PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan
(Price & Wilson, 2014). Tipe DM dibagi menjadi dua tipe, yaitu DM tipe 1 dan tipe 2
(Christensen & Kockrow, 2011). DM tipe I yaitu sel beta tidak dapat memproduksi
insulin dan DM tipe 2 yaitu tubuh tidak cukup memproduksi insulin untuk menjaga gula
darah dalam batas normal (Erzin & Kowalski, 2011). DM tipe 2 ini merupakan penyakit
yang paling banyak ditemukan di masyarakat yaitu 90-95% kasus (Ashar, Miller, &
Sisson, 2016).
meningkat setiap tahunnya dimana jumlah DM pada tahun 2017 meningkat menjadi 425
juta dari tahun sebelumnya yaitu 415 juta. Indonesia menduduki peringkat ketujuh
untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia dengan jumlah 10 juta kasus pada
tahun 2017 (IDF, 2017). Kejadian DM di Kota Pekanbaru meningkat dari tahun ke
tahun, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru jumlah seluruh penderita
DM tercatat 12.307 jiwa pada tahun 2015 dan meningkat menjadi 13.981 jiwa pada
Kejadian DM yang terus meningkat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat
seperti makan makanan yang berkalori tinggi dan kurang olahraga sehingga
menyebabkan pankreas bekerja keras dan kelelahan, faktor genetis, penggunaan obat
yang dapat menaikkan gula darah, kegemukan, dan kelebihan lemak tubuh (Cahyono,
2012).
1
2
Hasneli (2009) dalam penelitiannya “The effect of health belief model on dietary
jumlah penderita DM disebabkan karena gaya hidup masyarakat Kota Pekanbaru yang
mayoritas bersuku Minang dan Melayu yang kurang sehat sehingga meningkatkan
kolesterol akibat makanan berminyak, bersantan, dan kurang mengonsumsi sayur dan
buah.
Pola makan tinggi lemak dan kalori serta rendah serat (seperti fast food) dapat
sebagai pemicu timbulnya penyakit DM atau penyakit degeneratif lainnya (Umar et al,
2013), sehingga penderita DM harus bisa melakukan diet sehat dan seimbang, olahraga
teratur, menjaga berat badan, dan usaha mengendalikan gula darah agar tidak terjadi
Komplikasi DM timbul karena gula darah yang tidak terkontrol dengan baik
yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh darah sehingga menjadi kaku atau
yaitu komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar sehingga
hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki (Krisnatuti, Yenrina, & Rasjmida 2014).
Gangren ini terjadi karena penyumbatan pembuluh darah besar di ekstremitas bawah
sehingga banyak pasien DM yang harus kehilangan kaki karena harus diamputasi
Amputasi kaki tidak akan terjadi jika penyandang DM bisa mengontrol kadar gula
darah dengan baik. Salah satu caranya yaitu dengan berolahraga. Olahraga sangat
penting karena olahraga dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan
pembakaran glukosa dan peningkatan kadar insulin, sebagai contoh olahraga ringan
3
dilakukan dengan berjalan kaki biasa selama 30 menit, olahraga sedang dengan berjalan
kaki cepat selama 20 menit, atau olah raga berat misalnya jogging (Cahyono, 2012).
Olahraga lain yang dapat dilakukan untuk mengontrol gula darah tersebut adalah senam
kaki. Senam kaki dapat membantu memperlancar sirkulasi darah ke kaki dan
Penelitian yang dilakukan oleh Rusli & Farianingsih (2015) tentang senam kaki
diabetes menurunkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 didapatkan bahwa
ada pengaruh kuat senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes melitus tipe 2 setelah dilakukan uji statistik wilcoxon signed rank test.
Senam kaki dapat dilakukan dengan menggunakan tempurung kelapa karena mampu
meningkatkan sensitifitas kaki pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (Hasneli, Natalia, &
Novayelinda, 2015).
Penelitian tentang efektifitas pijat kaki apiyu terhadap sensitivitas kaki pada pasien
DM tipe 2 yang dilakukan oleh Hasneli (2015) didapatkan hasil bahwa responden yang
diberikan terapi pijat kayu (Apiyu) mengalami peningkatan sensitivitas kaki dengan p
value= 0,002. Pijat refleksi berperan dalam mengirim sinyal sepanjang saraf yang dapat
menstimulasi fungsi organ termasuk pankreas (Andrews & Dempsey, 2011). Penelitian
yang dilakukan selama 3 hari oleh Agustina, Hasneli, dan Novayelinda (2017) tentang
efektifitas pelatihan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) terhadap sensitivitas kaki
pasien DM tipe 2 didapatkan bahwa ada peningkatan sensitifitas kaki yang signifikan
Alat pijat kayu (Apiyu) yang digunakan sebagai pijat refleksi pada telapak kaki
dapat memberikan rangsangan pada titik-titik saraf yang berhubungan dengan pankreas
agar menjadi aktif untuk merangsang pengeluaran insulin, sehingga senam kaki alat
pijat kayu (Senayu) ini sangat bermanfaat jika dilakukan secara mandiri di rumah untuk
4
kesehatan dan mencegah komplikasi DM. Agar senam kaki alat pijat kayu (Senayu)
dapat dilakukan secara mandiri dan lebih efektif serta sesuai dengan tujuan, maka
diperlukan strategi yang tepat, menarik, dan mudah diterima oleh sasaran. Salah satunya
adalah dengan melakukan senam tersebut melalui tutorial media audiovisual. Media
audiovisual merupakan jenis media yang menyajikan informasi atau konten yang
melibatkan suara (stimulasi pendengaran) dan juga gambar (stimulasi visual) (Flood,
Pengetahuan yang ada pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui
pancaindera. Semakin banyak pancaindera yang digunakan, semakin banyak dan jelas
pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Menurut penelitian para ahli,
pancaindera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang
lebih 75% sampai 87%), sedangkan 13% sampai 25% pengetahuan manusia diperoleh
Penelitian yang dilakukan oleh Guthes, Purnomo, & Kresnadi (2013) tentang
pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap hasil belajar roll depan pada senam
lantai didapatkan bahwa rata-rata hasil skor belajar siswa yang menggunakan media
audiovisual sebesar 70 lebih tinggi dibandingkan menggunakan buku ajar sebesar 57,
6724. Efektivitas media audiovisual tergolong tinggi (ES= 1,88) dan memberikan
Penelitian yang dilkukan oleh Oktaviandi, Kaswari, dan Supriatna (2014) tentang
pengaruh media audiovisual terhadap forward roll dan back roll senam lantai juga
didapatkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar forward roll dan back roll dengan
hasil sebesar 59, 36% untuk peningkatan teknik dasar forward roll dan 87, 34% untuk
responden DM tipe 2 mengatakan mengalami kesemutan dan kebas pada kaki. 3 dari 10
mengatakan belum pernah melakukan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) melalui
tutorial media audiovisual. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Efektivitas pelaksanaan senam kaki alat pijat kayu
(senayu) melalui tutorial media audiovisual terhadap kadar gula darah dan tingkat
B. Rumusan Masalah
seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, gagal ginjal, gangguan penglihatan,
dan gangren pada kaki. Gangren pada kaki terjadi karena sirkulasi darah yang tidak
baik, untuk mengatasi hal itu maka bisa dilakukan dengan senam kaki menggunakan
alat pijat kayu. Senam kaki dengan alat pijat kayu akan merangsang pengeluaran insulin
dan memperlancar peredaran darah. Agar senam kaki alat pijat kayu (Senayu) dapat
dilakukan secara mandiri dan lebih efektif serta sesuai dengan tujuan, maka diperlukan
strategi yang tepat, menarik, dan mudah diterima oleh sasaran. Salah satunya adalah
dengan melakukan senam tersebut melalui tutorial dari media audiovisual. Berdasarkan
penjelasan di atas maka peneliti membuat rumusan masalah yaitu “Apakah pelaksanaan
senam kaki alat pijat kayu (Senayu) melalui tutorial media audiovisual efektif terhadap
penurunan kadar gula darah dan peningkatan sensitivitas kaki pasien diabetes melitus
tipe 2?”.
