Anda di halaman 1dari 21

ASPEK GIZI DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA AREA

KLINIK (RS)

MATA KULIAH : GIZI DAN TERAPI DIET

DOSEN PEMBIMBING :
IFA HAFIFAH, Ns., M. Kep.
OLEH :
KELOMPOK 1

ERMITHA REZQINA SAFITRI 1910913420008


HILMA NURAZIZAH 19109134200
MARETA ERNANI WIDIYASTUTI 1910913420001
MUZDALIFAH 19109134200
RIZA RESWADI 1910913420007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, taufik
serta hidayah-Nya penulis dari kelompok I dapat menyelesaikan makalah Askep Gizi dengan
Penyakit Diabetes Melitus pada Area Klinik (RS) untuk memenuhi tugas Gizi dan Terapi
Diet. Dengan selesainya makalah ini, maka penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat khususnya kepada dosen pengajar Ifa Hafifah, Ns.,
M. Kep, serta seluruh teman-teman kelompok lain yang berkenan saling membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan semestinya dan
memberikan pengetahuan bagi para pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima untuk menjadi lebih baik kedepannya.

Banjarbaru, April 2020

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................................1

1.3. Tujuan.............................................................................................................................1

1.4. Manfaat...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1. Gambaran tentang intervensi keperawatan dalam mengatasi sumber permasalahan.....2

2.2. Analisis...........................................................................................................................7

2.3. Solusi............................................................................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

3.1. Kesimpulan...................................................................................................................11

3.2. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik
menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak
dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah
hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi
peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah (hiperglikemia) (Kementerian
Kesehatan RI, 2014). Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak
menular yang akan meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes
merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia abad 21.
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes
diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25
tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300
juta orang (Suyono, 2006).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam
makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus ?
2. Bagaimana diet nutrisi pasien Diabetes Melitus ?

1.3. Tujuan
Untuk Terjaganya asupan gizi pada pasien Diabetes Melitus

1.4. Manfaat
Sebagai pedoman kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan nutrisi pada
pasien dengan Diabetes Melitus

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran tentang intervensi keperawatan dalam mengatasi sumber permasalahan


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah (Hermayudi dan Ariani,2017). Diabetes Mellitus
merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Wahyuningsih, 2013).
Penyakit ini bersifat kronis dan kompleks sehingga membutuhkan perawatan yang
berkelanjutan dengan meminimalisir faktor resiko yang bersifat multifaktorial selain
mengontrol kadar gula darah.3 Dengan bertambahnya jumlah populasi, usia, prevalensi
obesitas dan penurunan aktivitas fisik, jumlah penderita DM terus meningkat di seluruh
dunia dan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada dekade berikutnya
Gejala atau manisfestasi klinis DM merupakan suatu tanda atau rambu yang dapat
dilihat sebelum dilaksanakan pemeriksaan glukosa darah. Adapun gejala tersebut yaitu :
(Price & Wilson, 2006).
a. Trias poli (polifagi, polidpsi, dan poliuri)
b. Kadar glukosa darah puasa tidak normal
c. Penurunan BB yang tidak diinginkan
Hasil pemeriksaan glukosa darah sangat bervariasi, tergantung metabolisme
makanan menjadi glukosa oleh tubuh, serta bagaimana tubuh mengolah glukosa. Faktor
yang dapat memengaruhi glukosa darah antara lain : (Tandra, 2017)
a. Makanan
Satu hingga dua jam setelah makan, glukosa dalam darah mencapai angka yang
paling tinggi. Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi sangat menentukan
seberapa besar sumbangan makanan tersebut terhadap kenaikan glukosa darah.
b. Olahraga dan Aktivitas Fisik
Olahraga dan aktivitas fisik berperan dalam penurunan glukosa darah. Olahraga
dan aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan sensitifitas insulin, sehingga
kerja insulin dapat lebih baik dan mempercepat pengangkutan glukosa masuk
ke dalam sel (Tandra,2017). Beberapa penelitian juga telah menunjukkan hasil

4
bahwa olahraga dan aktivitas fisik mampu menjaga kadar glukosa darah agar
tetap normal.
c. Obat
Beberapa obat dapat meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Bila memiliki
risiko penyakit DM, maka penggunaan beberapa obat ini harus diperhatikan.
Obat yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah antara lain hormon
steroid, beberapa obat anti hipertensi, dan obat untuk menurunkan kolesterol.

