Anda di halaman 1dari 160

PROPOSAL

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ABI


PADA PASIEN DM TIPE 2
LITERATURE REVIEW

Oleh:
MUHAMAD REKA YUSMARA
NIM: 01.2.16.00550

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM


SARJANA STIKES RS BAPTIS KEDIRI
2020
PROPOSAL
PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP NILAI ABI
PADA PASIEN DM TIPE 2
LITERATURE REVIEW

Oleh:
MUHAMAD REKA YUSMARA
NIM: 01.2.16.00550

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM


SARJANA STIKES RS BAPTIS KEDIRI
2020
DAFTAR ISI

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1...............................................................................................................2
Lampiran 1...............................................................................................................2

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit yang berdampak

pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia, penyakit ini

tidak hanya berpengaruh pada satu individu, tetapi sistem kesehatan suatu

Negara. Meningkatnya prevalensi DM di beberapa negara berkembang akibat

peningkatan kemakmuran di berbagai negara yang bersangkutan dan akhir-

akhir ini banyak disoroti (Suyono dalam Agus 2015). Berdasarkan kategori

usia, penderita berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun. Selain

itu penderita diabetes mellitus di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin

perempuan (1,8%) dari pada lakilaki(1,2%). Kemudian untuk daerah domisili

lebih banyak penderita diabetes mellitus yang berada di perkotaan (1,9%)

dibandingkan di pedesaan (INFODATIN RI, 2018). revalensi DM meningkat

diakibatkan banyaknya pasien DM yang belum mendapat pengobatan maupun

yang sudah mendapat pengobatan namun kadar gula dalam darahnya belum

mencapai target normal serta adanya komplikasi yang dialami oleh pasien.

(Fatimah, 2015).

Jumlah pasien yang mengalami diabetes mellitus diperkirakan terus

mengalami peningkatan. Data dari International Diabetes Federation (IDF),

terdapat 382 juta orang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada

tahun 2035 jumlah tersebut akan meningkat menjadi 592 juta orang (Pusat

data dan informasi KEMENKES RI, 2014). Indonesia menempati peringkat

keenam di dunia untuk prevalensi penderita DM setelah China, India, Amerika

6
Serikat, Brazil, dan Rusia, dengan jumlah 10,276,1 juta jiwa. Padahal

sebelumnya data International Diabetes Federation (2015) posisi Indonesia

menempati peringkat ketujuh di Dunia dengan jumlah 10 juta jiwa. Prevalensi

penderita Diabetes mellitus terbanyak ada di Jawa Timur yaitu 605.974 orang

(hardika 2018).

Penyakit Peripheral artery disease (PAD) serta gejala kaki diabetes dapat

diatas dengan aktivitas fisik seperti olahraga, salah satu olahraga yang dapat

dilakukan kan yaitu treadmil karena dapat meningkatkan kinerja berjalan pada

penderita Peripheral artery disease (PAD) (Mcdermott, 2017). Komplikasi

diabetes mellitus yang sering dijumpai adalah stroke, jantung, Neuropati

(kerusakan syaraf), gagal ginjal, dan kaki diabetik (diabetic foot) yang dapat

bermanifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangrene, purwanto dalam

(Hardika 2018). Proses terjadinya neuropati diabetik berawal dari

hiperglikemia yang berkepanjangan. Selain itu, keterbatasan jumlah insulin

pada penderita DM mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini

menyebabkan rusaknya pembuluh darah, saraf, dan struktur internal lainnya

sehingga pasokan darah ke kaki semakin terhambat, akibatnya pasien DM

akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada kakinya. Ulkus kaki diabetik

merupakan salah satu komplikasi yang sangat serius dari penyakit diabetes

melitus untuk mencegah dan mengatasi terjadinya ulkus kaki diabetik yang

disebabkan oleh perifer neuropati dan penyakit arteri periper dengan

mengukur nilai Ankle Brachial Index dengan menggunakan doppler serta

menilai kadar glukosa darah (Lung et al., 2020)

7
Senam kaki diabetes melitus merupakan kegiatan atau latihan yang di

lakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan

membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki. Senam kaki diabetes

dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil

kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat

meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan

pergerakan sendi (Wibisana & Sofiani, 2017). Penerapan senam diabetes

sebagai salah satu aktivitas penderita dalam penurunan kadar gula darah.

Apabila rutin melakukan latihan fisik dan senam diabetes pada pasien

diabetes, yang mengalami gangguan vaskularisasi, maka akan terjadi

perubahan nilai ABI yang bermakna dan mencegah terjadinya gangguan pada

tungkai kaki bagian bawah ( Yofa dan sutrisari 2021).. Senam

direkomendasikan dilakukan dengan intensitas moderat (60-70 maksimum

heart rate), durasi 30-60 menit, dengan frekuensi 3-5 kali per minggu dan

tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam ( widianty dan

prorewati, 2018). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur

pengaruh senam kaki terhadap nilai ABI pada pasien dm tipe 2 berdasarkan

literature review.

1.1 Identifikasi masalah

Factor penyebab
DM DIABETES MELITUS Prevalensi penderita
1. Geneti TIPE 2 Diabetes mellitus di
2. Obesitas Indonesia 10,276,1 juta
3. Usia jiwa (IDF, 2015)
4. Tekanan
Darah Empat pilar
5. Aktifitas Fisik penatalaksanaan DM :
6. Stress
1. Edukasi,
7. Riwayat DM
gestasional 2. Terapi gizi medis,
8. HDL kolesterol 3. Latihan jasmani
(Damayanti, 4. Terapi
8
farmakologis
2015)
(PERKENI 2015)
Gambar 1.1 identifikasi masalah pengaruh senam kaki terhadap kadar gula darah.

Pada gambar 1.1 dapat di jelaskan bahwa faktor penyebab dm tipe 2 adalah

factor Genetic, Obesitas, Usia, Tekanan Darah, Aktifitas Fisik, Stress,

Riwayat DM gestasional, HDL kolesterol sehingga hal ini mengakibatkan

peningkatan kadar glukosa dan insulin tidak dapat secara mandiri mengurai

glukosa, hal ini dapat dikendalikan dengan berbagai cara yaitu salah satunya

adalah melakukan latihan senam kaki diabetic sehingga diharapkan dengan

melakukan aktifitas ini dapat membantu tubuh dalam mengurai kadar glukosa

yang ada.

1.2 Masalah Rumusan

Bagaimana Pengaruh Senam Kaki Terhadap Nilai ABI Pada Pasien DM Tipe

2 berdasarkan studi empiris 10 tahun terahir?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mempelajari Pengaruh Senam Kaki Terhadap Nilai ABI Pada Pasien DM Tipe 2

berdasarkan literature review

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur nilai ABI Sebelum Melakukan Senam Kaki berdasarkan hasil

literature review.

2. Mengidentifikasi Nilai ABI setelah melakukan senam kaki pada pasien dengan

dm tipe 2 berdasarkan literature review

3. Menganalisa Pengaruh Senam Kaki terhadap perubahan nilai ABI pada pasien

dengan dm tipe 2 berdasarkan hasil literature review.

9
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil literature review ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris

tentang pengaruh senam kaki terhadap perubaha nilai ABI dan senagai masukan

bagi perkembangan ilmu kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Rumah Sakit Baptis Kediri

Penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai manfaat senamkaki diabetes terhadap Nilai ABI pasien DM tipe

2.

2. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui hasil dari review dan dapat meningkatkan ilmu

penngetahuan tentang DM Tipe 2

3. Bagi pasien

Diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi bagi pasien diabetes

melitus untuk meningkatkan aktifitas fisik senam kaki agar mencegah

terjadinya komplikasi , memberikan manfaat pada pasien yang mengalami

diabetes untuk mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetes.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan kompetensi perawat dan meningkatkan

peran perawat sebagai pemberi asuhan yang mandiri tentang pencegahan

peningkatan kadar gula dalam darah melalui media senam.

10
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP SENAM KAKI

2.1.1 PENGERTIAN SENAM KAKI DIABETES

Senam kaki diabetik adalah latihan senam kaki yang dapat dilakukan

dengan posisi berdiri, duduk dan tidur, dengan cara menggerakan kaki dan

sendi-sendi kaki misalnya berdiri dengan tumit diangkat, mengangkat dan

menurunkan kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan,

mengangkat, memutar keluar atau kedalam dan mencengkram pada jari-jari kaki,

latihan dilakukan setiap hari secara teratur sambil santai di rumah dan di saat

kaki terasa dingin (Lumenta, dalam Kurnia & Prawesti, 2017).

Senam kaki Diabetes Mellitus adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan

oleh lansia yang menderita Diabetes Mellitus untuk mencegah terjadinya luka

dan membantu memperlancar peredaran darah bagian kaki (Setyoadi, dalam

Kurnia & Prawesti, 2017).

Senam kaki merupakan aktifitas yang dilakukan olahraga yang rutin dan

senam kaki akan sangat efektif dalam mengontrol berat badan, memperkuat

tulang dan otot, menurunkan kadar gula darah, serta mengurangi risiko

komplikasi diabetes (Putri, 2019).

Senam kaki diabetes merupakan aktifitas yang berpengaruh terhadap

perubahan kadar gula darah yaitu pada otot-otot yang bergerak aktif dapat

meningkatkan kontraksi sehingga permeabilitas membran sel terhadap

peningkatan glukosa, resistensi insulin berkurang dan sensitivitas insulin

meningkat (Rusli, 2015).

11
Senam kaki diabetes adalah salah satu kunci penting untuk mencegah

komplikasi pada pasien diabetes, terutama diabetes tipe 2 yang dianjurkan untuk

rajin berolahraga guna menjaga kadar gula darah dalam tubuh (Tim CNN

Indonesia, 2020).

Senam kaki adalah aktifitas yang menyebabkan otot berkontraksi selama

aktivitas, sel dapat mengambil glukosa dan menggunakannya sebagai energi,

baik insulin tersedia atau tidak, Inilah cara olahraga membantu menurunkan gula

darah dalam jangka pendek (american diabetic asosiation team, 2021)..

Sensitivitas insulin meningkat, sehingga sel otot lebih mampu menggunakan

insulin yang tersedia untuk mengambil glukosa selama dan setelah aktivitas

(american diabetic asosiation team, 2021).

2.1.2 MANFAAT SENAM KAKI DIABETES

Senam kaki diabetes merupakan aktifitas yang mempengaruhi

perubahan kadar gula darah yaitu pada otot-otot yang bergerak aktif dapat

meningkatkan kontraksi sehingga permeabilitas membran sel terhadap

peningkatan glukosa, resistensi insulin berkurang dan sensitivitas insulin

meningkat (Parichehr, et al, 2012 dalam Rusli, 2015).

Pada senam kaki ketika otot berkontraksi selama aktivitas, sel dapat

mengambil glukosa dan menggunakannya sebagai energi, baik insulin tersedia

atau tidak, Inilah cara olahraga membantu menurunkan gula darah dalam

jangka pendek (american diabetic asosiation team, 2021)

Latihan senam kaki dapat dilakukan setiap hari secara teratur dengan

posisi berdiri, duduk, dan tidur, dengan cara menggerakan kaki dan sendi-sendi

kaki. Peran kita sebagai perawat adalah membimbing pasien untuk melakukan

12
senam kaki secara mandiri. Dengan melakukan senam kaki maka dapat

menyebabkan pemulihan fungsi saraf perifer dengan menghambat reduktase

aldosa (AR) yang mengakibatkan meningkatnya NADPH (Nicotinamide

Adenine Dinucleotide Fosfat Hidroksida). Peningkatan NADPH dapat

berkonstribusi dalam meningkatkan sintesis nitrat oksida (NO), dimana nitrat

oksida (NO) dapat menghilangkan hipoksia pada saraf perifer, (Soegondo

dalam Yulita et al., 2019).

2.1.3 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Indikasi dan Kontraindikasi Senam Kaki Diabetes:

1. Indikasi:

Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita DM dengan tipe 1

maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita DM

sebagai tindakan pencegahan dini (Maryunani anik, 2013).

Indikasi dari senam ini dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes

melitus pada tipe I dan tipe 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien

didiagnosa diabetes melitus sebagai pencegahan dini. Orang yang depresi,

cemas atau khawatir, tekanan darah tinggi perlu diperhatikan sebelum

melakukan senan haki. Selain itu, kaji keadaan umum pasien apakah lavak

untuk dilakukan senam kaki pada pasien tersebut, cek tanda-tanda vital,

respiratori (adakah dispaca atau nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana

hati atau mood, motivasi), serta perhatikan indikasi dan kontra indikasi dalam

pemberian tindakan senam indakasi (Lutfiani et al., 2020).

2. Kontraindikasi:

1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnea atau nyeri dada.

13
2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas.

2.1.4 PELAKSANAAN UMUM

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2

apabila tidak disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan

latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu

selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar

latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut (Soelistijo et al., 2015). Dianjurkan

untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila

kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani

(Soelistijo et al., 2015).

Kegiatan sehari-hari atau aktivitas seharihari bukan termasuk dalam

latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan

jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan

dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali

glukosa darah (Soelistijo et al., 2015). Latihan jasmani yang dianjurkan berupa

latihan jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50- 70%

denyut jantung maksimal seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan

berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka

220 dengan usia pasien. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani, intensitas latihan jasmani pada penyandang DM

yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada penyandang DM yang

disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan

masing-masing individu (Soelistijo et al., 2015a).

Berikut ini pelaksanaan menurut Anik Maryunani, 2013 yang perlu

14
diperhatikan dalam pelaksanaan senam kaki, yakni:

1. Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk dan tidur,

dengan cara menggerakkan kaki dan sendi-sendi kaki, misalnya berdiri dengan

kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki.

2. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat, memutar

keluar atau ke dalam dan mencengkeram pada jari-jari kaki. Latihan senam

kaki diabetes dapat dilakukan setiap hari secara teratur, sambil

3. Santai di rumah bersama keluarga, dan juga apabila kaki terasa dingin, senam

kaki ulang dapat dilakukan.

2.1.5 PROSEDUR TINDAKAN


Menurut Anik Maryunani, 2013 Langkah-langkah senam kaki adalah sebagai

berikut:

1. Posisikan pasien duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh

lantai

Gambar 2.1 langkah pertama senam kaki


2. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke

atas lalu dibengkokan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10

kali

15
Gambar 2.2 langkah ke dua senam kaki
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke

atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki

diangkat ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan

secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

Gambar 2.3 langkah ke tiga senam kaki


4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
buat gerakan memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak
10 kali, Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Gambar 2.4 langkah ke emat senam kaki


5. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke depan
turunkan kembali secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak
10 kali.

16
Gambar 2.5 langkah ke lima senam kaki
6. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan

gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai.

Ulangi sebanyak 10 kali.

Gambar 2.6 langkah ke enam senam kaki


7. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan

pergelangan kaki ke depan dan kebelakang. Ulangi sebanyak 10 kali.

Gambar 2.7 langkah ke tujuh senam kaki

8. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki, tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan

17
secara bergantian.

Gambar 2.8 langkah ke delapan senam kaki

9. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola

dengan kedua belah kaki.

18
Gambar 2.9 gerakan membentuk koran menjadi bulat

10. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan

kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja:

Gambar 2.10 langkah ke sepuluh senam kaki

a. Robek Koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.

Gambar 2.11 Gerakan merobek kertas menjadi dua bagian

b. Sebagian koran disobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.

19
Gambar 2.12 gerakan merobek kertas

c. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu

letakkan sobekan kertas pada bagian kertas yang utuh.

Gambar 2.13 gerakan memindah sobekan kertas

d. Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola

Gambar 2.14 Gerakan membungkus kertas menjadi bola

20
2.2 KONSEP GULA DARAH

2.2.1 PENGERTIAN GULA DARAH

Glukosa darah atau kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada

tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa

serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah

adalah sumber utama energy untuk sel-sel tubuh. Kadar glukosa darah adalah

istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula

darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya

tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150

mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level

terendah pada pagi hari, sebelum orang makan (Kurnia & Prawesti, 2017).

Tabel 2.1 Kontrol gula darah

Pemeriksaan Kadar gula darah Kadar gula darah


penderita diabetes normal

Sebelelum makan 90-130 Di bawah 110


(puasa)

Setelah makan 90-130 Di bawah 110

Dua jam setelah makan 120-160 Di bawah 140

Sebelum tidur 110-150 Di bawah 120

2.2.2 Jenis gula darah

1. Gula Darah Puasa

Gula darah puasa adalah kadar gula yang diukur setelah melakukan puasa

selama kurang lebih 10 s.d 1 jam. Kadar Gula darah puasa normal

biasanya di kisaran 80 s.d 120 mg/dl (Kurnia & Prawesti, 2017).

21
2. Gula darah 2 Jam pp

Apa yang dimaksut dengan 2 jam pp, kalau tes ini sama dengan gula darah

puasa, hanya saja setelah puasa 2 jam sebelum tes pasien dianjurkan untuk

makan dulu dan kemudian baru dilakukan pemeriksaan (Kurnia &

Prawesti, 2017).

3. Gula darah sewaktu

Pemeriksaan ini paling sering dilakukan dengan cara pasien datang

langsung di tes, anda juga bisa membeli alatnya sendiri dan anda lakukan

di rumah, namun juga tetap harus melakukan dengan kaidah kebersihan

dan peralatan steril untuk menghindari infeksi. Cara ini begitu penting

ketika digunakan untuk mengetahui penurunan gula darah dalam waktu

yang cepat, namun kurang bisa mengetahui gambaran pengendalian

diabetes untuk jangka panjang. (kurang lebih 3 bulan) (Kurnia & Prawesti,

2017).

4. HbA1c

HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi glukosa dengan hemoglobin.

(merupakan bagian dari sel darah merah). Pemeriksaan HÞA1c ini sangat

penting untuk mengetahui kondisi kendali diabetes selama 3 bulan dan

tentu lebih valid untuk melihat kondisi dalam jangka panjang. (sekitar 3

bulan) (Kurnia & Prawesti, 2017).

2.2.3 PENGERTIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

DM merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan

pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya, (Brunner dalam Kurnia &

22
Prawesti, 2017). DM didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik

yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau intensitivitas sel terhadap

insulin disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan

dengan mikroskop electron, (Riyadi dalam Kurnia & Prawesti, 2017). DM

merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya peningkatan

kadar gula darah (hiperglikemia), yang terjadi akibat gangguan sekresi

insulin, gangguan aktivitas insulin dan keduanya, (Smeltzer & Bare dalam

Yulita et al., 2019).

DM didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik yang ditandai

oleh ketiadaan absolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan

berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,

disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop

electron, (Riyadi dalam Kurnia & Prawesti, 2017).

DM merupakan merupakan gangguan metabolik yang

dikarakteristikkan dengan hiperglikemi bersama dengan gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh defek

sekresi insulin dan aksi insulin, (Alberti dalam Wibisana & Sofiani, 2017).

DM adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan

ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein, mengarah kehiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi).

Pemikiran dari hubungan gula dengan DM adalah sesuai karena lolosnya

23
sejumlah besar urine yang mengandung gula ciri dari DM yang tidak

terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah peran penting dalam

perkembangan komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari glukosa darah

hanya satu komponen dari proses patologis dan manifestasi klinis yang

berhubungan dengan DM. Proses patologis dan faktor resiko lain adalah

penting, dan terkadang merupakan faktor-faktor independen. Diabetes melitus

dapat berhubungan dengan komplikasi serius, namun orang dengan DM dapat

mengambil cara-cara pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kejadian

tersebut, (Black dan Hawks dalam Kurnia & Prawesti, 2017)

DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes

(NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang diproduksi oleh pancreas

biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan tubuh total, (Guay dalam Damayanti, 2015). Jumlahnya

mencapai 90-95 % dari seluruh pasien dengan diabetes, dan banyak dialami

oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi pada

individu obesitas, (CDC dalam Damayanti, 2015).

Pada pasien dengan DMTII terdapat kelainan dalam pengikatan

insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah

tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi

penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system

transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu

yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya

sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan

hiperglikemia, (Price dalam Kurnia & Prawesti, 2017). Diabetes Mellitus tipe

24
II disebut juga 2 Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu

kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama

dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-

kanak (Kurnia & Prawesti, 2017).

DM adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak akibat dari ketidak seimbangan antara ketersediaan insulin dengan

kebutuhan insulin. Gangguan tersebut dapat berupa defisiensi insulin absolut,

gangguan pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas, ketidakadekuatan atau

kerusakan pada reseptor insulin, produksi insulin yang tidak aktif dan

kerusakan insulin sebelum bekerja, (Sudoyo.et.al, 2006 dalam Damayanti,

2015). DM tipe 2 dikarakteristikkan dengan hiperglikemia, resistensi insulin

dan kerusakan relatif sekresi insulin, (Subekti.et.al. 2009 dalam (Damayanti,

2015). DM merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikan

dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein awal terjadinya hyperglikemia (kadar gula yang tinggi

dalam darah, (Black & Hawk dalam Damayanti, 2015).

Dalam kondisi normal sejumlah glukosa dari makanan akan

bersirkulasi di dalam darah, kadar glukosa dalam darah diatur oleh insulin,

yaitu hormone yang diproduksi oleh pankreas, berfungsi mengontrol kadar

glukosa dalam darah dengan cara mengatur pembentukan dan penyimpanan

glukosa. Pada pasien DM, sel-sel dalam tubuh berhenti berespon terhadap

insulin atau parikreas berhenti memproduksi insulin, ini mengakibatkan

hiperglikemia sehingga dalam waktu tertentu dapat menyebabkan komplikasi

25
metabolik akut, selain itu dalam jangka panjang hiperglikemia menyebabkan

komplikasi makrovaskular, komplikasi mikrovaskular dan komplikasi

neuropatik, (Smeltzer et al dalam Damayanti, 2015). Kondisi kronik

hiperglikemi pada pasien diabetes berhubungan dengan panjang, disfungsi

dan kegagalan organ terutama mata ginjal, saraf, dan pembuluh darah, (ADA

dalam Damayanti, 2015)

2.2.4 Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah

Kadar gula darah dipengaruhi oleh hormon dan mekanisme metabolik.

Konsentrasi glukosa dalam darah normal orang dewasa adalah 3,9-5,8

mmol/L (70-105 mg/100mL). Saat makan kadar gula darah dapat meningkat

hingga 6,5-7,2 mmol/L dan selama puasa dapat turun hingga 3,3-3,9 mmol/L.

Alasan utama pengaturan gula darah dilakukan secara ketat adalah karena

otak secara normal tergantung pada glukosa. Walaupun otak dapat

menggunakan keton dari hasil perombakkan lemak sebagai sumber energinya

sebagai mekanisme adaptasi. Glukosa di dalam aliran darah berkisar 16 gram

dimana kecepatan peningkatan gula darah adalah 8-10 gram tiap jamnya

setelah absorbsi dan pergantiannya dilakukan setiap 2 jam. Hati merupakan

produsen glukosa utama untuk menjaga stabilitas kadar gula darah (Kurnia &

Prawesti, 2017).

Glukagon bekerja pada sel hati dengan menyebabkan glikogenolisis

yang oleh keadaan hipoglikemia. Saat glukosa plasma mengalami

þeningkatan hingga dua kali, maka sekresi glukagon akan terhambat dan

digantikan oleh insulin. Glukagon bekerja pada resptor spesifik pada

membran sel untuk mengaktifkan respon seluler. Reseptor yang memiliki

26
relasi dengan glukosa adalah GLP-1 (glukagon-like peptide-1), GIP (gastric

inhibitory peptide), VIP (vasoactive intestinal peptide), secretin, GRF

( growth hormon releasing factor) dan PACAP (pituitaryadenylate cyclase-

activating polypeptide). Epinefrin bekerja dengan meningkatkan

glikogenolisis dengan menstimulasi fosforilase yang akan melepaskan

glukosa untuk metabolisme otot (Levin dalam Kurnia & Prawesti, 2017).

2.2.5 Factor Penyebab Peningkatan Gula Darah

Beberapa factor penyebab gula darah meningkat menurut (Yosia, 2021)

adalah sebagai berikut

1. Gangguan hormon insulin

Pada dasarnya, penyebab kadar gula darah yang tinggi adalah

kurangnya pasokan hormone insulin ataupun saat hormon insulin yang tidak

bekerja dengan optimal akibat retensi insulin. Insulin merupakan hormon

yang berperan penting dalam menjaga kadar gula dalam darah tetap normal.

Hormon ini membantu proses penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh untuk

selanjutnya diubah menjadi energi. Gangguan pada hormon insulin ini bisa

disebabkan oleh kondisi autoimun, faktor genetik, usia, ataupun penerapan

gaya hidup tak sehat yang menyebabkan berat badan berlebih .

2. Dehidrasi

Dehidrasi juga dapat menjadi penyebab meningkatnya kadar gula

darah dalam tubuh. Hal ini disebabkan aliran darah dalam tubuh yang

kekurangan cairan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi gula dalam

darah, alias darah menjadi lebih kental. Hubungan ini juga dapat terjadi

sebaliknya, ketika gula darah meningkat maka tubuh akan mengeluarkan urin

27
lebih banyak untuk menyeimbangkan kosentrasi cairan dalam tubuh. Oleh

karena itu, peningkatan kadar gula darah juga memicu dehidrasi.

3. Pemanis buatan

Banyak orang yang menderita diabetes melitus menganggap bahwa

aman untuk mengonsumsi makan atau minuman yang tidak mengandung gula

atau berlabel sugar-free. Ada pula  yang bahkan sampai mengganti gula

alami dengan pemanis buatan karena dianggap lebih aman. Padahal, serupa

dengan gula atau pemanis alami, pemanis buatan tetap bisa meningkatkan

kadar gula darah jika dikonsumsi secara berlebihan.

4. Fenomena fajar

Fenomena fajar atau dawn phenomenon merupakan kondisi yang

dapat menjadi penyebab gula darah tinggi. Kondisi ini terjadi saat tubuh

mengalami peningkatan sejumlah hormon yang dapat meningkatkan gula

darah secara drastis. Seperti namanya, fenomena fajar biasa terjadi pada

pukul 2-8 pagi, di mana tubuh mengeluarkan hormon seperti hormon

pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin, yang dapat meningkatkan

resistensi insulin. Kondisi ini membuat kinerja insulin semakin terhambat

sehingga gula darah naik.

5. Menstruasi

Perubahan hormon pada masa menstruasi ternyata juga memengaruhi

kadar gula darah. Tidak stabilnya hormon perempuan yang sedang memasuki

masa menstruasi dapat membuat tubuh menjadi lebih tidak peka terhadap

insulin. Kondisi ini dapat menjadi penyebab gula darah naik. Biasanya hal ini

terjadi seminggu sebelum menstruasi berlangsung.

28
6. Obat-obatan

Pengobatan tertentu juga dapat memengaruhi kadar gula darah Anda.

Pasalnya, beberapa obat memiliki efek samping pada peningkatan kadar gula

darah dalam tubuh. Menurut studi dalam jurnal Diabetes Spectrum, beberapa

obat yang diketahui dapat memicu kenaikan kadar gula darah, yaitu:

1) Kortikosteroid: biasanya diberikan untuk mengobati peradangan dalam tubuh

seperti untuk asma, arthritis, dan penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya.

2) Obat antipsikotik atau antidepresan: obat yang digunakan dalam terapi

kesehatan mental seperti olanzapine dan clozapine.

3) Beta blocker: golongan obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan

darah, mengobati aritmia (detak jantung tidak teratur), hingga mengurangi

kecemasan.

4) Protase inhibitor: obat yang digunakan dalam pengobatan HIV/AIDS seperti

ritonavir.

5) Obat diuretik: obat ini digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan

penambah cairan, contohnya diuretik thiazide.

6) Siklosporin: obat yang digunakan dalam pengobatan transplantasi ginjal.

7) Asam nikotinat atau niasin: obat untuk menurunkan lemak darah sehingga

mengurangi kadar kolesterol buruk dan meningkatkan kolesterol baik.

8) Mengonsumsi pil KB juga memengaruhi kadar gula darah. Oleh karena itu,

penderita diabetes disarankan untuk mengonsumsi pil KB kombinasi, seperti

norgestimate dan estrogen sintetis.

7. Kurang tidur

29
Membatasi tidur menjadi 4 jam dalam semalam, sensitivitas insulin

mereka menurun 14-21%. Kurang tidur akan meningkatkan stres pada tubuh

dan berakibat pada kadar gula darah naik. Pasalnya, selama tidur, terjadi

penurunan hormon kortisol dan aktivitas sistem sarah yang dapat membantu

mengatur kadar gula darah..

8. Sedang sakit

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, seperti

pneumonia dapat menjadi penyebab gula darah tinggi. Ketika sakit atau

terdapat infeksi dalam tubuh, tubuh akan menghasilkan hormon dan

meningkatkan sistem kekebalan untuk melawan kuman dan bakteri. Namun,

ketika penderita diabetes sakit atau terserang penyakit infeksi, maka gula

darahnya cenderung akan meningkat. 

2.3 KONSEP DIABETES MELLITUS TIPE 2

2.3.1 PENGERTIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai Non-Insulin Dependent Diabetes

(NIDDM). Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik

vang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)

akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya(Brunner

dalam Kurnia & Prawesti, 2017). Diabetes melitus didefinisikan sebagai

keadaan hiperglikemia kronik yang ditandai ołeh ketiadaan absolut insulin

atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai berbagai kelainan metabolik

akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran

basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron (Riyadi dalam Kurnia

30
& Prawesti, 2017).

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau

mengalihkan" (siphon). Melitus dari bahasa Latin yang bermakna manis atau

madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan

volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi (Corwin dalam

Kurnia & Prawesti, 2017). Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis

progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia

(kadar glukosa darah tinggi). Pemikiran dari hubungan gula dengan DM

adalah sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung gula

ciri dari DM yang tidak terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan

sebuah peran penting dalam perkembangan komplikasi terkait DM, kadar

yang tinggi dari glukosa darah hanya satu komponen dari proses patologis

dan manifestasi klinis yang berhubungan dengan DM. Proses patologis dan

faktor resiko lain adalah pendng, dan terkadang merupakan faktor-faktor

independen. Diabetes melitus dapat berhubungan dengan komplikasi serius,

namun orang dengan DM dapat mengambil cara-cara pencegahan untuk

mengurangi kemungkinan kejadian tersebut (Black dan Hawks dalam (Kurnia

& Prawesti, 2017).

Dalam Damayanti, 2015 DM tipe 2 atau juga dikenal sebagai

NonInsulin Dependent Diabetes (NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin

yang diproduksi oleh pancreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis

tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total. Dalam DM tipe 2,

jumlah insulin yang diproduksi oleh pancreas biasanya cukup untuk

31
mencegah ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh

total. Jumlahnya mencapai 90-95 % dari seluruh pasien dengan diabetes, dan

banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih sering

terjadi pada individu obesitas. Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar

belakang kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin.

Resistensi insulin awalnya belum menyebabkan DM secara klinis. Normalnya

insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan mulai terjadi

rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa.

Pada diabetes tipe 2 reaksi dalam sel kurang efektif karena kurangnya

insulin yang berperan dalam menstimulasi glukosa masuk ke jaringan dan

pengaturan pelepasan glukosa dihati. Adanya insulin juga dapat mencegah

pemecahan lemak yang menghasilkan badan keton. DM tipe 2 banyak terjadi

pada usia dewasa lebih dari 45 tahun, karena berkembang lambat dan

terkadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula darah tinggi baru dapat dirasakan

seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, proses penyembuhan luka

yang lama, infeksi vagina, kelainan penglihatan( Tarwoto,2016 ).

DM tipe 2 adalah suatu kondisi hiperglikemia puasa yang terjadi

meski tersedia insulin endogen. DM tipe 2 dapat terjadi pada semua usia

tetapi biasaya dijumpai pada paruh baya dan lansia. DM tipe 2 merupakan

bentuk paling umum DM. Hereditas berperan dalam transmisi dihasilkan

pada DM tipe 2 berbeda- beda dan meski ada fungsinya dirusak oleh

resistensi insulin di jaringan perifer. Hati memproduksi glukosa lebih dari

normal, karbohidrat dalam makanan tidak dimetabolisme dengan baik, dan

akhirnya pancreas mengeluarkan jumlah insulin yang kurang dari dibutuhkan

32
(Porth, 2007). Apa pun penyebabnya, terdapat cukup produksi insulin untuk

mencegah pemecahan lemak yang dapat menyebabkan ketosis, sehingga, DM

tipe 2 digolongkan sebagai bentuk DM non-ketosis. Namun, jumlah insulin

yang ada tidak cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah melalui

ambilan glukosa oleh otot dan sel lemak (Lemone et al., 2015).

Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah resistensi selular

terhadap fek insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak

beraktivitas, penyakit, obat-obatan, dan pertambahan usia. Pada kegemukan,

insulin mengalami penurunan kemampuan untuk memengaruhi absorpsi dan

metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan adiposa.

Hiperglikema meningkat secara perlahan dan dapat berlangsung lama

sebelum DM didiagnosis, sehingga kira-kira separuh diagnosis baru DM tipe

2 yang baru didiagnosis sudah mengalami komplikasi (Lemone et al., 2015).

Sel beta pankreas masih dapat melakukan overkompensasi bahkan

sampai overkompensasi, berlebihan sehingga Kerja insulin disekresi secara

berlebihan terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan tujuan normalisasi kadar

glukosa darah. Mekanisme kompensasi yang terus menerus menyebabkan

kelelahan sel beta pankreas (exhaustion) yang disebut dekompensasi,

mengakibatkan produksi insulin yang menurun secara absolut. Kondisi

resistensi insulin diperberat oleh produksi insulin yang menurun akibatnya

kadar glukosa darah semakin meningkat sehingga memenuhi kriteria

diagnosis DM,(Sudoyo dalam Damayanti, 2015).

Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang kelainan yang

diawali dengan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin awalnya belum

33
menyebabkan DM secara Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar

belakang kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin.

Resistensi insulin awalnya belum menyebabkan DM secara Resistensi insulin

utamanya dihasilkan dari kerusakan genetik dan selanjutnya oleh factor

lingkungan. Ketika glukosa intrasel meningkat, maka asam lemak bebas (Free

Fatty Acid FFAS) disimpan, namun ketika glukosa menurun maka FFAS

masuk ke sirkulasi sebagai substrat dari produksi glukosa. Pada kondisi

normal, insulin memicu sintesa trigliserida dan menghambat lipolisis

postprandial. Glukosa diserap ke dalam jaringan adiposa dan sirkulasi FFAS

mempunyai efek yang bahaya pada produksi glukosa dan sensitifitas insulin,

peningkatan glukosa darahpun ikut berperan. Pada tipe ini terjadi kehilangan

sel beta pankreas lebih dari 50% (Damayanti, 2015).

2.3.2 ETIOLOGI DIABETES MILITUS TIPE II

Menurut Tarwoto et al, 2016 penyebab penyakit ini belum diketahui

secara lengkap dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor risiko penyakit

DM diantaranya

1. Usia diatas 45 tahun, jarang DM tipe 2 terjadi pada usia muda.

2. Obesitas, berat badan lebih dari 120 % dari berat badan ideal (kira-kira

terjadi pada 90 %).

3. Riwayat keluarga dengan DM tipe 2.

4. Riwayat adanya gangguan toleransi glukosa (IGT) atau gangguan glukosa

puasa (IFG).

5. Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau hiperlipidemia, kolesterol atau

trigkiserida lebih dari 150 mg/dl.

34
6. Riwayat gestasional DM atau riwayat melahirkan bayi diatas 4 kg.

7. Polycystic ovarian syndrome yang diakibatkan resistensi dari insulin. Pada

keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi (keluarnya sel telur dari ovarium),

tidak terjadi mentruasi, tumbuhnya rambut secara berlebihan, tidak bisa

hamil.

2.3.3 FAKTOR – FAKTOR RESIKO DM

Faktor-faktor risiko terjadinya DM menurut Sudoyo dalam

Damayanti, 2015 antara lain:

1. Faktor Keturunan (Genetik)

Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang

menderita DM sebesar 15% dan risiko mengalami intoleransi glukosa yaitu

ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal sebesar.

Faktor genetic dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah

kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan rangsang sekretoris

insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap

faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta

pankreas. Secara genetik risiko DM tipe 2 meningkat pada saudara kembar

monozigotik seorang DM tipe 2, ibu dari neonatus yang beratnya lebih dari

4 Kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang mempunyai

insiden tinggi terhadap DM.

2. Obesitas

Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan z 20% dari berat

ideal atau BMI (Body Mass Index) 227kg/m2. Kegemukan menyebabkan

berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada

35
otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin

perifer. Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas

insulin saat terjadi peningkatan glukosa darah (Smeltzer, et al. 2008).

Soegondo menyebabkan respons sel beta pankreas terhadap peningkatan

glukosa darah berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh

termasuk di otot berkurang jumlah dan keaktifannya (kurang).

3. Usia

Faktor usia yang risiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun,

hal ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia dimulai

dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada

tingkat organ yang dapat mempengaruhi homeostasis. Setelah seseorang

mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2mg% tiap

tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan,

berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya

kenaikan relevansi diabetes serta gangguan toleransi glukosa. Menurut

Ketua Indonesian Diabetes Association, Soegondo, menyebutkan bahwa

DM tipe 2 biasanya ditemukan pada orang dewasa usia 40 tahun ke atas,

akan tetapi pada tahun 2009 diketemukan penderita DM termuda pada usia

20 tahun. Upaya terbaik yang harus dilakukan adalah pencegahan dengan

mendiagnosis prediabetes sejak dini.

4. Tekanan Darah

Seseorang yang berisiko menderita DM adalan yang mempunyai

tekanan darah tinggi (Hypertensi) umumnya pada diabetes melitus

menderita juga yaitu tekanan darah 140/90 mmHg Pada hipertensi.

36
Hipertensi yang tidak dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan

pada ginjal dan kelianan kardiovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah

dapat dikontrol maka akan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan

makrovaskuler yang disertai pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol.

Patogenesis hipertensi pada penderita DM tipe 2 sangat kompleks, banyak

faktor yang berpengaruh pada peningkatan tekanan darah. Pada DM factor

tersebut adalah : resistensi insulin, kadar gula darah plasma, obesitas selain

faktor lain pada system otoregulasi pengaturan tekanan darah (Sudoyo,

2006).

5. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM

tipe 2. Menurut Ketua (Persadia), Indonesian Diabetes Association

Soegondo bahwa DM tipe 2 selain faktor genetik, juga bisa dipicu oleh

lingkungan yang menyebabkanperubahan gaya hidup tidak sehat,seperti

makan berlebihan (berlemak dan kurang serat), kurang aktivitas fisik, stres.

DM tipe 2 sebenarnya dapat dikendalikan atau dicegah terjadinya melalui

gaya hidup sehat, seperti makanan sehat dan aktivitas teratur. Aktifitas fisik

berdampak terhadap aksi insulin pada orang yang berisiko DM, Suyono

dalam Soegondo (2007) menjelaskan bahwa kurangnya faktor yang ikut

berperan yang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2.

Menyatakan individu yang aktif memiliki insulin dan profil glukosa

yang lebih baik daripada individu yang tidak aktif. Mekanisme aktifitas fisik

dalam mencegah atau menghambat DM tipe 2 yaitu:

1) Penurunan resistensi insulin/ peningkatan sensitifitas insulin

37
2) Peningkatan toleransi glukosa

3) Penurunan lemak adipose tubuh secara menyeluruh

4) Pengurangan lemak sentral

5) Perubahan jaringan otot (Kriska, perkembangan 2007).

6. Kadar Kolesterol

Kadar HDL Kolesterol s 35 mg/dL (0,09 mmol/L) dan atau kadar

trigliserida 2259 mg/dl (2,8 mmol/L) (Sudoyo, 2009). Kadar abnormal lipid

darah erat kaitannya dengan obesitas dan DM tipe 2. Kurang lebih 38%

pasien dengan BMIl 27 adalah penderita hiperkolesterolemia. Pada kondisi

ini, perbandingan antara HDL (High Density Lipoprotein) dengan LDL

(Low Density Lipoprotein) cenderung menurun (dimana kadar trigliserida

secara umum meningkat) sehingga memperbesar risiko atherogenesis. Salah

yang diduga menjadi predisposisi diabetes tipe satu mekanisme adalah

terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat yang berasal dari

suatu lemak visceral yang membesar. Proses ini menerangkan terjadinya

sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas di hati, sehingga

kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah

menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat

lainnya adalah peningkatan glukoneogenesis dimana glukosa darah

meningkat. Efek kedua dari peningkatan asam-asam lemak bebas adalah

menghambat pengambilan glukosa oleh sel otot. Dengan demikian,

walaupun kadar insulin meningkat, namun glukosa darah tetap abnormal

tinggi. Hal ini menerangkan suatu resistensi fisiologis terhadap insulin

seperti yang terdapat pada diabetes tipe 2.

38
7. Stres

Stres adalah segala situasi dimana non-spesifik mengharuskan individu

untuk berespon atau melakukan tindakan.Respon ini sangat individual.

Karena individu mempunyai sifat yang multidimensi. Stres muncul ketika

ada ketidakcocokan tuntutan antara tuntutan yang dihadapi dengan

kemampuan yang dimiliki. Diabetesi yang mengalami stres dapat merubah

pola makan, latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi dan hal ini

menyebabkan terjadinya hiperglikemi. Stres memicu reaksi biokimia tubuh

melalui 2 jalur, yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon stres

yaitu sekresi sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin yang

menyebabkan peningkatan frekuensi jantung. Kondisi ini menyebabkan

glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk perfusi. Bila stres

menetap akan melibatkan hipotalamus-pituitari. Hipotalamus mensekresi

corticotropin-releasing factor, yang menstimulasi pituitari anterior untuk

memproduksi Adrenocortocotropic Hormone (ACTH) kemudian ACTH

menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi glukokortikoid, terutama

kortisol. Peningkatan kortisol mempengaruhi peningkatan glukosa darah

melalui glukoneogenesis, katabolisme protein dan lemak. Selain itu kortisol

juga dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel tubuh

Stres adalah segala situasi di mana tuntutan non spesifik mengharuskan

individu berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Perry &

Potter, 1997). Stres dapat merubah pola makan,latihan, dan penggunaan

obat yang biasanya dipatuhi. Stres dapat menyebabkan hiperglikemia

(Smeltzer & Bare, 2008). Stres memicu terjadinya reaksi biokimia melalui

39
system neural dan neuroendokrin, Reaksi pertama dari respon stress adalah

terjadinya sekresi sistem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis-

adrenal-medular, dan bila stres menetap maka sistem hipotalamus- pituitari

akan diaktifkan. Hipotalamus mensekresi corticotropin-releasing factor,

yang menstimulasi pituitai anterior memproduksi adenocorticotropic.

2.3.4 PATOFISIOLOGI

DM merupakan kumpulan gejala yang kronik dan bersifat sistemik

dengan karakteristik peningkatan gula darah/glukosa atau hiperglikemia

yang disebabkan menurunya sekresi atau aktivitas dari insulin sehingga

mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein dan lemak

(Tarwoto et al., 2016).

Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam

darah dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa

dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi, untuk kebutuhan energi dan

sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen dihati dan jaringan lainnya

dengan bantuan insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel

beta pulau langerhans pankreas yang kemudian produksinya masuk dalam

darah dengan jumlah sedikit kemudian meningkat jika terdapat makanan

yang masuk. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk

mempertahankan gula darah tetap stabil antara 70-120 mg/dl, (Tarwoto et

al., 2016).

Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau

langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik, hormon yang

dapat membantu memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati dan sel

40
lemak. Pada diabetes terjadi berkurangya insulin atau tidak adanya insulin

berakibat pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunya penggunaan

glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkat penggunaan protein

(Tarwoto et al., 2016).

Pada DM tipe 2 masalah utama adalah berhubungan resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukkan

penurunan sensitifitas jaringan pada insulin. Normalnya insulin mengikat

reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi

meliputi metabolisme glukosa. Pada DM tipe 2, reaksi intraseluler

dikurangi, sehingga menyebabkan afektivitas insulin menurun dalam

menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan

pembebasan oleh hati. Mekanisme pasti yang menjadi penyebab utama

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM tipe 2 tidak

diketahui, meskipun factor genetik berperan utama (Tarwoto et al., 2016)

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah penumpukkan

glukosa dalam darah, peningkatan sejumlah insulin harus disekresi dalam

mengatur kadar giukosa darah dalam batas normal atau sedikit lebih tinggi

kadaranya. Namun, jika sel beta tidak dapat menjaga dengan meningkatkan

kebutuhan insulin, mengakibatkan kadar glukosa meningkat, dan DM tipe 2

berkembang (Tarwoto et al., 2016)

1. Menurunnya penggunaan glukosa

Pada diabetes sel-sel membutuhkan insulin untuk membawa glukosa

hanya sekitar 25 % untuk energi. Kecuali jaringan saraf, eritrosit dan sel-sel

usus, hati dan tubulus ginjal tidak membutuhkan insulin untuk transport

41
glukosa (M Black, 2009). Sel-sel lain seperti, jaringan adipose, otot jantung

membutuhkan insulin untuk transport glukosa. Tanpa adekuatnya jumlah

insulin, banyak glukosa tidak dapat digunakan. Dengan tidak adekuatnya

insulin maka gula darah menjadi tinggi (hiperglikemia), karena hati tidak

dapat menyimpan glukosa menjadi glikogen. Supaya terjadi kesimbangan

agar gula darah kembali menjadi normal maka tubuh mengeluarkan glukosa

melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada dalam urin (glukosuria),

disisi lain pengeluaran glukosa melalui urin menyebabkan diuretik osmotic

dan meningkatnya jumlah air yang dikeluarkan, hal ini beresiko terjadi

defisit volume cairan menurut Black, 2009 dalam (Tarwoto et al., 2016)

2. Meningkatnya mobilisasi lemak

Pada DM tipe 1 lebih lebih berat dibandingkan pada tipe 2,

mobilisasi lemak yang dipecah untuk energi terjadi jika cadangan glukosa

tidak ada. Hasil metabolisme lemak adalah keton. Keton akan terkumpul

dalam darah, dikeluarkan Derajat keton dapat diukur dari darah dan urin.

Jika kadarnya tinggi, indikasi diabetes tidak terkontrol lewat ginjal dan paru.

Keton mengganggu keseimbangan asam basa tubuh dengan

memproduksi ion hidrogen sehingga pH menjadi turun dan asidosis

metabolik dapat terjadi. Pada saat keton dikeluarkan, sodium juga ikut

keluar sehingga sodium menjadi rendah dan berkeinbang menjadi asidosis.

Sekresi keton juga mengakibatkan tekanan osmotik sehingga meningkatkan

kehilangan cairan. Jika lemak sebagai sumber energi utama, maka lipid

tubuh dapat meningkat, risiko atherosklerosis juga meningkat.

42
Meskipun gangguan sekresi insulin dikarakteristikan pada DM tipe

2, terdapat sediaan insulin yang cukup untuk mencegah terpecahnya lemak

dan terkumpulnya produksi ketone tubuh. Karena itu tipe DKA (Daibetik

Ketoacidosis) tidak terjadi pada DM tipe 2. Tidak terkontrolnya DM tipe 2

dapat saja, terjadi menyebabkan masalah akut seperti HHNS

(Hyperglycemic Hyperosmolar Nonketotic Syndrome).

3. Meningkatnya penggunaan protein

Kurangnya insulin berpengaruh pada pembungan protein. Pada

keadaan normal insulin berfungsi menstimulasi sintesis protein, jika terjadi

ketidakseimbangan, asam amino dikonversi menjadi glukosa di hati

sehingga kadar glukosa menjadi tinggi.

2.3.5 MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis DM tergantung pada tingkat hiperglikemia yang

dialami oleh pasien. Manifestasi klinik khas yang dapat muncul pada

seluruh tipe diabetes meliputi trias poli, yaitu poliuria, polidipsi dan

poliphagi. Poliuri dan polidipsi terjadi sebagai akibat kehilangan cairan

berlebihan yang dihubungkan dengan diuresis osmotic. Pasien juga

mengalami poliphagi akibat dari kondisi metabolik yang diinduksi oleh

adanya defesiensi insulin serta pemecahan lemak dan protein. Gejala-gejala

lain yaitu kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang mendadak,

perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit kering, adanya

lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi berulang, Smeltzer,et al.

2008 dalam (Damayanti, 2015).

Seiring gejala-gejala yang muncul tidak berat atau mungkin tidak

43
ada, sebagai konsekwensi adanya hiperglikemia yang cukup lama

menyebabkan perubahan patologi dan fungsional yang sudah terjadi lama

sebelum diagnosa dibuat. Efek jangka panjang DM meliputi perkembangan

progresif komplikasi spesifik retinopati yang berpotensi menimbulkan

kebutaan, nephropati yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal, dan

atau neuropati dengan risiko ulkus diabetik, amputasi, sendi charcot, serta

disfungsi saraf autonom meliputi disfungsi seksual, WHO, 1999 dalam

(Damayanti, 2015).

Menurut Tarwoto et al., 2016 tanda dan gejala diabetes mellitus adalah

sebagai berikut:

1. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil (poliuria)

Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh

ginjal bersama urin karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan

kemampuan reabsorpsi dari tubulus ginjal. Untuk mempermudah

pengeluaran glukosa maka diperlukan banyak air, sehingga frekuensi miksi

menjadi meningkat.

2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)

Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini

merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.

3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)

Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energy enyebabkan

cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi pusat lapar.

4. Penurunan berat badan

Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan,

44
glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot.

5. Kelainan pada mata, pelihatan kabur

Pada kondis: kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah

menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang

dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa.

6. Kulit gatal, infeksi kulit,

gatal-gatal disekitar penis dan vagina Peningkatan glukosa darah

mengakibatkan penumpukan pula pada kulit sehingga menjadi gatal, janiur

dan bakteri mudah menyerang kulit.

7. Ketonuria

Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka digunakan asam

lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton yang

kemudian berada pada darah dan dikeluarkan meialui ginjal.

8. Kelemahan dan keletihan

Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan potassium

menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.

9. Terkadang tanpa gejala.

Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradapsi dengan peningkatan

glukosa darah.

2.3.6 KOMPLIKASI

Menurut Black & Hawks dan Smeltzer, et al dalam Damayanti, 2015

mengklasifikasikan komplikasi DM menjadi 2 kelompok besar, yaitu

komplikasi akut dan komplikasi kronis:

1. Akut

45
Terjadi akibat ketidakseimbangan akut kadar glukosa darah, yaitu:

hipoglikemia, diabetic ketoasidosis dan hiperglikemia hiperosmolar non

ketosis. Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah.

Merupakan dibawah normal. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut

diabetes mellitus yang dapat terjadi secara berulang dan dapat memperberat

penyakit diabetes bahkan menyebabkan kematian. Hipoglikemia diabetik

(insulin reaction) terjadi karena peningkatan insulin dalam darah dan

penurunan kadar glukosa darah yang diakibatkan oleh terapi insulin yang

tidak adekuat.

Resiko hipoglikemia ketidaksempurnaan terapi saat ini, pemberian

insulin masih belum sepenuhnya dapat menirukan (mimicking) pola sekresi

insulin yang fisiologis. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada pasien

diabetes tipe terjadi akibat dimana dari pada tipe 2, namun dapat juga terjadi

pada pasien diabetes tipe 2 yang mendapatkan terapi insulin, dan merupakan

faktor penghambat utama dalam penanganan diabetes mellitus.

Faktor utama hipoglikemia yang menjadi focus pengelolaan diabetes

mellitus adalah ketergantungan jaringan saraf pada asupan glukosa secara

terus menerus. Gangguan asupan glukosa yang berlangsung beberapa menit

menyebabkan gangguan fungsi sistem saraf pusat, dengan gejala gangguan

kognisi, bingung, dan koma (Sudoyo, et al. 2006). Hipoglikemia sering

didefinisikan sesuai dengan gambaran klinisnya dan diklasifikasikan

berdasarkan Triad Whipple, yaitu :

1) Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah plasma yang

rendah. Kadar glukosa darah yang rendah (< 3 mmol/L hipoglikemia pada

46
diabetes).

2) Hilangnya secara cepat keluhan sesudah kelainan biokimiawi dikoreksi.

Berdasarkan kriteria diatas, hipoglikemia diabetik dibagi sebagai berikut :

1) Hipoglikemia ringan : simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada

gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.

2) Hipoglikemia Sedang : simptomatik dapat diatasi sendiri, dan manimbulkan

gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.

3) Hipoglikemia berat : sering (tidak selalu) tidak simptomatik, karena

gangguan kognitif, pasien tidak mampu mengatasi sendiri:

a. tidak membutuhkan terapi parenteral

b. Membutuhkan bantuan orang lain tetapi

c. Memerlukan terapi parenteral

d. Disertai koma atau kejang

2. Kronis

Komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler

dan neuropati

1). Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi ini diakibatkan karena perubahan ukuran diameter

pembuluh darah. Pembuluh darah akan menebal, sklerosis dan timbul

sumbatan (occlusion) akibat plaque yang menempel. Komplikasi

makrovaskuler yang paling sering terjadi adalah: penyakit arteri koroner,

penyakit cerebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer, Smeltzer, et al

dalam (Damayanti, 2015).

2). Komplikasi mikrovaskuler

47
Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelainan dan kapiler,

Kelainan pada pembuluh daran struktur dalam membran pembuluh darah

kecil ini menyebabkan dinding pembuluh darah menebal, dan

mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Komplikasi mikrovaskuler

terjadi di retina yang menyebabkan retinopati diabetik dan di ginjal

menyebabkan nefropati diabetic(Sudoyo dalam Damayanti, 2015).

3). komplikasi Neuropati

Neuropati diabetik merupakan sindroma penyakit yang

mempengaruhi semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal

(Sudoyo, et al. 2006). Komplikasi neuropati perifer dan otonom

menimbulkan permasalahan di kaki, yaitu berupa ulkus kaki diabetik,

pada umumnya tidak terjadi dalam 5 pertama setelah didagnosis, tetapi

tanda-tanda komplikasi mungkin ditemukan pada saat mulai terdiagnosis

DM tipe 2 karena DM yang dialami pasien tidak terdiagnosis selama

beberapa tahun (Smeltzer, et al. 2008).

Masalah kaki juga merupakan masalah yang umum pada pasien

dengan diabetes dan hal ini menjadi cukup berat akibat adanya ulkus

serta infeksi, bahkan akhirnya dapat menyebabkan amputasi.

Permasalahan pada kaki telah dilaporkan sebagai alasan pasien perlu

masuk ke rumah sakit (Porth, 2007). Menurut WHO lesi-lesi yang sering

menyebabkan ulserasi kronis dan amputasi disebut dengan istilah kaki

diabetik, lesi ini digambarkan sebagai infeksi, ulserasi dan rusaknya

jaringan yang lebih dalam yang berkaitan dengan gangguan neurologis

dan vaskular pada tungkai, Arisman,2007 dalam (Damayanti, 2015).

48
4) Hipertensi

Sebanyak 40% laju peningkatan hipertensi telah tercatat pada

populasi diabetik. Hipertensi adalah faktor risiko mayor untuk stroke dan

nefropati. Hipertensi yang dicbati tidak adekuat memperbesar laju

perkembangan nefropati. Pengobatan farmakologi individual untuk-

hipertensi >130/80 mmHg disarankan bagi klien dengan DM.

5) infeksi

Pasien dengan DM rentan terhadap infeksi banyak tipe. Sejak infeksi

terjadi, infeksi sulit untuk pengobatan. Tiga factor yang mungkin

berkontribusi terhadap perkembangan infeksi adalah fungsi leukosit

polimorfonuklear (PMN) terganggu, neuropati diabetik, dan ketidakcukupan

pembuluh darah. Kontrol glikemik jelek memperbesar pentingnya faktor-

faktor ini. Area terinfeksi sembuh secara pelan-pelan karena kerusakan

sistem pembuluh darah tidak dapat membawa cukup oksigen, sel darah

putih, zat gizi, dan antibodi ke tempat luka. Infeksi meningkatkan kebutuhan

insulin dan mempertinggi kemungkinan ketoasidosis.

6) Infeksi saluran kencing

Adalah tipe infeksi paling sering memengaruhi klien DM, terutama

perempuan. Satu factor mungkin dihambat leukosit PMN saat glukosuria

ada. Glukosuria berhubungan dengan hiperglikemia. Perkembangan

kandung kemih nuerogenik akibat pengosongan tidak lengkap dan retensi

urine, mungkin juga berkontribusi terhadap risiko infeksi saluran kencing.

7) Infeksi kaki diabetik

Kejadian kaki diabetik secara langsung terkait tiga faktor diatas dan

49
hiperglikemia. Hampir 40% klien diabetik dengan infeksi kaki mungkin

memerlukan amputasi, dan 5-10% akan meninggal meskipun amputasi di

daerah terkena. Dengan edukasi yang tepat dan intervensi dini, infeksi kaki

biasanya hilang dengan cara-cara yang tepat waktu. Perawatan kaki efektif

dapat menjadi pemutus awal rantai kejadian yang mengarah kepada

amputasi.

Menurut Kurnia & Prawesti, 2017, Komplikasi kronis adalah sebagai

berikut:

1. Neuropati diabetik (Kesemutan, Lemas, Baal, Mual, Muntah dan

Kembung

2. Retinopati diabetik: penglihatan kabur

3. Nefropati diabetik dan dapat terjadi Proteinuri

4. Kelainan koroner. Klien dengan DM 2-4 kali lebih mungkin

dibandingkan klien non DM untuk meninggal karena penyakit arteri

koroner, dan faktor risiko relatif untuk penyakit jantung pembuluh pada

perempuan dengan DM tipe 2 adalah 3-4 kali lebih besar. Banyak klien

dengan DM, kejadian makrovaskular atau proses seperti penyakit arteri

koroner adalah atipikal atau diam, dan sering seperti gangguan

pencernaan atau gangguan jantung tidak dapat dijelaskan, dispnea pada

saat aktivitas berat, atau nyeri epigastrik.

5. Ulkus/gangren dan penyakit pembuluh darah perifer. Pada penderita

DM, insidensi dan prevalensi bruit carotis (bunyi abnormal atau

murmur), klaudikasio intermiten, tidak ada denyut pedal (kaki), dan

gangren iskemik meningkat. Lebih darı separuh amputasi tungkai

50
bawah nontraumatik berhubungan dengan perubahan diabetik seperti

neuropati sensoris dan

6. motorik, penyakit pembuluh darah perifer, peningkatan risiko dan laju

infeksì, penyembuhan buruk. Rangkaian kejadian ini yang mungkin

mengarah kepada amputasi.

2.3.7 PENATALAKSANAAN DM

Tujuan utama terapi diabetes adalah menormalkan aktivitas insulin dan

kadar glukosa darah untuk mengurangi komplikasi yang ditimbulkan akibat

DM. Caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas normal tanpa terjadi

hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima

komponen dalan penatalaksanaan diabetes tipe 2, yaitu terapi nutrisi (diet),

latihan fisik, pemantauan, terapi farmakologi dan pendidikan, Smeltzer, et al

dalam (Damayanti, 2015).

Tujuan penatalaksanaan pasien dengan DM menurut Tarwoto et al., 2016

adalah :

1. Menormalkan fungsi dari insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.

2. Mencegah komplikasi vaskuler dan neurophati.

3. Mencegah terjadinya hipoglikemia dan ketoasidosis

Menurut Tarwoto et al., 2016, prinsip penatalaksanaan pasien DM adalah

mengontrol gula darah dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah,

ada lima faktor penting yang harus diperhatikan yaitu :

1. Asupan makanan atau managemen diet.

2. Latihan fisik atau excrcise.

3. Obat-obatan penurun gula darah.

51
4. Pendidikan kesehatan.

5. Monitoring.

Perencanaan penatalaksanaan DM bersifat individual artinya

perludipertimbangkan kebutuhan terhadap umur pasien, gaya hidup,

kebutuhan nutrisi, kematangan, tingkat aktivitas, pekerjaan dan kemampuan

nasien dalam mengontrol gula darah secara mandiri (Tarwoto et al., 2016).

1. Managemen diet DM

Kontrol nutrisi, diet dan berat badan pasien DM. Tujuan yang paling

penting dalam manajemen nutrisi dan diet adalah mengontol total kebutuhan

kalori tubuh, dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid normal. Komposisi

nutrisi pada diet DM adalah kebutuhan kalori, karbohidrat, lemak, protein

dan serat. Untuk menentukan status gizi dipakai rumus body mass index

(BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) yaitu :

Tabel 2.1 Rumus BMI

BMI atau IMT=

Ketentuan :

BB Kurang= IMT< 18.5

BB Normal= IMT 18.5- 22.9

BB Lebih= IMT > 23

BB dengan resiko= IMT 23-24.9

52
Obes 1= IMT 25-29.9

Obes 2 = IMT > 30.0

2. Latihan fisik/exercise

latihan fisik bagi penderita DM sangat dibutuhkan, karena pada saat

latihan fisik energi yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak bebas.

Latihan fisik bertujuan menurunkan gula darah dengan meningkatkan

metabolisme karbohidrat. Gangguan Hormon Pankreas menurunkan berat

badan dan mempertahankan berat badan normal (Tarwoto et al., 2016).

Menurut Tarwoto et al., 2016 latihan fisik bagi penderita DM sangat

dibutuhkan, karena pada saat latihan fisik energi yang dipakai adalah

glukosa dan asam

lemak bebas. Latihan fisik bertujuan :

1) Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolism karbohidrat.

2) Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan normal.

3) Meningkatkan sensitifitas insulin.

4) Meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotein) dan menurunkan kadar

trigliserida.

5) Menurunkan tekanan darah.

Olahraga mengaktifasi reseptor insulin di membran plasma sehingga dapat

menurunkan kadar glukosa darah. Latihan fisik yang rutin memelihara berat

badan normal dengan indeks massa tubuh [BMI] <25 (Adisa, Alutundu &

Fakeye 2009; Casey, De Civita & Dasgupta, 2010). Manfaat latihan fisik

adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan

glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki

53
sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu

meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total

serta trigliserida, Sudoyo dalam (Damayanti, 2015).

Semua manfaat ini penting bagi pasien DM mengingat adanya

peningkatan rasio untuk terkena penyakit kardiovaskular pada diabetes.

Pada studi yang lain dikatakan bahwa pada pasien DM tipe II terjadi

penurunan kapasitas mitokondria pada otot skeletal yang menyebabkan

peningkatan risiko gangguan fisik dan aktivitas fisik atau olahraga dapat

memperbaiki kondisi tersebut, Toledo et.al dalam (Damayanti, 2015).

Prinsip latihan fisik pasien DM pada prinsipnya sama saja dengan prinsip

latihan jasmani pada umumnya yaitu mengikuti : F, I, D, J yang dapat

dijelaskan sebagar berikut: F: Frekuensi 3-5x/minggu secara teratur; I:

Intensitas ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate D: Durasi 30-

60 menit setiap melakukan latihan jasmani dan J: jenis latihan fisik yang

dianjurkan adalah aerobik yang bertujuan untuk meningkatkan stamina

seperti jalan, joging, berenang, senam berkelompok atau aerobik dan

bersepeda, Soegondo, et al dalam (Damayanti, 2015). Khusus pada diabetisi

yang menggunakan insulin, ada beberapa petunjuk olah raga yang perlu

diperhatikan, yaitu:

1) Monitor kadar glukosa darah sebelum dan sesudah berolah raga

2) Hindari gula darah rendah dengan memakan karbohidrat ekstra sebelum

olahraga

3) Hindari olah raga berat selama reaksi puncak insulin

4) Lakukan suntikan insulin di tempat-tempat yang tidak akan digunakan untuk

54
berolah raga aktif

5) Ikuti saran dokter untuk mengurangi dosis insulin sebelum melakukan olah

raga yang melelahkan atau lama.

6) Glukosa darah bisa turun bahkan beberapa jam setelah berolah raga karena

itu sangat penting untuk memeriksa gula darah secara periodik

3. Obat-obatan

Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau

mendekati normal. Pada DM tipe 2, insulin terkadang diperlukan sebagai

terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika dengan

diet, latihan fisik dan Obat Hipoglikemia Oral (OHO) tidak dapat menjaga

gula darah dalam rentang normal. Pada pasien DM tipe 2 kadang

membutuhkan insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi,

kehamilan, pembedahan atau beberapa kejadian stress lainnya, Smeltzer, et

al dalam (Damayanti, 2015).

Klasifikasi terapi farmakologi menurut Tarwoto 2016 ada beberapa

terapi farmakologis sebagai berikut:

1. Obat antidiabetik oral atau Oral Hypoglikemik Ageni (OH)

Efektif pada DM tipe II, jika managemen nutrisi dan latihan gagal, jenis

obat-obatan antidiabetik oral diantaranya :

1) Sulfonilurea

Bekerja dengan merangsang beta sel pankreas untuk melepaskan cadangan

insulinnya. Yang termasuk obat jenis ini adalah Glibe lamid, Tolbutamid,

Klorpropamid.

2) Biguanida

55
Bekerja dengan menghambat penyerapan glukosa di usus, misalnya

mitformin, glukophage.

2. Pemberian hormon insulin

Pasien dengan DM tipe satu tidak mampu memproduksi insulin dalam

tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada pemberian insulin. Berbeda

dengan DM tipe II yang tidak tergantung pada insulin, tetapi

memerlukannya sebagai pendukung untuk menurunkan glukosa darah dalam

mempertahankan kehidupan.

Tujuan pemberian Insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke

dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi

glukosa. Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi :

1. Insulin dengan masa kerja pendek (2-4 jam) seperti Regular insulin,

actrapid.

2. Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam) seperti NPH (Neutral

Protamine Hagedorn) insulin, Lente insulin.

3. Insulin dengan imasa kerja panjang (18-24 jam) seperti Protamine zinc

insulin dan ultralente insulin.

4. Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya 70 % NPH, 30

% regular.

Komplikasi pemberian insulin

Pemberian terapi insulin dapat menyebabkan satu atau lebih komplikasi

diantaranya :

1. Hipoglikemia.

Terjadi apabila kadar glukosa darah di bawah 60 mg/100 ml, karena

56
kelebihan dosis insulin atau terlambat makan sementara pasien sudah

diberikan insulin, aktivitas yang berlebihan. Kelebihan pemberian dosis

biasanya terjadi akibat kesalahan menggunakan alat suntik insulin dengan

ukuran 40 U/ml atau 100 U/ml. Pada keadaan hipoglikemia pasien biasanya

mengalami gangguan kesadaran, takhikardia, keringat dingin, berkunang-

kunang, lemas.

2. Hipertropi atau atropi jaringan.

Hipertropi jaringan meliputi penebalan dari jaringan subkutan pada

tempat injeksi. Jaringan atropi terjadi dengan hilangnya lemak pada area

injeksi Gangguan.

3. Hormon Pankreas

Alergi insulin baik reaksi alergi setempat maupun reaksi alergi sistemik.

Reaksi alergi setempat biasanya terjadi pada tahap permulaan pemberian

terapi insulin 1-2 jam setelah pemberian. Reaksi setempat ditandai adanya

kemerahan, pembengkakan, nyeri tekan pada durasi 2-4 cm dilokasi

penyuntikan. Reaksi alergi sistemik jarang terjadi, merupakan reaksi

anapilaktik yang merupakan keadaan emergensi.

4. Resisten insulin.

Merupakan keadaan dimarna pasien membutuhkan insulin lebih dari 100

unit per hari. Keadaan ini disebabkan antibody yang menangkap molekui

insulin tidak aktif.

5. Pendidikan Kesehatan

Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan DM adalah

pendidikan kesehatan. Beberapa hal penting yang perlu disampaikan pada

57
pasien DM adalah :

a. Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab,

patofisiologi dan test diagnosis.

b. Diet atau managemen diet pada pasien DM.

c. Aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga.

d. Pencegahan terhadap komplikasi DM diantaranya penatalaksanaan

hipoglikemia, pencegahan terjä. gangren pada kaki dengan latihan senam

kami.

e. Pemberian obat-obatan DM dan dan cara injeksi insulin.

f. Cara monitoring dan pengukuran glukosa darah darah secara mandiri.

5. Monitoring glukosa darah

Pasien dengan DM perlu diperkenalkan tanda dan gejala

hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling penting adalah bagaimana

menonitor glukosa darah secara mandiri. Pemeriksaan glukosa darah dapat

dilakukan secara mandiri dengan menggunakan glukometer. Pemeriksaan

ini penting untuk memastikan glukosa darah dalam keadaan stabil

(Damayanti, 2015).

Cara pengukuran glukosa darah secara mandiri yaitu :

1. Siapkan alat glukometer, sesuaikan antara glukometer dengan kode strip

pereaksi khusus.

2. Pastikan kode pada glukometer sama dengan kode strip pereaksi khusus.

4. Lakukan pengembilan darah dengan cara menusukkan stik pada ujung jari

sehingga darah akan keluar.

5. Tempelkan darah yang sudah ada pada ujung jari pada strip yang sudah siap

58
pada glukometer.

6. Biarkan darah dalam strip selama 45-60 detik sesuai dengan ketentuan

pabrik glukometer.

7. Hasil gula darah dapat dilihat pada layar monitor glukometer. Pengukuran

glukosa darah dapat dilakukan pada sewaktu-waktu atau pengukuran gula

sewaktu yaitu pasien tanpa melakukan puasa, pengukuran 2 jam setelah

makan dan pengukuran pada saat puasa.

2.3.8 DIAGNOSIS

DM merupakan kumpulan gejala yang kronik dan bersifat sistemik

dengan karakteristik peningkatan gula darah/glukosa atau hiperglikemia

yang disebabkan menurunya sekresi atau aktivitas dari insulin sehingga

mengakibatkan terhambatnya metabolisme karbohidrat, protein dan lemak

(Tarwoto et al., 2016).

Glukosa secara normal bersikulasi dalam jumlah tertentu dalam

darah dan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sel dan jaringan. Glukosa

dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi, untuk kebutuhan energi dan

sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen dihati dan jaringan lainnya

dengan bantuan insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel

beta pulau langerhans pankreas yang kemudian produksinya masuk dalam

darah dengan jumlah sedikit kemudian meningkat jika terdapat makanan

yang masuk. Pada orang dewasa rata-rata diproduksi 40-50 unit, untuk

mempertahankan gula darah tetap stabil antara 70-120 mg/dl, (Tarwoto et

al., 2016).

59
Insulin disekresi oleh sel beta, satu diantara empat sel pulau

langerhans pankreas. Insulin merupakan hormon anabolik, hormon yang

dapat membantu memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati dan sel

lemak. Pada diabetes terjadi berkurangya insulin atau tidak adanya insulin

berakibat pada gangguan tiga metabolisme yaitu menurunya penggunaan

glukosa, meningkatnya mobilisasi lemak dan meningkat penggunaan protein

(Tarwoto et al., 2016).

Pada DM tipe 2 masalah utama adalah berhubungan resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin menunjukkan

penurunan sensitifitas jaringan pada insulin. Normalnya insulin mengikat

reseptor khusus pada permukaan sel dan mengawali rangkaian reaksi

meliputi metabolisme glukosa. Pada DM tipe 2, reaksi intraseluler

dikurangi, sehingga menyebabkan afektivitas insulin menurun dalam

menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan pada pengaturan

pembebasan oleh hati. Mekanisme pasti yang menjadi penyebab utama

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada DM tipe 2 tidak

diketahui, meskipun factor genetik berperan utama (Tarwoto et al., 2016)

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah penumpukkan

glukosa dalam darah, peningkatan sejumlah insulin harus disekresi dalam

mengatur kadar giukosa darah dalam batas normal atau sedikit lebih tinggi

kadaranya. Namun, jika sel beta tidak dapat menjaga dengan meningkatkan

kebutuhan insulin, mengakibatkan kadar glukosa meningkat, dan DM tipe 2

berkembang (Tarwoto et al., 2016)

1. Menurunnya penggunaan glukosa

60
Pada diabetes sel-sel membutuhkan insulin untuk membawa glukosa

hanya sekitar 25 % untuk energi. Kecuali jaringan saraf, eritrosit dan sel-sel

usus, hati dan tubulus ginjal tidak membutuhkan insulin untuk transport

glukosa (M Black, 2009). Sel-sel lain seperti, jaringan adipose, otot jantung

membutuhkan insulin untuk transport glukosa. Tanpa adekuatnya jumlah

insulin, banyak glukosa tidak dapat digunakan. Dengan tidak adekuatnya

insulin maka gula darah menjadi tinggi (hiperglikemia), karena hati tidak

dapat menyimpan glukosa menjadi glikogen. Supaya terjadi kesimbangan

agar gula darah kembali menjadi normal maka tubuh mengeluarkan glukosa

melalui ginjal, sehingga banyak glukosa berada dalam urin (glukosuria),

disisi lain pengeluaran glukosa melalui urin menyebabkan diuretik osmotic

dan meningkatnya jumlah air yang dikeluarkan, hal ini beresiko terjadi

defisit volume cairan menurut Black, 2009 dalam (Tarwoto et al., 2016)

2. Meningkatnya mobilisasi lemak

Pada DM tipe 1 lebih lebih berat dibandingkan pada tipe 2,

mobilisasi lemak yang dipecah untuk energi terjadi jika cadangan glukosa

tidak ada. Hasil metabolisme lemak adalah keton. Keton akan terkumpul

dalam darah, dikeluarkan Derajat keton dapat diukur dari darah dan urin.

Jika kadarnya tinggi, indikasi diabetes tidak terkontrol lewat ginjal dan paru.

Keton mengganggu keseimbangan asam basa tubuh dengan

memproduksi ion hidrogen sehingga pH menjadi turun dan asidosis

metabolik dapat terjadi. Pada saat keton dikeluarkan, sodium juga ikut

keluar sehingga sodium menjadi rendah dan berkeinbang menjadi asidosis.

Sekresi keton juga mengakibatkan tekanan osmotik sehingga meningkatkan

61
kehilangan cairan. Jika lemak sebagai sumber energi utama, maka lipid

tubuh dapat meningkat, risiko atherosklerosis juga meningkat.

Meskipun gangguan sekresi insulin dikarakteristikan pada DM tipe

2, terdapat sediaan insulin yang cukup untuk mencegah terpecahnya lemak

dan terkumpulnya produksi ketone tubuh. Karena itu tipe DKA (Daibetik

Ketoacidosis) tidak terjadi pada DM tipe 2. Tidak terkontrolnya DM tipe 2

dapat saja, terjadi menyebabkan masalah akut seperti HHNS

(Hyperglycemic Hyperosmolar Nonketotic Syndrome).

3. Meningkatnya penggunaan protein

Kurangnya insulin berpengaruh pada pembungan protein. Pada

keadaan normal insulin berfungsi menstimulasi sintesis protein, jika terjadi

ketidakseimbangan, asam amino dikonversi menjadi glukosa di hati

sehingga kadar glukosa menjadi tinggi.

2.3.9 KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 2. 2 Keaslian penelitian

NO JUDUL VARIABLE DESA Nama HASIL


RISET IN Penulis
dan
Tahun
1 Pengaruh Indipenden: Quasy Elang 1. rata-rata nilai kadar
Senam senam kaki Eksper Wibisana gula responden dengan
Kaki Dependen: imen Yani diabetes mellitus tipe II
Terhadap gula darah Sofiani sebelum melakukan
Kadar Gula 2014 senam kaki diabetes
Darah yaitu 176.15 mg/dl
Pasien dengan standar deviasi
Diabetes 69.579 mg/dl dan
Melitus Di standar error mean
Rsu Serang sebesar 15.558.
Provinsi 2. Hasil uji statistik
Banten didapatkan p value

62
0.000 < 0.05 (α), maka
Ho ditolak, berarti ada
pengaruh senam kaki
diabetes terhadap
penurunan kadar gula
dara pada pasien
diabetes melitus tipe II
di Klinik Husada
Manado.
2 Pengaruh Indipenden: Quasy Widyatut 1. Menunjukkan
Senam senam kaki Eksper i rata-rata kadar gula
Kaki Dependen: imen 2013 darah sebelum
Terhadap gula darah perlakuan pada
Sensitivitas kelompok intervensi
Kaki Dan sebesar 271,94 (SD=
Kadar Gula 60,53) dan pada
Darah Pada kelompok kontrol rata-
Aggregat rata kadar gula darah
Lansia sebesar 264,08 (SD=
Diabetes 52,64).
Melitus Di 2. Rata-rata kadar
Magelang gula darah sesudah
perlakuan pada
kelompok intervensi
sebesar 243,73 (SD=
49,73) dan pada
kelompok kontrol rata-
rata kadar gula darah
sebesar 273,35 (SD=
50,85).
3. Analisis
Sensitivitas Kaki
Sebelum dan Sesudah
Perlakuan Senam Kaki
Pada Lansia di
Magelang tahun 2012
(n=125)
3 Pengaruh Indipenden: Quasy Nurlinaw 1. Sebelum
Senam senam kaki Eksper ati, dilakukan senam kaki
Kaki Dependen: imen Kamariy diketahui bahwa
Diabetes gula darah Pre ah dan seluruh (100%)
Terhadap and Yuliana responden pada
Perubahan Post 2018 kelompok intervensi
Kadar Gula Test dan kontrol mengalami
Darah Pada Witho kadar gula darah tinggi.
Penderita ut 2. Setelah dilakukan
Diabetes Contro senam kaki diketahui
Melitus Di l bahwa sebanyak 11

63
Wilayah (100%) responden pada
Kerja kelompok intervensi
Puskesmas mengalami penurunan
Simpang kadar gula darah. Pada
Sungai kelompok kontrol
Duren hanya 5 responden
Kabupaten (45,5%) terjadi
Muaro penurunan kadar gula
Jambi darah. 3. Senam kaki
memberikan pengaruh
terhadap penurunan
kadar gula darah
responden pada
kelompok intervensi
dengan nilai p-value =
0,027 (p > 0,05).
4 Pengaruh Indipenden: Quasy Dedi 1. Nilai Kadar
Senam Senam Kaki E With Rusandi Glukosa Darah Pada
Kaki Dependen: Pre- 2017 Kelompok Intervensi
Diabetes Gula Darah And Dan Kontrol
Terhadap Post- Didapatkan Hasil Uji
Tingkat Test Independent Sample T-
Sensitivitas Contro Test Dengan Nilai P =
Kaki Dan lled 0,039 (P < 0,05).
Kadar Groups 2. Hasil Ini
Glukosa . Menunjukkan Ada
Darah Pada Ksperi Pengaruh Senam Kaki
Penderita men Diabetes Terhadap
Diabetes Kadar Glukosa Darah
Melitus Di Pada Pasien Dm Di
Kelurahan Kelurahan Banyuraden
Banyuraden Gamping Sleman
Gamping Yogyakarta.
Sleman 3. Nilai Sensitivitas
Kaki Pada Kelompok
Intervensi Dan Kontrol
Didapatkan Hasil Uji
Mann-Whitney Dengan
Nilai P = 0,010 (P <
0,05).
5 Pengaruh Indipenden: Quasy Priyoto 1. Terdapat
Senam Senam Kaki Eksper Dian Perbedaan Penurunan
Kaki Dependen: imen Widyani Kadar Gula Darah
Terhadap Gula Darah Pre ngrum Sewaktu Antara
Perubahan And 2020 Kelompok Terpapar
Kadar Gula Post Dan Kelompok Tidak
Darah Pada Test Terpapar (Nilai
Lansia P=0,0001).

64
Penderita 2. Penurunan Rata-
Diabetes Rata Gula Darah
Melitus Sewaktu Pada
Tipe Ii Di Kelompok Terpapar 2,3
Desa Kali Lebih Besar
Balerejo Daripada Kelompok
Kabupaten Tidak Terpapar (31,5
Madiun Mg/Dl Berbanding 13,5
Mg/Dl).

65
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 KERAGKA KONSEPTUAL

Faktor yang mempengaruhi


kadar gula:
1. Gangguan Hormon
Insulin
2. Dehidrasi Kadar Gula Darah
3. Pemanis buatan
4. Fenomena Fajar
5. Menstruasi
6. Obat-obatan
7. Kurang tidur
8. Sedang sakit
(Yosia, 2021) Diabetes Tipe 2
(Sudoyo dalam
Factor penyebab DM Damayanti,
2015) Komplikasi
1. Genetic 1. Akut
2. Obesitas 1) Hipoglikemia
3. Usia )
2) Diabetic
4. Tekanan Darah ketoasidosis
Terapi Non
5. Aktifitas Fisik
Farmakologis
6. Stress 3) Hiperglikemia
1. Diet
7. Riwayat DM
2. Latihan Fisik 2. Kronis
gestasional
1) Renang 1) Komplikasi
8. HDL kolesterol
2) Jalan kak Makrovaskule
(Sudoyo dalam
3) Jogging r
Damayanti, 2015)
4) Bersepeda 2) Komplikasi
5)5) Senam kaki Mikrovaskule
r
3. Pendidikan 3) Neuropati
Kesehatan
4. Pemantauan Gula (Damayanti, 2015)
Darah (Damayanti,
2015)
Keterangan : Terapi Farmakologi
1. Insulin
: Tidak Diteliti 2. Obat Hiperglikemi
Oral (OHO)
: Diteliti (Tarwoto, 2016)
: Berhubungan
: Berpengaruh
Gambar 3.15 Kerangka Konseptual Pengaruh Senam Kaki terhadap
Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien DM Tipe 2.

50
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan factor penyebab DM yaitu Genetic,

Obesitas, Usia, Tekanan Darah, Aktifitas Fisik, Stress , Riwayat DM gestasional,

HDL kolesterol (Sudoyo dalam Damayanti, 2015) mempengaruhi DM tipe 2

dalam penatalaksanaan DM ada pilihan yaitu Terapi Farmakologis atau

menggunakan Insulin dan obat hiperglikemi oral dalam menurunkan kadar gula

darah dan juga menggunkan teknin Non Farmakologis yaitu Diet, Latihan fisik,

Pendidikan kesehatan dan juga Pematauan Kadar Gula darah. Salah satu latihan

fisik adalah melakukan senam kaki dengan melakukan senam kaki dapat menjadi

salah satu terapi yang dapat dilakukan sehingga berpengaruh terhadap komplikasi

DM yaitu Hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi, dan menyebabkan insulin

terbakar dan kadar gula darah menjadi menurun.

3.2 HIPOTESIS

Hipotesis penelitian

Ada pengaruh latihan senam kaki terhadap perubahan kadar gula

darah pada pasien DM tipe 2 berdasarkan hasil analisa 10 jurnal.

51
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 DESAIN PENELITIAN

Peneliti melakukan review penelitian yang menggunakan Desain

Literature Review dengan desain Quasy Eksperimen one-group pre-post

test design, Pre and Post Test Without Control, yang berhubungan

terhadap Pengaruh Latihan Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula

Darah Pada Pasien DM Tipe 2.

4.1 KERANGKA KERJA (Frame Work)

Identifikasi dan penetapan masalah penelitian

Penetapan Pertanyaan Penelitian dan Hipotesis

Penetapan PICO

Melakukan pencarian hasil penelitian dengan kata kunci “Senam


kaki”, “Gula darah”,”DM tipe2”

Melakukan seleksi terhadap referensi telah didapatkan

Melakukan review dan analisa artikel jurnal yang terpilih dengan


menggunakan Critical Appraisal

Menyusun pembahasan dan mengambil kesimpulan hasil review


sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Literature Review Pengaruh Latihan


Senam Kaki Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien
DM Tipe 2

59
4.2 POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING

4.2.1 Populasi

Populasi yang diambil adalah literature jurnal yang mengambil

populasi pasien DM tipe 2. Dengan literature jurnal yang digunakan 10

tahun terahir yaitu tahun 2011-2021.

4.2.2 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Telah terpublikasi dengan system open acces Journal

2. Naskah jurnal lengkap abstract dan fulltext

3. Literature dengan sumber 10 tahun terahir

4. Jurnal berbahasa Indonesiadan berbahasa Inggris

5. Jurnal dalam Google scholar

6. Jurnal dari Indonesia terindeks SINTA

7. Juirnal dalam GARUDA

4.2.3 Jumlah Referensi

Jumlah referensi yang digunakan dalam literature review ini

adalah 10 artikel utama yang terdiri abstrak dan fulltext yang terindeks

SINTA, Google Scholar, GARUDA dengan artikel berbahasa Indonesia

dan berbahasa ingris dengan 1 jurnal dari Indonesia terindeks SINTA

tinggi, 2 jurnal Indonesia terindeks SINTA sedang, 7 jurnal Indonesia

terindeks rendah.
1. Metode

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif Literature

Review dan sesuai dengan indikator inklusi yang spesifik dalam

penseleksian dokumen melalui sistem pencarian yang komrehensif

(comprehensive literature search) menggunakan aplikasi Mendeley.

Peneliti melakukan review jadi hasil penelitian yang meggunakan

berbagai design penelitian quasi experiment dengan grup control dan

juga quasi experiment pre dan post test tanpa grup control.

Review ini memeriksa literatur senam kaki (exmine literature)

apakah berpengaruh terhadap perubahan kadar gula darah.

2. Eligbility Creteria

Eligbility creteria pada penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria

inklusi untuk mengeliminasi dan menyeleksi data. Hasil penelitian yang

direview merupakan penelitian dengan karakteristik studi berupa PICO

yang terdiri dari :

1) Population

Partisipan penelitian dalam jurnal review adalah penderita DM tipe 2

dengan rentang usia 40-70 tahun.

2) Intervention

Jenis intervensi yang ditetapkan adalah latihan senam kaki dengan

intensitas latihan 2x, dalam seminggu 3x dalam seminggu,dengan

waktu 15-20 menit.

3) Comparison

Pada penelitian ini tidak dilakukan perbandingan intervensi


4.) Outcome

Hasil yang diukur dalam penelitian adalah pengaruh latihan senam

kaki terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2.

3. Information Source

Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi dari pencarian

electronic database, dan penelitian reference list article, tidak ada

pembatasan bahasa pada artikel. Penellitian ini diambil dari database

elektronik menggunakan aplikasi mendeley untuk menyeleksi jurnal

melalui database scanning dan screening artikel dilakukan secara mandiri

oleh peneliti. Peneliti mengikuti syarat dalam pemenuhan kriteria inklusi.

4. Search

Peneliti menggunakan seluruh search engine strategy untuk setiap

database electronic, dengan limitasi kriteria inklusi. Peneliti menggunakan

searc string dengan mencari literatur jurnal berdasarkan tujuan khusus

“Menganalisis pengaruh latihan senam kaki terhadap kadar gula darah

pada pasien DM tipe 2 berdasarkan literature review” kata kunci: diabetic

exercise, Blood glukose, Diabetic dan dalam bahasa indonesia: Senam

kaki, Gula darah, Diabetes melittus, jurnal yang digunakan adalah 10

tahun terahir.

4.2.4 Data Collection Procces

Peneliti mengidentifikasi data melalui PICO (popilation,

Intervention, Comparison, Outcome). Peneliti melakukan seleksi dan

pemeriksaan. Data juga diidentifikasi oleh pembimbing untuk dilakukan


review hasil ekstraksi oleh peneliti, setelah itu dilakukan diskusi terkait

ekstraksi yang telah dilakukan oleh peneliti dari 10 jurnal yang

ditemukan dari 1 jurnal dari Indonesia terindeks SINTA tinggi, 2 jurnal

Indonesia terindeks SINTA sedang, 7 jurnal Indonesia terindeks

rendah.sumber jurnal diambil dari Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu kesehstan,

Lentera Journal, Journals of Ners Community, eJournal Keperawatan

(eKp), Jurnal Kedokteran: Media Informasi Ilmu Kedokteran dan

Kesehatan, Edu Masda Journal, International Journal Of Science,

Technology & Management, International Journal Ofeducation &

Curriculum Application,tahun jurnal yang digunakan antara 2011-2021 .

4.2.5 Data Items

Informasi data yang diekstrak adalah:

1. Variabel penelitian

2. Desain penelitian

3. Karakteristik subyek

4. Teknik sampling

5. Besar sampel

6. Alat ukur penelitian

7. Teknik pengambilan data

8. Teknik analisis data

9. Hasil

4.2.6 Risk of Bias in Individual Studies

Peneliti melakukan validasi terhadap literature dengan melakukan

ekstrasi data. Peneliti mengidentifikasi penelitian pada literature apakah


telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur, dan diukur menggunakan alat

yang telah tervalidasi, dan juga metode pengumpulan data apakah

dilakukan blank metode. Peneliti mengeksplorasi variabilitas pada hasil

penelitian, dan peneliti menentukan tujuan penelitian atau hipotesis

sebelum melakukan analisa. Peneliti mengidentifikasi “Pengaruh Latihan

Senam Kaki Diabetik Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien

Dengan Dm Tipe 2” pada setiap literature mungkin akan menghasilkan

efek yang berbeda-beda sesuai dengan metodologi penelitian yang

digunakan. Bias yang terdapat dalam literature review adalah design yang

digunakan dalam jurnal yang digunakan sebagai literature menggunaan

design yang berbeda, jumlah responden dari setiap literature yang

beragam, tehnik pengambilan sampling dan besar sampling dari tiap jurnal

literature yang beragam, serta waktu pemberian intervensi yang bervariasi.


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PENURUNAN

KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TYPE

II

5.1 Hasil

5.3.1 Study Selection


Strategi yang digunakan peneliti dalam pencarian literatur adalah

dengan menggunakan sistem pencarian elektronik dengan menggunakan

Mendley dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

dengan sumber database elektronik SINTA dan Google Scholar. Journal

yang digunakan telah terpublikasi dengan system open acces Journal,

Naskah jurnal lengkap abstract dan fulltext, dengan literature sumber 10

tahun terahir. Search literature menggunakan Mendley dengan kata kunci

“senam kaki, gula darah, dm tipe 2” kemudian menggunakan web Google

Scholar didapatkan hasil pencarian sebanyak 2.110 artikel, kemudia

menggunakan bahasa Inggris dengan kata kunci ’’Foot exercise, blood

sugar, type 2 DM” didapatkan 33.600 artikel. Kemudian artikel-artikel

tersebut dilakukan identifikasi dan dilakukan pengecekan reputasi jurnal

menggunakan sistem database SINTA data tersebut juga dilakukan

pengidentifikasian kemungkinan terjadinya duplikasi data serta dilakukan

review abstrak dan full text apakah sudah sesuai dengan kriteria inklusi.

Berdasarkan lriteria inklusi didapatkan 10 jurnal yang sesuai. Kemudian

dilakukan Eligbility dan pengidentifikasian didapatkan 10 literatur yang


digunakan. Peneliti melakukan identifikasi mendalam pada artikel yang

didapat. Total penelitian yang didapat oleh peneliti adalah sebanyak 10

artikel yang sesuai dengan tujuan khusus dan kriteria inklusi.

5.3.2 Study Characteristics

Karakteristik studi dari 10 jurnal yang didapatkan:

Karakteristik berdasarkan desain penelitian, dari 10 jurnal yang

didapatkan, jurnal yang menggunakan desain penelitian quasi eksperiment

pretest dan posttest without control berjumlah 5 memaparkan tentang analisa

latihan senam kaki terhadap gula darah. Pada jurnal dengan penulis

(Mulianingsih et al., 2021) memberikan perlakukan berupa latihan jalan

kaki. Pada jurnal dengan penulis (Puspita, 2019) menggunakan kelompok

intervention responden diberikan perlakukan berupa latihan senam kaki.

Jurnal dengan penulis (Muchtar & Dingin, 2018) memberikan perlakuan

latihan senam kaki, pada jurnal dengan penulis (Arifianto et al., 2020)

menggunakan perlakuan latihan senam kaki, pada jurnal dengan penulis

(Novitarum et al., 2017) menggunakan latihan senam kaki pada satu

kelompok perlakuan. Karakteristik jurnal yang menggunakan metode pre

eksperimen berjumlah 5 jurnal dengan penulis (Hardika, 2018) yang

memberikan perlakuan pada satu kelompok intervensi dengan

menggunakan latihan senam kaki. Pada penelitian (Rusli, 2015) yang

memberikan perlakuan pada satu kelompok intervensi dengan

menggunakan latihan senam kaki . Pada penelitian (Ruben et al., 2016)

yang memberikan perlakuan pada satu kelompok intervensi dengan

menggunakan latihan senam kaki. Pada penelitian (Nuraeni & Arjita,


2019) yang memberikan perlakuan pada satu kelompok intervensi dengan

menggunakan latihan senam kaki. Pada penelitian (Priyoto &

Widyaningrum, 2020) yang memberikan perlakuan pada satu kelompok

intervensi dengan menggunakan latihan senam kaki.

Karakteristik berdasarkan variabel, dari 10 jurnal variabel yang

digunakan adalah latihan senam kaki dan kadar gula darah. Pada jurnal

literatur menggunakan variabel latihan senam kaki serta menggunakan

variabel gula darah pada responden dengan DM tipe 2.

Karakteristik populasi penelitian berdasarkan besar sampel beragam,

pada jurnal (Hardika, 2018) terdapat 30 responden, pada (Rusli, 2015)

terdapat 20 responden, pada (Ruben et al., 2016) terdapat 56 responden,

pada (Priyoto & Widyaningrum, 2020) terdapat 30 responden, pada

(Muchtar & Dingin, 2018) terdapat 20 responden, pada (Puspita, 2019)

terdsapat 20 responden, pada (Mulianingsih et al., 2021) terdapat 15

responden, pada (Nuraeni & Arjita, 2019) terdapat 26 responden, pada

(Arifianto et al., 2020) terdapat 30 responden, dan pada jurnal (Novitarum

et al., 2017) terdapat 10 responden.

Karakteristik berdasarkan alat ukur, dari 10 jurnal ada 10 jurnal

menggunakan alat ukur glucometer. Berdasarkan karakteristik reponden,

dari 10 jurnal yang didapatkan responden yang digunakan adalah

responden dengan rentang usia 17-70 tahun. Jenis kelamin yang digunakan

adalah jenis kelamin laki-laki dan perempuan tanpa dibatasi jumlahnya.


Karakteristik berdasarkan sampling yang digunakan, dari 10 jurnal

terdapat 4 jurnal menggunakan metode purposive sampling, 4 jurnal

menggunakan total sampling, 2 jurnal menggunakan accidental sampling.

Karakteristik teknik pengolahan data 5 jurnal menggunakan teknik

analisa Wilcoxon Signed Rank Test dan 5 junal menggunakan uji Paired

T-Tes

5.3.3 Synthesis of Result

Hasil synthesis of result dari 10 jurnal yang didapat berdasarkan

tujuan khusus 1 “Mengukur Kadar Gula Darah Pada Pasien Dengan DM

Tipe 2 Berdasarkan Literature Review “ didapatkan hasil kadar gula darah

diatas 115 mg/dl ada 10 jurnal (100%) dengan rata-rata gula darah 10

jurnal 153,5 mg/dl, meliputi jurnal dengan penulis (Hardika, 2018)

respondennya memiliki rata-rata gula darah 202.67 mg/dl, lalu pada

penulis (Rusli, 2015) respondennya memiliki rata-rata kadar gula darah

240-249 mg/dl, pada penulis (Ruben et al., 2016) keseluruhan kadar gula

darah respondennya adalah ≥200 mg/dl, penulis (Priyoto &

Widyaningrum, 2020) kadar gula darah respondennya rata-rata 182,80

mg/dl, pada penulis (Muchtar & Dingin, 2018) rata-rata kadar gula darah

respondennya 238.00 mg / dL, penulis (Puspita, 2019) distribusi rata-rata

kadar gula darah sebelum intervensi yaitu dengan nilai kadar gula darah

minimum adalah 115 mg/dl sedangkan nilai kadar gula darah maksimum

460 mg/dl, pada penulis (Mulianingsih et al., 2021) rata-rata kadar gula

darahnya 200mg/dl, penulis (Nuraeni & Arjita, 2019) rata-rata kadar gula

darahnya ≥ 180 mg/dl, penulis (Novitarum et al., 2017) rata-rata kadar


gula darahnya (>120 mg/dl, dan pada penulis (Arifianto et al., 2020) kadar

gula adarah didapatkan data dari 30 responden di Puskesmas Pamotan

Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa nilai kadar gula darah dalam

kategori buruk sebanyak 26 orang (86,7%).

Hasil synthesis of result dari 10 jurnal yang didapat berdasarkan

tujuan khusus 2 “Menganalisis Pengaruh Latihan Senam Kaki Diabetik

Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Dengan DM Tipe 2”

didapatkan hasil artikel memaparkan pengaruh latihan jalan kaki terhadap

gula darah dengan hasil p sebelum perlakuan p 0,008 dan didapatklan

hasil setelah perlakuan p<0,005 -0,000 artinya latihan senam kaki

mayoritas berpengaruh terhadap gula darah seseorang.

Peneliti mendapatkan heterogencity yang signifikan pada pengaruh

senam kaki dengan hasil p=0,000 pada jurnal studi dengan penulis

(Arifianto et al., 2020), (Ruben et al., 2016), (Priyoto & Widyaningrum,

2020), (Muchtar & Dingin, 2018), (Nuraeni & Arjita, 2019), (Puspita,

2019), (Rusli, 2015) ketujuh jurnal tersebut merupakan penelitian dengan

hasil intervensi latihan senam kaki yang paling berpengaruh terhadap gula

darah pada pasien dengan DM tipe 2.


Literatur Search:
Database: Google Scholar, SINTA. Identifikasi abstrak dan full text dan
menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Hasil Pencarian :
Artikel Google Scholar :
Senam kaki, gula darah, dm tipe 2 (2.110 artikel)
Foot exercise, blood sugar, type 2 DM (33.600 artikel)

Artikel Screened Dari Judul Excluded : 33.600 artikel yang bukan


Dan Abstrak: 12 Jurnal variabel yang dimaksud, alat ukur tidak
sesuai, artikel tidak sesuai kriteria inklusi.

Review Jurnal Sesuai Dengan Artikel Full Text, Tahun Publikasi 2011-
Kriteria Inklusi (Eligibility): 2021, Reputasi Jurnal (SINTA, Google
10 Jurnal Artikel Scholar), Alat Ukur dengan Glukometer,
Variabel “Latihan Senam Kaki” dan “Gula
Darah”, Berbahasa Indonesia dan berbahasa
Inggris. Didapatkan artikel dari 12 jurnal
sesuai artikel screnned menjadi 10 jurnal
artikel yang sesuai dengan Eligbility.

Gambar 5.1: Diagram Flow Chart Sintesa Systemic Review Pengaruh Senam Kaki
Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Dengan DM Tipe 2
Tabel 5.1 Ekstrasi Data Dengan Pendekatan PICO Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Dengan DM
Tipe 2
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
1. Penuruna Indepe Bang Pra Jenis Total 30 Gluko Tahap I: Paired 1. Rata-rata hasil Jurnal:
n Gula nden: un experi Kelamin samplin orang meter Mengukur t-test pengukuran kadar Medisains :
Darah Senam Dwi ment Usia g gula darah gula darah pada Jurnal Ilmiah
Pada kaki Hard one Kadar sebelum penderita Ilmu - Ilmu
Pasien ika group gula melakukan diabetes dari 30 Kesehatan
Diabetes Depen 2018 pretest darah senam kaki responden ISSN:
Melitus den: - sebelu terdapat 2621-2366
Tipe II kadar posttes Tahap II: penurunan kadar
m dan
Melalui Gula t Memberikan gula darah Volume:
sesudah
Senam darah latihan sebesar 29,6 Volume 16
Kaki senam kaki mg/dl dengan No2
Diabetes selama 30- rata-rata sebelum Reputasi:
60 menit, dilakukan senam sinta 2
dengan kaki 202,67
frekuensi mg/dl
2. Rata-rata sesudah
intervensi
dilakukan senam
1x kaki adalah
pertemuan 173,07 mg/dl,
Tahap III: dengan nilai p

46
Mengukur value pada uji
gula darah paried sampel t-
setelah test adalah 0,001
(p< 0,05)

59
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
senam kaki 3. Disimpulkan
bahwa ada
pengaruh senam
kaki diabetes
terhadap
penurunan kadar
gula darah pada
pasien DM tipe
II.
2. Senam Indepe Gusti Pra Kadar Purposi 20 Gluko Tahap I: Wilco 1. Tabel 1 dari 20 Jurnal:
Kaki nden: Riza experi gula ve orang meter Mengukur xon responden Journals of
Diabetes Senam nians ment darah samplin gula darah Signed didapatkan hari-1 Ners
Menurunk kaki yah one g sebelum Rank sebelum di Community
sebelum
an Kadar Rusli group melakukan Test intervensi sebagian ISSN:
Gula Depen , pretest dan senam kaki besar 70% (14 2087-0744
Darah den: Septi - sesudah responden) kadar Volume:06,
Pasien kadar Faria posttes Tahap II: gula darahnya pada Nomor 02
Diabetes Gula nings t Memberikan interval 240-249. Reputasi:
Mellitus darah ih latihan kadar gula darah sinta 5
Tipe 2 2015 senam kaki sesudah intervensi
selama 30 sebagian besar
menit, responden 70% (14
dengan responden) kadar
frekuensi 3x gula darahnya pada
intervensi interval 230-239.
Dari hasil uji

46
Tahap III: statistik Wilcoxon
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
Mengukur didapatkan hasil
gula darah hari 1 (α hitung) =
setelah 0,000 dan korelasi
senam kaki Z = 3,202 artinya
ada pengaruh kuat
2. hari-2 sebelum
intervensi sebagian
besar responden
70% (14
responden) kadar
gula darahnya pada
interval 230-239.
Dan gula darah
sesudah di
intervensi sebagian
besar responden
60% (12
responden) kadar
gula darahnya pada
interval 220-229.
Dari hasil uji
statistik Wilcoxon
Signed Rank Test
didapatkan hasil
hari-2 (α hitung) =
0,000 dan korelasi
Z = 3,352 artinya
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
ada pengaruh kuat
3. Pada hari-3
sebagian besar
responden 60% (12
responden) kadar
gula darahnya pada
interval 220-229.
Dan terjadi
penurunan sesudah
di intervensi
setengahnya
responden 50% (10
responden) kadar
gula darahnya pada
interval 200-209.
Dari hasil uji
statistik Wilcoxon
Signed Rank Test
didapatkan hasil (α
hitung) = 0,000
dan korelasi Z =
4,128 artinya ada
pengaruh kuat
3. Pengaruh Indepe Grac Pra Kadar Total 56 Gluko Tahap I: Uji T 1. kadar gula darah Jurnal:
Senam nden: eistin eksper gula samplin orang meter Mengukur tes seluruh responden eJournal
Kaki Rube iment darah g gula darah sebelum Keperawatan
Diabetes Senam one sebelum melakukan senam (eKp)
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
Terhadap Kaki n group sebelum melakukan kaki adalah ≥200
Perubaha pretest dan senam kaki mg/dl. ISSN: 2302-
n Kadar Julia - 2. Kadar gula darah 1349
sesudah
Gula Depen villy posttes Tahap II: responden sesudah
Darah den: Rotti t Memberikan melakukan senam Volume: 4
Pada e latihan kaki 150-199 No.1
Pasien Kadar senam kaki mg/dl berjumlah
gula Mich Reputasi:
Diabetes selama 30-50 42 responden google
Melitus darah ael menit dengan (75%) dan kadar
Y. scholar
Tipe 2 Di 1x intervensi gula darah ≥ 200
Wilayah Karu mg/dl berjumlah
Kerja nden Tahap III: 14 responden
g

48
Puskesma Mengukur (25%). Hal ini
s 2016 gula darah menggambarkan
Enemawir setelah bahwa ke-42
a senam kaki responden yang
melakukan senam
kaki dengan baik
dan benar secara
teratur relatif
memiliki nilai
kadar gula darah
3. Berdasarkan hasil
uji Paired Sample
ttest diperoleh nilai
p = 0,00 untuk itu
berarti nilai p =
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
0,00 lebih kecil
dari pada nilai α =
0,05 maka Ho
ditolak yang berarti
ada pengaruh
senam kaki
diabetes terhadap
perubahan kadar
gula darah pada
pasien diabetes
melitus tipe 2 di
wilayah kerja
puskesmas
Enemawira
4. Pengaruh Indepe Priyo Pra Kadar Total 30 Gluko Tahap I: Wilco 1. Hasil penelitian Jurnal:
Senam nden: to eksper gula samplin orang meter Mengukur xon menunjukkan 2020 Jurnal
Kaki Dian iment darah g gula darah Signed bahwa kadar gula Keperawata
Senam widy one sebelum sebelum Rank darah sebelum
Terhadap n
Kaki group dan melakukan Test dilakukan senam
Perubaha anin
gru pretest sesudah senam kaki kaki dengan skor ISSN:
n Kadar - rata-rata menjadi
m 2722-4015
Gula Depen posttes Tahap II: 182,80 mg/dl. Nilai Volume:-
Darah den: 2020 t Memberikan standart deviasi Reputasi:
Pada latihan sebelum diberikan Google
Lansia Kadar
gula senam kaki intervensi senam Scholar
Penderita selama 30-50 kaki 28,207 mg/dl.
Diabetes darah
menit dengan Dan hasil nilai
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
Melitus 1x intervensi minimal sebelum
Tipe II Di diberikan
Desa Tahap III: intervensi senam
Balerejo Mengukur kaki 117 mg/dl,
Kabupate gula darah sedangkan nilai
n Madiun setelah maksimal sebelum
senam kaki diberikan
intervensi 230
mg/dl.
2. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa kadar gula
darah sesudah
diberikan
intervensi senam
kaki dengan nilai
rata-rata 143.13
mg/dl. Nilai
standart deviasi
sebelum diberikan
intervensi senam
kaki 25.445mg/dl.
Dan hasil nilai
minimal sesudah
diberikan
intervensi menjadi
99, sedangkan nilai
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
maksimal sesudah
diberikan
intervensi menjadi
182 mg/dl.
3. Uji statistik
wilcoxon Sign
Rank Test
menunjukkan nilai
p = 0,000 < α =
0,05 hal ini berarti
Ho ditolak dan Ha
diterima artinya
dapat diartikan ada
pengaruh yang
signifikan senam
kaki terhadap
perubahan kadar
gula darah pada
penderita diabetes
mellitus tipe 2 di
Posyandu Mawar
Desa Balerejo
Kecamatan
Kebonsari
Kabupaten
Madiun.
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
5. Pengaruh Indepe Rizki Quasi Jenis Total ve 20 Gluko Tahap I: Uji T 1. Nilai kadar gula Jurnal:
Latihan nden: Sari eksper kelamin, samplin orang meter Mengukur tes darah rata-rata International
Kaki Utam iment usia g gula darah sebelum penderita Journal of
Diabetik Senam i metho Pekerjaa sebelum Education &
Kaki diabetes  senam
pada Muc d with n melakukan kaki memperoleh Curriculum
Kadar htar, pretest Pendidi senam kaki hasil 238.00mg / Application
Gula Inda and kan dL.
Pada Depen h posttes Gula Tahap II: ISSN:
Penderita den: Triya t Memberikan 2. Nilai kadar gula
darah 2614-3380
Diabetes ni withou latihan darah setelah
Kadar sebelu
Mellitus Ding t senam kaki Rata-rata senam
gula m dan Volume: 1
Tipe 2 di in contro Selama kaki 67iabetic
darah sesudah No.1
Tanjung 2018 l 30menit memperoleh hasil
Reputasi:

49
Puskesma resear dengan 206.00mg / dL.
Google
s Buntung ch intervensi 8x 3. Setelah dipelajari, Scholar
2018 metho dalam 2 ada a  perbedaan
d minggu rata-rata kadar
gula darah
Tahap III: sebelum dilakukan
Mengukur senam kaki
gula darah 67iabetic dengan
setelah rata-rata  kadar
senam kaki gula darah setelah
senam kaki
diabetic (ρ-value:
0,000). 
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
6. Pengaruh Indepe Ratu Quasi Jenis Acident 20 Gluko Tahap I: Wilco 1. Nilai kadar gula Jurnal:
Senam nden: mas eksper kelamin, al orang meter Mengukur xon darah rata-rata Public Health
Kaki Ratih iment usia samplin gula darah sebelum Perspectives
Diabetik Senam Puspi one Kadar g sebelum Journal
Kaki penderita
Menggun ta, group gula melakukan diabetes  senam
akan Thre pretest darah senam kaki kaki memperoleh ISSN:

51
Koran e dan sebelu hasil 238.00mg / 2540-7945
Terhadap Depen Mut posttes Tahap II:
den: m dan dL.
Penuruna main t Memberikan Volume:
sesudah 2. Nilai kadar gula
n Kadar Kadar ah latihan Vol. 3
Gula 2019 senam kaki darah setelah No. 3
gula Rata-rata senam
Darah darah selama 30
Penderita menit kaki 68iabetic Reputasi:
Dm Tipe intervensi 5 memperoleh Sinta 4
2 Di kali dalam 1 hasil 206.00mg /
Pondok dL.
minggu
Aren pada 3. Setelah
Tangeran dipelajari, ada a
tanggal 7-
g Selatan perbedaan rata-
15 Mei
rata kadar gula
2018
darah sebelum
dilakukan senam
Tahap III:
kaki 68iabetic
Mengukur
dengan rata-rata
gula darah
kadar gula darah
setelah
setelah senam
senam kaki
kaki diabetic (ρ-
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
value: 0,000). 
7. Penuruna Indepe Misr Pre- Nilai Purposi 15 Lemba Tahap I: Analis 1. Peserta yang Jurnal:
n Gula nden: oh experi gula ve orang r Mengukur a data mengikuti Jurnal
Darah Muli ment darah samplin observ gula darah kegiatan ini Lentera
Pasien Senam aning one sebelum g asi sebelum ISSN: 2774-
Kaki sebanyak 15
Diabetes sih group dan melakukan orang.Sebelum 812X
Melitus Heri pretest sesudah senam kaki diberikan tindakan
Tipe 2 Bahti dan senam kaki,
Dengan Depen ar posttes Tahap II: Volume:
den: kondisi gula darah Vol 1
Senam Wind t Memberikan peserta terbanyak
Kaki a latihan No. 2
Kadar pada normal
puskesma gula Nur senam kaki tinggi yaitu
s Ubung maya selama 15-20 Reputasi:
darah sebanyak 9 orang Google
Lombok ni menit (60%) dan untuk
Tengah 2021 intervensi 2 Scholar
hiperglikemia
kali dalam 1 sebanyak 6 orang
minggu (40%).
Tahap III:
Mengukur 2. Sedangkan hasil
gula darah gula darah
setelah pesertapada
senam kaki posttest(setelah
dilakukan tindakan
Senam
Kaki)terbanyak
masih dalam
kategori normal
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
tinggi sebanyak
8 orang
(53,3%),
Hiperglikemia
sebanyak 6 orang
(40 %) dan
dengan kategori
normal sebanyak
1 orang (6,67).
8. Pengaruh Indepe Nura Quasi Umur accident 26 Gluko Tahap I: one 1. Seluruh responden Jurnal:
Senam nden: eni experi Jenis al orang meter Mengukur sample sebelum Jurnal
Kaki Putu men Kelamin samplin gula darah t-test pelaksanaan Kedokteran
Diabet Senam Dedy pretest kadar g sebelum
Kaki Senam Kaki
Terhadap Arjit dan gula melakukan memiliki kadar ISSN:
Penuruna a posttes darah senam kaki gula darah ≥ 180 2620-5890
n Kadar 2019 t sebelum mg/dl sebanyak 26
Gula Depen dan Tahap II:
den: orang (100%).
Darah sesudah Memberikan Volume:
Pada latihan 2. Sebagian besar
Kadar responden setelah
Penderita gula senam kaki Reputasi:
Diabetes selama 15 pelaksanaan senam
darah Sinta 5
Mellitus menit kaki memiliki
Type Ii intervensi 2x kadar gula darah
80 - 144 mg/dl
Tahap III: sebanyak 14 orang
Mengukur (53,8%) dan 145 -
179 mg/dl
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
gula darah sebanyak 12 orang
setelah (46,2 %).
senam kaki
3. Hasil analisis
menunjukkan
bahwa senam kaki
mempengaruhi
penurunan kadar
gula darah pada
penderita diabetes
9. Pengaruh Indepe Arifi Quasi Umur Purposi 30 Gluko Tahap I: Wilco 1. Ada Pengaruh Jurnal:
Senam nden: anto, experi Jenis ve orang meter Mengukur xon Senam Kaki Procending
Kaki Dwi men Kelamin samplin gula darah Match Diabetes Mellitus Widya
Diabetes Senam Nur One Pendidi g sebelum Pair Husada
Kaki Terhadap Nilai
Mellitus Aini, Group kan melakukan Test Kadar Gula Nursing
Terhadap Ana Pretes Pekerjaa senam kaki Darah Pada Conferens
Nilai Nur t n Pasien Diabetes ISSN: 978-
Kadar Depen Afifa Postte Kadar Tahap II: 602-60315-7-
den: Mellitus Tipe 2
Gula h st gula Memberikan di Puskesmas 0
Darah Kadar 2019 Witho sebelum latihan Pamotan
Pada gula ut dan senam kaki Kabupaten Volume: 1
Pasien darah Contr sesudah selama 30 Rembang dengan No 1
Diabetes ol menit Uji Wilxocon
Mellitus intervensi 1x Match Pair Test Reputasi:
Tipe 2 Di di peroleh nilai Google
Puskesma Tahap III: P-value sebesar scholar
s Pamotan Mengukur 0,000 < nilai α
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
Kabupate gula darah 0,05
n setelah
Rembang senam kaki
10. Pengaruh Indepe Mest Pra Umur Purposi 10 Gluko Tahap I: Wilco 1. Dalam penelitian Jurnal:
Senam nden: iana experi Jenis ve orang meter Mengukur xon ini terdapat 10 Elisabeth
Kaki Br. men Kelamin samplin gula darah Match orang responden Health Jurnal
Terhadap Senam Karo one Pekerjaa g sebelum Pair ISSN: 2541-
Kaki sebelum dilakukan
Perubaha group n melakukan Test senam kaki, 4992
n Glukosa Lilis pre Agama senam kaki ditemukan 10
Pada Novi post Suku orang (100%) Volume: 3
Pasien Depen taru test Tempat Tahap II: mengalami No 1
Diabetes den: m design terapi Memberikan Glukosa diatas
Melitus Kadar latihan normal (>120
Tipe 2 Di gula Mari senam kaki mg/dl). Reputasi:
Lingkung darah a Uli selama 30 Google
an Stikes Mars menit 2. Dalam penelitian
scholar
Santa elina intervensi 1x ini terdapat 10
Elisabeth Sara orang responden
Medan gih Tahap III: sesudah dilakukan
Tahun 2017 Mengukur senam kaki,
2017 gula darah ditemukan
setelah sebanyak 7 orang
senam kaki (70%) mengalami
penurunan
glukosa, Glukosa
normal (80-120
mg/dl) dan
Metode
Varia Penu Karak- Tehnik Besar Tehnik
No. Judul Desai Alat Analis Hasil Ketera-ngan
bel lis teristik samplin sampe pengambila
n ukur is
subyek g l n data
sebanyak 3 orang (
30 % ) yang tidak
mengalami
penurunan glukosa
, Glukosa diatas
normal (>120
mg/dl). .
3. Ada pengaruh
antara senam kaki
terhadap
perubahan glukosa
pada pasien
diabetes melitus
tipe 2 di dapatkan
data dari uji
wilcoxon bahwa
nilai p value =
0,008 < 0,05.
58

5.4 Pembahasan

5.4.1 Mengukur Kadar gula darah pada pasien dengan DM Tipe 2

berdasarkan literatur review

Pada pengukuran gula darah yang terdapat dalam jurnal tidak

disebutkan bahwa peneliti melakukan kesepakatan untuk menjalankan

program diet gula atau tidak dilakukan kesepakatan harus dilakukan puasa

sebelum melakukan senam kaki, jadi hasil yang dapat ditarik adalah gula

darah sebelum dan sesudah intervensi adalah gula darah sesaaat.

Dari 10 jurnal yang didapatkan, kadar gula darah sesaat sebelum

dilakukan intervensi diatas 115 mg/dl ada 10 jurnal (100%) dengan rata-

rata gula darah 10 jurnal 153,5 mg/dl, meliputi jurnal dengan penulis

(Hardika, 2018) respondennya memiliki rata-rata gula darah 202.67 mg/dl,

lalu pada penulis (Rusli, 2015) respondennya memiliki rata-rata kadar gula

darah 240-249 mg/dl, pada penulis (Ruben et al., 2016) keseluruhan kadar

gula darah respondennya adalah ≥200 mg/dl, penulis (Priyoto &

Widyaningrum, 2020) kadar gula darah respondennya rata-rata 182,80

mg/dl, pada penulis (Muchtar & Dingin, 2018) rata-rata kadar gula darah

respondennya 238.00 mg/dl penulis (Puspita, 2019) distribusi rata-rata kadar

gula darah sebelum intervensi yaitu dengan nilai kadar gula darah

minimum adalah 115 mg/dl sedangkan nilai kadar gula darah maksimum

460 mg/dl, pada penulis (Mulianingsih et al., 2021) rata-rata kadar gula

darahnya 200mg/dl, penulis (Nuraeni & Arjita, 2019) rata-rata kadar gula

darahnya ≥ 180 mg/dl, penulis (Novitarum et al., 2017) rata-rata kadar

gula darahnya (>120 mg/dl, dan pada penulis (Arifianto et al., 2020) kadar
59

gula adarah didapatkan data dari 30 responden di Puskesmas Pamotan

Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa nilai kadar gula darah dalam

kategori buruk sebanyak 26 orang (86,7%).

Hasil pengukuran gula darah sesaat setelah dilakukan ditemukan

hasil sebagai berikut: pada jurnal dengan penulis Hardika, 2018 ditemukan

hasil dengan rata-rata 173.07 mg/dl, dengan nilai terendah 158.90 mg/dl,

dan nilai tertinggi 187.23 mg/dl. Pada jurnal Rusli, 2015 ditemukan kadar

gula darah pada interval 230-239 atau sebanyak 70% responden

mengalami penurunann gula darah. Pada jurnal Ruben et al., 2016

ditemukan hasil bahwa mayoritas kadar gula darah mengalami penurunan

sesudah melakukan senam kaki 150-199 mg/dl atau sebanyak 42

responden (75%). Pada jurnal Priyoto & Widyaningrum, 2020 kadar gula

darah sesudah diberikan intervensi senam kaki dengan nilai rata-rata

143.13 mg/dl. Pada jurnal Muchtar & Dingin, 2018 didaptka hasil 206,00

mg / dl dengan perbandingan rata-rata gula darah sebelum dilakukan

senam kaki adalah 230,00 mg/dl, pada jurnal Puspita, 2019 ditemukan

hasil sesudah diberikan terapi senam kaki diabetik adalah 186,25. Pada

jurnal Mulianingsih et al., 2021 didapatkan hasil dengan nilai kadar gula

darah Normal (60 – 125 mg/dl 1orang) Normal Tinggi (126 – 144 mg/dl 8

orang) dan Hiperglikemia (≥ 200 mg/dl 6 orang). Pada jurnal Nuraeni &

Arjita, 2019 ditemukan kadar gula darah 80 - 144 mg/dl sebanyak 14

orang (53,8%) dan 145 - 179 mg/dl sebanyak 12 orang (46,2%). Pada

jurnal Arifianto et al., 2020 ditemukan hasil setelah melakukan senam kaki

nilai kadar gula darah dalam kategori Baik sebanyak 19 orang (63,3%),
60

Terdapat responden dengan kategori sedang sebanyak 9 orang (30,3%).

Pada jurnal Novitarum et al., 2017 ditemukan hasil setelah melakukan

senam kaki sebesar gula darah normal sebanyak 7 orang (70%) dan gula

darah diatas normal sebanyak 3 orang yaitu 30%.

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik vang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya(Brunner

dalam Kurnia & Prawesti, 2017). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang

diproduksi oleh pancreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis

tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total. Jumlahnya

mencapai 90-95 % dari seluruh pasien dengan diabetes, dan banyak

dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi

pada individu obesitas. Kasus DM tipe 2 umumnya mempunyai latar

belakang kelainan yang diawali dengan terjadinya resistensi insulin.

Resistensi insulin awalnya belum menyebabkan DM secara klinis.

Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus pada permukaan sel dan

mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme glukosa (Damayanti,

2015).

Menurut (Tarwoto et al, 2016) penyebab penyakit ini belum

diketahui secara lengkap dan kemungkinan faktor penyebab dan faktor

risiko penyakit DM diantaranya: 1.Obesitas, berat badan lebih dari 120 %

dari berat badan ideal (kira-kira terjadi pada 90 %). 2. Riwayat keluarga

dengan DM tipe 2. 3. Riwayat adanya gangguan toleransi glukosa (IGT)

atau gangguan glukosa puasa (IFG). 4.Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg
61

atau hiperlipidemia, kolesterol atau trigkiserida lebih dari 150 mg/dl.

5.Riwayat gestasional DM atau riwayat melahirkan bayi diatas 4 kg.

6.Polycystic ovarian syndrome yang diakibatkan resistensi dari insulin.

Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi (keluarnya sel telur dari

ovarium), tidak terjadi mentruasi, tumbuhnya rambut secara berlebihan,

tidak bisa hamil. 7. Usia diatas 45 tahun, jarang DM tipe 2 terjadi pada

usia muda

Berdasarkan hasil analisa 10 jurnal, kadar gula darah sesaat pada

pasien DM tipe 2 lebih dari 120 mg/dl dengan rata-rata 153,5 mg/dl, ini

berarti rata-rata pasien DM tipe 2 mengalami Hiperglikemi. Pada pasien

yang mengalami hiperglikemi beresiko menimbulkan berbagai komplikasi

kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Kurnia & Prawesti,

2017). Menurut (Tarwoto et al, 2016) penyebab penyakit DM adalah usia

diatas 45 tahun, jarang DM tipe 2 terjadi pada usia muda, sehingga hal ini

menyebabkan kerusakan sel insulin dan mengakibatkan gula darah tidak

terkontrol, dari 10 jurnal yang didapatkan rentang usia responden adalah

dimulai dari dewasa sampai dengan lansia atau dari rentang usia 25 tahun

sampai 70 tahun, sebagian besar ada di atas usia 45-70 tahun.

Diperlukan upaya pencegahan dan penurunan kadar gula dalam

darah yang berlebih, agar tidak menimbulkan dampak yang lebih serius.

Upaya yang bisa dilakukan selain terapi farmakologis yaitu dengan obat-

obatan anti Hiperglikemi adalah dengan terapi non farmakologis, salah

satunya adalah olahraga secara teratur. Denagan melakukan aktifitas atau

latihan secara teratur dapat mengendalikan kadar gula darah, tentunya


62

dilakukan dengan langkah yang baik dan benar. Berdasarkan 10 literatur

yang didapatkan aktifitas selain olahraga berat karena akan berisiko pada

penderita dm adalah dengan melakukan secara teratur melakukan senam

kaki untuk menurunkan gula darah, berdasarkan jurnal yang didapatkan

latihan senam kaki dapat dilakukan dengan cara frekuensi minimal 2-4 kali

dalam seminggu, senam kaki dilakukan selama 15 menit, sebanyak 2 (dua)

kali dalam sehari, Senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri,

duduk dan tidur, dengan cara menggerakan kaki dan sendi-sendi kaki

misalnya berdiri dengan tumit diangkat, mengangkat dan menurunkan

kaki. Gerakan dapat berupa gerakan menekuk, meluruskan, mengangkat,

memutar keluar atau kedalam dan mencengkram pada jari-jari kaki,

dengan melakukan senam kaki dapat berpengaruh terhadap perubahan

kadar gula darah, ketika otot-otot bergerak aktif akan meningkatkan

kontraksi sehingga permeabilitas membran sel meningkatkan pengunaan

glukosa menyebabkan resistensi insulin berkurang dan sensitivitas insulin

meningkat.

5.4.2 Menganalisis pengaruh latihan senam kaki diabeteik terhadap

perubahan kadar gula darah pada pasien dengan DM tipe 2

berdasarkan literatur review

Dari 10 jurnal yang didapatkan terdapat analisis data

menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test sebanyak 5 jurnal, Uji T-Test

sebanyak 5 jurnal. Dari 10 jurnal yang didapatkan, 7 jurnal mendapatkan

hasil uji statistic p=0,000 artinya pemberian senam kaki efektif

menurunkan gula darah pada 10 jurnal (70%).


63

Dengan pengujian statistic T-Tes Pada jurnal dengan penulis

Hardika, (2018) dengan pemberian intervensi senam kaki hasil uji

statistik glukosa darahnya yaitu p=0,001. Penulis Ruben et al., (2016)

dengan pemberian intervensi senam kaki hasil uji statistiknya yaitu

p=0,000. Penulis (Muchtar & Dingin, 2018) dengan pemberian intervensi

senam kaki hasil uji statistiknya yaitu p=0,000. Penulis Nuraeni & Arjita,

2019 dengan pemberian senam kaki hasil uji statistiknya yaitu p=0,000.

Pengujian Wilcoxon Sign Rank Test, pada penulis Rusli, (2015) dengan

pemberian intervensi senam kaki hasil uji statistik kadar gula darahnya

yaitu p=0,000. Penulis Puspita, (2019) dengan pemberian intervensi

senam kaki hasil uji statistiknya yaitu p=0,000. Penulis Arifianto et al.,

2020 dengan pemberian intervensi senam kaki hasil uji statistiknya yaitu

p=0,00, penulis Novitarum et al., 2017 dengan pemberian intervensi

senam kaki hasil uji statistiknya yaitu p=0,008. Penulis Priyoto &

Widyaningrum, 2020 dengan pemberian intervensi senam kaki hasil uji

statistiknya yaitu p=0,000. 1 uji tidak diketahui dengan penulis

Mulianingsih et al., 2021 dengan pemberian intervensi senam kaki hasil

analisa gula darah yaitu Normal Tinggi (126 – 144 mg/dL) sebayak

53,3% dari yang sebelumnya 60%.

Hiperglikemi adalah suatu kondisi dimana kadar gula darah puasa

normal biasanya di kisaran 80 s.d 120 mg/dl (Kurnia & Prawesti, 2017).

Gula darah diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu Gula Darah

Puasa adalah kadar gula yang diukur setelah melakukan puasa selama
64

kurang lebih 10 s.d 1 jam. Kadar Gula darah puasa normal biasanya di

kisaran 80 s.d 120 mg/dl (Kurnia & Prawesti, 2017). Gula darah 2 Jam

pp yang dimaksut dengan 2 jam pp, kalau tes ini sama dengan gula darah

puasa, hanya saja setelah puasa 2 jam sebelum tes pasien dianjurkan

untuk makan dulu dan kemudian baru dilakukan pemeriksaan (Kurnia &

Prawesti, 2017). Gula darah sewaktu adalah hal paling sering dilakukan

dengan rentang 80 s.d 120 mg/dl (Kurnia & Prawesti, 2017).

Beberapa factor penyebab gula darah meningkat menurut (Yosia,

2021) adalah sebagai berikut: Gangguan hormon insulin pada dasarnya,

penyebab kadar gula darah yang tinggi adalah kurangnya

pasokan hormone insulin ataupun saat hormon insulin yang tidak bekerja

dengan optimal akibat retensi insulin. Dehidrasi, dehidrasi juga dapat

menjadi penyebab meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Hal ini

disebabkan aliran darah dalam tubuh yang kekurangan cairan

mengakibatkan meningkatnya konsentrasi gula dalam darah, alias darah

menjadi lebih kental. Pemanis buatan, banyak orang yang menderita

diabetes melitus menganggap bahwa aman untuk mengonsumsi makan

atau minuman yang tidak mengandung gula atau berlabel sugar-

free.  Ada pula  yang bahkan sampai mengganti gula alami dengan

pemanis buatan karena dianggap lebih aman. Padahal, serupa dengan

gula atau pemanis alami, pemanis buatan tetap bisa meningkatkan kadar

gula darah jika dikonsumsi secara berlebihan. Fenomena fajar, fenomena

fajar atau dawn phenomenon merupakan kondisi yang dapat menjadi

penyebab gula darah tinggi. Kondisi ini terjadi saat tubuh mengalami
65

peningkatan sejumlah hormon yang dapat meningkatkan gula darah

secara drastis. Seperti namanya, fenomena fajar biasa terjadi pada pukul

2-8 pagi, di mana tubuh mengeluarkan hormon seperti hormon

pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin, yang dapat

meningkatkan resistensi insulin. Kondisi ini membuat kinerja insulin

semakin terhambat sehingga gula darah naik. Menstruasi, Perubahan

hormon pada masa menstruasi ternyata juga memengaruhi kadar gula

darah. Tidak stabilnya hormon perempuan yang sedang memasuki masa

menstruasi dapat membuat tubuh menjadi lebih tidak peka terhadap

insulin. Kondisi ini dapat menjadi penyebab gula darah naik. Biasanya

hal ini terjadi seminggu sebelum menstruasi berlangsung. Obat-obatan,

Pengobatan tertentu juga dapat memengaruhi kadar gula darah Anda.

Pasalnya, beberapa obat memiliki efek samping pada peningkatan kadar

gula darah dalam tubuh. Menurut studi dalam jurnal Diabetes Spectrum,

beberapa obat yang diketahui dapat memicu kenaikan kadar gula darah,

yaitu: Kortikosteroid, Obat antipsikotik atau antidepresan, Beta blocker,

Protase inhibitor, Obat diuretic, Siklosporin, Asam nikotinat atau niasin,

Mengonsumsi pil KB. Penyebab selanjutnya adalah kurang tidur, sikap

membatasi tidur menjadi 4 jam dalam semalam, sensitivitas insulin

mereka menurun 14-21%. Kurang tidur akan meningkatkan stres pada

tubuh dan berakibat pada kadar gula darah naik. Pasalnya, selama tidur,

terjadi penurunan hormon kortisol dan aktivitas sistem sarah yang dapat

membantu mengatur kadar gula darah. Sedang sakit, banyak penyakit


66

yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, seperti pneumonia dapat

menjadi penyebab gula darah tinggi.

Hasil pengukuran gula darah setelah dilakukan ditemukan hasil

sebagai berikut: pada jurnal dengan penulis Hardika, 2018 ditemukan

hasil dengan rata-rata 173.07 mg/dl, dengan selisih hasil 29,6 mg/dl

dengan rata-rata sebelum dilakukan senam kaki 202,67 mg/dl. Pada

jurnal Rusli, 2015 ditemukan kadar sebelum di intervensi sebagian besar

70% (14 responden) kadar gula darahnya pada interval 240-249 mg/dl

terjadi penurunan kadar gula darah sesudah di intervensi sebagian besar

responden 70% (14 responden) kadar gula darahnya pada interval 230-

239 mg/dl. Pada jurnal Ruben et al., 2016 ditemukan hasil bahwa

mayoritas kadar gula darah mengalami penurunan sesudah melakukan

senam kaki 150-199 mg/dl atau sebanyak 42 responden (75%) hal ini

diketahui bahwa dari pengukuran sebelumnya total 56 responden

memiliki rentang gula darah > 200 mg/dl. Pada jurnal Priyoto &

Widyaningrum, 2020 kadar gula darah sesudah diberikan intervensi

senam kaki dengan nilai rata-rata 143.13 mg/dl dengan perbandingan

rata-rata gula darah sebelum dilakukan senam kaki adalah 182,80 mg/dl.

Pada jurnal Muchtar & Dingin, 2018 didaptkan hasil 206,00 mg / dl

dengan perbandingan rata-rata gula darah sebelum dilakukan senam kaki

adalah 230,00 mg/dl, pada jurnal Puspita, 2019 ditemukan hasil sesudah

diberikan terapi senam kaki diabetik adalah 186,25 terlihat perbedaan

yang signifikan pada rata-rata kadar gula darah sebelum diberikan terapi

senam kaki diabetik adalah 236,69 dengan perbandingan hasil rata-rata


67

adalah 50,44mg/dl. Pada jurnal Mulianingsih et al., 2021 didapatkan hasil

dengan nilai kadar gula darah Normal (60 – 125 mg/dl 1orang) Normal

Tinggi (126 – 144 mg/dl 8 orang) dan Hiperglikemia (≥ 200 mg/dl 6

orang) dari perbandingan sebelum dilakukan senam kaki sebesar Normal

Tinggi (126 – 144 mg/dl 9 orang) dan Hiperglikemia (≥ 200 mg/dl 6

orang). Pada jurnal Nuraeni & Arjita, 2019 ditemukan kadar gula darah

80 - 144 mg/dl sebanyak 14 orang (53,8%) dan 145 - 179 mg/dl sebanyak

12 orang (46,2%) dimana dengan perbandingan sebelum dilakukan

senam kaki semua responden sejumlah 26 orang memiliki kadar gula

darah ≥ 180 mg/dl. Pada jurnal Arifianto et al., 2020 ditemukan hasil

setelah melakukan senam kaki nilai kadar gula darah dalam kategori Baik

sebanyak 19 orang (63,3%). Terdapat responden dengan kategori sedang

sebanyak 9 orang (30,3%) dari pengukuran sebelum dilakukan senma

kaki sebesar nilai kadar gula darah dalam kategori buruk sebanyak 26

orang (86,7%). Pada jurnal Novitarum et al., 2017 ditemukan hasil

setelah melakukan senam kaki sebesar gula darah normal sebanyak 7

orang (70%) dan gula darah diatas normal sebanyak 3 orang yaitu 30%

dari perbandingan sebelum melakukan senam kaki sebesar nilai tinggi

sebanyak 10 orang (100%) dan glukosa yang normal sebanyak 0 orang

(0%). Hasil yang didapatkan sejalan dengan teori Setyoadi, dalam

Kurnia & Prawesti, 2017 bahwa senam kaki terbukti efektif menurunkan

kadar gula darah pasien DM Tipe 2 , dengan latihan yang dilakukan oleh

lansia yang menderita Diabetes Mellitus untuk mencegah terjadinya luka,


68

membantu memperlancar peredaran darah bagian kaki serta menurunkan

kadar gula darah.

Putri, 2019 menyatakan bahwa Senam kaki jika dilakukan rutin

akan sangat efektif dalam mengontrol berat badan, memperkuat tulang

dan otot, menurunkan kadar gula darah, serta mengurangi risiko

komplikasi diabetes. Hal ini disebakan karena adannya Senam kaki

menyebabkan otot berkontraksi selama beraktivitas, sel dapat mengambil

glukosa dan menggunakannya sebagai energi, baik insulin tersedia atau

tidak, Inilah cara olahraga membantu menurunkan gula darah dalam

jangka pendek .

Pasien DM tipe 2 dengan melakukan senam kaki dengan teratur

dan dengan waktu yang sesuai maka sensitivitas insulin meningkat,

sehingga memacu sel otot agar lebih mampu dalam menggunakan

insulin untuk proses pembakaran glukosa untuk dijadikan energy selama

dan setelah aktivitas. Dengan melakukan senam kaki secara teratur dan

tepat dapat membantu pasien untuk mandiri dalam menggontrol gula

darah dan secara tidak langsung mengurangi ketergantuangan terhadap

obat anti diabetes atau insulin.


BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil literatur jurnal disimpulkan:

1. Hasil pemeriksaan kadar gula darah pada pasien dengan DM tipe 2

yang didapatkan berdasarkan literatur review seluruhnya gula darah

diatas 120 ml/dl dan gula darah sebagian memiliki rata-rata diatas

153,5 mg/dl.

2. Berdasarkan hasil literatur review didapatkan hasil bahwa seluruhnya

latihan senam kaki berpengaruh dalam mencegah Hiperglikemi atau

kadar gula darah yang berlebih pada pasien dengan DM tipe 2.

6.2 Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Rumah Sakit Baptis Kediri

Penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai manfaat senamkaki diabetes terhadap kadar gula

darah pafda pasien DM tipe 2.

2. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui hasil dari review dan dapat memberikan

manfaat pada pasien atau klien yang mengalami diabetes untuk mencegah

terjadinya peningkatan gula darah.

3. Bagi pasien

Diharapkan pasien DM tipe 2 dapat melakukan secara mandiri

senam kaki setiap 15-30 menit 1-2x dalam sehari, atau pagi dan sore hari

59
dalam frekuensi 3-4 kali/minggu, sebagai alternatif menurunkan gula

darah selain dengan terapi farmakologis.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan kompetensi perawat dan

meningkatkan peran perawat sebagai pemberi asuhan yang mandiri

tentang pencegahan peningkatan kadar gula dalam darah melalui media

senam dan perawat dapat mengajarkan senam yang baik dan benar untuk

pasien DM tipe 2.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain, hasil akhir data sebagai

pembanding bagi penelitian dan juga dapat diaplikasikan secara langsung

dalam penelitian selanjutnya

60
DAFTAR PUSTAKA

american diabetic asosiation team. (2021). Blood Sugar and Exercise. In

American Diabetes Asosiation. https://www.diabetes.org/healthy-

living/fitness/getting-started-safely/blood-glucose-and-exercise

Arifianto, Aini, D. N., & Afifah, A. N. (2020). PENGARUH SENAM KAKI

DIABETES MELLITUS TERHADAP NILAI KADAR GULA DARAH

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS

PAMOTAN KABUPATEN REMBANG. Stikes WH.

Damayanti, S. (2015). DIABETES MELLITUS DAN PENATALAKSANAAN

KEPERAWATAN (ke-1). NUHA MEDIKA.

Hardika, B. D. (2018). Penurunan gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II

melalui senam kaki diabetes. Medisains, 16(2), 60.

https://doi.org/10.30595/medisains.v16i2.2759

Kurnia, E., & Prawesti, D. (2017). SENAM KAKI BAGI PASIEN DIABETES

MELITUS (ke-1). Adjie Media Nusantara.

Lemone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Buku Ajar Keperawatan

Medikal Bedah (ke-5). EGC.

Lutfiani, Karota, E., & Sitepu, nunung febriany. (2020). Panduan Konseling

Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus (ke-1). CV Budi

Utama.

Maryunani anik. (2013). Step By Step Perawatan Luka Diabetes dengan metode

Perawatan luka Modern (ke-1). IN MEDIA.

Muchtar, R. S. U., & Dingin, I. T. (2018). The Influence of Diabetic Foot

Exercise on Sugar Levels In Type 2 Diabetes Mellitus Patients at Tanjung

61
Buntung Public Health Center 2018. International Journal of Education &

Curriculum Application. http://journal.ummat.ac.id/index.php/IJECA

Mulianingsih, M., Bahtiar, H., & Nurmayani, W. (2021). Penurunan Gula Darah

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Senam Kaki Puskesmas Ubung

Lombok Tengah. Jurnal Lentera, 1, 7.

Novitarum, K. M. B., Saragih, L., & Marselina, M. U. (2017). PENGARUH

SENAM KAKI TERHADAP PERUBAHAN GLUKOSA PADA PASIEN

DIABETES MELITUS TIPE 2 DI LINGKUNGAN STIKES SANTA

ELISABETH MEDAN TAHUN 2017.

Nuraeni, N., & Arjita, I. P. D. (2019). Pengaruh Senam Kaki Diabet Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Type Ii.

Jurnal Kedokteran, 3(2), 618. https://doi.org/10.36679/kedokteran.v3i2.80

Priyoto, & Widyaningrum, D. (2020). PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP

PERUBAHAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA

DIABETES MELITUS TIPE II DI DESA BALEREJO KABUPATEN

MADIUN. 2020 Jurnal Keperawatan.

Puspita, R. R. (2019). Pengaruh Senam Kaki Diabetik Menggunakan Koran

Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Pondok

Aren Tangerang Selatan. Edu Masda Journal, 3(1), 59–66.

Putri, R. R. (2019). Cara Melakukan Senam Kaki untuk Penderita Diabetes. Klik

Dokter. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3632538/cara-

melakukan-senam-kaki-untuk-penderita-diabetes

Ruben, G., Rottie, J., & Karundeng, M. Y. (2016). Pengaruh Senam Kaki

Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes

62
Melitus Tipe 2. EJournal Keperawatan (EKp), 4, 1–5.

Rusli, G. R. (2015). Senam Kaki Diabetes Menurunkan Kadar Gula Darah Pada

Pasien Diabetes Miletus Tipe 2. Journals of Ners Community, 06(2), 189–

197.

Soelistijo, S. A., Lindarto, D., Decroli, E., Permana, H., Sucipto, K. W., Kusnadi,

Y., Budiman, Ikhsan, R., Sasiarini, L., & Sanusi, H. (2019). PEDOMAN

PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2

DEWASA. DI INDONESIA 2019. PB PERKENI.

Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf,

A., Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B., Langi, Y. A.,

Purnamasari, D., Soetedjo, N. N., Saraswati, M. R., Dwipayana, M. P.,

Yuwono, A., Sasiarini, L., Sugiarto, Sucipto, K. W., & Zufry, H. (2015a).

Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 – 2015.

PB PERKENI.

Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf,

A., Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B., Langi, Y. A.,

Purnamasari, D., Soetedjo, N. N., Saraswati, M. R., Dwipayana, M. P.,

Yuwono, A., Sasiarini, L., Sugiarto, Sucipto, K. W., & Zufry, H. (2015b).

KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS

TIPE 2 DI INDONESIA 2015. PB. PERKENI.

Suryono, E. (2013). Bersahabat Dengan Diabetes (ke-1). YRAMA WIDYA.

Tarwoto, Wartonah, Taufik, I., & Mulyati, L. (2016). Kepertawatan Medikal

Bedah Sistem Endokrin (ke-1). CV. Trans Info Media.

Tim CNN Indonesisa. (2020). Tata Cara Senam Kaki Diabetes, Olahraga Ringan

63
Kaya Manfaat. https://www.cnnindonesia.com/gaya-

hidup/20200930111520-255-552617/tata-cara-senam-kaki-diabetes-

olahraga-ringan-kaya-manfaat

Utami, M. S., & Indah Triyani Dingin. (2018). The Influence of Diabetic Foot

Exercise on Sugar Levels In Type 2 Diabetes Mellitus Patients at Tanjung

Buntung Public Health Center 2018. International Journal of Education &

Curriculum, vol 1, 1–6.

Wibisana, E., & Sofiani, Y. (2017). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Gula

Darah Pasien Diabetes Melitus Di Rsu Serang Provinsi Banten. Jurnal JKFT,

2(2), 107. https://doi.org/10.31000/jkft.v2i1.698

Yosia, M. (2021). 10 Hal yang Dapat Menjadi Penyebab Gula Darah Naik.

https://hellosehat.com/diabetes/penyebab-gula-darah-tinggi/

Yulita, rita fitri, Waluyo, A., & Azzam, R. (2019). Pengaruh senam kaki terhadap

penurunan skor neuropati dan kadar gula darah pada pasien DM tipe 2.

Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

64
Lampiran 1
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
JL. MAY.JEND PANJAITAN NO.3B KEDIRI
TELP / FAX (0354) 683470

KARTU BIMBINGAN

Nama : ELY SABET KORNELIUS


Mahasiswa
NIM : 01.2.17.00603
Angkatan : XI (SEBELAS)
Judul : PENGARUH LATIHAN SENAM KAKI DIABETIK
TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DENGAN DM TIPE 2
Tanda Tangan
No. Tgl. Materi Masalah
Dosen

Konsultasi judul Pencarian jurnal akreditasi


1. 16/12/2020 Bu Erva
dan jurnal dan judul yang sesuai jurnal

2. 21/12/2020 Konsul ekstraksi Pencarian jurnal akreditasi Bu Aries


jurnal penelitian dan judul yang mendukung
dari jurnal
3. 21/12/2020 Konsul jurnal dan Konsultasi ekstraksi jurnal Bu Erva
konsultasi pindah lebih teliti dalam
gerbong dari kep. mengekstrak jurnal
Lansia
4. 22/12/2020 Konsultasi Pakai cara yang benar Bu Aries
ekstraksi jurnal
5. 24/12/2020 Konsultasi bab 1 Membenarkan urutan Bu Erva
latarbelakang
6. 7/1/2021 Konsul bab 1 dan Membenarkan urutan latar Bu Aries
ekstraksi jurnal belakang

65
7. 7/1/2021 Konsultasi Bab 1 Membenarkan urutan latar Bu Erva
dan ekstraksi belakang
jurnal
8. 18/1/2021 Konsultasi jurnal Mencari judul yang lebih Bu Erva
pindah 1 spesifik dan didukung jurnal
perlakuan
9. 19/1/2021 Konsultasi revisi Membenarkan urutan latar Bu Aries
bab 1 belakang
10. 19/1/2021 Konsultasi Membenarkan urutan latar Bu Erva
persetujuan belakang
Literature review
dan revisi Bab 1
11. 20/1/2021 Konsultasi Mencari literature dari Bu Erva
pemakaian Buku online atau meminjam dari
sumber perpustakaan
12. 21/1/2021 Konsultasi revisi Membenarkan urutan latar Bu Aries
bab 1 dan analisa belakang dan analisa jurnal
jurnal masih salah
13. 22/1/2021 Pengiriman jurnal Beberapa jurnal tidak masuk Bu Erva
sumber kriteria
14. 24/1/2021 Acc Judul Lanjutlkan bab 1 dan 2 Bu Erva
penelitian
15. 25/1/2021 Konsultasi bab 2 Membenarkan sesuai arahan Bu Aries
dan revisi bab 1 pada rumusan masalah,
tujua, manfaat
16. 25/1/2021 Konsultasi bab 2 Revisi isi bab 2 Bu Erva
17. 27/1/2021 Konsultasi revisi Teori kurang lengkap dan Bu Aries
bab 2 penulisan sitasi belum ada
18. 2/2/2021 Konsultasi bab 2 Teori kurang lengkap dan Bu Erva
revisi penulisan sitasi belum ada
19. 3/2/2021 Konsultasi bab 3 Revisi kerangka konsep dan Bu Aries
dan 4 hipotesis
20. 3/2/2021 Konsultasi bab 3 Revisi kerangka konsep dan Bu Erva
dan 4 hipotesis
21. 8/2/2021 Acc bab 1 dan 2 Lanjut bab 3 dan 4 Bu Aries
22. 8/2/2021 Konsultasi revisi Revisi kerangka konsep dan Bu Erva
bab 3 dan 4 hipotesis
23. 9/2/2012 Konsultasi bab 3 Revisi bab 4 populasi Bu Aris
dan 4 penelitian dan kriteria
inklusi
24. 14/2/2021 Konsultasi bab 1- Revisi bab 4 populasi Bu Erva
4 revisi penelitian dan kriteria
inklusi
25. 18/2/2012 Konsultasi revisi Revisi bab 4 metode Bu Aries
proposal bab 1-4
26. 18/2/2021 Konsultasi Revisi search Bu Erva
proposal lengkap

66
27. 24/2/2021 Konsuiltasi revisi Acc proposal Bu aries
proposal
28. 25/2/2021 Konsultasi Revisi Populasi sampel Bu erva
proposal
29. 26/2/2021 Acc proposal Membuat draf proposal Bu aries
30. 26/2/2021 Konsultasi Membenarkan kerangka Bu erva
proposal konseptual
31. 1/3/2021 Acc Proposal Membuat ppt Bu erva
lengkap draf
32.
33.
34.

CATATAN :

Kartu ini dibawa oleh Mahasiswa,


Waktu bimbingan diisi oleh Dosen Pembimbing

KETUA PANITIA PEMBIMBING KETUA

UJIAN TUGAS AKHIR

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep 1. Erva Elli Kristanti, S.Kep.,Ns., M.kep

PEMBIMBING

2. Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes

Ketua STIKES RS. Baptis Kediri

67
Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep

Lampiran 2
PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

Judul Skripsi Pengaruh latihan senam kaki diabetik terhadap perubahan


kadar gula darah pada dengan DM tipe 2
Judul Artikel Penurunan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II
Melalui Senam
Penulis Bangun Dwi Hardika
Nama Jurnal Medisains : Jurnal Ilmiah Ilmu - Ilmu Kesehatan
Reputasi Sinta 2 ISSN: 2621-2366

68
Edisi Volume 6
Tahun 2018
Halaman 60
Teori Era globalisasi terjadi pergeseran dari penyakit menular ke
penyakit tidak menular, semakin banyak muncul penyakit
degeneratif salah satunya adalah Diabetes Melitus (DM).
Diabetes merupakan penyakit kronis dikarenakan sekresi
insulin endogen yang tidak efektif. Diabetes diklasifikasikan
menjadi diabetes tipe 1 Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(IDDM) dan tipe II disebut Non-Dependen Insulin Diabetes
Mellitus (NDIDM) (Longmore, dkk 2014).
Komplikasi penyakit diabetes melitus yang sering dijumpai
adalah stroke, jantung, Neuropati (kerusakan syaraf), gagal
ginjal, dan kaki diabetik (diabetic foot) yang dapat
bermanifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan gangren. Ada dua
tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic foot yaitu
tindakan pencegahan dan tindakan rehabilitasi. Tindakan
rehabilitasi meliputi program terpadu yaitu evaluasi tukak,
pengendalian kondisi metabolik, debridemen luka, biakan
kuman, antibiotika tepat guna, tindakan bedah rehabilitatif dan
rehabilitasi medik. Tindakan pencegahan meliputi edukasi
perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Flora,
Hikayati, dan Purwanto, 2012)
Senam kaki diabetes melitus merupakan kegiatan atau latihan
yang di lakukan oleh penderita diabetes melitus untuk
mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki. Senam kaki diabetes dapat
membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-
otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha,
dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi
(Agustianingsih, 2013).
Metode Desain: kuantitatif pra eksperimen dengan pendekatan one
group pretest-posttest
Karakteristik subyek: usia, jenis kelamin, kadar gula
Tehnik pengambilan sampel: teknik pengambilan semua
populasi
Besar sampel: 30 responden
Alat ukur: pengukuran gula darah menggunakan glucometer
Tehnik pengambilan data:
Tahap I: mengukur gula darah sebelum latihan senam kaki
diabetes
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki
diabetes
Analisis: Paired t-test.
Hasil 1. Rata-rata hasil pengukuran kadar gula darah pada penderita
diabetes dari 30 responden terdapat penurunan kadar gula

69
darah sebesar 29,6 mg/dl
Dengan rata-rata sebelum dilakukan senam kaki 202,67
2.
mg/dl,
3. Rata-rata sesudah dilakukan senam kaki adalah 173,07
mg/dl, dengan nilai p value pada uji paried sampel t-test
adalah 0,001 (p< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh senam kaki diabetes terhadap penurunan kadar
gula darah pada pasien DM tipe II.
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah dijelaskan
rancangan oleh peneliti mengenai metode pengambilan data pendekatan
kebaruan/yang yang lebih kompleks, jumlah responden, instrument
membedakan obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai dengan
dengan yang beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature review

Kediri,
Mahasiswa

Ely Sabet Kornelius


NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,


M.Kes M.Kes

Keterangan:
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

70
PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

71
Judul Skripsi Pengaruh latihan senam kaki diabetik terhadap perubahan
kadar gula darah pada dengan DM tipe 2
Judul Artikel Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Pasien Dengan Diabetes Melitus
Penulis Niken Sukesi
Nama Jurnal Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan
Reputasi Sinta 5
Edisi Volume 8
Tahun 2016
Halaman 27
Teori Salah satu jenis olahraga yang dianjurkan dengan diabetes
mellitus adalah senam kaki (Misnadiarly, 2006).
Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita
DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan
membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki
(Soebagio, 2011).
Gerakan-gerakan senam kaki ini dapat memperlancar
peredaran darah di kaki, memperbaiki sirkulasi darah,
memperkuat otot kaki dan mempermudah gerakansendi kaki.
Dengan demikian diharapkan kaki penderita diabetes dapat
terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita
diabetes (Anneahira, 2011).
Metode Desain: Quasy Eksperimen Pre and Post Test Without Control
Karakteristik subyek:
Tehnik pengambilan sampel: Consecutive sampling
Besar sampel: 12 responden
Alat ukur: glukometer
Tehnik pengambilan data: Tahap I: mengukur gula darah
sebelum latihan senam kaki diabetes
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki
diabetes
Analisis: Wilcoxon
Hasil 1. Hasil penelitian berdasarkan amalisa univanat dapat
diketahui bahwa nlaj rata-rata kadar gula darah puasa
tarbadap 12 responden sebelum dilakukan senam kaki
terendah 131mng di dan nilai tertinggi adalah 258 mg/dl
yang berarti semua responden mengalami Diabetes Melitus
2. Sedangkan nilai rata-rata katar gula darah puasa terhadan
12 responden setelah dilakukan senam kaki adalah 193
mg/dl dan nilai terendah 129mg dan niali tertinggi adalah
256 mg/d yang berarti semua responden mengalami
Diabetes Melitus
3. Hasil analisa bivarat p-valeu = 0,001(p<0,05) berari ada
pengaruh yang signifikan antara pemberian senam kaki
terhadap perubahan kadar gula darah puasa pada klien
dengen Diabetes Melitus
4. Berdasarkan penelitian tersebut terjadi penurunan nilai

72
rata-rata sebelum dan sesudah 196 mg/dl dan 193mg/dl
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah peneliti
rancangan mampu menjelaskan mengenai metode pengambilan data
kebaruan/yang pendekatan yang lebih kompleks, jumlah responden,
membedakan instrument obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai
dengan yang dengan beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature
review

Kediri,
Mahasiswa

Ely Sabet Kornelius


NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,


M.Kes M.Kes

73
Keterangan:
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

Keterangan:

*) coret salah satu

Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh


mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

74
PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

Judul Skripsi Pengaruh Latihan Senam Kaki Diabetik Terhadap Perubahan


Kadar Gula Darah Pada Dengan DM Tipe 2
Judul Artikel Pengaruh Senam Kaki Terhadap Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus Di Rsu Serang Provinsi Banten Tahun 2014
Penulis Elang Wibisana
Yani Sofiani
Nama Jurnal Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang
Reputasi Arjuna
Edisi Volume 2
Tahun 2017
Halaman 107-114
Teori Diantara penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular
yang akan meningkat jumlahnya di masa mendatang adalah
Diabetes Mellitus. DM merupakan merupakan gangguan
metabolik yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemi
bersama dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh defek sekresi insulin dan
aksi insulin (Alberti, 2010).
Pengelolaan DM dapat dilakukan dengan terapi farmakologis
dan terapi non farmakologis. Pengelolaan terapi farmakologis
yaitu pemberian insulin dan obat hipoglikemik oral.
Sedangkan non farmakologis meliputi pengendalian berat
badan, latihan olahraga, dan diet. Latihan jasmani merupakan
salah satu dari empat pilar utama penatalaksanaan diabetes
mellitus (Perkeni, 2006).
Manfaat dari senam kaki diabetes yang lain adalah dapat
memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan
bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
(gastroenemius, hamstring, quadriceps), dan mengatasi
keterbatasan gerak sendi, latihan seperti senam kaki diabetes
dapat membuat otot- otot di bagian yang bergerak
berkontraksi (Soegondo, 2009)
Metode Desain: Quasy Eksperimen
Karakteristik subyek: data pre dan post test GD
Tehnik pengambilan sampel: one group pretest-posttest
Besar sampel: 22 responden
Alat ukur: glukometer
Tehnik pengambilan data:
Tahap I: mengukur gula darah sebelum latihan senam kaki
diabetes
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki
diabetes
Analisis: paired T test
Hasil 1. Diperoleh hasil adanya perbedaan rata-rata kadar gula
darah sebelum dan setelah dilakukan senam kaki

75
(p=0.001; α=0.05).
2.faktor usia (p=0.001; α=0.05),
3.intensitas melakukan senam (p=0.002; α=0.05)
4.konsumsi obat (p=0.000; α=0.05) sebagai confounding
variabel dilihat pengaruhnya terhadap perubahan kadar
gula darah setelah dilakukan senam kaki
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah peneliti
rancangan mampu menjelaskan mengenai metode pengambilan data
kebaruan/yang pendekatan yang lebih kompleks, jumlah responden,
membedakan instrument obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai
dengan yang dengan beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature
review

Kediri,
Mahasiswa

Ely Sabet Kornelius


NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,


M.Kes M.Kes

Keterangan:

76
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

77
PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

Judul Skripsi Pengaruh latihan senam kaki diabetik terhadap perubahan


kadar gula darah pada dengan DM tipe 2
Judul Artikel Senam Kaki Diabetes Menurunkan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2
Penulis Gusti Rizaniansyah Rusli, Septi Farianingsih
Nama Jurnal Journals of Ners Community
Reputasi Sinta 5
Edisi Volume 06
Tahun 2015
Halaman 2
Teori Diabetes Mellitus (DM) yang dikenal dengan kencing manis
merupakan sekelompok kelainan metabolik yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Diabetes disebut the silent killer karena hampir sepertiga
orang dengan diabetes tidak mengetahui mereka menderita
Diabetes Mellitus, sampai penyakit tersebut berkembang
menjadi serius yang berdampak pada organ atau sistem tubuh
lainnya dan mengakibatkan komplikasi, seperti kerusakan
pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya.
Dalam keadaan normal setelah makan, kadar glukosa darah
meningkat yang akan diikuti kenaikan insulin secara cepat dan
menurun setelah nutien yang masuk disimpan. Insulin,
hormon yang dihasilkan oleh pankreas dibutuhkan untuk
memasukkan glukosa dari darah kedalam sel. Pada diabetes
tipe 2 jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan
sel kurang, sehingga glukosa yang masuk sel sedikit dan
glukosa dalam pembuluh darah meningkat. Diabetes tipe 2
terjadi keterbatasan respon sel beta terhadap kenaikan kadar
glukosa darah (Robbins, 2007).
Sehingga diperlukan latihan jasmani dalam pengelolaan
Diabetes Mellitus. Latihan jasmani secara teratur dapat
menurunkan kadar gula darah. Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki
kendali glukosa darah (Vita, 2006).
Metode Desain: quasy experiment
Karakteristik subyek:
Tehnik pengambilan sampel: one-group pre-post-test design
Besar sampel: 20 responden
Alat ukur: glokometer
Tehnik pengambilan data:
Tahap I: mengukur gula darah sebelum latihan senam kaki
diabetes

78
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki
diabetes
Analisis: Wilcoxon
Hasil 1. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan
hasil hari-1 (α hitung) = 0,000 dan korelasi Z = 3,202, hari-2
(α hitung) = 0,000 dan korelasi Z = 3,352, hari-3 (α hitung) =
0,000 dan korelasi Z = 4,128 artinya ada pengaruh kuat senam
kaki diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus tipe
2. Senam kaki diabetes sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
diabetes mellitus, latihan jasmani secara teratur dapat
menurunkan kadar gula darah.
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah peneliti
rancangan mampu menjelaskan mengenai metode pengambilan data
kebaruan/yang pendekatan yang lebih kompleks, jumlah responden,
membedakan instrument obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai
dengan yang dengan beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature
review

Kediri,
Mahasiswa

Ely Sabet Kornelius


NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

79
Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,
M.Kes M.Kes

Keterangan:
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

Judul Skripsi Pengaruh latihan senam kaki diabetik terhadap perubahan


kadar gula darah pada dengan DM tipe 2
Judul Artikel Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Kadar

80
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah
Kerja Puskesmas Enemawira
Penulis Graceistin Ruben
Julia villy Rottie
Michael Y. Karundeng
Nama Jurnal eJournal Keperawatan (eKp)
Reputasi Arjuna
Edisi Volume 4
Tahun 2016
Halaman 1
Teori Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan.
Estimasi terakhir International Diabetes Federation (IDF)
tahun 2013, di dunia lebih dari 382 juta orang terkena DM,
dan pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan
meningkat menjadi 592 juta orang. Organisasi kesehatan
dunia (WHO) memprediksi kenaikan jumla penyandang
diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Perkeni,
2006).
Komponen latihan jasmani atau olahraga sangat penting dalam
penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin
(Smeltzer SC & Brenda GB 2001,h.1226 dalam Zaenurokhim
dan Andi, 2012). Latihan jasmani akan menyebabkan
terjadinya peningkatan aliran darah, maka akan lebih banyak
jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia
reseptor insulin dan reseptor menjadi lebih aktif yang akan
berpengaruh terhadap penurunan glukosa darah pada pasien
diabetes (Soegondo, (2007) dalam Sunaryo dan Sudiro
(2014)).
Contoh latihan jasmani atau olahraga yang dianjurkan salah
satunya adalah senam kaki diabetes. Senam direkomendasikan
dilakukan dengan intensitas moderat (60-70 maksimum heart
rate), durasi 30-60 menit, dengan frekuensi 3-5 kali per
minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak
melakukan senam (American Diabetes Association, 2003)
Metode Desain: quasy experiment
Karakteristik subyek:
Tehnik pengambilan sampel: total sampling
Besar sampel: 56 responden
Alat ukur: glokometer
Tehnik pengambilan data:
Tahap I: mengukur gula darah sebelum latihan senam kaki
diabetes
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki
diabetes

81
Analisis: paired t test
Hasil 1. Kadar gula darah seluruh responden sebelum melakukan
senam kaki adalah ≥200 mg/dl.
2. Sesudah melakukan senam kaki 150-199 mg/dl berjumlah
42 responden (75%)
3. Kadar gula darah ≥ 200 mg/dl berjumlah 14 responden
(25%).
4. Berdasarkan hasil uji Paired Sample ttest diperoleh nilai p
= 0,00 untuk itu berarti nilai p = 0,00 lebih kecil dari pada
nilai α = 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh
senam kaki diabetes terhadap perubahan kadar gula darah
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah peneliti
rancangan mampu menjelaskan mengenai metode pengambilan data
kebaruan/yang pendekatan yang lebih kompleks, jumlah responden,
membedakan instrument obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai
dengan yang dengan beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature
review

Kediri,
Mahasiswa

Ely Sabet Kornelius


NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,

82
M.Kes M.Kes

Keterangan:
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

83
PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

Judul Skripsi Pengaruh latihan senam kaki diabetik terhadap perubahan


kadar gula darah pada dengan DM tipe 2
Judul Artikel Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Kadar
Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Simpang Sungai Duren Kabupaten Muaro
Jambi
Penulis Nurlinawati, Kamariyah dan Yuliana
Nama Jurnal eJournal Keperawatan (eKp)

84
Reputasi Arjuna
Edisi Volume 4
Tahun 2016
Halaman 1
Teori Diabetes mellitus (DM) adalah ganggguan kesehatan yang
berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh penurunan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun
resistensi insulin. Akibatnya DM sering menimbulkan
komplikasi yang bersifat menahun (kronis), terutama pada
struktur dan fungsi pembuluh darah (Barnes, 2009).
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara
perlahan, tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun,
terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak.
Penurunan kadar gula darah setelah makan atau minum
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga
mencegah terjadinya kenaikan kadar gula darah yang lebih
lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara
perlahan (Parkeni, 2015)
Peran perawat sangat butuhkan oleh pasien DM karena DM
merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Diet,
aktivitas fisik serta emosional dapat mempengaruhi
pengendalian diabetes, maka pasien harus belajar untuk
mengatur keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan hanya
harus belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap
hari guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa
darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki prilaku yang
preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi
diabetik jangka panjang. Paramedis terutama perawat dapat
berperan serta dalam membimbing penderita diabetes melitus
untuk melakukan senam kaki sampai dengan penderita dapat
melakukan senam kaki secara mandiri (Indarwati, 2012).
Metode Desain: quasy experiment
Karakteristik subyek: random sampling
Tehnik pengambilan sampel: pre and post test group desing
with control group.
Besar sampel: 22 responden 11 dengan perlakuan 11 grup
kontrol
Alat ukur: glokometer
Tehnik pengambilan data: Tahap I: mengukur gula darah
sebelum latihan senam kaki diabetes
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki
diabetes
Analisis: Wilcoxon
Hasil 1. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan
hasil hari-1 (α hitung) = 0,000 dan korelasi Z = 3,202,
hari-2 (α hitung) = 0,000 dan korelasi Z = 3,352, hari-3 (α

85
hitung) = 0,000 dan korelasi Z = 4,128 artinya ada
pengaruh kuat senam kaki diabetes terhadap penurunan
kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2
2. Senam kaki diabetes sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
diabetes mellitus, latihan jasmani secara teratur dapat
menurunkan kadar gula darah.
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah peneliti
rancangan mampu menjelaskan mengenai metode pengambilan data
kebaruan/yang pendekatan yang lebih kompleks, jumlah responden,
membedakan instrument obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai
dengan yang dengan beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature
review

Kediri,
Mahasiswa

Ely Sabet Kornelius


NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,


M.Kes M.Kes

Keterangan:

86
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

Judul Skripsi Pengaruh latihan senam kaki diabetik terhadap perubahan


kadar gula darah pada dengan DM tipe 2
Judul Artikel The Influence Of Gymnastics Diabetic Foot To Decrease
Blood Sugar Levels In Patients With Type 2 Diabetes Mellitus
Penulis Untung Halajur
Riki
Nama Jurnal International Journal of Education & Curriculum Application

