kutipan antara peneliti dan subjek A, saat diberi rangsang getar bagian telapak
sebagai berikut : kaki kedua dan kedua ujung ibu jari kaki
“Mba, kalo sekarang bagian telapak belum mampu merasakan rangsang getar
kaki kananku sudah terasa, tapi
pada saat dilakukan pemeriksaan.
telapak kaki kiri sama kedua ujung
ibu jari kakinya masih sama aja Penurunan tingkat sensitivitas ini
belum terasa mba, berarti sekarang
disebabkan oleh beberapa permasalahan
ada 3 lokasi yang aku belum mampu
ngrasain ya mba” (A, 219- 221). yang ditemui dalam penelitian ini salah
satunya bahwa subjek A merasakan nyeri,
Dibuktikan dengan hasil observasi dari
kesemutan, kebas, rasa terbakar dan mati
pemeriksaan persepsi rangsang getar dengan
rasa pada kedua kaki.
garputala bahwa dari semula 4 lokasi yang
Hal ini sesuai dengan pendapat para
belum mampu merasakan rangsang getar
ahli yang menyatakan penurunan tingkat
menjadi 3 lokasi yang belum mampu
sensitivitas disebabkan karena pada
merasakan rangsang getar pada bagian telapak
penderita diabetes melitus biasanya
kaki kiri dan kedua ujung ibu jari kaki
mengalami perubahan fisiologis yang
berupa terjadinya hiperglikemi jaringan,
PEMBAHASAN pada saat plasma darah tidak terkontrol
1. Pre tingkat sensitivitas kaki pada Ny. Y dengan baik hal itulah yang menyebabkan
dengan diabetes melitus setelah dilakukan viskositas atau kekentalan pada darah
senam kaki diabetes meningkat sehingga menyebabkan aliran
Pada pre senam kaki diabetes darah menjadi lambat, dimana hal ini
didapatkan hasil wawancara dengan mampu menyebabkan penurunan potensial
informan subjek A bahwa tingkat pertukaran oksigen yang menyebabkan
sensitivitas kaki sebelum dilakukan senam shunting darah yang kaya akan oksigen
kaki diabetes terdapat 4 lokasi yang belum menjauhi permukaan kulit, dan mampu
mampu merasakan pemberian persepsi mempersempit aliran darah pada kaki
rangsang getar pada saat dilakukan yang memicu terjadinya penurunan
40

kemampuan kepekaan pada kaki (Sigit, dilakukannya latihan jasmani berupa


2012). pemberian senam kaki diabetes.
2. Post tingkat sensitivitas kaki pada Ny. Y Hal ini sesuai dengan pendapat para
dengan diabetes melitus setelah dilakukan ahli dimana pada saat seseorang
senam kaki diabetes melakukan latihan jasmani maka akan
Sesudah melakukan senam kaki terjadi suatu perubahan pada otot kecil di
didapatkan hasil wawancara oleh peneliti bagian kaki menjadi mudah berkontraksi ,
terhadap infoman subjek A, didapatkan kontraksi otot itulah yang mampu
data bahwa setelah dilakukan latihan membantu terbukanya kanal ion yang
senam kaki diabetes sebanyak 5 kali dapat mempermudah aliran penghantar
selama 3 hari dengan lama latihan 20-30 pada impuls saraf, terjadi pula perubahan
menit, didapatkan terjadi adanya pada sirkulasi darah yang membantu jala-
peningkatan sensitivitas kaki yang ditandai jala kapiler lebih mudah terbuka kondisi
dengan terjadinya penurunan lokasi ini mampu mempermudah sistem saraf
rangsang getar pada saat dilakukan untuk menerima nutrisi dan oksigen yang
pemeriksaan sensitivitas kaki berfungsi untuk meningkatkan sistem saraf
menggunakan garputala, dari semula 4 (Nuari, 2017).
lokasi yang belum mampu merasakan Setelah dilakukan latihan senam kaki
rangsang getar menjadi 3 lokasi yang diabetes sebanyak 5 kali selama 3 hari
belum mampu merasakan rangsang getar pertemuan mendapatkan hasil bahwa
yaitu pada bagian telapak kaki kiri dan adanya peningkatan tingkat sensitivitas
kedua ujung ibu jari kaki, sebagaimana kaki yang ditandai dengan adanya
yang diungkapkan antara peneliti dan penurunan jumlah lokasi yang tidak dapat
subjek A bahwa telapak kaki bagian merasakan persepsi getar dengan garputala
kanannya sudah mampu merasakan yaitu pada bagian telapak kaki kiri dan
rangsang getar pada saat dilakukan kedua ujung ibu jari.
pemeriksaan menggunakan garputala,
sedangkan pada bagian telapak kaki kiri SIMPULAN
dan kedua ujung ibu jari kaki belum
Terdapat adanya peningkatan
mampu merasakan getaran pada saat
sensitivitas kaki pada subjek A setelah
dilakukan pemeriksaan, hal ini disebabkan
dilakukan senam kaki diabetes sebanyak 5
karena adanya manfaat yang baik dari
kali selama 3 hari, meskipun hasil yang dapat
didapatkan perlu adanya waktu dan
41