Penatalaksanaan Gizi pada Pasien DM Rawat Inap


a. Skrining Gizi
Pada awal pasien masuk rumah sakit perlu dilakukan skrining gizi untuk
mengidentfikasi apakah pasien mempunyai risiko malnutrisi atau tidak. Sehingga
intervensi gizi yang dilakukan adalah untuk mencegah penurunan status gizi pada
pasien (Susetyowati, 2015). Metode skrining gizi yang digunakan disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan pasien.
Metode skrining gizi pada dewasa antara lain adalah Simple Nutrition
Screening Tools (SNST). SNST merupakan metode skrining yang mudah dan tidak
memerlukan waktu lama dalam proses pelaksanaannya. SNST terdiri dari enam
pertanyaan yang merupakan rangkuman dari beberapa metode skrining yang lain.
Skrining dengan formulir SNST menggolongkan hasil skrining menjadi dua yaitu
tidak berisiko malnutrisi dan berisiko malnutrisi. Nilai maksimum dari SNST ini
adalah 6 poin. Pasien dikatakan berisiko malnutrisi apabila skor skrining dengan
SNST adalah ≥ 3 poin (Susetyowati,2015).
b. PAGT pada pasien DM
Terdapat empat tahap dalam PAGT yaitu pengkajian gizi (nutrition
assasement), diagnosa gizi (nutrition diagnosis), intervensi gizi (nutrition
intervention), dan monitoring evaluasi (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
1) Pengkajian Gizi (Nutrition Assassement) pada pasien DM
Pengkajian gizi adalah kegiatan pengumpulan data pasien yang merupakan faktor
yang dapat memengaruhi status gizi pasien. Data- data tersebut dikelompokkan
berdasarkan kategori pengkajian gizi, yaitu : (Kementerian Kesehatan RI,2014)

5
a) Food History (FH)
Food History (FH) atau riwayat gizi mengkaji data- data atau informasi yang
berkaitan tentang asupan makan pasien dan kebiasaannya. Data- data pada FH
didapat dari interview tentang asupan makan responden menggunakan metode
food recall 24 jam dan juga tentang kebiasaan makan pasien yang didapat dengan
menggunakan food frequency (FFQ).
b) Antropometri Data (AD)
Antropometri data berupa hasil pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan
berat badan, indeks masa tubuh, LILA, dan panjang ULNA. Data antropometri
menggambarkan bagaimana keadaan status gizi pasien.
a) Biokimia Data (BD)
Biokimia data berupa hasil pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan
biokimia pada pasien DM berupa data mengenai kadar glukosa darah, nilai
HbA1c, Trigliserid, Kolestrol, LDL, HDL, Albumin, Ureum, Kreatinin, dan
Keton.
b) Physical Data (PD)

PD atau data fisik/klinis pasien menggambarkan bagaimana keadaan pasien


secara fisik dan klinis yang berupa data tekanan darah, nadi, laju pernapasan,
suhu tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan mulut, kemampuan
mencerna makanan, pernapasan, nafsu makan, keadaan umum pasien serta
keluhan khas (sering lapar/banyak makan, sering haus/banyak minum, sering
kencing), penurunan BB secara drastis, keluhan tidak khas (luka yang sukar
sembuh, mata kabur, kesemutan, cepat lelah, mudah mengantuk, gatal pada
permukaan kulit).

c) Client History/ Riwayat klien (CH)