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan senam
kaki alat pijat kayu (Senayu) melalui tutorial media audiovisual terhadap kadar gula
2. Tujuan Khusus
b. Mengidentifikasi kondisi sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada kelompok
media audiovisual
c. Mengidentifikasi kondisi sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada kelompok
media audiovisual
kelompok kontrol.
kelompok kontrol
D. Manfaat Penelitian
Sebagai tambahan informasi bagi petugas kesehatan tentang manfaat tutorial media
audiovisual dan manfaat terapi senam kaki alat pijat kayu (Senayu) untuk pasien
DM tipe 2.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu motivasi untuk
Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data,
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Diabetes Melitus
a. Pengertian DM
telah berkembang penuh secara klinis, maka Diabetes Melitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial (Price & Wilson, 2014). Gejala yang
timbul adalah akibat kurangnya sekresi insulin atau ada insulin yang cukup,
Tabel 1
Kadar Glukosa
b. Etiologi DM
1) DM tipe 1
a) Autoimun
8
9
lebih dari 90% sel-sel beta menjadi rusak (Price & Wilson, 2014).
b) Genetik
2) DM tipe 2
DM tipe 2 mempunyai pola familial yang kuat, indeks untuk diabetes tipe
tipe 2 pada saudara kandung mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya.
Transmisi genetik adalah paling kuat dan contoh terbaik terdapat dalam
yang diturunkan dengan pola autosomal dominan. Jika orang tua menderita
diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1, dan
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
akhirnya, timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insulin yang
c. Klasifikasi DM
1) DM tipe 1
memproduksi insulin. Akibatnya insulin kurang atau tidak ada sama sekali.
bergantung pada insulin. DM ini disebut juga juvenile diabetes karena terjadi
pada umur yang muda. DM tipe 1 biasanya adalah penyakit autoimun, yaitu
penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh
bahwa kerusakan pankreas adalah akibat pengaruh genetik, infeksi virus, dan
2) DM tipe 2
DM tipe ini paling sering dijumpai. Biasanya terjadi pada umur diatas 40
tahun, tetapi bisa juga timbul pada umur diatas 20 tahun. Sekitar 90-95 %
di hati, dll. DM tipe 2 juga dapat terjadi karena sel-sel jaringan tubuh dan otot
pasien resisten sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan akhirnya
tertimbun dalam peredaran darah, umumnya terjadi pada psien yang obesitas.
3) DM pada kehamilan
DM yang muncul hanya pada saat hamil disebut sebagai diabetes tipe
ini terjadi pada 2-5 % kehamilan. Biasanya baru diketahui setelah kehamilan
pada umumnya glukosa darah akan kembali normal. Namun, lebih dari
Diabetes yang lain yaitu diabetes sekunder atau akibat dari penyakit lain,
a) Pankreatitis
e) Malnutrisi
f) Infeksi
d. Patofisiologi DM
Kekurangan insulin ini bisa absolut apabila pankreas tidak menghasilkan sama
sekali insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup,
lemak.
DM salah satu penyakit yang sulit dimengerti oleh pasien DM dan pemberi
glukosa, lemak, dan asam amino dari peredaran darah dengan insulin. Hepar
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, yang lain disimpan dalam sel otot
dan sel lemak. Cadangan ini (glikogen) dapat diubah kembali menjadi glukosa
apabila diperlukan.
darah sudah mencapai kadar “ambang ginjal”, yaitu 180 mg/dl pada ginjal yang
normal. Kadar glukosa 180 mg/dl, ginjal sudah tidak bisa mereabsorbsi glukosa
dan filtrat glomerulus sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air, osmotik
hilangnya banyak air dan elektrolit lewat urin, terutama natrium, klorida, kalium
dan fosfat. Hilangnya air dan natrium akan mengakibatkan sering merasa haus
dan peningkatan asupan air (polidipsia). Karena sel tubuh juga mengalami
kekurangan bahan bakar, pasien merasa lapar dan ada peningkatan asupan
mengakibatkan banyak kalori yang hilang dan berat badan pasien menurun
e. Manifestasi klinis DM
plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat.
14
Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka
Rasa lapar yang semakin besar diakibatkan oleh kehilangan kalori dari tubuh.
3) Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (DM tipe 1), lemah, somnolen
4) Lemah badan, kesemutan, gatal, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk
jarum, kulit terasa tebal, kram, pandangan kabur, disfungsi ereksi pada pria,
f. Komplikasi DM
1) Mikrovaskuler
khas dari DM. Gambaran khas berupa penebalan difus membran basal kapiler
saraf perifer (neuropati), kulit, dan otot skelet merupakan organ yang
umumnya terkena.
15
a) Nefropati
c) Retinopati
2) Makrovaskuler
ekstremitas serta insufiensi serebral dan stroke. Jika yang terkena adalah
arteria koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark
miokardium.
16
darah yang disebut glucometer. Glucometer ini menggunakan reagen kering dan
menggunakan darah kapiler yang diambil dari ujung jari tangan. Hasil
pemeriksaan menggunakan alat ini dapat dipercaya jika kalibrasi alat dilakukan
dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan yang dianjurkan (Dalimartha &
Adrian, 2012).
darah berada pada kisaran yang tepat. Umumnya glucometer memiliki rentang
Gambar 1
Glucometer
h. Pemeriksaan Neuropati
sederhana dan cukup sensitif untuk menegakkan diagnosis pasien yang memiliki
perifer. Jika pasien tidak dapat merasakan sentuhan nilon monofilamen maka
monofilamen adalah sisi plantar (area metatarsal tumit dan di antara metatarsal
Gambar 2
Monofilamen
Menurut Kowalak, Wels, dan Mayer (2011) terapi yang efektif bagi semua
komplikasi.
1) DM tipe 1
Terapi insulin, perencanan makan, dan latihan fisik. Terapi insulin meliputi
regular (RI) lebih dari satu kali perhari serta penyuntikan insulin sub kutan
2) DM tipe 2
kebutuhan gizi, mengendalikan kadar glukosa serta lipid darah, mengatur berat
badan yang tepat, menurunkan berat badan atau diet tinggi kalori sesuai tahap
3) DM pada kehamilan
medik, suntikan insulin jika kadar glukosa tidak bisa dicapai dengan diet
2. Senam Kaki
Kaki adalah salah satu bagian tubuh yang harus mendapatkan perhatian yang
ekstra bagi penderita DM. luka pada kaki umumnya bisa menjadi masalah
pengendalian kadar gula darah atau gaya hidup, tetapi juga menjaga kesehatan
organ tubuh terutama bagian kaki untuk menghindari terjadinya amputasi akibat
19
luka yang sulit sembuh. Tingginya kadar glukosa darah yang tidak ditangani
dalam waktu yang lama dapat menimbulkan masalah pada kaki, yaitu kerusakan
sakit, panas, atu dingin sehingga tidak menyadari luka yang terjadi (Kurniadi &
Nurrahmi, 2015).
darah ke kaki dan menghindari kekakuan otot (Sutedjo, 2014). Kaki diabetik
melakukan latihan jasmani atau senam kaki sesuai dengan kondisi dan
kemampuan tubuh. Senam kaki diabetes adalah pencegahan tersier yang paling
sirkulasi darah pada pasien DM dan memperkuat otot-otot kecil kaki serta
alat bantu pijat, media bara api, ada pula menggunakan minyak sebagai pelicin
(Putra, 2013). Senam kaki alat pijat kayu merupakan senam kaki diabetik yang
menggunakan alat pijat kayu sebagai alat bantu dalam pemijatannya, sehingga
melakukan senam kaki alat pijat kayu diharapkan efektif terhadap peningkatan
Penelitian yang dilakukan pada oleh Hasneli (2017) tentang identifikasi dan
analisis sensitivitas kaki dan glukosa darah pada pasien diabetes setelah
melakukan terapi pijat kaki alat pijat kayu didapatkan bahwa dari 50 responden
nilai minuman dan maksimum untuk kaki kiri adalah 1 dan 10 dan untuk kaki
20
kanan adalah 1 dan 9. Serta dari 50 responden yang dilakukan pengukuran gula
darah puasa didapatkan median adalah 320 mg/dl dengan nilai minum dan
Alat pijat kayu yang didesain oleh Hasneli (2015) yang diberi nama Alat pijat
bawah telapak kaki. Selain yang digunakan untuk bagian kaki, tangan dan organ
lainnyapun juga bisa menggunakan alat ini. Alat ini sangat mudah digunakan.
Alat pijat kayu memiliki panjang 11 cm dengan diameter bagian bawah 5 cm.
bagian atas kayu dibuat runcing agar memudahkan pengguna untuk mencapai
titik saraf yang bermasalah sesuai dengan organ target pada area refleksi. Pada
bagian bawah terdapat 12 ruas kayu dan bergigi dengan ukuran yang berbeda.
telapak kaki responden dan merangsang sensitivitas kaki (Agustina, Hasneli, &
Novayelinda, 2017).
3. Pijat refleksi
manusia. Ilmu pijat refleksi yang dikenal dengan refleksiologi dapat diartikan
pasien (Hayuaji, 2016). Pijat refleksi adalah suatu metode mengobati penyakit
melalui pusat urat saraf yang terhubung ke dalam organ-organ tubuh tertentu
(Sulasmono, 2016).
Prinsip pijat refleksi adalah penyembuhan melalui refleks seluruh tubuh yang
Peredaran darah yang tidak lancar merupakan salah satu penyebab timbulnya
mengeluarkannya.
2) Memberikan relaksasi
Kegiatan yang padat menyebabkan pikiran dan tubuh menjadi tegang. Pijat
refleksi dapat mengatasi rasa nyeri, mual, muntah, serta kecemasan pasien
Daerah refleksi diartikan sebagai titik pusat urat-urat saraf yang ada di
seluruh bagian tubuh. Titik tersebut tersebar di seluruh bagian tubuh seperti
tangan, kaki, kepala, telinga, dan bagian tubuh lainnya. Titik-titik refleksi
tubuh. Tubuh kita terdapat jalur meridian. Jalur meridian adalah jalur yang
organ, otot, dan bagian tubuh lainnya (Wijayanti, 2009). Misalnya, titik-tiktik
refleksi pada tangan atau kaki berhubungan dengan organ-organ tubuh seperti
Sebagai simbol dari pijat refleksi, kaki adalah bagian tubuh yang memiliki
titik refleksi paling banyak, yaitu sekitar 70 titik. Titik refleksi pada kaki
tersebar diseluruh bagian kaki meliputi bagian samping kaki, punggung kaki,
dan telapak kaki. Titik refleksi tersebut berhubungan dengan organ-organ seperti
tubuh di kaki. Kaki sebelah kiri berhubungan dengan tubuh bagian kiri begitu
23
juga sebaliknya dengan kaki kanan (Adiguna, 2016). Area titik refleksi untuk
Gambar 3
Titik refleksi pada telapak kaki
TITIK 17
Sumber: www.refleksibatam.com
24
Keterangan:
Pemijatan pada daerah refleksi bisa melancarkan peredaran darah pada organ
yang bersangkutan (Ruhito & Mahendra, 2009). Pijat refleksi dapat memberikan
Menurut Hasneli (2016) berikut tahapan dalam melakukan senam kaki alat
5) Letakkan tumit di lantai, angkat jari-jari kaki ke atas kemudian jari-jari kaki
6) Letakkan tumit di lantai, bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
7) Luruskan salah satu kaki dan angkat sebatas lutut kemudian jari-jari kaki
8) Luruskan kedua kaki dan angkat sebatas lutut kemudian pergelangan kaki
9) Dalam posisi yang sama pergelangan diputar 360 sebanyak 10 kali selama
2 menit
10) Luruskan kedua kaki angkat sebatas lutut kemudian turunkan ke bawah
11) Oleskan minyak zaitun dimulai dari lutut sampai ke ujung kaki secukupnya
selama 1 menit
12) Masase dari jari-jari sampai pada pergelangan kaki selama 1 menit secara
bergantian
13) Lakukan masase telapak kaki dari arah bawah ke atas selama 1 menit
14) Masase telapak kaki dan jari-jari kaki lakukan selama 1 menit
15) Lakukan tekanan menggunakan alat pijat kayu (alat pijat kayu) posisi tegak
lurus sampai masuk ½ cm pada setiap titik refleksi, lalu gerakkan maju
belajar mengajar, teknik diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didik terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang peserta didiknya tergolong aktif dengan kelas yang peserta didik
nya tergolong pasif. Dalam hal ini guru pun dapat bergonta-ganti teknik meskipun
pengajaran terdiri dari peserta didik, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide
dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan
peserta didik dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemampuannya
Tabel 2
Hubungan antara Metode dan Teknik Pembelajaran
Jadi, teknik pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang
pengajar untuk melaksanakan metode yang dipilih dalam proses pembelajaran dan
pembimbing.
28
dan motivasi agar para peserta didik belajar secara efisien dan efektif.
b. Fungsi Tutorial
penguasaan materi modul, cara belajar, sikap dan perilaku yang secara tak
c. Tujuan Tutorial
Menutut (Wlodkowski & Jaynes, 2004), kegiatan tujuan kegiatan tutorial adalah:
1) Tutorial Konsultasi. Dalam metode ini peserta didik dan guru bertemu secara
teratur. Pada pertemuan itu peserta didik membaca sebuah kertas karya dan
serta persiapan yang baik dari peserta didik. Tanpa itu semua, tutorial
pengajar dengan efisien dalam usaha membantu para peserta didik yang
kemampuanya tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan belajar siswa yang lain
2) Jika tetap akan dilaksanakan, diperlukan teknik mengajar dalam tim atau
team teaching dengan pembagian tugas diantara anggota tim, seorang guru
6. Media Audiovisual
yang tinggi daripada media visual saja atau audio saja. Jenis media audiovisual
Film adalah suatu cabang seni yang menggunakan audio (suara) dan
sebagai penyimpannya. Tetapi, saat ini sebuah film cerita dapat di produksi
tanpa menggunakan selluloid. Pada tahap produksi gambar yang telah diedit
dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel.
Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan pada media selluloid, analog,
mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah
dengan disertai suara. Secara empiris kata video berasal dari sebuah
singkatan yang dalam bahasa inggris yaitu visual dan audio. Kata vi adalah
singkatan dari visual yang berarti gambar, kemudian pada kata deo adalah
dasarnya video adalah mengubah suatu idea tau gagasan menjadi sebuah
alur cerita baik yang bersifat non fiksi atau fiksi, kalau video tidak memiliki
alur cerita.
32
tulisan. Video juga membuat seseorang belajar mandiri dan bebas tanpa
cara yang benar dalam berwudhu, praktik sholat fardhu, dan sebagainya.
f) Video juga dapat digunakan sebagai tampilan nyata dari suatu adegan,
g) Film dan video dapat diberikan pada semua kelompok, seperti kelompok
a) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu
yang lebih panjang. Tetapi hal ini bisa diatasi jika film atau video
tersebut diproduksi oleh organisasi tertentu dan dalam jumlah yang besar.
2) Televisi
gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini mengubah
kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar
televisi tersebut.
saat disiarkan akan berjalan terus sehingga tidak ada kesempatan untuk
peserta didik.
d) Kadang bisa terjadi distorsi warna atau gambar akibat kerusakan atau
gangguan magnetik.
adalah media yang menampilkan audio dan juga visual yang berisi pesan-pesan
pembelajaran baik konsep, prinsip, prosedur, teori, dan aplikasi untuk membantu
Jadi, tutorial media audiovisual adalah penayangan gambar hidup oleh seorang
pengajar untuk membantu dalam pemahaman terhadap suatu materi tertentu kepada
mempermudah tugas para trainer, instruktur, guru, dan dosen untuk menjelaskan
secara detail suatu proses tertentu. Contoh suatu proses tertentu tersebut seperti cara
latihan, cara pengerjaan tugas, dan sebagainya (Al-Firdaus, 2010). Tutorial melalui
media audiovisual juga dapat memberikan motivasi belajar mandiri bagi peserta
didik tersebut.
pembelajaran video tutorial terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
gambar teknik program keahlian teknik kendaraan ringan SMK Piri 1 Yogyakarta
35
didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif melalui tutorial video terhadap
prestasi siswa. Peningkatan prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan media modul.
Penelitian yang dilakukan oleh Pawaka, Budiman, dan Ali (2017) tentang
pada siswa kelas V SDN Cibogo Walet didapatkan bahwa ada peningkatan
senam lantai.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau
teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Kerangka konsep terdiri dari variabel-
variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Peneliti akan mempunyai
Skema 1
Kerangka Konsep
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Input Output
C. Hipotesis
dibuktikan melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Hipotesis ini dapat benar atau
salah dan dapat diterima atau ditolak setelah dibuktikan melalui hasil penelitian
(Setiadi, 2013).
Pelaksanaan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) melalui tutorial media audiovisual
tidak efektif terhadap peningkatan sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe
Pelaksanaan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) melalui tutorial media audiovisual
tidak efektif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2
Pelaksanaan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) melalui tutorial media audiovisual
efektif terhadap peningkatan sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2
Pelaksanaan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) melalui tutorial media audiovisual
efektif terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa oleh
peneliti untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian tersebut (Setiadi, 2013).
Quasi Experiment. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang timbul
karena adanya perlakuan tertentu dengan cara melibatkan kelompok kontrol selain
atau acak (setiadi, 2013). Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ini akan
dilakukan pre test untuk mengetahui keadaan awal lalu dilakukan post test setelah diberi
perlakuan untuk melihat efek dari perlakuan tersebut. Berikut gambaran rancangan
tersebut:
Tabel 3
Rancangan Penelitian
Pretest Perlakuan Posttest
Kelompok Eksperimen 01 X 02
Kelompok Kontrol 01 - 02
Keterangan:
01: Pengukuran kadar gula darah dan sensitivitas kaki sebelum melakukan senam kaki
kontrol.
02: Pengukuran kadar gula darah dan sensitivitas kaki setelah melakukan senam kaki
kontrol
37
38
1. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dimulai dari persiapan riset pada bulan Februari 2018
hingga bulan Mei 2018 dan pelaksanaan penelitian hingga seminar hasil riset yaitu
dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2018. Jadwal Penelitian secara lengkap
Tabel 4
Proses Kegiatan dan Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
Tenayan Raya dengan jumlah kunjungan pasien terbanyak. Berdasarkan data dari
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah umum yang terdiri atas seluruh objek atau subjek yang
bisa berbentuk orang dan objek benda-benda alam lainnya yang memiliki karakter
atau sifat tertentu dengan kriteria yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
adalah pasien DM Tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Rejosari pada tahun 2017 yaitu
2. Sampel Penelitian
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dipilih dengan syarat dan
populasi (Kasjono & Yasril, 2009; Setiadi, 2013). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah Purposive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti. Teknik
karakteristik umum subjek penelitian dari populasi target yang terjangkau yang akan
diteliti. Kriteria inklusi ini ditentukan dengan pedoman pertimbangan ilmiah (Setiadi,
dalam penelitian eksperimental jumlah sampel minimal yang harus dipenuhi adalah
sebanyak 30 responden. Supaya besar sampel yang dihitung tetap terpenuhi jika
terjadi drop out, maka perlu dilakukan koreksi terhadap besar sampel dengan
menambahkan sejumlah subjek untuk memenuhi besar sampel tersebut (Kasjono &
Keterangan:
Jadi, pada penelitian ini jumlah sampelnya adalah 34 responden dengan rincian 17
D. Etika Penelitian
manusia, maka harus memperhatikan etika penelitiannya (Hidayat, 2011). Berikut etika
supaya subjek penelitian mengerti maksud dan tujuan penelitian tersebut dan
subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini adalah masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
informasi yang telah dikumpulkan, hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset. Peneliti juga menjelaskan kepada responden bahwa tidak semua data akan
4. Kebaikan (Beneficience)
responden yang terkandung dalam prinsip ini harus diperhatikan oleh peneliti.
5. Keadilan (Justice)
melakukan deskriminasi jika responden tidak bersedia atau drop out sebagai
responden.
42
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013). Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4 di
bawah ini:
Tabel 5
Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan alat ukur secara langsung kepada responden penelitian
untuk mencari perubahan atau hal-hal yang diteliti. Alat ukur yang digunakan peneliti
untuk mengukur kadar gula darah adalah menggunakan Glucometer, sedangkan untuk
monofilamen ini didesain oleh Hasneli (2013). Alat pengumpulan data lainnya adalah
Alat Pijat Kayu (Alat pijat kayu) yang didesain Hasneli (2015) dan media audiovisual
berbentuk video yang berisi tentang langkah-langkah gerakan olah raga senam kaki alat
Glucometer ini menggunakan reagen kering dan menggunakan darah kapiler yang
diambil dari ujung jari tangan. Glucometer bekerja dengan prinsip elektrokimia
amperometrik. Prinsip ini merupakan reaksi antara enzim glucose oksidase dan
cholesterol oxsidase dengan sampel darah yang diukur. Proses tersebut menghasilkan
aliran arus listrik yang kemudian diproses oleh signa conditioning dan data akusisi.
Metode mendapatkan plasma dari darah adalah dengan adanya penyaringan darah oleh
Alat yang digunakan peneliti yaitu benang nilon dengan diameter 0,65 mm yang
dilem dengan dua buah stik sebagai pegangan untuk pemeriksaan. Cara penggunaannya
adalah dengan ditekan pada telapak kaki ½ cm hingga benang nilon tersebut
44
membentuk huruf C. Jarak antara benang nilon yang satu dengan nilon kedua setelah
Kadar gula darah dan sensitivitas kaki responden kelompok eksperimen diukur
sebelum dan sesudah melakukan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) menggunakan
tutorial dari media audiovisual, sedangkan kadar gula darah dan sensitivitas kaki pada
kelompok kontrol diukur tanpa pemberian perlakuan. Hasil pengukuran tersebut dicatat
pada lembar observasi. Pemberian senam kaki alat pijat kayu (Senayu) melalui melalui
media audiovisual ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan diukur secara rutin
setiap setelah melakukan terapi yang kemudian hasil pengukuran tersebut akan dirata-
ratakan.
Media audiovisual berbentuk video yang dijadikan tutorial untuk melakukan senam
kaki berisi tentang gerakan Senam Kaki Alat pijat kayu (Senayu) yang dapat
seperti gerakan menjinjit, melakukan putaran pada pergelangan kaki, dan dilanjutkan
dengan menggunakan alat pijat kayu (Alat pijat kayu) di titik 17 (titik pangkreas) yaitu
bagian yang melengkung yang berada di bawah kaki yang akan dilakukan oleh
responden dan dibantu peneliti dengan tutorial dari video tersebut selama 30 menit
lalu diperiksa kadar gula darah dan tingkat sensitifitas kaki responden.
Alat pijat kayu (Alat pijat kayu) sangat mudah digunakan. Alat pijat kayu memiliki
panjang 11 cm dengan diameter bagian bawah 5 cm. bagian atas kayu dibuat runcing
agar memudahkan pengguna untuk mencapai titik saraf yang bermasalah sesuai dengan
organ target pada area refleksi. Pada bagian bawah terdapat 12 ruas kayu dan bergigi
dengan ukuran yang berbeda. Fungsinya adalah untuk melancarkan sirkulasi darah yang
Gambar 4
Alat pijat kayu (Apiyu)
Prosedur ataupun langkah untuk penelitian ini harus disusun secara sistematis agar
penelitian dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat mencapai tujuan yang
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini ini peneliti menentukan masalah penelitian, dilanjutkan dengan
mencari studi kepustakaan dan studi pendahuluan. Setelah itu peneliti menyusun
penelitian termasuk perihal pengambilan data dari Kantor Kesatuan Bangsa dan
Tenayan Raya.
46
2. Tahap Pelaksanaan
Selain itu peneliti dan asisten menjelaskan maksud dari penelitian, tujuan, dan
dampak yang akan diperoleh klien jika bersedia menjadi responden. Setelah
Pada penelitian ini, peneliti akan dibantu oleh 2 orang asisten yaitu mahasiswa
keperawatan FKp UNRI angkatan 2014. Asisten akan diberikan persamaan persepsi
tutorial media audiovisual Senayu. Hal ini dilakukan agar perlakuan yang diberikan
sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Berikut prosedur yang peneliti lakukan:
Pada tahap ini, peneliti mengukur kadar gula darah dan sensitivitas kaki
melakukan senam kaki alat pijat kayu melalui tutorial media audiovisual Senayu
kontrol pengukuran gula darah dan sensitivitas kaki hanya pada hari pertama
saja.
