BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara di seluruh dunia. Diabetes
Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah
yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati,
nepropati, ganggren, dan lain lain (Mihardja, 2012). Kadar gula darah dapat
dikendalikan melalui diet, olah raga,dan obat-obatan. Upaya mencegah terjadinya
komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM dengan baik. Dimana sasaran dgn
kriteria nilai baik untuk diabetes diantaranya gula darah 80-200 mg/dl. Trigleserida
<150 mg/dl, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan tekanan darah ≤ 130/80 mmhg (Perkeni, 2012).
Data dari International Diabetes Federation (IDF) tingkat pervalensi global
penderita DM pada tahun 20128,4% dari populasi penduduk dunia, dan mengalami
peningkatan dari 382 juta kasus tahun 2013, meningkat menjadi 387 juta kasus pada
2014. Pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi55%
(592 juta) diantara usia penderita DM 40-59 tahun. Indonesia merupakan Negara
urutan ketujuh dengan kejadian Diabetes Mellitus tertinggi di dunia dengan jumlah 8,5
juta penderita (IDF, 2015).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi
pada penderita Diabetes Mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1%
pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 sedangkan prevalensi Diabetes
Mellitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala tertinggi pada daerah Sulawesi
Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%) (Depkes RI,2013).
Pada saat ini, jumlah usia lanjut (lansia > 65 tahun) di dunia diperkirakan mencapai
450 juta orang (7% dari seluruh penduduk dunia), dan nilai ini diperkirakan akan terus
meningkat. Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula
darah puasa normal.
Jenis olah olah raga yang di anjurkan pada pasien Deabetes mellitus adalah olah
raga aerobik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh
khususnya meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh. Aerobik, berenang,
jogging dan latihan bersepda merupakan olah raga yang sangat cocok untuk penderita
Diabetes Mellius Karena olah raga ini menggunakan otot-otot besar, pernapasan dan
jantung. Pada senam aerobik dengan gerakan variasi terutama gerakan dasar pada
2
kaki dan jalan dapat memenuhi criteria CRIPE (Continous, Rhythmical, Interval,
Progresif, dan Endurence). Senam aerobik secara berkelompok memberikan efek
rasa senang pada anggota dan juga memotivasi anggota lain untuk terus melakukan
secara kontinue dan teratur (Illyas,2007).
Merujuk data dari Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, penderita kasus Deabetes
Mellitus selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Mencapai 30% peningkatan
penderita Diabetes Mellitus di Kalimantan Timur yg terdiagnosis oleh Rumah Sakit.
Penderita Diabetes Mellitus pada tahun lalu (2016) laki laki mencapai 13.564 orang
dan pada perempuan mencapai 25.522 orang. Pada tahun ini (2017) penderita baru
diabetes Mellitus mencapai 3.974 orang pada laki laki dan pada perempuan mencapai
7.269 orang. Tingginya kasus Diabetes Mellitus di Kalimantan Timur khususnya
Diabetes Mellitus Tipe 2 dipengaruhi oleh pola hidup yang tidak sehat, Masyarakat
banyak mengkonsumsi gula, khususnya makanan tinggi karbohidrat, jarang olah raga
dan jarang makan sayur. ( Soeharsono KABID P2PL,2017)
Di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan sendiri penderita Diabetes Melitus cenderung
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan penderita diabetes mellitus dari tahun 2016-
2017 meningkat sebanyak 59%, ditunjukan dengan data rekam medik yang ada pada
tahun 2016 terdapat 25 pasien, sedangkan pada 2017 terjadi peningkatan yaitu 42
pasien. Senam aerobik yang dilaksanakan di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan biasanya
diadakan setiap 2 minggu sekali dengan membutuhkan waktu setiap kali senam
aerobik selama 45 menit dengan dilakukan gerakan pemanasan gerakan inti dan
gerakan pendinginan. Pada dasarnya peserta senam aerobik sangat semangat dan
antusius untuk mengikuti senam aerobik ini. Karena mereka merasa bahwa setelah
mengikuti senam aerobik rata-rata peserta merasakan efek yang segar pada tubuh
mereka.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik menentukan judul “Pengaruh
Senam Aerobik terhadap Gula Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan”.
B. Rumusan Masalah
Olahraga aerobik bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
tubuh khususnya fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh. Berdasarkan uraian di atas
dapat di rumuskan masalah: “apakah ada pengaruh senam aerobik terhadap tingkat
kebugaran pasien diabetes mellitus di Poliklinik Ibnusina Balikpapan”.
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umun dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam
aerobik terhadap gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
poliklinik Ibnu Sina Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gula darah sewaktu pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sebelum
senam aerobik.
b. Mengidentifikasi gula darah sewaktu pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sesudah
aerobik.
c. Menganalisis pengaruh antara senam aerobik terhadap gula darah sewaktu
pasien Diabetes Mellitus tipe 2.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan dan Instansi
kesehatan yang terkait tentang pentingnya senam aerobik terhadap penurunan
gula darah pada pasien DM tipe 2.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi lanjut dan sebagai bahan referensi/jurnal terkait tentang
program senam arobik.
b. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan kepada responden atau
masyarakat sekitar dan menumbuhkan motivasi untuk rajin melakukan senam
aerobik.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukkan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian lebih lanjut.
E. Penelitian Terkait
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah Astuti tahun 2016 tentang
pengaruh senam aerobik terhadap kadar gula darah puasa pada penderita Diabetes
Melitus tipe 2 pada kelompok prolanis di UPT Puskesmas Wonogiri 1, dengan
menggunakan metode penelitian pendekatan eksperimen semu/quesi experiment
didapatkan kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara senam aerobik
4
terhadap kadar gula darah puasa Diabetes Melitus tipe 2 pada kelompok prolanis UPT
Puskesmas Wonogiri 1. Hasil pengukuran gula darah puasa sebelum perlakuan rata-
rata sebesar 183,17 mg/dl dan setelah dilakukan perlakuan di dapatkan hasil rata-rata
sebesar 161,68 mg/dl.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Jeane Betty Kurnia Jusuf tahun 2013
tentang pengaruh aerobik terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa putri kelas VII
SMP Kartika XII-I Mertoyudan Magelang, dengan metode penelitian pendekatan
eksperimen semu/quesi experiment didapatkan kesimpulan hasil yang signifikan dari
latihan senam aerobik terhadap kebugaran siswa putri kelas VII SMP Kartika XII-I
Mertoyudan Magelang.
Judul penelitian saya ini sangat berbeda sekali dengan kedua penelitian diatas.
Karena peneliti disini akan menyimpulkan apakah senam aerobik mempunyai
hubungan dengan tingkat kebugaran pasien Diabetes mellitus kalau penelitian diatas
menghubungkan pengaruh senam aerobik dengan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dan
melihat pengaruh senam aerobik dengan tingkat kebugaran siswa putri kelas VII SMP
Kartika XII-I.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Senam Aerobik
a. Pengertian
Senam dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga yang
diterjemahkan langsung dari bahasa inggris “Gymnastics”. Sedangkan menurut
Agusta (2009), mendefinisikan senam sebagai suatu latihan tubuh yang terpilih
dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana disusun
secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, menge
mbangkan keterampilan dan, menanamkan nilai-nilai mental spiritual.
Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyak-
banyaknya. Senam aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja
dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih sehingga melahirkan
ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi tertentu. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan jantung dan paru serta pembentukan tubuh dan juga
olahraga untuk peningkatan kesegaran jasmani bukan olahraga prestasi, akan
tetapi olahraga preventif yang dapat dilakukan secara masal (Hitachisulandari,
2008 dalam sari 2012).
Dalam arti harfiah “aerobik” berarti “dengan oksigen” yakni penggunaan
oksigen dalam pembuatan energy yang dilakukan oleh otot-otot. Aerobik adalah
jenis kegiatan fisik yang dilakukan pada tingkat intensitas sedang dalam jangka
waktu tertentu. Dalam hal ini oksigen digunakan untuk membakar lemak dan gula
untuk menghasilkan adenosine trifosfat yang merupakan pembawa dasar dari
energi di tingkat sel (Lynne, 2012).
Lemak dapat terbakar sempurna dengan bantuan oksigen selama latihan fisik.
Dengan senam aerobik memungkinkan sel otot tersuplai oksigen secara adekuat.
Aerobik adalah istilah umum yang digunakan untuk latihan yang menggabungkan
beberapa elemen olahraga aerobi, peregangan dan pelatihan kekuatan dengan
tujuan utama meningkatkan kemampuan (flexibilitas, kebugaran kardiovaskuler
dan kekuatan otot) seseorang. Aerobik saat ini telah berkembang menjadi sesuatu
yang dilakukan dengan berbagai gerakan seperti beberapa gerakan tari yang
mirip dengan gerakan olahraga (dinata,2007).
b. Macam-macam senam aerobic
Berdasarkan cara melakukan dan music pengiringnya, senam aerobik dapat
dibagi menjadi lima macam, antara lain sebagai berikut :
6
melakukan kegiatan fisik dan intensitas yang paling rendah, dengan diiringi
musik yang nyaman, yaitu maat 3/4 atau 4/4 lambat.
e. Prosedur Senam Aerobik di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan
1) Pemanasan
a) Jalan di tempat (2x8 hitungan)
b) Jalan ditempat sambil tarik nafas dan buang nafas (2x8 hitungan).
c) Jalan ditempat, kepala tunduk tegak (1x8 hitungan)
d) Jalan ditempat, kepala menolah kekanan dank e kiri (1x8 hitungan).
e) Jalan di tempat, kepala rebah ke kanan dank e kiri (1x8 hitungan).
f) Jalan di tempat kepala di putar ke kanan dank e kiri (1x8 hitungan).
g) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu di putar kedepan (1x8
hitungan).
h) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu di putar kebelakang
(1x8 hitungan).
i) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu digerakkan naik turun
(2x8 hitungan).
j) Kaki di buka, lutut di tekuk, kedua tangan di dorong kedepan
(4x8hitungan).
k) Kaki di buka, lutut di tekuk, kedua tangan didorong ke atas (4x8
hitungan).
l) Kaki di buka, lutut ditekuk, kedua tangan digerakkan ke samping (4x8
hitungan).
m) Kaki dibuka, lutut ditekuk, kedua tangan ditekuk kemudian digerakkan ke
depan (4x8 hitungan).
n) Kaki di buka, lutut dan tangan ditekuk digerakkan bergantian ke kanan
dan ke kiri, naik dan turun (4x8 hitungan).
o) Kaki di buka, lutut kemudian di tekuk, tepuk di paha (2 hitungan) sambil
diselingi tepuk tangan (2 hitungan) sebanyak (4x8 hitungan).
p) Kaki di buka, kedua tangan di lambaikan ke atas 94x8 hitungan).
q) Kaki di buka, kedua tangan di gerakkan ke samping kanan dan kiri (4x8
hitungan).
r) Kaki di buka, kedua tangan di gerakkan ke atas dan ke bawah (2
hitungan) sebanyak 94x8 hitungan).
s) Tangan kiri di dorong ke kanan bergantian tangan kanan di dorong ke kiri
(1x4 hitungan). Kedua tangan di dorong ke kanan bergantian dengan
kedua tangan di dorong ke kiri (1x4 hitungan), dilakukan (4x8 hitungan).
8
depan (hitungan 6), kedua tangan diayun ke atas (hitungan 7), kedua
tangan diayun ke bawah sambil teriak ha…(hitungan 8).
n) Kaki satu langkah ke kanan dan ke kiri sambil kedua tangan di dorong ke
depan (1 s/d 4), tangan kanan di dorong ke kiri, tangan kiri dipinggang (2
hitungan) gerakan dilakukan bergantian (5 s/d 8 hitungan), diulang 4x8
hitungan.
o) Kaki dua langkah ke kanan dan ke kiri tangan di gerakkan lurus ke atas
(1 s/d 4 hitungan), satu langkah ke kanan dan ke kirike dua tangan di
tekuk di gerakkan ke depan dan samping (5 s/d 8 hitungan), di ulang 4x8
hitungan.
p) Kaki melangkah ke depan dan ke belakang kanan, kiri, buka, tutup
(easywalk) kedua tangan diayun bergantian ke kanan dan ke kiri (1 s/d
4 hitungan, diulang 4x8 hitungan, mendorong tumit menyentuh lantai
(heel touch) tangan di tekuk di dorong ke belakang (5 s/d 8 hitungan),
diulang 4x8 hitungan.
q) Kaki melangkah maju dan mundur 2 langkah (1 s/d 4 hitungan),
mengangkat kaki kanan dan kiri sebatas pangkal paha (knee up),
gerakan di ulang 4x8 hitungan.
r) Mengulang gerakan no. 1
s) Dua langkah serong kanan, depan, dan kiri tangan kanan lurus, tangan
kiri di pinggang (1 s/d 4 hitungan), dua langkah serong kanan, kiri dan ke
belakang, kedua tangan lurus (5 s/d 8 hitungan), diulang 4x8 hitungan.
t) Kaki melangkah maju dan mundur satu langkah (traveling) kedua tangan
diayun keatas (1 s/d 4 hitungan), mendorong kaki ke kanan dan ke kiri
(lunges) tangan diagonal sesuai arah badan (5 s/d 8 hitungan), di ulang
4x8 hitungan.
u) Satu langkah serong kanan kiri depan dan serong kanan kiri belakang
tangan di tekuk di gerakkan naik turun (1 s/d 4 hitungan), kaki
menendang ke kanan dan ke kiri (side kick) (5 s/8 hitungan), diulang 4x8
hitungan.
v) kaki dua langkah ke kanan dan ke kiri tangan di tekuk dan dorong ke
samping (1 s/d 4 hitungan), satu langkah ke samping kanan dan kiri
kedua tangan di tekuk di dorong ke samping kanan kiri bergantian (5 s/d
8 hitungan), diulang 4x8 hitungan.
w) Mengulang gerakan no. 1
3) Pendinginan
a. Badan tegak kedua tanganlurus ke atas(1x8 hitungan).
10
2) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang juga dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik merupakan gerakan
yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang memerlukan energi
melebihi pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan
bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan
gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan
kebugaran fisik (Sigal, 2006). Selama melakukan latihan otot menjadi
lebih aktif dan terjadi peningkatan permiabilitas membran serta
adanya peningkatan aliran darah akibatnya membran kapiler lebih
banyak yang terbuka dan lebih banyak reseptor insulin yang aktif dan
terjadi pergeseran penggunaan energi oleh otot yang berasal dari
sumber asam lemak ke penggunaan glukosa dan glikogen otot.
Aktivitas fisik meningkatkan transport glukosa melalui Glucose
Transporter-4 (GLUT-4) ke dalam membran sel yang memungkinkan
terajadinya mekanisme peningkatan AMP otot. AMP kinase
13
3. Diabetes Mellitus
a. Pengertian
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).
Penyakit Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan menjadi Diabetes Mellitus
tipe 1 (IDDM), Diabetes Mellitus tipe 2 (NIDDM), Diabetes Mellitus Gestasional
(Diabetes Mellitus dalam kehamilan) dan Diabetes Mellitus tipe spesifik lain
seperti cacat genetik fungsi sel beta, cacat genetik kerja insulin, endokrinopati,
penyakit eksokrin pankreas, obat/diinduksi secara kimia dan infeksi (Price &
Wilson, 2006).
Menurut American Diabetes Assosiation (ADA, 2010), Diabetes Mellitus
(DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan
pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut dan menurunkan risiko
komplikasi jangka panjang.
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat penurunan sekresi insulin progresif atau dilatarbelakangi oleh
resistesni insulin. Biasanya penyakit ini disebut dengan “Penyakit
Gula”.Dikatakan penyakit gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa
atau gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Kadang juga disebut
penyakit “Kencing Manis” karena di dalam air kencing penderita memang
terdapat gula, yang dalam keadaan normal seharusnya tidak ada (Darmansyah,
2013).
15
c. Etiologi
1) Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin dan ditandai dengan penghancuran
sel–sel beta pankreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya diabetes tipe I
b) Faktor imunologi (autoimun)
c) Faktor lingkungan : virus atau toksik tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 :
usia, obesitas, riwayat, dan keluarga.
d. Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin
secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”.
Resistensi insulin banyak terjadi akibat obesitas, kurang aktifitas fisik, dan
penuaan. Pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi
glukosa hepatic yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel β
16
3. LandasanTeori
Penelitian Pengaruh senam aerobik terhadap gula darah sewaktu pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 di poliklinik Ibnu Sina Balikpapan sesuai dengan Self-Care
Deficit Theory of Nursing yang dikembangkan oleh Dorothea Orem. Teori ini terdiri
dari tiga teori umum yang saling berkaitan, yaitu :
A. The Theory of Self-Care
Untuk memahami tentang teori perawatan diri, perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai konsep dasar perawatan diri (self-care), kemampuan perawatan
diri (self-care agency), faktor yang mempengaruhi perawatan diri (basic
conditioning factors), dan terapi kebutuhan perawatan diri (therapeutic self-
care demand).
Perawatan diri (self-care) adalah pelaksanan aktivitas individu yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup,
kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan
efektif, maka dapat membantu individu dalam mengembangkan potensi
dirinya. (Orem, 1991)
18
Bagan 2.2 Basic Nursing System. Sumber: Ann M. Tomey & Martha R. Alligood
(2002). Nursing Theorist and Their Work. United State of America :
Mosby Elsevier
21
B. Kerangka Teori
Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas maka dapat digambarkan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, Patokan duga,
atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
(Notoatmojo, 2010).
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu
hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis alternative
menyatakana adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipoteis nol
menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variable, atau tidak ada
perbedaan variable X terhadap variable Y (Arikunto, 2010). Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh antara senam aerobik terhadap gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan eksperimen semu/quasi
eksperimen yaitu rancangan percobaan tidak murni dengan penelitian uji klinis tetapi
melakukan perlakuan tehnik pendatan dengan terapi non farmakologi dengan
melakukan senam aerobik pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (Sugioyono, 2009).
Penelitian ini menggunakan rancangan one-group pretest-posttes design dengan
pengamatan pada satu kelompok diberikan perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
Hal ini dapat digambarkan seperti tampak pada gambar 3.1. berikut
Subjek Pre Perlakuan Post
K O X OX
Keterangan :
K: Subjek, yaitu pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
O: Tahap pengukuran kadar gula darah sewaktu sebelum melakukan
senam aerobik.
X: Tahap perlakuan, yaitu saat responden melakukan senam aerobik.
OX: Tahap pengukuran kadar gula darah sewaktu sesudah melakukan
senam aerobik.
𝑁. 𝑍 2 . 𝑃 (1 − 𝑃)
𝑛=
𝑁. 𝑑2 + 𝑍 2 𝑃 (1 − 𝑃)
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
D : besar penyimpangan 0.05
P : proporsi kejadian, jika belum diketahui = 0.5
Z : tingkat kepercayaan 95% = 1.96
Besar sampel dalam penelitian ini adalah :
161 . 0,25
𝑛=
0,24 + 0,9604
40
𝑛=
1,2004
𝑛 = 33 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive
sampling menentukan sampel terlebih dahulu dengan syarat iklusi dan eksklusi.
Pembagian sampel berdasarkan tujuan tertentu yang tidak menyimpang dari kriteria
yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria yang menjadi responden
adalah :
a. Kriteria inklusi
1) Semua pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang hadir untuk mengikuti senam
aerobik.
2) Bersedia untuk menjadi responden.
Tabel 3.1 Definisi Operasional, Alat Ukur, Indikator Penilaian dan Skala Ukur
Definisi Indikator
No Variabel Alat Ukur Skala
Operasional Penilaian
Gerakan tubuh
yang dilakukan
beberapa tahap
Senam mulai dari
1 SOP - Nominal
aerobik pemanasan,
latihan inti
diakhiri
pendinginan.
Jumlah
Kadar gula kandungan
ACCU
darah dalam plasma
PRESS Hasil
2 sewaktu darah saat Rasio
Form GDS
sebelum sesudah diukur
GDS
aerobik dengan alat
ukur kimia darah
Jumlah
Kadar gula kandungan
ACCU
darah dalam plasma
PRESS Hasil
3 sewaktu darah saat Rasio
Form GDS
setelah sesudah diukur
GDS
aerobik dengan alat
ukur kimia darah
c. Bolpoint.
d. Kertas dan Note book.
e. CD senam aerobic low impact.
f. SPO pemeriksaan gula darah dari Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan.
g. SPO senam aerobik dari Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan.
G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan pemohonan ijin kepada
pihak Management Poliklinik Ibnu Sina untuk mendapatkan persetujuan, kemudian
kuesioner dibagikan ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika
meliputi :
27
a. Autonomy (Otonomi)
Setiap penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang mengikuti senam aerobik diberi
kebebasan dalam memutuskan ketersediaannya untuk menjadi responden
penelitian tanpa ada paksaan dari siapapun.
b. Confidentiality (Kerahasiaan)
Untuk menjaga kerahasiaan dalam penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan
nama, akan tetapi identitas dilakukan dengan pemberian kode berupa angka 1 -
33. Informasi yang dikumpulkan peneliti dijamin kerahasiaannya. Lembar format
pengumpulan data yang sudah terisi disimpan dan hanya peneliti yang bisa
mengaksesnya.
c. Lembar persetujuan (Informed consent)
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaan
penelitian ini responden diberikan lembar persetujuan menjadi responden.
Sebelum menyetujui lembar persetujuan tersebut, peneliti memberi penjelasan
tentang tujuan, manfaat, prosedur, resiko penelitian serta hak responden dan
waktu pelaksanaannya. Sehingga dengan mendapatkan penjelasan tersebut
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang mengikuti senam aerobik yang bersedia
untuk menjadi responden selanjutnya menandatangani inform consent sebagai
pernyataan persetujuan.
d. Non Maleficience (Tidak merugikan)
Penelitian dilakukan tanpa menyakiti atau melukai perasaan responden.
Meyakinkan responden bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang
diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan responden
dengan cara memberikan pemahaman tentang maksud dan tujuan penelitian.
e. Justice (Keadilan)
Dalam pelaksanaan penelitian ini responden diperlakukan secara adil baik
sebelum, selama dan sesudah selama keikutsertaan dalam penelitian tanpa ada
diskriminasi pada masing-masing responden.
f. Fidelity (Menepati janji)
Peneliti tetap menjaga kesetiaan untuk tetap berkomitmen dan menepati janji yang
telah disepakati dalam pelaksanaan penelitian serta tetap menjaga kerahasiaan
tentang identitas dan informasi yang didapat dari responden.
28
H. Alur Penelitian
Alur penelitian yang direncanakan peneliti adalah sebagai berikut :
Ha : Pengaruh senam aerobik terhadap gula darah sewaktu pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan
Populasi
Sampel
Porposive sampling
Instrumen Penelitian
( 95responden)
Direktur Poliklinik Ibnu Team Pengurus
Mengurus Surat Ijin
Sina Balikpapn prolanis POLIKLINIK
Penelitian Di STIKES
WHS Ibnu Sina Balikpapan
Komite
keperawatan Pengumpulan
Poliklinik Ibnu data
Sina Balikpapan
Analisa Data
Kesimpulan / hasil
penelitian
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan berada di Jalan Ahmad Yani No. 252 Kelurahan
Muara Rapak Kecamatan Balikpapan Utara Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan
Timur. Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan merupakan salah satu klinik swasta di
Balikpapan yang berdiri tahun . Status kepemilikan tanah adalah milik PT. Pertamina
RU-V Balikpapan dengan luas bangunan 1.778.296 m2 dan luas tanah 4.135.137 m2.
2. Analisa Univariat
a. Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 pada
Kelompok Prolanis Sebelum Dilakukan Senam Aerobik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besaran nilai kadar gula
darah sewaktu (gds) penderita diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok prolanis
sebelum dilakukan senam aerobik dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Deskripsi Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 pada Kelompok Prolanis Sebelum Dilakukan Senam
Aerobik
Kadar GDS Mean SD Minimun (gr/dl) Maksimum (gr/dl)
sebelum senam
aerobik
133.97 25 95 194
Tabel 4.1 diperoleh rata-rata nilai kadar gds penderita diabetes mellitus tipe
2 pada saat sebelum senam aerobik (pre test) sebesar 133.97 mg/dl. Nilai standar
deviasi sebesar 25, adapun nilai kadar gula darah sewaktu terendah sebelum
dilakukan senam aerobik yang dimiliki responden sebesar 95 gr/dl dan nilai kadar
gula darah tertinggi yang dimiliki responden sebesar 194 gr/dl.
b. Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Kelompok
Prolanis Setelah Dilakukan Senam Aerobik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besaran nilai kadar gula
darah sewaktu (gds) penderita diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok prolanis
sebelum dilakukan senam aerobik dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Deskripsi Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 pada Kelompok Prolanis Setelah Dilakukan Senam Aerobik
Kadar GDS Mean SD Minimun (gr/dl) Maksimum (gr/dl)
setelah senam
aerobik
30
125.85 27 90 193
Tabel 4.2 diperoleh rata-rata nilai kadar gds penderita diabetes mellitus tipe
2 pada saat sebelum senam aerobik (post test) sebesar 125.85 mg/dl. Nilai
standar deviasi sebesar 27, adapun nilai kadar gula darah sewaktu terendah
sebelum dilakukan senam aerobik yang dimiliki responden sebesar 90 gr/dl dan
nilai kadar gula darah tertinggi yang dimiliki responden sebesar 193 gr/dl.
3. Analisa Bivariat
Pengaruh Senam Aerobik terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien DM
Tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi tidak normal kemudian dilakukan
transformasi menormalkan data. Uji normalitas data ditampilkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Data Penelitian p-value Kesimpulan
Kadar gula darah sewaktu pre test 0.010 Tidak Normal
Tabel 4.3 diperoleh data bahwa data kadar gula darah puasa mempunyai nilai
signifikan masing-masing 0.010 dan 0.006 yang nilainya lebih kecil dari 0.05 sehingga
data berdistribusi tidak normal. Oleh karena data berdistribusi tidak normal maka
dilakukan transformasi menormalkan data yang hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Transformasi Menormalkan Data Shapiro-Wilk
Data Penelitian p-value Kesimpulan
Kadar gula darah sewaktu pre test 0.147 Normal
Kadar gula darah sewaktu post test 0.118 Normal
Tabel 4.4 diperoleh data bahwa data kadar gula darah puasa mempunyai nilai
signifikan masing-masing 0.147 dan 0.118 yang nilainya lebih besar dari 0.05
sehingga data berdistribusi normal. Oleh karena data berdistribusi normal maka
pengujian hipotesis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji Paired Simple t
Test yang dapat dilihat pada tabel berikut :
31
Tabel 4.5 Pengaruh Senam Aerobik terhadap Gula Darah Sewaktu pada Pasien
DM Tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina
N Correlation Sig.
Tabel 4.5 diperoleh hasil uji paired simple t test pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik nilai p-value = 0.000 < 0.05,
maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa efektif antara senam aerobik
terhadap gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina
Balikpapan.