CH merupakan informasi mengenai riwayat personal pasien berupa medis,
keluarga, sosial, dan ekonomi klien pada saat ini dan masa lalu. Informasi ini tidak
dapat dijadikan sebagai tanda dan gejala (signs/symptoms) problem gizi dalam
diagnosis gizi karena merupakan kondisi yang tidak dapat berubah melalui
intervensi gizi. Data riwayat klien sebagian dapat dilihat pada rekam medik atau
data identitas pasien untuk mengetahui riwayat kesehatan sebelumnya, nama, usia,
dan jenis kelamin, selain itu data CH juga dapat diperoleh dengan wawancara
terhadap pasien mengenai lingkungan tempat tinggal, akses untuk mendapatkan
makanan, ekonomi, agama, riwayat pendidikan, riwayat kesehatan keluarga, dan
riwayat pengobatan dan terapi sebelumnya. Data CH digali untuk mengetahui
pengaruh riwayat klien yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan,gizi, dan
pemberian diet sekarang.
2. Diagnosa Gizi (nutrition diagnosis) dan Menentukan Tujuan yang akan Dicapai
Hasil dari pengkajian gizi diperlukan untuk menentukan tujuan yang akan
dicapai. Pasien hendaknya diminta untuk mengidentifikasi apa yang diperlukan dalam
penatalaksanaan diabetes secara keseluruhan.
Tujuan yang ditetapkan hendaknya membantu orang dengan diabetes
membuat perubahan yang positip dalam kebiasaan makan dan latihan jasmani yang
akan menghasilkan antara lain perbaikan kadar glukosa darah dan kadar lemak darah
serta memperbaiki asupan gizi.
3. Intervensi Gizi (Nutrition Intervention)
Informasi yang didapatkan dari pengkajian gizi dan tujuan yang akan dicapai
menentukan dasar intervensi gizi. Dietisien perlu mempertimbangkan berapa banyak
informasi yang perlu diberikan, kemampuan baca dan tulis pasien dan jenis alat
peraga yang diperlukan (handout, video, audiotape, flip chart, food models).
Intervensi gizi ditujukan untuk memberikan informasi praktis pada pasien yang dapat
diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Intervensi gizi melibatkan 2 tahap pemberian
informasi :
a. Intervensi Gizi Dasar
Tahap ini memberikan gambaran tentang gizi, kebutuhan zat gizi, petunjuk
penatalaksanaan gizi pada diabetes, informasi survival skill yang dianggap perlu
untuk pasien (membaca label, penatalaksanaan pada saat sakit)
b. Intervensi Gizi Lanjutan
Tahap ini melibatkan penggunaan suatu pendekatan perencanaan makan yang
lebih mendalam seperti menu, penghitungan kalori, penghitungan lemak, daftar
bahan penukar, dan lain-lain.
4. Monitoring Evaluasi
Evaluasi adalah bagian yang sangat penting pada proses terapi gizi medis.
Dietisien dank lien bersama-sama menetapkan hasil intervensi. Pada tahap terapi ini,
pemecahan masalah mungkin penting untuk membantu pasien menetapkan tujuan
baru untuk intervensi gizi lebih lanjut. Pemantauan keadaan glukosa darah dan
hemoglobin glikat (AIC). Lipid, tekanan darah dan fungsi ginjal peting untuk
2
mengevaluasi hasil yang berhubungan dengan gizi.
Untuk individu, konsisiten dalam hal pola makan penting oleh karena pola makan
yang konsisten menghasilkan AIC yang lebih rendah daripada pola makan yang
serampangan. Tindaklanjut untuk anak-anak dianjurkan dilakukan setiap 3-6 bulan
sedangkan pada orang dewasa setiap 6 sampai 12 bulan.