ketlatenan pada saat melakukan latihan senam Elny Lorensi Silalahi, Surita G., dkk. 2015.
Pengaruh Senam Kaki Terhadap
kaki diabetes.
Sensitivitas Kaki Pada penderita
Diabetes Melitus Di Puskesmas
Medan Tuntungan. Dari
UCAPAN TERIMA KASIH
http://media.neliti.com. Diakses
Dalam hal ini penulis mengucapkan tanggal 21 Februari 2019.
terima kasih kepada Direktur Akper Karya Erika Emnira, Pomarida S., dkk. 2018.
Bhakti Nusantara Magelang Ketua Yayasan Pengaruh Senam Kaki Terhadap
Penurunan Neuropati Pada Pasien
Karya Bhakti Magelang dan Ketua Lembaga Dengan Luka Kaki Diabetik di ASRI
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang Wound Care Medan. Dari http://e-
journal.sari-mutiara.ac.id. Diakses
telah memberikan dukungan moril maupun tanggal 22 Februari 2019.
materiil dalam penyelesaian publikasi ini.
Kushariyadi & Setyoadi. 2011. Terapi
Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA
Medika.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan
American Diabetes Association (ADA). Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
2011.Diagnosis And Classification Of Medika.
Diabetes Mellitus Position Statement.
Diabetes Care, 33: 1. Perkeni. 2002. Konsensus Pengelolaan
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia.
Anneahira. 2011. Senam Kaki Diabetes. Dari Jakarta: PB Perkeni.
http://www.anneahira.com/Senam-
kaki-diabetes.html. Diakses tanggal 19 Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan Dan
Februari 2019. Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
Di Indonesia. Dari http://perkeni.net/.
Dendi. Rusandi, Prabowo Tri., dkk. 2014. Diakses tanggal 19 Februari 2019.
Pengaruh Senam Kaki Terhadap
Tingkat Sensitivitas Kaki Dan Kadar Price, Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep
Gula Darah Pada Penderita Diabetes Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi.
Melitus Di Kelurahan Banyuraden 6. Jakarta: EGC.
Gamping Sleman. Dari Setiawan, Yahmin. 2013. Senam Kaki Untuk
http://repository.unjaya.ac.id/. Diakses Penderita Diabetes Melitus. Dari
tanggal 21 Februari 2019. http://www.ikc.or.id. Diakses tanggal
Dorland, 2010. Kamus Kedokteran. Jakarta: 22 Februari 2019.
EGC. Smeltzer, Suzane C., and Bare., Brenda G.,
Eko Endriyanto, Yesi H., dkk. 2013. 2008. Buku Ajar Kesehatan Medical
Efektifitas Senam Kaki Diabetes Bedah. Edisi 8. Jakarta: Buku
Melitus Dengan Koran Terhadap Kedokteran EGC.
Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Pasien Soegondo, S. 2011. Hidup Secara Mandiri
Diabetes Melitus Tipe 2. Dari Dengan Diabetes Mellitus Kencing
http://respiratory.Unri.ac.id/bitstream. Manis Sakit Gula. FKUI. Jakarta.
Diakses tanggal 9 Februari 2019.
42

Soeswondo. 2006. Ketoasidosis Diabetik. Widianti. 2010. Senam Kesehatan Aplikasi


Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Senam Untuk Kesehatan. Medical
Dalam. Edisi Keempat Jilid III. Book: Nuha Medika.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Wibisono, 2009. Senam Khusus Untuk
Universitas Indonesia. Penderita Diabetes. Dari
http://senamkaki.com. Diakses tanggal
Tandra, H. 2008. Segala Sesuatu Yang Harus 20 Februari 2019.
Anda Ketahui Tentang Diabaetes.
Jakarta: Gramedia.

Waspadji, Sarwono. 2009. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Edisi Kelima Jilid
III. Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai