Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang
mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara di seluruh dunia. Diabetes
Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar gula darah
yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati,
nepropati, ganggren, dan lain lain (Mihardja, 2012). Kadar gula darah dapat
dikendalikan melalui diet, olah raga,dan obat-obatan. Upaya mencegah terjadinya
komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM dengan baik. Dimana sasaran dgn
kriteria nilai baik untuk diabetes diantaranya gula darah 80-200 mg/dl. Trigleserida
<150 mg/dl, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan tekanan darah ≤ 130/80 mmhg (Perkeni, 2012).
Data dari International Diabetes Federation (IDF) tingkat pervalensi global
penderita DM pada tahun 20128,4% dari populasi penduduk dunia, dan mengalami
peningkatan dari 382 juta kasus tahun 2013, meningkat menjadi 387 juta kasus pada
2014. Pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi55%
(592 juta) diantara usia penderita DM 40-59 tahun. Indonesia merupakan Negara
urutan ketujuh dengan kejadian Diabetes Mellitus tertinggi di dunia dengan jumlah 8,5
juta penderita (IDF, 2015).
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi
pada penderita Diabetes Mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu 1,1%
pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 sedangkan prevalensi Diabetes
Mellitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala tertinggi pada daerah Sulawesi
Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%) (Depkes RI,2013).
Pada saat ini, jumlah usia lanjut (lansia > 65 tahun) di dunia diperkirakan mencapai
450 juta orang (7% dari seluruh penduduk dunia), dan nilai ini diperkirakan akan terus
meningkat. Sekitar 50% lansia mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula
darah puasa normal.
Jenis olah olah raga yang di anjurkan pada pasien Deabetes mellitus adalah olah
raga aerobik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh
khususnya meningkatkan fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh. Aerobik, berenang,
jogging dan latihan bersepda merupakan olah raga yang sangat cocok untuk penderita
Diabetes Mellius Karena olah raga ini menggunakan otot-otot besar, pernapasan dan
jantung. Pada senam aerobik dengan gerakan variasi terutama gerakan dasar pada
2

kaki dan jalan dapat memenuhi criteria CRIPE (Continous, Rhythmical, Interval,
Progresif, dan Endurence). Senam aerobik secara berkelompok memberikan efek
rasa senang pada anggota dan juga memotivasi anggota lain untuk terus melakukan
secara kontinue dan teratur (Illyas,2007).
Merujuk data dari Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, penderita kasus Deabetes
Mellitus selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Mencapai 30% peningkatan
penderita Diabetes Mellitus di Kalimantan Timur yg terdiagnosis oleh Rumah Sakit.
Penderita Diabetes Mellitus pada tahun lalu (2016) laki laki mencapai 13.564 orang
dan pada perempuan mencapai 25.522 orang. Pada tahun ini (2017) penderita baru
diabetes Mellitus mencapai 3.974 orang pada laki laki dan pada perempuan mencapai
7.269 orang. Tingginya kasus Diabetes Mellitus di Kalimantan Timur khususnya
Diabetes Mellitus Tipe 2 dipengaruhi oleh pola hidup yang tidak sehat, Masyarakat
banyak mengkonsumsi gula, khususnya makanan tinggi karbohidrat, jarang olah raga
dan jarang makan sayur. ( Soeharsono KABID P2PL,2017)
Di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan sendiri penderita Diabetes Melitus cenderung
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan penderita diabetes mellitus dari tahun 2016-
2017 meningkat sebanyak 59%, ditunjukan dengan data rekam medik yang ada pada
tahun 2016 terdapat 25 pasien, sedangkan pada 2017 terjadi peningkatan yaitu 42
pasien. Senam aerobik yang dilaksanakan di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan biasanya
diadakan setiap 2 minggu sekali dengan membutuhkan waktu setiap kali senam
aerobik selama 45 menit dengan dilakukan gerakan pemanasan gerakan inti dan
gerakan pendinginan. Pada dasarnya peserta senam aerobik sangat semangat dan
antusius untuk mengikuti senam aerobik ini. Karena mereka merasa bahwa setelah
mengikuti senam aerobik rata-rata peserta merasakan efek yang segar pada tubuh
mereka.
Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik menentukan judul “Pengaruh
Senam Aerobik terhadap Gula Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan”.

B. Rumusan Masalah
Olahraga aerobik bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
tubuh khususnya fungsi dan efisiensi metabolisme tubuh. Berdasarkan uraian di atas
dapat di rumuskan masalah: “apakah ada pengaruh senam aerobik terhadap tingkat
kebugaran pasien diabetes mellitus di Poliklinik Ibnusina Balikpapan”.
3

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umun dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam
aerobik terhadap gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
poliklinik Ibnu Sina Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gula darah sewaktu pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sebelum
senam aerobik.
b. Mengidentifikasi gula darah sewaktu pasien Diabetes Mellitus tipe 2 sesudah
aerobik.
c. Menganalisis pengaruh antara senam aerobik terhadap gula darah sewaktu
pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan dan Instansi
kesehatan yang terkait tentang pentingnya senam aerobik terhadap penurunan
gula darah pada pasien DM tipe 2.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi lanjut dan sebagai bahan referensi/jurnal terkait tentang
program senam arobik.
b. Bagi Responden
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan kepada responden atau
masyarakat sekitar dan menumbuhkan motivasi untuk rajin melakukan senam
aerobik.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukkan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Penelitian Terkait
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dyah Astuti tahun 2016 tentang
pengaruh senam aerobik terhadap kadar gula darah puasa pada penderita Diabetes
Melitus tipe 2 pada kelompok prolanis di UPT Puskesmas Wonogiri 1, dengan
menggunakan metode penelitian pendekatan eksperimen semu/quesi experiment
didapatkan kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara senam aerobik
4

terhadap kadar gula darah puasa Diabetes Melitus tipe 2 pada kelompok prolanis UPT
Puskesmas Wonogiri 1. Hasil pengukuran gula darah puasa sebelum perlakuan rata-
rata sebesar 183,17 mg/dl dan setelah dilakukan perlakuan di dapatkan hasil rata-rata
sebesar 161,68 mg/dl.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Jeane Betty Kurnia Jusuf tahun 2013
tentang pengaruh aerobik terhadap tingkat kebugaran jasmani siswa putri kelas VII
SMP Kartika XII-I Mertoyudan Magelang, dengan metode penelitian pendekatan
eksperimen semu/quesi experiment didapatkan kesimpulan hasil yang signifikan dari
latihan senam aerobik terhadap kebugaran siswa putri kelas VII SMP Kartika XII-I
Mertoyudan Magelang.
Judul penelitian saya ini sangat berbeda sekali dengan kedua penelitian diatas.
Karena peneliti disini akan menyimpulkan apakah senam aerobik mempunyai
hubungan dengan tingkat kebugaran pasien Diabetes mellitus kalau penelitian diatas
menghubungkan pengaruh senam aerobik dengan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dan
melihat pengaruh senam aerobik dengan tingkat kebugaran siswa putri kelas VII SMP
Kartika XII-I.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Senam Aerobik
a. Pengertian
Senam dalam bahasa indonesia sebagai salah satu cabang olahraga yang
diterjemahkan langsung dari bahasa inggris “Gymnastics”. Sedangkan menurut
Agusta (2009), mendefinisikan senam sebagai suatu latihan tubuh yang terpilih
dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana disusun
secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, menge
mbangkan keterampilan dan, menanamkan nilai-nilai mental spiritual.
Aerobik adalah suatu cara latihan untuk memperoleh oksigen sebanyak-
banyaknya. Senam aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja
dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih sehingga melahirkan
ketentuan ritmis, kontinuitas dan durasi tertentu. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan jantung dan paru serta pembentukan tubuh dan juga
olahraga untuk peningkatan kesegaran jasmani bukan olahraga prestasi, akan
tetapi olahraga preventif yang dapat dilakukan secara masal (Hitachisulandari,
2008 dalam sari 2012).
Dalam arti harfiah “aerobik” berarti “dengan oksigen” yakni penggunaan
oksigen dalam pembuatan energy yang dilakukan oleh otot-otot. Aerobik adalah
jenis kegiatan fisik yang dilakukan pada tingkat intensitas sedang dalam jangka
waktu tertentu. Dalam hal ini oksigen digunakan untuk membakar lemak dan gula
untuk menghasilkan adenosine trifosfat yang merupakan pembawa dasar dari
energi di tingkat sel (Lynne, 2012).
Lemak dapat terbakar sempurna dengan bantuan oksigen selama latihan fisik.
Dengan senam aerobik memungkinkan sel otot tersuplai oksigen secara adekuat.
Aerobik adalah istilah umum yang digunakan untuk latihan yang menggabungkan
beberapa elemen olahraga aerobi, peregangan dan pelatihan kekuatan dengan
tujuan utama meningkatkan kemampuan (flexibilitas, kebugaran kardiovaskuler
dan kekuatan otot) seseorang. Aerobik saat ini telah berkembang menjadi sesuatu
yang dilakukan dengan berbagai gerakan seperti beberapa gerakan tari yang
mirip dengan gerakan olahraga (dinata,2007).
b. Macam-macam senam aerobic
Berdasarkan cara melakukan dan music pengiringnya, senam aerobik dapat
dibagi menjadi lima macam, antara lain sebagai berikut :
6

1) High impact aerobik (senam aerobik aliran/gerakan keras).


2) Low impact aerobik (senam aerobik aliran/gerakan ringan)
3) Discrobic (kombinasi antara gerakan-gerakan aerobik keras dan
ringan/disko).
4) Rockobic (kombinasi gerakan gerakan aerobik keras dan ringan serta
gerakan-gerakan rock and roll).
5) Aerobik sport (kombinasi antara gerakan-gerakan aerobik keras dan ringan
serta gerakan-gerakan melatih kelenturan/flexibilitas tubuh) (Akhiajun,2010).
c. Tahap-tahap melakukan senam aerobic
Tahap-tahap melakukan senam aerobik sebagai berikut:
1) Pemanasan selama 10 menit.
2) Latihan inti selama 15-20 menit.
3) Pendinginan selama 5 menit (Akhiajun, 2010)
d. Prosedur senam aerobik (Soepomo 2010)
1) Fase 1 latihan pemanasan.
Pemanasan (warming up) merupakan tahap awal sebelum melakukan senam
aerobik. Fase ini diawali dengan dengan kegiatan stretching,yaitu penguluran
otot-otot tubuh dan di lanjutkan dengan gerakan dinamis pemanasan. Tujuan
dari latihan ini adalah meningkatkan elastisitas otot dan ligmen di sekitar
persendian, sehingga dapat mencegah kemungkinan cidera yang berbahaya.
Selain itu, pemanasan juga dapat meningkatkan suhu tubuh dan denyut nadi,
untuk menyiapkan tubuh menghadapi latihan yang lebih intensif.
2) Fase II latihan inti
Latihan ini merupakan tahap utama dari keseluruhan senam aerobik. Aktifitas
yang dapat dilakukan adalah melakukan senam aerobik low impact, moderate
impact, high impact atau kombinasi, ketiga kategori tersebut (mix impact).
Intensitas latihan pada fase ini cukup tinggi dengan durasi 25-55 menit. Pada
fase inilah sasaran latihan harus tercapai, yaitu dengan mengetahui bahwa
latihan telah mencapai training zona. Training zona merupakan daerah ideal
denyut nadi dalam fase latihan. Jaungkauan training zona ini 60% - 90% dari
denyut nadi maksimal seseorang (DNM).
3) Fase III pendinginan
Pendinginan atau (cooling down) merupakan usaha untuk menurunkan
kondisi tubuh dari kerja dengan intensitas yang tinggi secara bertahap dan
teratur, agar kembali ke keadaan semula. Fase ini dilakukan selama 5-10
menit tergantung kebutuhan tiap individu. Cara melakukannya dengan tetap
7

melakukan kegiatan fisik dan intensitas yang paling rendah, dengan diiringi
musik yang nyaman, yaitu maat 3/4 atau 4/4 lambat.
e. Prosedur Senam Aerobik di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan
1) Pemanasan
a) Jalan di tempat (2x8 hitungan)
b) Jalan ditempat sambil tarik nafas dan buang nafas (2x8 hitungan).
c) Jalan ditempat, kepala tunduk tegak (1x8 hitungan)
d) Jalan ditempat, kepala menolah kekanan dank e kiri (1x8 hitungan).
e) Jalan di tempat, kepala rebah ke kanan dank e kiri (1x8 hitungan).
f) Jalan di tempat kepala di putar ke kanan dank e kiri (1x8 hitungan).
g) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu di putar kedepan (1x8
hitungan).
h) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu di putar kebelakang
(1x8 hitungan).
i) Jalan satu langkah ke samping kanan dan kiri bahu digerakkan naik turun
(2x8 hitungan).
j) Kaki di buka, lutut di tekuk, kedua tangan di dorong kedepan
(4x8hitungan).
k) Kaki di buka, lutut di tekuk, kedua tangan didorong ke atas (4x8
hitungan).
l) Kaki di buka, lutut ditekuk, kedua tangan digerakkan ke samping (4x8
hitungan).
m) Kaki dibuka, lutut ditekuk, kedua tangan ditekuk kemudian digerakkan ke
depan (4x8 hitungan).
n) Kaki di buka, lutut dan tangan ditekuk digerakkan bergantian ke kanan
dan ke kiri, naik dan turun (4x8 hitungan).
o) Kaki di buka, lutut kemudian di tekuk, tepuk di paha (2 hitungan) sambil
diselingi tepuk tangan (2 hitungan) sebanyak (4x8 hitungan).
p) Kaki di buka, kedua tangan di lambaikan ke atas 94x8 hitungan).
q) Kaki di buka, kedua tangan di gerakkan ke samping kanan dan kiri (4x8
hitungan).
r) Kaki di buka, kedua tangan di gerakkan ke atas dan ke bawah (2
hitungan) sebanyak 94x8 hitungan).
s) Tangan kiri di dorong ke kanan bergantian tangan kanan di dorong ke kiri
(1x4 hitungan). Kedua tangan di dorong ke kanan bergantian dengan
kedua tangan di dorong ke kiri (1x4 hitungan), dilakukan (4x8 hitungan).
8

t) Tangan kiri di dorong ke kanan atas bergantian dengan tangan kanan di


dorong ke kiri atas (1x4 hitungan). Kedua tangan di dorong ke atas (1x4
hitungan), lakukan (4x8 hitungan).
u) Tangan kanan lururs ke samping sedang tangan kiri di tekuk di depan
dada, digerakkan ke samping kanan dan kiri (1x4 hitungan), lakukan
secara bergantian.
v) Kedua tangan di tekuk di pinggang, gerakkan setengah lingkaran ke
kanan dan ke kiri (4x8 hitungan).
2) Latihan Inti
a) Kaki di buka ke dua tangan lurus ke samping, badan di gerakkan ke
samping kanan dan ke kiri (1x8 hitungan).
b) Kaki kanan di tekuk, kaki kiri lurus, tangan kanan di letakkan di atas paha,
tangan kiri lurus ke atas (gerakan menahan) (1x8 hitungan).
c) Badan hadap kanan, kaki kanan lurus ke belakang, kedua tangan lurus
ke depan (gerakan menahan) (1x8 tungan).
d) Badan hadap kanan, kaki kanan lurus ke belakang, kedua tangan
diletakkan dipaha kanan (gerakan menahan) 1x8 hitungan.
e) Badan menghadap ke kanan, kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk, tangan
kanan lurus kebawah menyentuh kaki kanan, tangan kiri lurus ke atas
(gerakan menahan) (1x8 hitungan).
f) Gerakan 1 sampai dengan 5 diulang bergantian arah.
g) Badan tegak menghadap ke depan kaki di buka, tangan kanan ditekuk
ke kiri tangan kiri menahan tangan kanan (1x8 hitungan).
h) Badan tegak menghadap ke depan kaki dibuka, tangan ditekuk
diletakkan diatas bahu kiri (1x8 hitungan).
i) Badan menghadap ke depan kaki di buka, tangan ke kanan ditekuk di
belakang kepala tangan kiri di belakang kepala menahan siku tangan
kanan (1x8 hitungan).
j) Gerakan 6 s/d 8 di ulang dengan tangan kiri.
k) Badan tegak kedua tangan dikaitkandi dorong ke belakang (1x8
hitungan).
l) Lutut di tekuk kedua tangan diatas paha badan miring ke kiri (1x8
hitungan), bergantian arah kekanan (1x8 hitungan).
m) Jalan di tempat kedua tangan di putar (hitungan pertama) tepuk 2x
(hitungan ke-2 dan ke-4 mengulang hitungan ke -1 dan ke -2 jalan di
tempat tangan kanan lurus ke depan (hitungan 5)tangan kiri lurus ke
9

depan (hitungan 6), kedua tangan diayun ke atas (hitungan 7), kedua
tangan diayun ke bawah sambil teriak ha…(hitungan 8).
n) Kaki satu langkah ke kanan dan ke kiri sambil kedua tangan di dorong ke
depan (1 s/d 4), tangan kanan di dorong ke kiri, tangan kiri dipinggang (2
hitungan) gerakan dilakukan bergantian (5 s/d 8 hitungan), diulang 4x8
hitungan.
o) Kaki dua langkah ke kanan dan ke kiri tangan di gerakkan lurus ke atas
(1 s/d 4 hitungan), satu langkah ke kanan dan ke kirike dua tangan di
tekuk di gerakkan ke depan dan samping (5 s/d 8 hitungan), di ulang 4x8
hitungan.
p) Kaki melangkah ke depan dan ke belakang kanan, kiri, buka, tutup
(easywalk) kedua tangan diayun bergantian ke kanan dan ke kiri (1 s/d
4 hitungan, diulang 4x8 hitungan, mendorong tumit menyentuh lantai
(heel touch) tangan di tekuk di dorong ke belakang (5 s/d 8 hitungan),
diulang 4x8 hitungan.
q) Kaki melangkah maju dan mundur 2 langkah (1 s/d 4 hitungan),
mengangkat kaki kanan dan kiri sebatas pangkal paha (knee up),
gerakan di ulang 4x8 hitungan.
r) Mengulang gerakan no. 1
s) Dua langkah serong kanan, depan, dan kiri tangan kanan lurus, tangan
kiri di pinggang (1 s/d 4 hitungan), dua langkah serong kanan, kiri dan ke
belakang, kedua tangan lurus (5 s/d 8 hitungan), diulang 4x8 hitungan.
t) Kaki melangkah maju dan mundur satu langkah (traveling) kedua tangan
diayun keatas (1 s/d 4 hitungan), mendorong kaki ke kanan dan ke kiri
(lunges) tangan diagonal sesuai arah badan (5 s/d 8 hitungan), di ulang
4x8 hitungan.
u) Satu langkah serong kanan kiri depan dan serong kanan kiri belakang
tangan di tekuk di gerakkan naik turun (1 s/d 4 hitungan), kaki
menendang ke kanan dan ke kiri (side kick) (5 s/8 hitungan), diulang 4x8
hitungan.
v) kaki dua langkah ke kanan dan ke kiri tangan di tekuk dan dorong ke
samping (1 s/d 4 hitungan), satu langkah ke samping kanan dan kiri
kedua tangan di tekuk di dorong ke samping kanan kiri bergantian (5 s/d
8 hitungan), diulang 4x8 hitungan.
w) Mengulang gerakan no. 1
3) Pendinginan
a. Badan tegak kedua tanganlurus ke atas(1x8 hitungan).
10

b. Badan tegak kedua tangan di belakang kepala sambil menunduk (1x8


hitungan).
c. Badan tegak kedua tangan di bawah dagu kepala tengadah ke atas (1x8
hitungan).
d. Badan tegak tangan kiri lurus kesamping tangan kanan memegang
kepala sambil di tarik kea rah kanan (1x8 hitungan), diulang bergantian
ke kiri (1x8 hitungan).
e. Kaki di buka selebar bahu, kedua tangan lurus ke samping digerakkan ke
kanan dan kiri (1x8 hitungan).
f. Kaki dibuka kedua tangan lurus ke samping, badan digerakkan ke
samping kanan dan kiri (1x8 hitungan).
g. Kaki kanan di tekuk kaki kiri lurus tangan kanan di letakkan diatas paha
tangan kiri lurus ke atas (gerakan menahan) (1x8 hitungan).
h. Badan hadap kanan, kaki kanan lurus ke belakang, kedua tangan lurus
ke depan (gerakan menahan) (1x8 hitungan).
i. Badan hadap kanan kaki kanan lurus ke belakang, kedua tangan
diletakkan di paha kanan (gerakan menahan) (1x8 hitungan).
j. Badan hadap kanan kaki kanan lurus kaki kiri ditekuk, tangan kanan lurus
ke bawah menyentuh kaki kanan, tangan kiri lurus ke atas (gerakan
menahan) (1x8 hitungan)
k. Gerakan 1 s/d 5 di ulang bergantian.
l. Kaki di buka lutut di tekuk tangan kanan dan kiridi dorong ke depan dari
bawah ke atas (1 s/d 4 hitungan), kedua tangan lurus ke samping kanan
dan kiri (5 s/d 6 hitungan), kedua tangan lurus ke bawah (7 s/d 8
hitungan), diulang (2x8 hitungan).
m. Badan tegak tangan digerakkan ke atas dan bawah sambil tarik nafas
lalu buang nafas (4x8 hitungan).
f. Manfaat senam aerobic
Manfaat senam aerobik itu sendiri adalah :
a) Dapat membakar lemak yang berlebuhan pada tubuh dan paru-paru.
b) Jika berlatih dengan ringan, terutama yang bertubuh langsing atau kurus,
akan meningkatkan nafsu makan dan ika berlatih dengan berat akan
mnekan rasa lapar, karena darah banyak beredar di daerah otot yang
aktif dan bukan daerah perut
c) Jika berlatih dengan intensitas tinggi dapat merupakan salah satu
program penurunan berat badan
11

d) Mencegah penyakit menyerang tubuh, serta bisa menghilangkan


kebiasaan buruk, misalnya merokok.
e) Meningkatkan kelenturan, keseimbangan, koordinasi, kontrol tubuh, dan
irama

2. Kadar Gula Darah


a. Pengertian
Kadar gula darah adalah tingkat glukosa di dalam darah Konsentrasi gula
darah atau tingkat glukosa serum diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa
yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh
(Wikipedia, 2012). Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di
hati dan otot rangka (Joyce LeeFever, 2007).
b. Macam-macam Pemeriksaan Gula Darah
1) Gula darah sewaktu
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang
tersebut (Depkes RI, 2007).
2) Gula darah puasa dan 2 jam setelah makan
Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang
dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan
pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang
dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan (Depkes
RI, 2007).
c. Nilai Normal Kadar Gula Darah
Nilai normal kadar gula darah dalam darah dapat dihitung dengan
berbagai cara dan kriteria yang berbeda. Berikut ini tabel penggolongan
kadar glukosa dalam darah dengan metode enzimatik.
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dengan metode enzimatik
Kriteria Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa < 110 mg/dl 110-199 mg/dl 200 mg/dl
plasma vena
Kadar glukosa < 90 mg/dl 90-199 mg/dl 200 mg/dl
darah kapiler
Sumber: Dalimartha (2007)
12

Tabel 2.2 Kriteria DM berdasarkan nilai diagnostik kadar glukosa darah


secara enzimatik setelah beban glukosa

Kriteria Plasma vena Darah kapiler


Diabetes mellitus
 Puasa ≥ 126 mg / dl ≥ 100 mg / dl
 2 jam pp ≥ 200 mg / dl ≥ 200 mg / dl
Toleransi glukosa
terganggu
 Puasa 110 – 125 mg / dl 90 – 109 mg / dl
 2 jam pp 140 – 199 mg / dl 140 – 199 mg / dl
Sumber: Dalimartha (2007)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah


1) Diet
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
usia, penyakit lain, makanan, latihan fisik, obat hipoglikemia oral,
insulin, emosi dan stress. Makanan atau diet merupakan faktor utama
yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah pada
pasien diabetes terutama setelah makan (Holt, 2010). Respon
peningkatan kadar glukosa darah setelah makan berhubungan
dengan sifat monosakarida yang diserap, jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi, tingkat penyerapan dan fermentasi kolon (Wolever,
2008).

2) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang juga dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik merupakan gerakan
yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang memerlukan energi
melebihi pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan
bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan
gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan
kebugaran fisik (Sigal, 2006). Selama melakukan latihan otot menjadi
lebih aktif dan terjadi peningkatan permiabilitas membran serta
adanya peningkatan aliran darah akibatnya membran kapiler lebih
banyak yang terbuka dan lebih banyak reseptor insulin yang aktif dan
terjadi pergeseran penggunaan energi oleh otot yang berasal dari
sumber asam lemak ke penggunaan glukosa dan glikogen otot.
Aktivitas fisik meningkatkan transport glukosa melalui Glucose
Transporter-4 (GLUT-4) ke dalam membran sel yang memungkinkan
terajadinya mekanisme peningkatan AMP otot. AMP kinase
13

menyebabkan perubahan metabolisme termasuk metabolisme


glukosa sehingga dengan meningkatnya intensitas dan durasi latihan
akan lebih banyak menggunakan pemecahan karbohidrat (Sigal,
2006). Pada fase pemulihan setelah aktivitas terjadi proses pengisian
kembali cadangan glikogen otot dan hepar yang berlangsung sampai
12-72 jam sesuai dengan berat dan ringannya latihan yang dilakukan
(Soegondo, Soewondo, Subekti 2009).
3) Penggunaan obat
Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh
penggunaan obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin.
Mekanisme kerja obat dalam menurunkan kadar glukosa darah
antara lain dengan merangsang kelenjar pankreas untuk
meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi glukosa
dalam hepar, menghambat pencernaan karbohidrat sehingga dapat
mengurangi absorpsi glukosa dan merangsang reseptor. Insulin
yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis
yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas
yang ditunjukan dengan adanya perbaikan fungsi sel beta pankreas
(Sudoyo dkk, 2007).
4) Stress
Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah
karena stress menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan
ephinefrin, ephinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam
menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesis di dalam hati
sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosa ke dalam
darah dalam beberapa menit (Guyton and Hall, 2007). Hal ini yang
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah pada saat stress
atau tegang. Penyakit ini hanya dapat dikendalikan saja tanpa bisa
diobati dan komplikasi yang ditimbulkan juga sangat besar seperti
penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal dan
kerusakan sistem syaraf (Dhania, 2009).
14

3. Diabetes Mellitus
a. Pengertian
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi
kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).
Penyakit Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan menjadi Diabetes Mellitus
tipe 1 (IDDM), Diabetes Mellitus tipe 2 (NIDDM), Diabetes Mellitus Gestasional
(Diabetes Mellitus dalam kehamilan) dan Diabetes Mellitus tipe spesifik lain
seperti cacat genetik fungsi sel beta, cacat genetik kerja insulin, endokrinopati,
penyakit eksokrin pankreas, obat/diinduksi secara kimia dan infeksi (Price &
Wilson, 2006).
Menurut American Diabetes Assosiation (ADA, 2010), Diabetes Mellitus
(DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan
pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut dan menurunkan risiko
komplikasi jangka panjang.
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat penurunan sekresi insulin progresif atau dilatarbelakangi oleh
resistesni insulin. Biasanya penyakit ini disebut dengan “Penyakit
Gula”.Dikatakan penyakit gula karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa
atau gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Kadang juga disebut
penyakit “Kencing Manis” karena di dalam air kencing penderita memang
terdapat gula, yang dalam keadaan normal seharusnya tidak ada (Darmansyah,
2013).
15

b. Klasifikasi Diabetes Mellitus


Tabel 2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Destruksi sel β, umumnya menjurus ke defisiensi
Diabetes Mellitus Tipe 1 insulin absolut
1) Autoimun
2) Idiopatik
Bervariasi, mulai yang dominan resitensi insulin
disertai defisiensi insulin relative sampai yang
Diabetes Mellitus Tipe 2
dominan defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin
1) Defek genetik fungsi sel β
2) Defek genetik kerja insulin
3) Penyakit eksokrin pankreas
4) Endokrinopati
Diabetes Mellitus Tipe lain 5) Karena obat / zat kimia
6) Sebab imunologi yang jarang
7) Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM

Keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang


Diabetes Mellitus timbul pada masa kehamilan, dan biasanya hanya
Gestasional berlangsung sementara.
Sumber : Perkeni 2011

c. Etiologi
1) Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin dan ditandai dengan penghancuran
sel–sel beta pankreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya diabetes tipe I
b) Faktor imunologi (autoimun)
c) Faktor lingkungan : virus atau toksik tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta
2) Diabetes Mellitus Tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 :
usia, obesitas, riwayat, dan keluarga.
d. Patofisiologi
Diabetes mellitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin
secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”.
Resistensi insulin banyak terjadi akibat obesitas, kurang aktifitas fisik, dan
penuaan. Pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi
glukosa hepatic yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel β
16

Langerhans secara otoimun seperti Diabetes Mellitus tipe 1. Defisiensi fungsi


insulin pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut
(Depkes, 2005).
Pada awal perkembangan Diabetes Mellitus tipe 2, sel-sel β menunjukkan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel β pankreas.
Kerusakan sel-sel β pankreas yang terjadi secara progresif seringkali akan
mengakibatkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin
(Depkes, 2005).
e. Gejala
Pasien – pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan
karbohidrat, Jika hiperglikeminya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini,
maka timbul glukosuria. Glikosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang dapat mengakibatkan poliuria dan polidipsia. Karena glukosa hilang
bersama urine, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negative dan berat
badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan
timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
Pada pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 mungkin sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun, dan diagnosis hanya hanya dibuat berdasarkan
pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa.
Biasanya mereka tidak meengalami ketoasidosis karena pasien ini tidak
defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif. Gejala diabetes mellitus
dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik.
1) Gejala Akut Diabetes Mellitus
Gejala penyakit Diabetes Mellitus dari satu penderita ke penderita lain
bervariasi bahkan, mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat
tertentu. Pada permulaan gejala yaitu :
a) Banyak makan (poliphagia)
b) Banyak minum (polidipsia)
c) Banyak kencing (poliuria)
Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala :
a) Banyak minum
b) Banyak kencing
17

c) Nafsu makan mulai berkurang / BB turun dengan cepat (turun 5-10 kg


dalam waktu 2-4 minggu)
d) Mudah lelah
e) Bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan
jatuh koma, yang disebut dengan koma diabetik
2) Gejala Kronik Diabetes Mellitus
a) Kesemutan
b) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum
c) Rasa tebal di kulit
d) Kram
e) Kelelahan
f) Mudah mengantuk
g) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
h) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita
i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j) Kemampuan seksual menurun bahkan impotensi
k) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (Darmono
dalam Hastuti, 2008).

3. LandasanTeori
Penelitian Pengaruh senam aerobik terhadap gula darah sewaktu pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 di poliklinik Ibnu Sina Balikpapan sesuai dengan Self-Care
Deficit Theory of Nursing yang dikembangkan oleh Dorothea Orem. Teori ini terdiri
dari tiga teori umum yang saling berkaitan, yaitu :
A. The Theory of Self-Care
Untuk memahami tentang teori perawatan diri, perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai konsep dasar perawatan diri (self-care), kemampuan perawatan
diri (self-care agency), faktor yang mempengaruhi perawatan diri (basic
conditioning factors), dan terapi kebutuhan perawatan diri (therapeutic self-
care demand).
Perawatan diri (self-care) adalah pelaksanan aktivitas individu yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam mempertahankan hidup,
kesehatan dan kesejahteraan. Jika perawatan diri dapat dilakukan dengan
efektif, maka dapat membantu individu dalam mengembangkan potensi
dirinya. (Orem, 1991)
18

Kemampuan perawatan diri (self-care agency) adalah kemampuan


individu untuk terlibat dalam proses perawatan diri. Kemampuan ini berkaitan
dengan faktor pengkondisian perawatan diri (basic conditioning factor) yang
terdiri dari faktor usia, jenis kelamin, status kesehatan, orientasi sosial
budaya, sistem perawatan kesehatan, kebiasaan keluarga, pola hidup, faktor
lingkungan dan keadaan ekonomi.
Terapi kebutuhan perawatan diri (therapeutic self-care demand), yaitu
tindakan yang dilakukan sebagai bantuan untuk memenuhi syarat perawatan
diri. Teori self-care tidak terlepas dari syarat perawatan diri (self-care
requisites), yaitu aspek yang menentukan tingkat pemenuhan perawatan diri.
Self-care requisites terdiri dari tiga kategori ;
1) Universal self-care requisite
Aspek universal ini berhubungan dengan proses hidup atau kebutuhan
dasar manusia, yaitu :
a) Pemeliharaan kebutuhan udara/oksigen
b) Pemeliharaan kebutuhan air
c) Pemeliharaan kebutuhan makanan
d) Perawatan proses eliminasi dan ekskresi
e) Pemeliharaan keseimbangan aktivitas dan istirahat
f) Pemeliharaan keseimbangan privasi dan interaksi sosial
g) Pencegahan resiko yang mengancam kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan
h) Peningkatan kesehatan dan pengembangan potensi dalam
hubungan sosial
2) Developmental self-care requisites
Berbeda dengan universal self-care requisites, developmental self-care
requisites terbentuk oleh adanya :
a) Perbekalan kondisi yang meningkatkan pengembangan
b) Keterlibatan dalam pengembangan diri
c) Pengembangan pencegahan dari efek yang mengancam kehidupan
d) Pengembangan aspek perawatan diri berhubungan dengan pola
hidup individu yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya.
3) Health deviation self-care
Perawatan diri berkaitan dengan penyimpangan kesehatan. Timbul akibat
adanya gangguan kesehatan dan penyakit. Hal ini menyebabkan
perubahan kemampuan individu dalam proses perawatan diri.
19

b. The Theory of Self-Care Deficit


Teori ini merupakan inti dari teori keperawatan Orem. Teori ini
mengambarkan kapan keperawatan dibutuhkan. Keperawatan diperlukan
ketika individu tidak mampu atau mengalami keterbatasan dalam memenuhi
syarat perawatan diri yang efektif. Keperawatan diberikan jika “tingkat
kemampuan perawatan diri lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan
perawatan diri atau kemampuan perawatan diri seimbang dengan kebutuhan
namun hubungan deficit dapat terjadi selanjutnya akibat penurunan
kemampuan, peningkatan kualitas dan kuantitas kebutuhan atau keduanya”.

Bagan 2.1 Konseptual model “Theory of Self-Care Deficit”.


(R=relationship;<=deficit relationship).

c. The Theory of Nursing System


Nursing system adalah bagian dari pertimbangan praktek keperawatan
yang dilakukan oleh perawat berdasarkan koordinasi untuk mencapai kebutuhan
perawatan diri (self-care demand) pasiennya dan untuk melindungi dan
mengontrol latihan/pengembangan dari kemampuan perawatan diri pasien (self-
care agency). (Orem, 2001)
Orem (1991) mengidentifikasi tiga klasifikasi dari sistem keperawatan
berdasarkan kemampuan pasien dalam mencapai syarat pemenuhan perawatan
diri.
1) Wholly Compensatory System
Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan kompensasi
penuh kepada pasien disebabkan karena ketidakmampuan pasien dalam
memenuhi tindakan keperawatan secara mandiri.
20

2) Partly Compensatory System


Yaitu sistem keperawatan dalam memberikan perawatan diri kepada pasien
secara sebagian saja dan ditujukan pada pasien yang memerlukan bantuan
secara minimal.
3) Supportive-Educative System
Yaitu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk memberikan dukungan
dan pendidikan agar pasien mampu melakukan perawatan mandiri.

Bagan 2.2 Basic Nursing System. Sumber: Ann M. Tomey & Martha R. Alligood
(2002). Nursing Theorist and Their Work. United State of America :
Mosby Elsevier
21

B. Kerangka Teori
Secara skematis kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :

Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian


22

C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas maka dapat digambarkan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :

Variabel dependen Variabel Independen Variabel Dependen

Gula darah sewaktu Gula darah sewaktu


Senam Aerobik
post test
Pre test

Bagan 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, Patokan duga,
atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
(Notoatmojo, 2010).
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu
hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis alternative
menyatakana adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipoteis nol
menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variable, atau tidak ada
perbedaan variable X terhadap variable Y (Arikunto, 2010). Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada pengaruh antara senam aerobik terhadap gula darah sewaktu
sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik
23

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan eksperimen semu/quasi
eksperimen yaitu rancangan percobaan tidak murni dengan penelitian uji klinis tetapi
melakukan perlakuan tehnik pendatan dengan terapi non farmakologi dengan
melakukan senam aerobik pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (Sugioyono, 2009).
Penelitian ini menggunakan rancangan one-group pretest-posttes design dengan
pengamatan pada satu kelompok diberikan perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
Hal ini dapat digambarkan seperti tampak pada gambar 3.1. berikut
Subjek Pre Perlakuan Post
K O X OX
Keterangan :
K: Subjek, yaitu pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
O: Tahap pengukuran kadar gula darah sewaktu sebelum melakukan
senam aerobik.
X: Tahap perlakuan, yaitu saat responden melakukan senam aerobik.
OX: Tahap pengukuran kadar gula darah sewaktu sesudah melakukan
senam aerobik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 pada kelompok
Prolanis di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan yang berjumlah 96 pasien.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
(Arikunto, 2010). Besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
ditentukan dengan Rumus (Riyanto, 2011) :
24

𝑁. 𝑍 2 . 𝑃 (1 − 𝑃)
𝑛=
𝑁. 𝑑2 + 𝑍 2 𝑃 (1 − 𝑃)
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
D : besar penyimpangan 0.05
P : proporsi kejadian, jika belum diketahui = 0.5
Z : tingkat kepercayaan 95% = 1.96
Besar sampel dalam penelitian ini adalah :

42. (1,96)2 . 0,5 (1 − 0,5)


𝑛=
42. (0.05)2 + (1.96)2 0.5 (1 − 0.5)

42 . 3,8416 . 0,5 (0,5)


𝑛=
42. (0,0025) + 3,8416 . 0,5 (0,5)

161 . 0,25
𝑛=
0,24 + 0,9604
40
𝑛=
1,2004
𝑛 = 33 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik purposive
sampling menentukan sampel terlebih dahulu dengan syarat iklusi dan eksklusi.
Pembagian sampel berdasarkan tujuan tertentu yang tidak menyimpang dari kriteria
yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria yang menjadi responden
adalah :

a. Kriteria inklusi
1) Semua pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang hadir untuk mengikuti senam
aerobik.
2) Bersedia untuk menjadi responden.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Independen (bebas)
Variabel bebas dari penelitian ini adalah senam aerobik.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel terikat dari penelitian ini adalah kadar gula darah sewaktu.
3. Definisi Operasional
25

Tabel 3.1 Definisi Operasional, Alat Ukur, Indikator Penilaian dan Skala Ukur
Definisi Indikator
No Variabel Alat Ukur Skala
Operasional Penilaian
Gerakan tubuh
yang dilakukan
beberapa tahap
Senam mulai dari
1 SOP - Nominal
aerobik pemanasan,
latihan inti
diakhiri
pendinginan.
Jumlah
Kadar gula kandungan
ACCU
darah dalam plasma
PRESS Hasil
2 sewaktu darah saat Rasio
Form GDS
sebelum sesudah diukur
GDS
aerobik dengan alat
ukur kimia darah
Jumlah
Kadar gula kandungan
ACCU
darah dalam plasma
PRESS Hasil
3 sewaktu darah saat Rasio
Form GDS
setelah sesudah diukur
GDS
aerobik dengan alat
ukur kimia darah

E. Sumber Data dan Instrumen Penelitian


1. Sumber Data
Proses pengambilan data dilakukan dengan mendata pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 pada kelompok prolanis di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan. Peneliti menemui
anggota prolanis dan memperkenalkan diri sebagai responden. Langkah awal
memberikan informasi bahwa aka ada penelitian dari mahasiswa S1 Keperawatan
Wiyata Husada Samarinda. Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui apakah efektif senam aerobik terhadap gula darah sewaktu
pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 pada kelompok prolanis di Poliklinik Ibnu Sina
Balikpapan. Selanjutnya peneliti menyampaikan lembar permohonan menjadi
responden. Responden diminta kesediaannya untuk menjadi responden dalam
penelitian dengan menandatangani lembar perstujuan menjadi responden.
Setelah pretest, senam aerobik, dan post test dilakukan rekapitulasi data.
Rekapitulasi dilakukan dari masing-masing perlakuan tersebut untuk dilakukan
pengujian data.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Alat ukur kimia darah (Accu Press) oleh perawat pelaksana.
b. Lembar observasi tentang kadar gula darah sebelum dan sesudah tindakan
senam aerobik.
26

c. Bolpoint.
d. Kertas dan Note book.
e. CD senam aerobic low impact.
f. SPO pemeriksaan gula darah dari Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan.
g. SPO senam aerobik dari Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data yang akan dilakukan untuk menilai pengaruh senam aerobik
terhadap gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2 digunakan
perhitungan statistik. Teknik analisa yang digunakan melalui analisa univariat dan
bivariat. Sebelum dilakukan analisa univariat dan bivariate maka perlu dilakukan uji
normalitas untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok berdistribusi normal
atau tidak.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data empiric di dapatkan
dari lapangan itu sesuai dengan distribusi teoritik tertentu (Sugiyono, 2010). Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan alat uji karena dalam Shapiro-wilk
penelitian ini jenis datanya berbentuk numerik atau rasio (Dahlan, 2010). Untuk
melakukan uji Shapiro-wilk, dapat memanfaatkan fasilitas menu Explore yang
terdapat dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan dalam uji Shapiro-
wilk normalitas ini adalah :
a. Jika nilai P≥0,05, berarti data berdistribusi normal.
b. Jika nilai P<0,05, berarti data tidak berdistribusi normal.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat di gunakan untuk mempengaruhi pengaruh antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Untuk menguji hipotesis dan menganalisa data
yang diperoleh, menggunakan beberapa uji paired sample t-test (Notoatmojo,
2010). Paired sample t-test adalah alat analisis atau alat uji hipotesis yang
digunakan untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dalam hal ini skor kadar
gula darah sewaktu sebelum dan setelah melakukan senam aerobik.

G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan pemohonan ijin kepada
pihak Management Poliklinik Ibnu Sina untuk mendapatkan persetujuan, kemudian
kuesioner dibagikan ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika
meliputi :
27