b. Tahap melakukan senam kaki alat pijat kayu (Senayu) menggunakan tutorial
untuk mengikuti tutorial gerakan-gerakan senam kaki alat pijat kayu yang
terdapat di video yang ditayangkan di laptop. Terapi Senam Kaki Alat pijat kayu
Menurut Hasneli (2016) berikut tahapan dalam melakukan senam kaki alat
5) Letakkan tumit di lantai, angkat jari-jari kaki ke atas kemudian jari-jari kaki
6) Letakkan tumit di lantai, bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
7) Luruskan salah satu kaki dan angkat sebatas lutut kemudian jari-jari kaki
8) Luruskan kedua kaki dan angkat sebatas lutut kemudian pergelangan kaki
9) Dalam posisi yang sama pergelangan diputar 360 sebanyak 10 kali selama
2 menit
10) Luruskan kedua kaki angkat sebatas lutut kemudian turunkan ke bawah
11) Oleskan minyak zaitun dimulai dari lutut sampai ke ujung kaki secukupnya
selama 1 menit
12) Masase dari jari-jari sampai pada pergelangan kaki selama 1 menit secara
bergantian
13) Lakukan masase telapak kaki dari arah bawah ke atas selama 1 menit
14) Masase telapak kaki dan jari-jari kaki lakukan selama 1 menit
15) Lakukan tekanan menggunakan alat pijat kayu (alat pijat kayu) posisi tegak
lurus sampai masuk ½ cm pada setiap titik refleksi, lalu gerakkan maju
Pada tahap ini, peneliti mengukur kembali kadar gula darah dan sensitivitas
alat pijat kayu melalui video tutorial yang kemudian juga dirata-ratakan seperti
Skema 2
Intervensi Pelaksanaan Senam Kaki Alat pijat kayu (Senayu) melalui Tutorial
Media Audiovisual
Pasien DM tipe 2
H. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data
ringkasan dari kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu untuk
pengolahan data:
1. Editing (Pemeriksaan)
Editing data untuk memastikan bahwa semua data sudah terisi dengan lengkap,
serta hasil pengukuran kadar gula dan sensitivitas kaki sebelum dan sesudah
intervensi.
2. Coding (Pengkodean)
data dengan memberikan kode berupa angka pada semua variabel. Pengkodean
pada karakteristik responden terdiri dari umur (1=untuk 30-35, 2=untuk 36-45,
3=untuk 46-55, dan 4=untuk 56-65), jenis kelamin (1= Laki-laki, 2= Perempuan),
tingkat pendidikan terakhir (1= SD, 2= SMP, 3= SMA, 4= PT), pekerjaan (1=Tidak
3=Batak, 4=Jawa)
supaya tidak ada data yang salah sehingga hasil analisa data akan benar dan juga
akurat.
51
5. Processing (Pengolahan)
6. Analyzing (Penilaian)
Melakukan analisa data dengan uji statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian.
penelitian.
I. Analisa Data
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
Analisa ini digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan
antara dua variabel (variabel independent dan variabel dependent). Analisa bivariat
juga digunakan untuk mengetahui rata-rata perubahan kadar gula darah dan
sensitivitas kaki sebelum dan sesudah melakukan senam kaki alat pijat kayu melalui
tutorial media audiovisual berbentuk video yang berisi langkah-langkah Senam Kaki
Uji statistik yang dilakukan yaitu Analisa menggunakan independent t test dan
dependent t test. Syarat dari uji independent t test adalah data harus terdistribusi
numerik dan kategorik. Syarat dari uji dependent t test adalah data terdistribusi
normal, variabel yang dihubungkan tersebut berbentuk numerik dan kategorik. Jika
syarat tersebut tidak terpenuhi maka digunakan uji Mann Whitney sebagai uji
52
alternatif uji independent t test dan Wilcoxon sebagai uji alternatif t dependent test
(Dahlan, 2011).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu tentang
“Efektivitas pelaksanaan senam kaki alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media
audiovisual terhadap kadar gula darah dan tingkat sensitivitas kaki pasien diabetes melitus
tipe 2” yang telah dilakukan mulai Februari sampai dengan bulan Juli 2018 di wilayah
kerja Puskesmas Rejosari dengan melibatkan 34 responden. Adapun hasil yang diperoleh
A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden dan uji homogenitas
Tabel 6
Distribusi Karakteristik Responden dan Uji Homogenitas
53
54
Suku
Melayu 8 47.1 2 11.8 10 29.4 0.240
Minang 5 29.4 9 52.9 14 41.2
Batak 1 5.9 5 29.4 6 17.6
Jawa 3 17.6 1 5.9 4 11.8
Lama DM
2-5 tahun 14 82.4 15 88.2 29 85.3 1.000
6-10 tahun 3 17.6 1 5.9 4 11.8
16 tahun 0 0 1 5.9 1 2.9
responden menurut umur yang terbanyak adalah 46-55 tahun yaitu berjumlah 14
berdasarkan umur adalah homogen. Distribusi responden menurut jenis kelamin pada
menggunakan uji Chi Square didapatkan p value 0,072 > (0,05), sehingga
responden eksperimen dan kontrol sebagian besar adalah IRT (Ibu Rumah Tangga)
kontrol didapatkan bahwa sebagian besar adalah suku Minang yaitu sebanyak 14
adalah 2-5 tahun yaitu 29 responden (85,3%). Hasil analisa menggunakan uji
2. Rata-rata pre test dan post test sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri kelompok
Tabel 7
Rata-rata Pretest dan Posttest Sensitivitas Kaki Kanan dan Kiri pada Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen nilai rata-
rata mean sensitivitas kaki kanan responden sebelum diberikan intervensi yaitu 9,27
dengan standar deviasi 1,05 dan setelah diberikan intervensi nilai mean yaitu 9,39
Nilai rata-rata mean sensitivitas kaki kanan responden pada kelompok kontrol
untuk pretest dan post test nya adalah sama, yaitu sebesar 8,76 dengan standar
deviasi 1,64. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden pada
sensitivitas kaki kanan lebih rendah yaitu bernilai 9,27 dan setelah dilakukan
intervensi memiliki rata-rata tingkat sensitivitas kaki kanan lebih tinggi dengan nilai
9,39, sedangkan pada kelompok kontrol semua responden memiliki rata-rata tingkat
sensitivitas kaki kanan yang sama untuk pre test dan post test nya yaitu 8,76.
Berdasarkan tabel 7 juga dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen nilai
rata-rata mean sensitivitas kaki kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu
9,25 dengan standar deviasi 0,96 dan setelah diberikan intervensi nilai rata-rata
Nilai rata-rata mean sensitivitas kaki kiri responden pada kelompok kontrol
untuk pretest dan post test nya adalah sama, yaitu sebesar 8,82 dengan standar
deviasi 1,66. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden pada
sensitivitas kaki kiri lebih rendah yaitu bernilai 9,25 dan setelah dilakukan
intervensi memiliki rata-rata tingkat sensitivitas kaki lebih tinggi dengan nilai 9,32,
sensitivitas kaki kiri yang sama untuk pre test dan post test nya yaitu 8,82.
57
3. Rata-rata pre test dan pos test kadar gula darah sewaktu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
Tabel 8
Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pretest dan Posttest Responden pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 8 pada kelompok eksperimen nilai rata-rata mean kadar gula darah
responden sebelum diberikan intervensi yaitu 254.55 mg/dl dengan standar deviasi
71.172 dan setelah diberikan intervensi nilai rata-rata mean yaitu 227.45 mg/dl
dengan standar deviasi 65.89. Nilai rata-rata mean kadar gula darah responden pada
kelompok kontrol tanpa mendapatkan intervensi yaitu pretest sebesar 290.12 mg/dl
dengan standar deviasi 86.84 dan posttest 312.18 mg/dl dengan standar deviasi
91.88.
eksperimen sebelum dilakukan intervensi memiliki kadar kadar gula darah tinggi
yang bernilai 254.55 mg/dl dan setelah dilakukan intervensi memiliki kadar gula
darah rendah dengan nilai 227.45 mg/dl, sedangkan pada kelompok kontrol rata-
rata responden memiliki kadar gula darah rendah pretest dengan nilai 290.12 mg/dl
dan posttest memiliki kadar gula darah tinggi dengan nilai 312.18 mg/dl.
B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menilai perbedaan tingkat sensitivitas kaki dan
kadar gula darah responden pada kelompok eksperimen dan kontrol serta melihat
efektivitas senam kaki alat pijat kayu melalui tutorial media audiovisual terhadap
58
tingkat sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Hasil
penelitian dikatakan efektif atau berpengaruh jika p value < α. Uji normalitas dilakukan
sebelum data dilakukan uji statistik untuk melihat bahwa data terdistribusi normal dan
layak diujikan.
Tabel 9
Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Variabel N p value
Kelompok eksperimen kaki kanan
Pre test 17 0.000
Post test 17 0.000
Kelompok kontrol kaki kanan
Pre test 17 0.001
Post test 17 0.000
Kelompok eksperimen Kaki kiri
Pre test 17 0.001
Post test 17 0.001
Kelompok kontrol kaki kiri
Pre test 17 0.000
Post test 17 0.000
Kelompok eksperimen gula darah
Pre test 17 0.752
Post test 17 0.463
Kelompok kontrol gula darah
Pre test 17 0.335
Post test 17 0.810
Tabel 9 menunjukkan uji normalitas data dari uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil pada
kelompok eksperimen pretest dan posttest sensitivitas kaki kanan dan kiri data tidak
terdistribusi normal dengan p value 0,00 & 0,00 pada sensitivitas kaki kanan dan 0,001
& 0,001 pada sensitivitas kaki kiri sehingga > (α=0,05). Pada kelompok kontrol data
juga tidak terdistribusi normal pada nilai pretest dan posttest dengan p value 0,001 &
0,000 pada sensitivitas kaki kanan dan 0,00 & 0,00 pada sensitivitas kaki kiri sehingga
> (α=0,05).
Uji statistik yang digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kelompok
eksperimen sebelum dan setelah pemberian intervensi yaitu menggunakan uji Wilcoxon,
kemudian untuk melihat perbedaan sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri pada penderita
59
DM tipe 2 yang diberikan intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Tabel 9 juga menunjukkan uji normalitas data dari uji Shapiro-Wilk didapatkan hasil
pada kelompok eksperimen pretest dan posttest kadar gula darah data terdistribusi
normal dengan p value 0.75 & 0.46 > (α=0,05) dan pada kelompok kontrol data juga
terdistribusi normal pada nilai pretest dan posttest dengan p value 0,33 & 0.81 >
(α=0,05). Uji statistik yang digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap
kelompok eksperimen sebelum dan setelah pemberian intervensi yaitu menggunakan uji
t dependen, kemudian untuk melihat perbedaan kadar kadar gula darah pada penderita
DM tipe 2 yang diberikan intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
data yang dilakukan menggunakan program komputer dan didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Uji homogenitas tingkat sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri serta kadar gula darah
Tabel 10
Uji Homogenitas Tingkat Sensitivitas Kaki kanan, kaki kiri, dan kadar gula darah
Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tabel 10 dari uji statistik didapatkan nilai mean tingkat sensitivitas kaki kanan,
kaki kiri, dan kadar gula darah sebelum dilakukan intervensi pada kelompok
eksperimen adalah 9.27, 9.25, 254.55 mg/dl dengan standar deviasi 1.05, 0.96, dan
60
71.17. Pada kelompok kontrol adalah 9.00, 9.11, dan 290.12 mg/dl dengan standar
deviasi 1.36, 1.31, dan 86.84. Hasil analisa didapatkan nilai p value 0.51, 0.73, dan
0.20 > (α=0.05). Jadi pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada
sensitivitas kaki kanan, kaki kiri, dan kadar gula darah adalah homogen.
2. Perbedaan sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri pretest dan posttest pada kelompok
Tabel 11
Perbedaan Sensitivitas Kaki Kanan dan Kaki Kiri Pretest dan Posttest pada
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
mean sensitivitas kaki kanan dan kiri responden sebelum diberikan intervensi yaitu
9,27 dan 9,25 dengan standar deviasi 1,05 dan 0,96 dan sesudah diberikan intervensi
didapatkan 9,39 dan 9,32 dengan standar deviasi 0,97 dan 0,86. Hasil analisa data
diperoleh p value 0,02 dan 0,02 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan
mean sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah melaksanakan senam kaki
alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media audiovisual pada kelompok
eksperimen.
61
Uji statistik untuk kelompok kontrol yaitu uji Wilcoxon didapatkan mean
sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri responden pretest yaitu 8,76 dengan standar
deviasi 1,64 dan posttest juga 8,76dengan standar deviasi 1,64 . Hasil analisa data
diperoleh p value 1,00 > (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara
mean sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah melaksanakan senam kaki
alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media audiovisual pada kelompok kontrol.
3. Perbedaan rata-rata posttest sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri pada kelompok
intervensi
Tabel 12
Perbedaan Rata-rata Posttest Sensitivitas Kaki Kanan dan Kaki Kiri pada
Kelompok Eksperimen yang diberikan Intervensi dengan Kelompok Kontrol tanpa
Pemberian Intervensi
Tabel 12 dari uji Man Whitney didapatkan hasil mean sensitivitas kaki kanan
dan kaki kiri posttest pada kelompok eksperimen adalah 9,39 dan 9,32 dengan
standar deviasi 0,97 dan 0,86, sedangkan pada kelompok kontrol nilai mean
sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri posttest adalah 8,76 untuk kedua kaki dengan
standar deviasi yang juga sama yaitu 1,64. Hasil uji statistik diperoleh p value 0,461
dan 0,911 > (α=0,05), maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan mean antara
tutorial media audiovisual terhadap sensitivitas kaki kanan dan kiri dengan
62
kelompok kontrol yang tidak diberikan tidak melaksanakan senam kaki apiyu
4. Perbedaan kadar gula darah pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan
kontrol
Tabel 13
Perbedaan Kadar Gula Darah Pretest dan Posttest pada Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
mean kadar gula darah responden sebelum diberikan intervensi yaitu 254.55 mg/dl
dengan standar deviasi 71.17 dan sesudah diberikan intervensi didapatkan mean
227.45 mg/dl dengan standar deviasi 65.89. Hasil analisa data diperoleh p value
0,000 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan mean kadar gula darah
sebelum dan sesudah melaksanakan senam kaki alat pijat kayu (senayu) melalui
Uji statistik untuk kelompok kontrol yaitu uji t dependen didapatkan mean kadar
gula darah responden pretest yaitu 290.12 mg/dl dengan standar deviasi 86.84 dan
posttest yaitu 312.18 mg/dl dengan standar deviasi 91.881. Hasil analisa data
diperoleh p value 0,00 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada perbedaan antara
mean kadar gula darah sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol tanpa
melaksanakan senam kaki alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media
audiovisual.
63
5. Perbedaan rata-rata posttest kadar gula darah pada kelompok eksperimen yang
Tabel 14
Perbedaan Rata-rata Posttest Sensitivitas Kaki Kanan dan Kaki Kiri pada
Kelompok Eksperimen yang diberikan Intervensi dengan Kelompok Kontrol tanpa
Pemberian Intervensi
Tabel 14 dari uji t independen didapatkan hasil mean kadar gula darah posttest
pada kelompok eksperimen adalah 227,45 mg/dl dengan standar deviasi 65,89,
sedangkan pada kelompok kontrol nilai mean kadar gula darah posttest adalah
312.18 mg/dl dengan standar deviasi 91.881. Hasil uji statistik diperoleh p value
0,004 < (α=0,05), maka dapat disimpulkan ada perbedaan mean kadar gula darah
melalui tutorial media audiovisual terhadap kadar gula darah dengan kelompok
kontrol yang tidak melaksanakan senam kaki apiyu (senayu) melalui tutorial media
audiovisual.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Penelitian
gambaran karakteristik responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan
terakhir, pekerjaan, suku, lama menderita DM, dan pembahasan tentang sensitivitas
kaki dan kadar gula darah responden sebelum dan sesudah melaksanakan senam
kaki alat pijat kayu (senayu) pada kelompok eksperimen dan kontrol. Analisa data
bivariat digunakan untuk melihat perbedaan sensitivitas kaki dan kadar gula darah
1. Analisa Univariat
a. Umur
tubuh seseorang semakin menurun (Nilawati dkk, 2008). Aktivitas sel beta
64
65
b. Jenis Kelamin
pada wanita lebih tinggi dibandingkan laki-laki karena secara fisik wanita
c. Pendidikan
paling sedikit adalah Perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Oktaviah, Hasneli, dan Agrina (2014) Secara umum
baik pula sehingga lebih terbuka dalam menerima informasi dan saran,
d. Pekerjaan
besar subjek melakukan aktivitas fisik yang tidak terlalu berat, mereka
terbuka hingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor tersebut
e. Suku
responden (29,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
f. Lama Menderita DM
kelompok kontrol didapatkan bahwa sebagian besar adalah 2-5 tahun yaitu
Penelitian yang dilakukan oleh Reid & Walker (2009) menunjukkan ada
Keadaan hiperglikemi yang secara terus menerus dan dalam jangka waktu
2. Analisa Bivariat
melaksanakan senam kaki alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media
intervensi yaitu 9,2745 dan 9,2549 dengan standar deviasi 1,05 dan
0,96846, dan sesudah diberikan intervensi didapatkan 9,39 dan 9,32 dengan
standar deviasi 0,97 dan 0,86. Hasil analisa data diperoleh p value 0,02 dan
0,02 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan
eksperimen.