Tiga Tepat untuk Mengatur Diit :


Penderita Diabetes Mellitus harus melatih diri unruk senantiasa mematuhi tiga tepat,
yaitu :
a. Tepat Waktu
Penderita diabetes harus membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu yang
telah ditentukan. Misalnya waktu 3 makan besar dan 2 konsumsi snack penderita
ditentukan pad pukul 07.00, 10.00, 13.00, 16.00, 19.00, 21.00. Maka pada waktu yang
telah ditentukan, penderita harus makan – makanan yang sudah disediakan, sehingga
tidak terjadi perubahan pada kandungan gula darahnya.
b. Tepat Jumlah
Jumlah makanan yang disediakan bagi penderita diabetes untuk setiap kali
makan sudah ditetapkan berdasarkan kandungan hidrat arang dan kalori dalam
makanan itu. Apabila penderita tidak dapat menghabiskan porsi makanan yang
disajikan atau makan lebih banyak dari yang boleh diamakan, akan mengakibatkab
terjadi hipoglikemia atau hiperglikemia dan keadaan itu justru haru dihindari.
Penderita sebaiknya terlatih untuk mengira – ngira sendiri besarnya porsi makan yang
boleh dimakannya.
c. Tepat Macam
Penderita diabetes mutlak harus mengetahui apa makanan yang boleh diamakn
secara bebas, apa makanan yang dibatasi secara ketat. Sayuran seperti ketimun, kol,
labu air, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada, terong tomat adalah jenis sayuran
yang boleh di makan agak banyak karena kandungan kalorinya rendah. Tetapi sayuran
berupa buncis, kacang panjang, wortel, daun singkong, bayam harus dibatasi karena
kandungan hidrat arang agak tinggi.

Waktu Menu Berat (Kg) Urt


Pagi Nasi 100 ¾ gelas
Telur 50 1 butir

3
Sayur Buncis 50 ½ gelas
Pukul 10.00 Bubur Sagu Mutiara 50 ½ mangkok
Siang Nasi 100 ¾ gelas
Ikan pepes 50 1 potong
Sayur Asem 50 sedang
Pepaya 100 ½ gelas
Madu 20 1 potong
sedang
2 sdm
Pukul 16.00 Puding 25 1 potong
Malam Nasi 100 ¾ gelas
Ayam goring 50 1 potong
Capcay 50 sedang
Nanas 100 ½ gelas
Madu 20 1 potong
sedang
2 sdm

Nutrisi Pada Pasien DM Tipe 1 (IDDM) dan DM Tipe 2 (NIDDM) :