87
Reputasi Garuda
Edisi 1
Tahun 2018
Halaman
Teori Manfaat Senam Kaki Diabetik meningkatkan sirkulasi darah,
memperkuat otot-otot kecil pada tungkai, dan mencegah
terjadinya deformitas tungkai meningkatkan kekuatan betis
otot, otot paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi, sedangkan
manfaatnya
Senam diabetes adalah mengontrol gula darah terutama pada
DM tipe 2 yang mengikuti secara teratur olahraga. Hal ini
disebabkan sel dapat lebih merespon insulin dan mengambil
glukosa dengan tepat dari darah.
Menghambat dan meningkatkan faktor risiko penyakit
kardiovaskular yang banyak terjadi pada pasien dengan DM
merupakan penyakit pembuluh darah yang berbahaya yaitu
penyakit jantung koroner (PJK), stroke, perifer penyakit
vaskular. Pengaturan olahraga yang optimal dan diet DM pada
orang yang kelebihan berat badan (obesitas) bisa menurunkan
berat badan. (Nendrastuti, IP Paru FK Unair, Soetomo
Surabaya, Bag, & Kardiologi Unair, 2010)
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari Dinas Kesehatan
Kota Batam bahwa prevalensi Penyakit diabetes melitus tipe 2
di kota Batam setiap tahunnya ditemukan kasus baru yang
dideritanya
Diabetes melitus tipe 2. Dari Januari hingga Desember 2017,
kasus baru 420 pasien dengan tipe 2 DM 206 dan perempuan
214. (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2015) Dari data ini bisa
menyimpulkan bahwa penderita diabetes tipe 2 akan terus
meningkat setiap tahunnya, jika tidak bisa cegah sejak dini,
maka akan menimbulkan komplikasi. (Indarti & Palupi, 2018)
Metode Desain: quasy experiment
Karakteristik subyek:total sampling
Tehnik pengambilan sampel: pre and post test group
Besar sampel: 20 responden
Alat ukur: glokometer
Tehnik pengambilan data: Tahap I: mengukur gula darah
sebelum latihan senam kaki diabetes
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki
diabetes
Analisis: Wilcoxon
Hasil 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, adalah akhir
dari rentang umur dewasa 35-46 tahun (50%), dan lebih
banyak diderita oleh perempuan atau ibu rumah tangga
dari 20
2. Reponden diperoleh 17 perempuan jenis kelamin (85%),
dari rata-rata tingkat pendidikan SMA / sederajat (65%)

88
dan rata-rata tidak lagi bekerja (80%). Nilai kadar gula
darah rata-rata sebelum penderita diabetes senam kaki
memperoleh hasil 238.00mg / dL.
3. Rata-rata senam kaki diabetik memperoleh hasil 206.00mg
/ dL. Setelah dipelajari, ada perbedaan rata-rata kadar gula
darah sebelum dilakukan senam kaki diabetik dengan rata-
rata kadar gula darah setelah senam kaki diabetik (ρ-value:
0,000).
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah peneliti
rancangan mampu menjelaskan mengenai metode pengambilan data
kebaruan/yang pendekatan yang lebih kompleks, jumlah responden,
membedakan instrument obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai
dengan yang dengan beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature
review

Kediri,
Mahasiswa

Ely Sabet Kornelius


NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,


M.Kes M.Kes

89
Keterangan:
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

90
PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

Judul Skripsi Pengaruh latihan senam kaki diabetik terhadap perubahan


kadar gula darah pada dengan DM tipe 2
Judul Artikel The Influence of Diabetic Foot Exercise on Sugar Levels In
Type 2 Diabetes Mellitus Patients at Tanjung Buntung Public
Health Center 2018
Penulis Rizki Sari Utami Muchtar
Indah Triyani Dingin
Nama Jurnal International Journal Of Science, Technology & Management
ISSN: 2722-4015
Reputasi Garuda
Edisi
Tahun 2019
Halaman 363-367
Teori Diabetes melitus adalah sekelompok gejala yang muncul pada
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin ber progresif
yang dipicu oleh retensi insulin
Diabetes Mellitus adalah penyakit yang memiliki komplikasi
atau menyebabkan terjadinya penyakit lain yang paling.
Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), prevalensi
diabetes melitus adalah 1,9% dan telah menjadikan DM
sebagai penyebab penyakit kematian. nomor tujuh di dunia.
Pada tahun 2012
insiden DM di dunia adalah 371 juta orang di mana proporsi
tipe 2 DM adalah 95%.
insiden DM meningkat menjadi 382 juta pada tahun 2013 dan
pada tahun 2035 diperkirakan akan meningkat menjadi 592
juta pemain.
Berdasarkan data terbaru Riskesdas 2018, secara umum angka
Prevalensi Diabetes Melitus oleh Dokter Diagnosis pada
Populasi Semua usia yaitu 1,5 persen dengan total 1.017.290
pasien dengan didiagnosis Diabetes Mellitus.
Prevalensi Diabetes Melitus di Kalimantan Tengah pada
semua kehidupan yaitu 1,1 persen dengan total 10,189 pasien
dengan Diabetes Mellitus yang didiagnosis dan pada usia ≥ 15
tahun hingga 1,6 tahun persen dengantotal 7.031 Diabetes
Mellitus yang tidak terdiagnosis. (Riskesdas, 2018)
Metode Desain: quasy experiment
Karakteristik subyek: random sampling
Tehnik pengambilan sampel: pre and post test group Besar
sampel: 30 responden
Alat ukur: glokometer
Tehnik pengambilan data: Tahap I: mengukur gula darah
sebelum latihan senam kaki diabetes
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki

91
diabetes
Analisis: Wilcoxon
Hasil 4. Kadar gula darah sebelum senam kaki diabetik didapatkan
dengan rerata 6,06.
5. Gula darah Kadar diabetes setelah senam kaki diabetik
diperoleh dengan rerata 18,93. Berdasarkan statistik uji
Wilcoxon Uji Signed Rank diperoleh nilai p = 0,00 (p
<0,05) sehingga berdasarkan statistik bernilai bermakna
dan bermakna dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan. korelasi yang signifikan antara kadar gula
darah saat sebelumnya dan setelah senam kaki
6. Senam kaki diabetik sangat dibutuhkan dalam
penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus, latihan fisik
secara teratur dan berpengaruh pada penurunan kadar gula
darah seperti pada penderita diabetes melitus tipe 2 di klub
prolanis sanang barigas bpjs kesehatan palangkaraya.
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah peneliti
rancangan mampu menjelaskan mengenai metode pengambilan data
kebaruan/yang pendekatan yang lebih kompleks, jumlah responden,
membedakan instrument obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai
dengan yang dengan beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature
review

Kediri,
Mahasiswa

Ely Sabet Kornelius


NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

92
Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,
M.Kes M.Kes

Keterangan:
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

93
PERSETUJUAN LITERATURE REVIEW

Judul Skripsi Pengaruh latihan senam kaki diabetik terhadap perubahan


kadar gula darah pada dengan DM tipe 2
Judul Artikel PENGARUH SENAM KAKI DIABET TERHADAP
PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS TYPE II
Penulis Nuraeni
I Putu Dedy Arjita
Nama Jurnal Jurnal Kedokteran
Reputasi Sinta 5
Edisi
Tahun 2019
Halaman  618-627
Teori Menurut Fransisca (2012) bahwa meningkatnya kejadian DM
di negara– negara tersebut termasuk Indonesia akibat dari
peningkatan kemakmuran di negaranegara ini disertai
perubahan pola hidup terutama di kota-kota besar. Fenomena

94
peningkatan jumlah penderita DM ini juga dialami oleh
negara negara maju lainnya 40 - 50 tahun yang lalu saat
mereka mulai mengalami kemajuan ekonomi yang cukup
pesat bahkan ahli metabolik Jerman, Menhert
mengistilahkannya sebagai “Wohlstands syndrome”
(“sindroma kemakmuran”) (Fransisca, 2012).
Metode Desain: quasy experiment
Karakteristik subyek: random sampling
Tehnik pengambilan sampel: pre and post test group
Besar sampel: 26 responden
Alat ukur: glokometer
Tehnik pengambilan data: Tahap I: mengukur gula darah
sebelum latihan senam kaki diabetes
Tahap II: memberikan latihan senam kaki diabetes
Tahap III: mengukur gula darah sesudah latihan senam kaki
diabetes
Analisis: Wilcoxon
Hasil 7. Berdasarkan hasil uji statitistik dengan menggunakan uji
One Sample ttest diperoleh nilai t-hitung sebesar 16,073
dengan taraf signifikansi 0,00 dan nilai df sebesar 25
diketahui nilai t-tabel sebesar 2,060 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan H0 ditolak,
sehingga dapat dinyatakan bahwa senam kaki
mempengaruhi penurunan kadar gula darah pada penderita
diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas Sape
Kabupaten Bima.
Keterkaitan Penggunaan latihan senam kaki untuk menurunkan kadar gula
dengan skripsi darah pada pasien dm tipe 2
Ringkasan Keterbaruan yang ada pada penelitian ini adalah peneliti
rancangan mampu menjelaskan mengenai metode pengambilan data
kebaruan/yang pendekatan yang lebih kompleks, jumlah responden,
membedakan instrument obeservasi, dan pengambilan data yang sesuai
dengan yang dengan beberapa jurnal pendukung lainya
sudah ditulis
pada jurnal
sebelumnya
Kesimpulan Dapat / tidak dapat *) digunakan sebagai data literature
review

Kediri,
Mahasiswa

95
Ely Sabet Kornelius
NIM: 01.2.17.00603

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Pembimbing

Erva Elli Kristanti, S.Kep., Ns., Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns.,


M.Kes M.Kes

Keterangan:
*) coret salah satu
Pada halaman literature review terakhir wajib ditandatangani oleh
mahasiswa dan mengetahui pembimbing di setiap halaman literature review

96
Lampiran 3 Ekstraksi data
Table 4.3 Ekstraksi data

Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
1. Penurunan Indepen Bangu Pra Jenis Total 30 Glukom Tahap I: Paired 4. Rata-rata hasil
Gula Darah den: n Dwi experim Kelamin sampling orang eter Mengukur gula t-test pengukuran kadar
Pada Senam Hardi ent Usia darah sebelum gula darah pada
Pasien kaki ka melakukan penderita diabetes
Diabetes 2018 senam kaki dari 30 responden
Melitus Depend terdapat penurunan
Tipe II en: Tahap II: kadar gula darah
Melalui kadar Memberikan sebesar 29,6 mg/dl
Senam Gula latihan senam dengan rata-rata
Kaki darah kaki sebelum dilakukan
Diabetes senam kaki 202,67
Tahap III: mg/dl
Mengukur gula 5. Rata-rata sesudah
darah setelah dilakukan senam
senam kaki kaki adalah 173,07
mg/dl, dengan nilai
p value pada uji
paried sampel t-test
adalah 0,001 (p<
0,05)
6. Disimpulkan bahwa

92
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
ada pengaruh senam
kaki diabetes
terhadap penurunan
kadar gula darah
pada pasien DM tipe
II.
2. Senam Indepen Gusti Pra Jenis Purposiv 20 Glukom Tahap I: Wilcox 4. Tabel 1 dari 20
Kaki den: Rizani experim Kelamin, e orang eter Mengukur gula on responden didapatkan
Diabetes Senam ansya ent usia sampling darah sebelum Signed hari-1 sebelum di
Menurunka kaki h melakukan Rank intervensi sebagian
n Kadar Rusli, senam kaki Test besar 70% (14
Gula Darah Depend Septi responden) kadar gula
Pasien en: Farian Tahap II: darahnya pada
Diabetes kadar ingsih Memberikan interval 240-249.
Mellitus Gula 2015 latihan senam kadar gula darah
Tipe 2 darah kaki sesudah intervensi
sebagian besar
Tahap III: responden 70% (14
Mengukur gula responden) kadar gula
darah setelah darahnya pada
senam kaki interval 230-239. Dari
hasil uji statistik
Wilcoxon didapatkan
hasil hari 1 (α hitung)
= 0,000 dan korelasi Z
= 3,202 artinya ada
pengaruh kuat
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
5. hari-2 sebelum
intervensi sebagian
besar responden 70%
(14 responden) kadar
gula darahnya pada
interval 230-239. Dan
gula darah sesudah di
intervensi sebagian
besar responden 60%
(12 responden) kadar
gula darahnya pada
interval 220-229. Dari
hasil uji statistik
Wilcoxon Signed
Rank Test didapatkan
hasil hari-2 (α hitung)
= 0,000 dan korelasi Z
= 3,352 artinya ada
pengaruh kuat
6. Pada hari-3 sebagian
besar responden 60%
(12 responden) kadar
gula darahnya pada
interval 220-229. Dan
terjadi penurunan
sesudah di intervensi
setengahnya
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
responden 50% (10
responden) kadar gula
darahnya pada
interval 200-209. Dari
hasil uji statistik
Wilcoxon Signed
Rank Test didapatkan
hasil (α hitung) =
0,000 dan korelasi Z =
4,128 artinya ada
pengaruh kuat
3. Pengaruh Indepen Grace Pra Jenis Total 56 Glukom Tahap I: Uji T 4. kadar gula darah
Senam den: istin eksperi kelamin, sampling orang eter Mengukur gula tes seluruh responden
Kaki Ruben ment usia darah sebelum sebelum melakukan
Diabetes Senam melakukan senam kaki adalah
Terhadap Kaki Julia senam kaki ≥200 mg/dl.
Perubahan villy 5. Kadar gula darah
Kadar Gula Rottie Tahap II: responden sesudah
Darah Pada Depend Memberikan melakukan senam
Pasien en: Micha latihan senam kaki 150-199 mg/dl
Diabetes el Y. kaki berjumlah 42
Kadar Karun
Melitus gula responden (75%) dan
Tipe 2 Di deng Tahap III: kadar gula darah ≥
darah 2016
Wilayah Mengukur gula 200 mg/dl berjumlah
Kerja darah setelah 14 responden (25%).
Puskesmas senam kaki Hal ini
Enemawira menggambarkan
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
bahwa ke-42
responden yang
melakukan senam
kaki dengan baik dan
benar secara teratur
relatif memiliki nilai
kadar gula darah
6. Berdasarkan hasil uji
Paired Sample ttest
diperoleh nilai p =
0,00 untuk itu berarti
nilai p = 0,00 lebih
kecil dari pada nilai α
= 0,05 maka Ho
ditolak yang berarti
ada pengaruh senam
kaki diabetes terhadap
perubahan kadar gula
darah pada pasien
diabetes melitus tipe 2
di wilayah kerja
puskesmas
Enemawira
4. Pengaruh Indepen Priyot Pra Jenis Total 30 Glukom Tahap I: Wilcox 4. Hasil penelitian
Senam den: o eksperi kelamin, sampling orang eter Mengukur gula on menunjukkan bahwa
Kaki Dian ment usia darah sebelum Signed kadar gula darah
Senam melakukan Rank sebelum dilakukan
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
Terhadap Kaki widy senam kaki Test senam kaki dengan
Perubahan aning skor rata-rata menjadi
Kadar rum Tahap II: 182,80 mg/dl. Nilai
Depend Memberikan standart deviasi
Gula en:
2020
latihan senam sebelum diberikan
Darah
kaki intervensi senam kaki
Pada Kadar 28,207 mg/dl. Dan
Lansia gula Tahap III: hasil nilai minimal
Penderita darah Mengukur gula sebelum diberikan
Diabetes
darah setelah intervensi senam kaki
Melitus
senam kaki 117 mg/dl, sedangkan
Tipe Ii Di
nilai maksimal
Desa
sebelum diberikan
Balerejo
intervensi 230 mg/dl.
Kabupaten
5. Hasil penelitian
Madiun
menunjukkan bahwa
kadar gula darah
sesudah diberikan
intervensi senam kaki
dengan nilai rata-rata
143.13 mg/dl. Nilai
standart deviasi
sebelum diberikan
intervensi senam kaki
25.445mg/dl. Dan
hasil nilai minimal
sesudah diberikan
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
intervensi menjadi 99,
sedangkan nilai
maksimal sesudah
diberikan intervensi
menjadi 182 mg/dl.
6. Uji statistik wilcoxon
Sign Rank Test
menunjukkan nilai p =
0,000 < α = 0,05 hal
ini berarti Ho ditolak
dan Ha diterima
artinya dapat diartikan
ada pengaruh yang
signifikan senam kaki
terhadap perubahan
kadar gula darah pada
penderita diabetes
mellitus tipe 2 di
Posyandu Mawar
Desa Balerejo
Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun.
5. Pengaruh Indepen Rizki Quasi Jenis Total ve 20 Glukom Tahap I: Uji T 4. Nilai kadar gula darah
Latihan den: Sari eksperi kelamin, sampling orang eter Mengukur gula tes rata-rata sebelum
Kaki Utami ment usia darah sebelum penderita diabetes
Diabetik Senam Mucht Pekerjaan melakukan senam kaki
pada Kadar ar, Pendidika senam kaki
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
Gula Pada Kaki Indah n memperoleh hasil
Penderita Triya Tahap II: 238.00mg / dL.
Diabetes ni Memberikan
Mellitus Depend Dingi latihan senam 5. Nilai kadar gula darah
Tipe 2 di en: n kaki setelah  Rata-rata
Tanjung 2018 senam kaki 99iabetic
Puskesmas Kadar Tahap III: memperoleh hasil
Buntung gula Mengukur gula 206.00mg / dL.
2018 darah darah setelah 6. Setelah dipelajari, ada
senam kaki a  perbedaan rata-rata
kadar gula darah
sebelum dilakukan
senam kaki 99iabetic
dengan rata-rata
kadar gula darah
setelah senam kaki
diabetic (ρ-value:
0,000). 
6. Pengaruh Indepen Ratu Quasi Jenis Acidental 20 Glukom Tahap I: Wilcox 4. Nilai kadar gula
Senam den: mas eksperi kelamin, sampling orang eter Mengukur gula on darah rata-rata
Kaki Ratih ment usia darah sebelum sebelum penderita
Diabetik Senam Puspit melakukan
Kaki diabetes  senam
Mengguna a, senam kaki kaki memperoleh
kan Koran Three hasil 238.00mg /
Terhadap Mutm Tahap II: dL.
Penurunan Depend ainah Memberikan
Kadar Gula 2019 latihan senam 5. Nilai kadar gula
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
Darah en: kaki darah setelah  Rata-
Penderita rata senam kaki
Dm Tipe 2 Kadar Tahap III:
gula 100iabetic
Di Pondok Mengukur gula memperoleh hasil
Aren darah darah setelah 206.00mg / dL.
Tangerang senam kaki
Selatan 6. Setelah dipelajari,
ada a  perbedaan
rata-rata kadar gula
darah sebelum
dilakukan senam
kaki 100iabetic
dengan rata-rata
kadar gula darah
setelah senam kaki
diabetic (ρ-value:
0,000). 
7. Penurunan Indepen Misro Pre- Umur, Purposiv 15 Lembar Tahap I: Analisa 3. Peserta yang
Gula Darah den: h experim jenis e orang observa Mengukur data mengikuti kegiatan
Pasien Mulia ent kelamin sampling si tekanan darah ini sebanyak 15
Diabetes Senam ningsi sebelum
Kaki orang.Sebelum
Melitus h diberikan diberikan tindakan
Tipe 2 Heri intervensi jalan senam kaki, kondisi
Dengan Bahtia pagi gula darah peserta
Senam Depend r
en: terbanyak pada
Kakipuskes Wind Tahap II: normal tinggi yaitu
mas Ubung Kadar a Memberikan sebanyak 9 orang
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
Lombok gula Nurm diberikan (60%) dan untuk
Tengah darah ayani intervensi jalan hiperglikemia
2021 pagi sebanyak 6 orang
(40%).
Tahap III:
Mengukur 4. Sedangkan hasil
tekanan darah gula darah
sesudah pesertapada
diberikan posttest(setelah
intervensi jalan dilakukan tindakan
pagi Senam
Kaki)terbanyak masih
dalam kategori
normal tinggi
sebanyak 8
orang (53,3%),
Hiperglikemia
sebanyak 6 orang
(40 %) dan
dengan kategori
normal sebanyak 1
orang (6,67).
8. Pengaruh Indepen Nurae Quasi Umur accidenta 26 Glukom Tahap I: one 4. Seluruh responden
Senam den: ni experim Jenis l orang eter Mengukur sample sebelum pelaksanaan
Kaki Putu en Kelamin sampling tekanan darah t-test Senam Kaki memiliki
Diabet Senam Dedy kadar sebelum
Kaki kadar gula darah ≥
Terhadap Arjita gula diberikan 180 mg/dl sebanyak
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
Penurunan 2019 intervensi jalan 26 orang (100%).
Kadar Gula Depend pagi
Darah Pada en: 5. Sebagian besar
Penderita Tahap II: responden setelah
Diabetes Kadar Memberikan pelaksanaan senam
Mellitus gula diberikan kaki memiliki kadar
Type Ii darah intervensi jalan gula darah 80 - 144
pagi mg/dl sebanyak 14
orang (53,8%) dan
Tahap III: 145 - 179 mg/dl
Mengukur sebanyak 12 orang
tekanan darah (46,2 %).
sesudah 6. Hasil analisis
diberikan menunjukkan bahwa
intervensi jalan senam kaki
pagi mempengaruhi
penurunan kadar gula
darah pada penderita
diabetes
9. Pengaruh Indepen Arifia Quasi Umur Purposive 30 Glukom Tahap I: Wilcox 2. Ada Pengaruh
Senam den: nto, experim Jenis sampling orang eter Mengukur on Senam Kaki
Kaki Dwi en Kelamin tekanan darah Match Diabetes Mellitus
Diabetes Senam Nur kadar sebelum Pair
Kaki Terhadap Nilai
Mellitus Aini, gula diberikan Test Kadar Gula Darah
Terhadap Ana intervensi jalan Pada Pasien
Nilai Kadar Nur pagi Diabetes Mellitus
Gula Darah Depend Afifah
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
Pada en: 2019 Tahap II: Tipe 2 di Puskesmas
Pasien Memberikan Pamotan Kabupaten
Diabetes Kadar diberikan
gula Rembang dengan
Mellitus intervensi jalan Uji Wilxocon
Tipe 2 Di darah pagi Match Pair Test di
Puskesmas peroleh nilai P-
Pamotan Tahap III: value sebesar 0,000
Kabupaten Mengukur < nilai α 0,05
Rembang tekanan darah
sesudah
diberikan
intervensi jalan
pagi
10. Pengaruh Indepen Mesti Pra Umur Purposive 10 Glukom Tahap I: Wilcox 4. Dalam penelitian ini
Senam den: ana experim Jenis sampling orang eter Mengukur on terdapat 10 orang
Kaki Br. en Kelamin tekanan darah Match responden sebelum
Terhadap Senam Karo, Pekerjaan sebelum Pair
Kaki dilakukan senam
Perubahan Lilis Agama diberikan Test kaki, ditemukan 10
Glukosa Novit Suku intervensi jalan orang (100%)
Pada arum , Tempat pagi mengalami Glukosa
Pasien Depend Maria terapi
en: diatas normal (>120
Diabetes Uli Tahap II: mg/dl).
Melitus Kadar Marse Memberikan
Tipe 2 Di lina diberikan 5. Dalam penelitian ini
gula terdapat 10 orang
Lingkunga darah Saragi intervensi jalan
n Stikes h pagi responden sesudah
Santa 2017 dilakukan senam
Metode
Variab Penul Karak- Tehnik
No. Judul Tehnik Besar Alat Analisi Hasil
el is Desain teristik pengambilan
sampling sampel ukur s
subyek data
Elisabeth Tahap III: kaki, ditemukan
Medan Mengukur sebanyak 7 orang
Tahun tekanan darah (70%) mengalami
2017 sesudah penurunan glukosa,
diberikan Glukosa normal (80-
intervensi jalan 120 mg/dl) dan
pagi sebanyak 3 orang ( 30
% ) yang tidak
mengalami penurunan
glukosa , Glukosa
diatas normal (>120
mg/dl). .
6. Ada pengaruh antara
senam kaki terhadap
perubahan glukosa
pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di
dapatkan data dari uji
wilcoxon bahwa nilai
p value = 0,008 <
0,05.
Lampiran 4 Bukti Acc Bimbingan

98
99

Anda mungkin juga menyukai