kebersihan kaki dan tidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas akan
beresiko terjadi perlukaan pada daerah kaki. Keadaan kaki diabetik lanjut
yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan
pemotongan amputasi kaki. Adanya luka dan masalah lain pada kaki
kelainan bentuk pada kaki dan mengatasi keterbatasan gerak sendi. Hasil
dari hasil uji statistik didapatkan peningkatan mean tingkat sensitivitas kaki
sesudah diberikan senam kaki diabetik dengan bola plastik pada kelompok
waktu untuk melakukan senam kaki alat pijat kayu. Hasil wawancara
b. Perbandingan sensitivitas kaki kanan dan kiri sebelum dan sesudah tanpa
melaksanakan senam kaki alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media
Uji statistik untuk kelompok kontrol yaitu uji Wilcoxon didapatkan mean
sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri responden pretest yaitu 8,76 dengan
standar deviasi 1,64 dan posttest juga 8,76 dengan standar deviasi juga 1,64.
Hasil analisa data diperoleh p value 1,00 > (α=0,05). Jadi, dapat
perbedaan median sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri pada kelompok
kontrol sebelum dan sesudah tanpa diberikan intervensi. Hal ini dikarenakan
pada kelompok kontrol tidak dilakukan senam kaki alat pijat kayu.
penelitian ini membiarkan masalah yang dirasakan dan ada juga dengan
dibandingkan dengan responden yang melakukan senam kaki alat pijat kayu
senam kaki alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media audiovisual pada
Hasil uji Man Whitney didapatkan hasil mean sensitivitas kaki kanan
dan kaki kiri posttest pada kelompok eksperimen adalah 9,39 dan 9,32
dengan standar deviasi 0,97 dan 0,86. Kelompok kontrol nilai mean
sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri posttest adalah 8,76 untuk kedua kaki
Hasil uji statistik diperoleh p value 0,46 dan 0,91 > (α=0,05), maka
kontrol yang tidak melaksanakan senam kaki apiyu (senayu) melalui tutorial
DM tipe 2.
dan kelompok kontrol setelah diberikan terapi pijat refleksi pada pasien DM
dan setelah eksperimen, dapat terlihat bahwa nilai posttest pada kelompok
eksperimen kaki kanan dan kiri setelah diberikan intervensi adalah 9,39 dan
sebesar 8,76 pada kaki kanan dan 8,82 pada kaki kiri.
kelompok eksperimen sebesar 0,11 pada kaki kanan dan 0,07 pada kiri,
terjadi peningkatan sensitivitas kaki kanan dan kiri sama sekali. Hal ini
mereka lebih terasa hangat dan tidak kaku. Responden juga meminta soft
file dan langkah-langkah hard file senam kaki alat pijat kayu agar mereka
bisa melakukan secara mandiri di rumah. Senam kaki alat pijat kayu
kaki, Sutedjo (2014) mengemukakan bahwa tujuan senam kaki juga untuk
kaki alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media audiovisual pada
kelompok eksperimen
diberikan intervensi yaitu 254.55 mg/dl dengan standar deviasi 71.17 dan
deviasi 65.89. Hasil analisa data diperoleh p value 0,00 < (α=0,05). Jadi
dapat disimpulkan ada penurunan mean kadar gula darah yang signifikan
bermakna rata-rata kadar gula darah sebelum dilakukan senam kaki dengan
kadar gula darah sesudah dilakukan senam kaki pada kelompok intervensi
organ yang bersangkutan (Ruhito & Mahendra, 2009). Pijat refleksi dapat
senam kaki alat pijat kayu (senayu) melalui tutorial media audiovisual pada
kelompok kontrol
mean kadar gula darah responden pretest yaitu 290.12 mg/dl dengan standar
deviasi 86.84 dan posttest yaitu 312.18 mg/dl dengan standar deviasi 91.88.
Jadi dapat disimpulkan ada peningkatan mean kadar gula darah yang
signifikan antara mean kadar gula darah sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol tanpa melaksanakan senam kaki alat pijat kayu (senayu)
kontrol tidak dilakukan senam kaki alat pijat kayu melalui tutorial media
DM tipe 2.
perbedaan bermakna pada kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan
f. Perbandingan kadar gula darah sesudah melaksanakan senam kaki alat pijat
Hasil uji t independen didapatkan hasil mean kadar gula darah posttest
65,89, sedangkan pada kelompok kontrol nilai mean kadar gula darah
posttest adalah 312.18 mg/dl dengan standar deviasi 91.88. Hasil uji
statistik diperoleh p value 0,004 < (α=0,05), maka dapat disimpulkan ada
dimana insulin ini berfungsi dalam mengendalikan kadar gula darah. Untuk
faktor lain yang mempunyai fungsi yang sama yaitu dalam mempengaruhi
insulin adalah diit dan latihan. Diit berkaitan pemilihan dan kepatuhan
B. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini, peneliti tidak mengatur pola diet responden sehingga setiap
responden mempunyai pola diet yang berbeda. Hal ini mempengaruhi kadar
3. Pada penelitian ini, tidak semua responden mengkonsumsi obat dengan pola
yang sama. Hal ini mempengaruhi kadar gula darah masing-masing responden.
waktu yang di telah disusun dan disepakati, sehingga waktu pelaksanaan ada
yang memiliki variasi waktu dari pagi sampai malam. Hal ini dapat
5. Kelompok kontrol tidak dilakukan pemeriksaan sensitivitas kaki dan kadar gula
darah tiga hari berturut-turut dikarenakan pertimbangan akan waktu dan biaya.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian tentang efektivitas pelaksanaan senam kaki alat pijat kayu (senayu)
melalui tutorial media audiovisual terhadap kadar gula darah dan sensitivitas kaki
pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Rejosari, dari tanggal 20 – 27 Juli 2018. Didapatkan hasil bahwa mayoritas yang
responden (41,2%), pekerjaan IRT (Ibu Rumah Tangga) yaitu 25 (73.5%), suku
responden (85,3%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon untuk sensitivitas kaki
kanan dan kiri diperoleh diperoleh p value 0,02 dan 0,02 < (α=0,05). Jadi dapat
dan kaki kiri pada kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol hasil analisa data
diperoleh p value 1,00 dan 1,00 > (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan tidak ada
peningkatan signifikan sensitivitas kaki kanan dan kaki kiri pada kelompok kontrol.
Hasil uji T Man Whitney diperoleh p value 0,46 dan 0,91 > (α=0,05), maka
sensitivitas kaki antara kelompok eksperimen yang telah melaksanakan senam kaki
apiyu (senayu) melalui tutorial media audiovisual dengan kelompok kontrol yang
tidak melaksanakan senam kaki apiyu (senayu) melalui tutorial media audiovisual.
Uji t dependen hasil analisa data diperoleh p value 0,00 < (α=0,05). Jadi dapat
disimpulkan ada penurunan mean kadar gula darah yang signifikan pada kelompok
76
77
eksperimen. Uji statistik untuk kelompok kontrol yaitu uji t dependen diperoleh p
value 0,00 < (α=0,05). Jadi dapat disimpulkan ada peningkatan mean kadar gula
darah yang signifikan antara mean kadar gula darah sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol tanpa melaksanakan senam kaki alat pijat kayu (senayu) melalui
Hasil uji t independen didapatkan p value 0,004 < (α=0,05), maka dapat
disimpulkan ada perbedaan kadar gula darah antara kelompok eksperimen yang
dengan kelompok kontrol yang tidak melaksanakan senam kaki apiyu (senayu)
B. Saran
Hasil peneitian ini diharapkan bisa menjai tambahan informasi bagi petugas
kesehatan tentang manfaat tutorial media audiovisual dan manfaat terapi senam
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi
tipe 2.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu motivasi untuk
penelitian selanjutnya.