1. DM tipe 1 (IDDM)
Diet pada DM tipe 1 dilakukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah, yang
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Makan 5 – 6 kali setiap hari pada waktu yang kurang lebih sama dengan interval
sekitar 3 jam dan terdiri atas 3 kali makanan pokok serta 3 kali camilan. Saat
makan harus disesuaikan dengan saat penyuntikan insulin hingga kadar puncak
insulin dengan plasma sama dengan kadar gula darah tertinggi sesudah makan.
b. Usahakan minum minuman yang bebas gula dan kaya serat, seperti agar-agar,
rumput laut, gelatin, kolang-kaling.
c. Pilihlah camilan yang rendah lemak dan rendah indeks glikemknya tetapi dengan
indeks kekenyangan yang cukup tinggi seperti sayuran rebus serta buah segar
yang berserat dan tidak begitu manis, pisang rebus, roti bekatul, kacang hijau serta
kacang kacangan lainnya, cracker dan makanan camilan tanpa kalori seperti agar-
agar, kolang-kaling, rumput laut dll.
d. Biasakan memakan sereal tinggi serat seperti havermut sebagai sarapan (>6 gram)
4
setiap pagi: hindari makan sereal yanaag banyak mengandung gula.
e. Biasakan makan buah-buahan segar, khususnya buah yang biasa dimakan bersama
kulitnya seperti apel, peach, belimbing, jambu, tomat.
f. Hindari kebiasan makan buah-buahan kaleng atau manisan yang direndam dalam
sirup.
g. Minum susu rendah lemak (<1%) seperti susu krim, susu kedelai sebagai
pengganti susu fullcream untuk mengurangi asupaan lemak.
h. Lakukan olahraga sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari. Olahraga tidak boleh
dilakukan bila kadar gula darah tidak terkontrol (>250 mg%) atau bila terdapat
keton bodies dalam urine ( karena bahaya ketoasidosis).
i. Lakukan pemantauan kadar gula darah paling tidak satu kali perhari. Riset
membuktikan bahwa pengendalian gula darah dengan melakukan diet, olahraga
yang teratur dan terafi insulin serta pemantauan gula darah di rumah akan
mengurangi perawatan di rumah sakit bagi penyandang DM tipe 1.
2. DM Tipe 2 (NIDDM)
Tujuan utama diet pada DM tipe 2 adalah menurunkan dan/atau mengendalikan
berat badan di samping mengendalikan kadar gula dan kolesterol yang mencakup:
a. Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan interval waktu
sekitar 3 jam.
b. Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah dan
indeks kekenyangan yang tinggi, seperti kolang-kaling, cincau, agar-agar, rumput
laut, pisang rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan lainnya, sayuran rendah
kalori dan buah-buahan yang tidak manis (apel, belimbing, jambu) serta alpukat.
c. Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada pagi hari
dan gantikan dengan minuman yang berserat dari kelompok sayuran yang rendah
kalori seperti blender tomat, ketimun, dan labu siam yang sudah direbus.
d. Sertakan rebusan buncis dan sayuran lain yang dapat membantu mengendalikan
glukosa darah dlam menu sayuran sedikitnya dua kali sehari. Buncis, bawang dan
beberapa sayuran lunak lain (pare, terong, gambas, labu siam) dianggap dapat
membantu mengendalikan kadar glukosa darah karena kandungan seratnya.
e. Biasakan sarapan dengan sereal tinggi serat, seperti havermout kacang hijau,
jagung rebus, atau roti bekatul (whole wheat bread) setiap hari.
f. Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi (sebaiknya nasi beras merah/beras
tumbuk), kentang, roti (sebaiknya roti bekatul/whole wheat bread) dan jagung.
5
Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan lauk
mi goring dan perkedel kentang ( karena ketiganya memiliki indeks glisemik yang
tinggi).
g. Hindari penambahan gula pasir pada minuman (kopi, teh) dan makanan sereal.
h. Makanan camilan dan minuman bebas gula yang tersedia di pasaran. Penyandang
diabetes yang gemar memasak dapat membuat kue-kue basah seperti wafel yang
terdiri atas tepung gandum utuh, havermout, putih telur, susu skim dan sedikit
buah-buahan dengan aroma yang mengundang selera misalnya pisang, stroberi,
nanas.
i. Biasakan membuang lemak/gaji dari daging sebelum memasaknya. Kurangi
konsumsi daging merah yang dapat diganti dengan daging putih seperti daging
ayam atau ikan.
j. Gunakan minyak goreng dalam jumloah terbatas (kurang lebih setengah sendok
makan untuk sekali makan). Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus,
memepes, memanggang serta menanak, dan hindari kebiasaan menggoreng
makanan dengan banyak minyak.
k. Biasakan makan makanan vegetarian pada waktu santap malam.
l. Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat diganti
dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim, dan minyak
diganti dengan saus apel. Untuk menu yang memmerlukan kecap, gunakan kecap
diet dalam jumlah terbatas.
m. Nasihat diet lainnya dapt dimintakan dari ahli gizi/diet.
n. Biasakan berjalan sedikitnya 3 kali seminggu selama >30 menit.

6
Kasus :
Seorang wanita bernama Hannah 54 tahun datang ke Rumah Sakit dengan riwayat
diabetes mellitus tipe 2 selama 5 tahun. Beratnya 82 kg dan memiliki BMI sebesar BI
l 32,2kg / m2 termasuk kategori obesitas. Pasien mengeluhkan Penglihatan kabur,
lemas, banyak makan tapi sering merasa lapar, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala. Pasien mengatakan memiliki beberapa
riwayat penyakit yaitu hipertensi,. Tingkat glukosa darah puasa yaitu 174 mg / dL,
kadar kalsium pasca pembuangan 240 mg / dL, dan kadarA1C 8,6%.