B. Pembahasan
Pada pembahasan tentang penelitian ini maka peneliti akan membahas tentang
hasil penelitian dengan dan penelitian sebelumnya yang mendukung atau berlawanan
dengan hasil penelitian. Pada bagian pertama akan membahas tentang hasil analisi untuk
variabel nilai kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik. Hasil
penelitian dapat diterapkan dan diaplikasikan pada praktek keperawatan
1. Analisa Univariat
a. Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum
Diberikan Intervensi Senam Aerobik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai kadar gula darah
sewaktu pada pre test sebesar 133.97 mg/dL, nilai standar deviasi sebesar 25
mg/dL dengan nilai kadar gula darah sewaktu terendah sebelum dilakukan senam
aerobik yang dimiliki responden sebesar 95 mg/dL dan nilai kadar gula darah
sewaktu tertinggi 194 mg/dL. Hal ini dapat diakibatkan oleh usia yang umumnya
tergolong usia dan jenis kelamin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyah
Astuti (2016) yang menghasilkan kesimpulan bahwa pengukuran kadar gula darah
puasa sebelum perlakuan didapatkan rata-rata sebesar 183,17 mg/dL, hasil
pengukuran kadar gula darah sebelum intervensi adalah sebesar 161,68 mg/dL.
Ada pengaruh signifikan senam aerobik terhadap kadar gula darah puasa
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 pada Kelompok prolanis UPT Puskesmas
Wonogiri 1.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo
(2012) yang menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata kadar gula darah sebelum
32
intervensi adalah sebesar 191,33 mg/dl dengan standar deviasi 20,76 melihat
perbandingan hasil rata-rata gula darah tersebut berarti sebelum dilakukan
tindakan kadar gula darah penderita diabetes mellitus rata-rata hampir memdekati
191,33 mg/dL.
Menurut Barmedh (2006) menyatakan bahwa aktivitas fisik mempunyai
hubungan bermakna dengan gangguan ekstermitas dimana aktivitas fisik yang
rendah, salah satunya tidak teratur berolahraga berisiko terjadi gangguan gerak.
Masalah lain yang sering terjadi terkait pengendalian gula darah adalah sering
terjadi kebosanan, tidak adanya motivasi dan keputusasaan. Kondisi tersebut
menurut teori Health Promotion Model perlu diberikan intervensi melalui edukasi,
supporting dari perawat, dengan menerapkan prinsip-prinsip teori Psikososial,
sehingga permasalahan kurangnya motivasi untuk menjaga kesehatan pada
pasien dapat diatasi.
b. Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sesudah
Diberikan Intervensi Senam Aerobik
Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata nilai kadar gula darah sewaktu
pada post test sebesar 125.85 mg/dL tergolong mempunyai kadar gula darah yang
cukup tinggi, nilai standar deviasi 27.162 dengan nilai kadar gula darah sewaktu
terendah sesudah dilakukan senam aerobik yang dimiliki responden sebesar 90
mg/dL dan nilai kadar gula darah sewaktu tertinggi sebesar 190 mg/dL.
Menurut WHO (2012), tingginya angka atau kadar gula darah
menunjukkan tingkat kesakitan yang terjadi. Tanda-tanda awal yang dirasakan
seperti banyak makan, banyak kencing, banyak minum dan seandainya dilakukan
pemeriksaan gula darah lebih lanjut akan menunjukkan adanya peningkatan.
Untuk menurangi kadar gula darah yang melampaui batas maksimal, maka
diperluka aktivitas fisik yang dalam hal ini adalah senam aerobik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina
(2014) yang menjelaskan bahwa rata-rata kadar gula darah sebelum intervensi
sebesar 192.60 mg/dL dan sesudah intervensi mengalami penurunan menjadi
sebesar 159,73 mg/dL. Nilai kadar gula darah yang rendah ini menggambarkan
terjadinya perbaikan nilai kadar gula darah setelah dilakukan senam aerobik.
Penurunan kadar gula darah menunjukkan terjadinya penurunan tingkat gangguan
diabetes, karena tingkat keparahan diabetes mellitus akan ditunjukkan dengan
adanya kadar gula darah yang semakin tinggi, melebihi nilai ambang batas normal.
Hasil penelitiian PERKENI (2011) yang menyebutkan bahwa kegiatan
jasmani sehari-sehri dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan Diabetes
33
Mellitus tipe 2 juga sejalan dengan penelitian ini. Disebutkan bahwa latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
senam aerobik, bersepeda santai, jogging, dan berenang dapat memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
2. Analisa Bivariat
Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan
Sesudah Diberikan Intervensi Senam Aerobik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan senam aerobik, rata-
rata kadar gula darah responden adalah 133.97 mg/dL, nilai standar deviasi sebesar
25.084. Kadar gula darah yang tinggi tersebut dikarenakan terjadinya hiperglikemi
akibat gangguan resistensi insulin dan gangguan pada sekresi insulin. Peningkatan
kadar gula darah ini juga disebabkan karena responden tidak mampu untuk
mengontrol atau menurunkan kadar gula darahnya agar tetap stabil. Faktor pencetus
dari peningkatan kadar gula darah tersebut akibat dari gaya hidup yang salah dan
kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, hasil penelitian ini perkuat oleh penelitian yang
dilakukan oleh yang menjelaskan bahwa ada pengaruh latihan fisik berupa senam
aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus tipe 2
(p=0,000). Perlu diketahui bahwa beberapa manfaat senam aerobik yaitu
meningkatkan fungsi jantung, meningkatkan kinerja paru-paru dan meningkatkan
stamina serta kekuatannya, meningkatkan koordinasi tubuh, khususnya yang sudah
memasuki usia renta, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah berbagai penyakit,
termasuk diabetes, kolesterol, tekanan darah tinggi dan lainnya, melawan depresi,
karena olahraga mampu meningkatkan perasaan menyenangkan pada seseorang,
membantu menurunka berat badan, aerobik membantu membentuk tubuh lebih
sempurna (Yanuaristya, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2. Kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat
dikendalikan dengan melakukan latihan jasmani (senam aerobik) secara teratur dan
kontinu karena pada saat istirahat ambilan glukosa oleh otot jaringan membutuhkan
insulin sedangkan pada saat otot aktif walaupun terjadi peningkatan kebutuhan
glukosa, tetapi kadar insulin tidak meningkat. Hal ini disebabkan karena peningkatan
kepekaan reseptor insulin otot dan pertambahan reseptor insulin otot pada saat
melakukan senam.
34
C. Keterbatasan Penelitian
1. Responden yang mengkonsumsi obat gula darah
Bagi yang mengkonsumsi obat gula darah, kemungkinan perubahan kadar
gula darah tidak dikarenakan hanya dengan melakukan senam aerobik, akan tetapi
bisa dikarenakan dari efek gula darah yang dikonsumsi responden sebelum
melakukan senam aerobik.
2. Peneliti tidak memiliki sertifikat senam aerobik
Dengan tidak adanya sertifikat senam aerobik, maka peneliti tidak bisa melatih
responden melakukan senam yoga, melainkan harus dipandu dengan instruktur
yang mempunyai sertifikat senam aerobik.
3. Rentang waktu yang berbeda
Pengukuran kadar gula darah tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan,
karena adanya keterbatasan alat yang digunakan. Seharusnya pengukuran
dilakukan 15 menit setelah melakukan senam. Namun dalam penelitian ini ada
beberapa responden yang dilakukan pengukuran lebih dari 15 menit.
D. Implikasi Keperawatan
Terapi senam aerobik merupakan salah satu terapi keperawatan yang efektif untuk
mengatasi masalah kadar gula darah sewaktu pada pasien dengan diabetes mellitus
tipe 2. Hasil penelitian ini dapat menambah keilmuan keperawatan khususnya di bidang
promosi kesehatan.
35
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu sebelum dilakukan
intervensi senam aerobik didapatkan data rata-rata sebesar 133.97
mg/dl.
2. Hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu sesudah dilakukan
intervensi senam aerobik didapatkan data rata-rata sebesar 125.85
mg/dl.
3. Hasil uji statistik dengan menggunakan paired sample t-test dapat
disimpulkan bahwa efektif antara senam aerobik terhadap kadar gula
darah sewaktu pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina
Balikpapan (p-value = 0.000).
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan para pendidik membekali peserta didiknya tentang
manfaat senam aerobik terhadap pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 agar
mampu memberikan penyuluhan kesehatan dan mampu
mempraktekkannya sehingga dapat menyampaikannya kepada
masyarakat luas. Karena masyarakat luas banyak yg kurang tau dan
memahami pentingnya manfaat dari senam aerobik itu sendiri. Senam
aerobik sebaiknya dilakukan secara rutin minimal setiap minggu sekali
dengan durasi waktu minimal 45 menit dan diadakan di fasilitas
kesehatan yg ada.
2. Bagi Perawat Poliklinik Ibnu Sina
Diharapkan Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan terus melakukan
kegiatan senam aerobik secara rutin tiap minggu. Karena melalui senam
secara teratur masyarakat diharapkan terbiasa hidup sehat dan
selanjutnya mau melakukan deteksi dini atau cek kesehatan (kadar gula
darah) di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan. Hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan bagi pihak Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan untuk menjadikan
senam aerobik sebagai salah satu alternatif senam atau terapi bagi
penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2
36