5. Saat melakukan penelitian untuk karakteristik umur, obat yang dikonsumsi, dan
faktor yang bisa dikontrol lainnya disamakan saja. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi bias.
6. Tabel hasil penelitian untuk pengukuran gula darah dan sensitivitas kaki yang
dilakukan setiap hari sebaiknya dimuat lengkap dari hari pertama hingga hari
ketiga sehingga perubahan gula darah dan sensitivitas kakinya dapat terlihat
dengan jelas.
79
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, R.N. (2015). Diabetes Melitus tipe 2. Vol. 4. Lampung. J Majoriti. Diperoleh
tanggal 29 Juli 2018 dari
juke.kedokteran.unila.ac.idindex.phpmajorityarticledownload615619
Flood, J., Heath S. H., & Lapp, D. (2014). Handbook of Research on teaching literacy
through the communicative and visual arts. (Vol. 2). New York: Rouledge
Ginting, A. (2012). Esensi praktis belajar dan pembelajaran. Bandung: Humaniora.
Guthes, Purnomo, & Kresnadi. (2013). Pengaruh penggunaan media audio visual terhadap
hasil belajar roll depan pada senam lantai di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Pontianak.
Program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi FKIP UNTAN. Diperoleh
tanggal 30 Juni 2018 dari https://media.neliti.com
Hamalik, O. (2007). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2009). Pendekatan baru strategi belajar mengajar berdasarkan CBSA.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hardini, I. & Puspitasari. (2012). Strategi pembelajaran terpadu (teori, konsep, dan
implementasi). Yogyakarta: Familia.
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hasneli, Y. N. (2009). The effect of health belief model based educational program to
prevent diabetes complication on dietary behavior of Indonesia adults with type 2
diabetes mellitus. Jurnal keperawatan professional Indonesia. Vol. 1. Pekanbaru: ISSN
Hasneli, Y. N. (2015). Pengaruh pijat refleksi alat pijat kayu terhadap sensitivitas dan
peredaran darah pada kaki dan tangan pasien diabetes mellitus tipe 2. Pekanbaru:
Tidak dipublikasikan
Hasneli, Y. N. (2017). Identifikasi dan analisis sensitivitas kaki dan glukosa darah pada
pasien diabetes setelah melakukan terapi pijat kaki alat pijat kayu. Pekanbaru:
Universitas Riau.
Hasneli, Y., Natalia, N., & Novayelinda, R. (2015). Efektifitas senam kaki diabetik dengan
tempurung kelapa terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Perpustakaan Univeristas Riau. Diperoleh tanggal 10 Januari 2018 dari
http://repository.unri.ac.id
Hayuaji, G. R. (2016). Mahir Pijat refleksi secepat kilat. Yogyakarta: Saufa
Hidayat, A. A. (2011). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. (Ed. 2). Jakarta:
Salemba Medika
International Diabetes Federation. (2017). Diabetes atlas. (8th ed). Diperoleh tanggal 1
Januari 2018 dari www.diabetesatlas.org
Kasjono, H. S. & Yasril. (2009).Teknik Sampling Untuk penelitian kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Kowalak, J. P., Wels, W., & Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
81
Krisnatuti, D., Yenrina, R., & Rasjmida, D. (2014). Diet sehat untuk penderita diabetes
mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya
Kurniadi, H. & Nurrahmani. (2015). Stop diabetes, hipertensi, kolestrol tinggi, jantung
koroner. Yogyakarta: Istana Media
Lisnawati, R., Hasneli, Y., & Hasanah, O. (2015). Perbedaan sensitivitas tangan dan kaki
sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat refleksi pada penderita diabetes melitus tipe
2. Vol. 2 No. 2. Diperoleh pada 4 Februari 2018 dari
https://media.neliti.com/media/publications/185064-ID-perbedaan-sensitivitas-tangan-
dan-kaki-s.pdf
Maulana, H. D. J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Muhaimin. (2008). Paradigma pendidikan islam, upaya mengefektifkan PAI di sekolah.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Musfiqon. (2012). Pengembangan media dan sumber pembelajaran. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya
Nasar I. M., Himawan, S., & Marwoto W. (2010). Buku ajar patologi II (khusus). (Ed.1).
Jakarta: Sagung Seto
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi peelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Oktaviah, D., Hasneli, Y., & Agrina. (2014). Efektifitas senam kaki diabetik dengan bola
plastik terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe 2. Pekanbaru.
Diperoleh tanggal 29 Juli 2018 dari httpsmedia.neliti.commediapublications186150-ID-
efektifitas-senam-kaki-diabetik-dengan-b.pdf
Oktaviandi, Kaswari, & Supriatna. (2014). Pengaruh media audio visual terhadap
forwardroll dan backroll senam lantai peserta didik. Program studi pendidikan jasmani
kesehatan dan rekreasi FKIP UNTAN. Diperoleh tanggal 30 Juni 2018 dari
https://media.neliti.com
Pawaka, H. S., Budiman, D., & Ali, A. F.(2017). Meningkatkan efektivitas pembelajaran
baling-baling melalui media audiovisual pada siswa kelas V SDN Cibogo Walet. Vol. 2
N0.2. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan. Diperoleh tanggal 16 Juli 2018 dari
http://ejournal.upi.edu
Petters, O. (2013). Learning and teaching in distance educational: Pedagogical analyses
and interpretations in an international perspective. New York: Rouledge
Prabowo, A. (2015). Efektivitas media pembelajaran video tutorial terhadap prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran gambar teknik program keahlian teknik kendaraan
ringan smk piri 1 yogyakarta. Yogyakarta. Eprint@UNY. Diperoleh tanggal 16 Juli
2018 dari http://eprints.uny.ac.id
Prastowo, A. (2012). Pengembangan Sumber Belajar. Yogyakarta: Pedagogia
Price, S. A. & Wilson, L. M. (2014). Patofisiologi: Konsep klinis dan proses-proses
penyakit. (Vol. 2). Jakarta: EGC
82
Priyanto, S., Sahar, J., & Widyatuti. (2013). Pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas
kaki dan kadar gula darah pada agregat lansia diabetes mellitus di magelang. Magelang.
Diperoleh pada tanggal 29 Juli 2018 dari lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20300843-
T30470- pengaruh senam.pdf.
Priyanto. S, (2012). Pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas kaki dan kadar gula
darah pada agregat lansia DM di Magelang. http://lib.ui.ac.id di akses tanggal 30 Juli
2018
Putra, W. S. (2013). Sehat dengan terapi refleksi dan herbal di rumah sendiri. Yogyakarta:
Katahati
Reid, M.K.T & Walker, S.P., (2009). Quality of life in Caribbean Youth with diabetes.
West Indian Med J, 58 (3): 250-256.
Rendy, M. & Margaret. (2012). Asuhan keperawatan medical bedah penyakit dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika
Riana, C. (2007). Pedoman pengembangan media video. Jakarta: P3AI UPI.
Rondonuwu, R.G., Rompas, S., & Bataha, Y. (2016). Hubungan antara perilaku olahraga
dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas wolang
kecamatan langowan timur. Vol. 4 No. 1. Sam Ratulangi. Diperoleh tanggal 29 Juli
2018 dari httpsmedia.neliti.commediapublications110128-ID-hubungan-antara-
perilaku-olahraga-dengan.pdf
Ruslan, R. (2013). Metode penelitian public relations dan komunikasi. Jakarta: PT raja
Grafindo Persada
Rusli, Gusti Rizaniasyah & Farianingsih, Septi. (2015). Senam kaki diabetes menurunkan
kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2. Vol. 6 No. 2. Jurnal of ners
community. Diperoleh tanggal 3 Juni 2018 dari https://journal.unigres.ac.id.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan. (Ed. 2) Yogyakarta:
Graha Ilmu
Setiawati, S. & Dermawan, A. C. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan
kesehatan. Jakarta: Trans Info Media
Soegondo. (2008), Melawan diabetes dengan banyak beraktivitas. Diperoleh pada tanggal
28 Juli 2018 dari http://www.indodiabetes.com.
Sukiman. (2012). Pengembangan media pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia
Sulasmono, G. (2016). Saraf kunci tumpas ragam penyakit. Yogyakarta: Trans Idea
Publishing
Suprihatiningrum, J. (2016). Strategi pembelajaran: Teori dan aplikasi. Yogyakarta: Ar-
Ruz Media
Susilana, R., & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima
83