2.2. Analisis
Hari/Tanggal : Senin, 2 Juli 2018
Jam : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Penyakit Dalam
Sumber data : Pasien, keluarga pasien, dan status rekam medis pasien
Metode : Wawancara, observasi, dan studi dokumen
1. Pengkajian , Menurut (Santosa, Budi. 2008)
1) Identitas
 Pasien yang bernama Hannah berumur 54 tahun memiliki riwayat diabetes
mellitus selama 5 tahun.
 Berat badan 82 kg, tinggi 62 in, BMI 32,2 kg / m2
 Riwayat penyakit paskamenopause (osteoartritis),
hipertensi,dislipidemia, tidak ada riwayat pankreatitis dan kanker
tiroid.
2. Keluhan utama
Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluhkan penglihatan kabur, badan terasa lemas , banyak makan tapi
sering merasa lapar, sering minum tapi masih terasa haus, sering kencing , suhu
tubuh meningkat, kepala terasa sakit.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pernah masuk RS dengan keluhan yang sama , dan sempat
mengalami luka ulkus diabetic dan dirawat di RS.
5. Riwayat kesehatan keluarga

7
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM, dan memilik riwayat
hipertensi.
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien adalah obesitas tanpa ada perbedaan resistensi
periferatau endokrinopati, refleks ekstermitas bawah berkurang,
pemeriksaanfunduskopi menunjukkan latar belakang diabetes retinopati bilateral
tanpa adanya edema makula
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi, disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels,
kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada
diare.
e. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton.
f. Neurosensori

8
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang
g. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK).
h. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum. Tanda:
pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
j. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah
meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulku.

I. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan tidak adekuatnya factor
insulin
II. Diagnosis Keperawatan Nutrisi Yang Mungkin Muncul
Rencana Keperawatan
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC NIC
NANDA

Domain 2. Setelah dilakukan asuhan (2120) Manajemen


Nutrisi, Kelas 4. keperawatan, diharapkan Hiperglikemia
Metabolisme : ketidakstabilan kadar glukosa 1. Monitor kadar gula

9
Ketidakstabilan darah dapat teratasi dengan darah, sesuai indikasi
kadar glukosa kriteria hasil : 2. Monitor tanda dan gejala
darah hiperglikemia : polyuria,
berhubungan (2300) Kadar glukosa darah : polidipsi, polifagi,
dengan tidak 1. Glukosa darah dari skala 2 kelemahan, malaise,
adekuatnya (skala cukup besar dari pandangan kabur, sakit
factor insulin kisaran normal) ditingkatkan kepala
menjadi skala 4 (skala 3. Monitor keton urin
ringan – sedang dari kisaran sesuai indikasi
normal) 4. Berikan terapi (insulin)
sesuai resep
(2111) Keparahan 5. Dorong asupan cairan
Hiperglikemia oral
1. Peingkatan glukosa darah 6. Dorong pemantauan
dari skala 2 (berat) sendiri kadar glukosa
ditingkatkan menjadi skala 4 darah
(ringan) 7. Instruksikan pada pasien
dan keluarga mengenai
(1619) Manajemen diri : manajemen diabetes
Diabetes Melitus 8. Fasilitasi kepatuhan
1. Memantau glukosa darah dari terhadap diet dan
skala 2 (jarang menunjukan) regimen latihan
ditingkatkan menjadi skala 4
(sering menunjukan)
(5614) Pengajaran :
Persepsi Diet
1. Kaji tingkat pengetahuan
pasien mengenai diet
yang disarankan
2. Kaji pola makan pasien
saat ini dan sebelumnya,
termasuk makanan yang
disukai
3. Ajarkan pasien membuat
10
diary makanan yang
dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu
makanan yang sesuai
5. Libatkan pasien dan
keluarga

Gambaran kasus diatas salah satu masalah yang berhubungan dengan nutrisi. Pasien
mengalami Diabete Melitus tipe 2, berat badan pasien 82 kg dan memiliki BMI
sebesar 32,2 kg/m2 termasuk kategori obesitas, pasien banyak makan tapi masih
sering merasa lapar, sering haus, dan banyak kencing. Hal ini sesuai dengan (Jurnal)
pada penderita DM terjadi ……

Contoh PUNYA KAKA


Gambaran kasus diatas salah satu masalah yang ada yaitu masalah nutrisi. Pasien
mengalami penurunan nafsu makan, mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia dan
ketidakmampuan untuk makan karena penurunan nafsu makan. Gejalanya adanya
anoreksia (kehilangan nafsu makan), adanya penurunan berat badan 11 kg, makan
sedikit yang ditandai turgor kulit buruk, kering / bersisik, massa otot berkurang /
lemak subkutan berkurang, IMT = (kekurangan BB tingkat berat), pasien tampak
kurus. Hal ini sesuai dengan (Putri Astari Wina dkk, 2016) pada penderita TB terjadi
penurunan nafsu makan, malabsorbsi nutrien, malabsorbsi mikronutrien dan
metabolisme yang berlebihan sehingga terjadi proses penurunan massa otot dan
lemak (wasting) sebagai manifestasi malnutrisi energi protein. Terdapat peningkatan
metabolisme basal pada penderita TB sebesar 20% dan biasanya sudah terjadi
sejak sebelum penderita terdiagnosis.
Kecenderungan penurunan berat badan penderita tuberkulosis merupakan
akibat dari gejala anoreksia yang menyebabkan status gizi kurang (IMT<18,5).
Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya status gizi buruk apabila tidak diimbangi
dengan diet yang tepat. Malnutrisi yang terjadi akan memperberat penyakit
infeksinya, sehingga status gizi menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan
konversi pengobatan pada penderita infeksi tuberkulosis (Lazulfa1 Aprilia Wasesa
dkk, 2016).

11
Status nutrisi yang buruk pada pasien TB disebabkan oleh anoreksia, absorpsi
nutrisi terganggu, atau peningkatan katabolisme tubuh. Gizi kurang pada pasien TB
jika tidak teridentifikasi segera akan menyebabkan permasalahan kesehatan yang
lebih serius, seperti peningkatan angka mortalitas (Salsabela, Eka Farah dkk. 2016).
TB dapat menurunkan asupan energi yang disebabkan oleh perubahan metabolisme
akibat penurunan nafsu makan sebagai bagian dari respon inflamasi dan imun
(Salsabela, Eka Farah dkk. 2016), ini ditemukan ini dalam kasus Ny.A yang tampak
lemah dan konjungtiva tampak anemis.

2.3. Solusi
1. Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci persetujuan penatalaksanaan diabetes.Diet yang
direkomendasikan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalamhal
karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut :
Karbohidrat : 60-70%
Protein : 10-15%
Lemak : 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, usia, stres akut
dankegiatan fisik, yang sesuai dengan tujuan untuk mencapai danmempertahankan
berat badan ideal.Penurunan berat badan yang telah terbukti dapat mengurangi
resistensiinsulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus akumulasi.
Dalam salahsatu penelitian membuktikan bahwa penurunan 5% berat badan dapat
mengurangikadar HbA1c sebesar 0,6% (HbA1c adalah salah satu parameter status
DM),dan setiap kilogram penurunan berat badan sesuai dengan 3-4 bulantambahan
harapan hidup.Selain jumlah kalori, pilihan jenis bahan makanan juga
dipertimbangkan.
Lebih dari 300mg per hari. Sumber lemak diupayakan yang berasal dari bahan
nabati, yangmengandung lebih banyak asam lemak, tak jenuh dibandingkan asam
lemak jenuh.Sebagai sumber protein yang diperoleh dari ikan, tahu dan tempe,
karena tidak banyak mengandung lemak.Bagi para penderita diabetes, serat paling
penting adalah25 g per hari. Disamping akan menurangi pelepasan lemak,makanan
berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga dapat membantumengatasi rasa
lapar yang kerap diterima penderita DM tanpa kesulitan memasukkankalori yang

12
berlebih. Disamping itu makanan sumber serat sayur dan buah- buahan segar
umumny kaya akan vitamin dan mineral (DIPIRO,2011).
2. Mengurangi Asupan Garam
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan
makanantradisional di kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien tidakpuas
mengonsumsi garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan
dansebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam juga bermanfaat untuk ini
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan
untuk asupan garam tidak melebihi 2gr / hari (PERKI, 2015)
3. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat dilakukan dan tahan kadar guladarah tetap
normal. Saat ini ada dokter yang dapat dimintakan sebagaipenasihat untukdiabetes
dan diabetes. Prinsipnya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal
dilakukanakan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.Olahraga yang disarankan
adalah yang menantang CRIPE(Kontinu,Pelatihan Rhytmical, Interval, Progressive,
Endurance).
Beberapa contoh olahraga yang ditawarkan, antara jalan lain atau lari pagi,
berputar, berenang, dan lainsebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan
selama total 30-40 menit per hari didahului dengan pemanas 5-10 menit dan diakhiri
istirahat antara5-10 menit. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan
aktivitasreseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan
pertambahan (Dipiro,2015)

13
BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan
kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah
(hiperglikemia). Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diabetes
mellitus adalah status gizi, dan pengaturan diet atau konsumsi makanan yang buruk.
Status nutrisi dan pengaturan diet atau konsumsi makanan yang yang buruk akan
meningkatkan risiko penyakit diabetes mellitus dan sebaliknya. Jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi sangat menentukan seberapa besar sumbangan makanan
tersebut terhadap kenaikan glukosa darah.
Perubahan status dapat terdeteksi dengan menggunakan komponen pengkajian gizi,
(nutrition assessment) diabetes mellitus meliputi food history, antropometri data,
Biokimia Data, Physical Data, dan Client History/Riwayat. Data yang diperoleh
kemudian dapat dilanjutkan dengan melakukan diagnosa gizi (nutrition diagnosis),
intervensi gizi (nutrition intervention), dan monitoring evaluasi.

4.2. Saran

Status nutrisi dan pengaturan diet atau konsumsi makanan yang buruk pada pasien
DM akan meningkatkan resiko penyakit diabetes mellitus. Pengaturan konsumsi makanan
pada pasien DM jika tidak teridentifikasi segera akan menyebabkan permasalahan
kesehatan yang lebih serius, seperti peningkatan angka mortalitas. Sehingga, selain dari
pengobatan juga penting peningkatan peran petugas kesehatan seperti memberikan
penyuluhan kesehatan dan konseling agar penderita DM lebih meningkatkan konsumsi
nutrisi sesuai dengan kebutuhan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. DiPiro Joseph T., RL Talbert, GC Yee, GR Matzke, BG Wells, LM Posey.2011


Farmakoterapi SEBUAH Patofisiologis Pendekatan Delapan Edisi, p374-379. Bukit
Medis McGraw. New York.
2. Dipiro, JT, Dipiro, CV, Sumur, BG, dan Schwinghammer, TL 2015. Buku Tangan
Farmakoterapi . Edisi ke-9. McGraw-Hill: Amerika Serikat.Eliana, Fatimah. 2015.
3. Hermayudi & Ariani, AP 2017. Metabolik Endokrin,Yogyakarta: Nuha Medika.
4. Kemenkes RI. 2014.Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2014.Jakarta:Kementerian Kesehatan RI.
5. Price, Wilson. 2006. PatofisiologiVol 2; Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit.Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
6. Perkeni. 2015Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
DiIndonesia 2015. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia:Jakarta.
7. Susetyowati, 2015, Penerapan skrining gizi di rumah sakit, cet2, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
8. Suyono S. 2006. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.
IV ed. Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit dalam FK UI.
9. Tandra Hans. 2017. Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan
Cepat dan Mudah . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
10. Wahyuningsih, Retno 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

15

Anda mungkin juga menyukai