a. Autonomy (Otonomi)
Setiap penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang mengikuti senam aerobik diberi
kebebasan dalam memutuskan ketersediaannya untuk menjadi responden
penelitian tanpa ada paksaan dari siapapun.
b. Confidentiality (Kerahasiaan)
Untuk menjaga kerahasiaan dalam penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan
nama, akan tetapi identitas dilakukan dengan pemberian kode berupa angka 1 -
33. Informasi yang dikumpulkan peneliti dijamin kerahasiaannya. Lembar format
pengumpulan data yang sudah terisi disimpan dan hanya peneliti yang bisa
mengaksesnya.
c. Lembar persetujuan (Informed consent)
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaan
penelitian ini responden diberikan lembar persetujuan menjadi responden.
Sebelum menyetujui lembar persetujuan tersebut, peneliti memberi penjelasan
tentang tujuan, manfaat, prosedur, resiko penelitian serta hak responden dan
waktu pelaksanaannya. Sehingga dengan mendapatkan penjelasan tersebut
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang mengikuti senam aerobik yang bersedia
untuk menjadi responden selanjutnya menandatangani inform consent sebagai
pernyataan persetujuan.
d. Non Maleficience (Tidak merugikan)
Penelitian dilakukan tanpa menyakiti atau melukai perasaan responden.
Meyakinkan responden bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang
diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang bisa merugikan responden
dengan cara memberikan pemahaman tentang maksud dan tujuan penelitian.
e. Justice (Keadilan)
Dalam pelaksanaan penelitian ini responden diperlakukan secara adil baik
sebelum, selama dan sesudah selama keikutsertaan dalam penelitian tanpa ada
diskriminasi pada masing-masing responden.
f. Fidelity (Menepati janji)
Peneliti tetap menjaga kesetiaan untuk tetap berkomitmen dan menepati janji yang
telah disepakati dalam pelaksanaan penelitian serta tetap menjaga kerahasiaan
tentang identitas dan informasi yang didapat dari responden.
28

H. Alur Penelitian
Alur penelitian yang direncanakan peneliti adalah sebagai berikut :

Laporan Tugas Akhir

Ha : Pengaruh senam aerobik terhadap gula darah sewaktu pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan

Populasi

Seluruh pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan

Sampel

Porposive sampling
Instrumen Penelitian
( 95responden)
Direktur Poliklinik Ibnu Team Pengurus
Mengurus Surat Ijin
Sina Balikpapn prolanis POLIKLINIK
Penelitian Di STIKES
WHS Ibnu Sina Balikpapan

Komite
keperawatan Pengumpulan
Poliklinik Ibnu data
Sina Balikpapan

Variabel Independen Variabel Dependen

Senam Aerobik Kadar gula darah


sewaktu

Analisa Data

Kesimpulan / hasil
penelitian

Bagan 3.1 Skema Alur Penelitian


29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan berada di Jalan Ahmad Yani No. 252 Kelurahan
Muara Rapak Kecamatan Balikpapan Utara Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan
Timur. Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan merupakan salah satu klinik swasta di
Balikpapan yang berdiri tahun . Status kepemilikan tanah adalah milik PT. Pertamina
RU-V Balikpapan dengan luas bangunan 1.778.296 m2 dan luas tanah 4.135.137 m2.
2. Analisa Univariat
a. Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 pada
Kelompok Prolanis Sebelum Dilakukan Senam Aerobik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besaran nilai kadar gula
darah sewaktu (gds) penderita diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok prolanis
sebelum dilakukan senam aerobik dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Deskripsi Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 pada Kelompok Prolanis Sebelum Dilakukan Senam
Aerobik
Kadar GDS Mean SD Minimun (gr/dl) Maksimum (gr/dl)
sebelum senam
aerobik
133.97 25 95 194

Tabel 4.1 diperoleh rata-rata nilai kadar gds penderita diabetes mellitus tipe
2 pada saat sebelum senam aerobik (pre test) sebesar 133.97 mg/dl. Nilai standar
deviasi sebesar 25, adapun nilai kadar gula darah sewaktu terendah sebelum
dilakukan senam aerobik yang dimiliki responden sebesar 95 gr/dl dan nilai kadar
gula darah tertinggi yang dimiliki responden sebesar 194 gr/dl.

b. Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Kelompok
Prolanis Setelah Dilakukan Senam Aerobik
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa besaran nilai kadar gula
darah sewaktu (gds) penderita diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok prolanis
sebelum dilakukan senam aerobik dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Deskripsi Kadar Gula Darah Puasa Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 pada Kelompok Prolanis Setelah Dilakukan Senam Aerobik
Kadar GDS Mean SD Minimun (gr/dl) Maksimum (gr/dl)
setelah senam
aerobik
30

125.85 27 90 193
Tabel 4.2 diperoleh rata-rata nilai kadar gds penderita diabetes mellitus tipe
2 pada saat sebelum senam aerobik (post test) sebesar 125.85 mg/dl. Nilai
standar deviasi sebesar 27, adapun nilai kadar gula darah sewaktu terendah
sebelum dilakukan senam aerobik yang dimiliki responden sebesar 90 gr/dl dan
nilai kadar gula darah tertinggi yang dimiliki responden sebesar 193 gr/dl.
3. Analisa Bivariat
Pengaruh Senam Aerobik terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien DM
Tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi tidak normal kemudian dilakukan
transformasi menormalkan data. Uji normalitas data ditampilkan dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Data Penelitian p-value Kesimpulan
Kadar gula darah sewaktu pre test 0.010 Tidak Normal

Kadar gula darah sewaktu post test 0.006 Tidak Normal

Tabel 4.3 diperoleh data bahwa data kadar gula darah puasa mempunyai nilai
signifikan masing-masing 0.010 dan 0.006 yang nilainya lebih kecil dari 0.05 sehingga
data berdistribusi tidak normal. Oleh karena data berdistribusi tidak normal maka
dilakukan transformasi menormalkan data yang hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Transformasi Menormalkan Data Shapiro-Wilk
Data Penelitian p-value Kesimpulan
Kadar gula darah sewaktu pre test 0.147 Normal
Kadar gula darah sewaktu post test 0.118 Normal

Tabel 4.4 diperoleh data bahwa data kadar gula darah puasa mempunyai nilai
signifikan masing-masing 0.147 dan 0.118 yang nilainya lebih besar dari 0.05
sehingga data berdistribusi normal. Oleh karena data berdistribusi normal maka
pengujian hipotesis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji Paired Simple t
Test yang dapat dilihat pada tabel berikut :
31

Tabel 4.5 Pengaruh Senam Aerobik terhadap Gula Darah Sewaktu pada Pasien
DM Tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 GDSPre & GDSPost 33 .898 .000

Tabel 4.5 diperoleh hasil uji paired simple t test pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik nilai p-value = 0.000 < 0.05,
maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa efektif antara senam aerobik
terhadap gula darah sewaktu pasien diabetes mellitus tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina
Balikpapan.

B. Pembahasan
Pada pembahasan tentang penelitian ini maka peneliti akan membahas tentang
hasil penelitian dengan dan penelitian sebelumnya yang mendukung atau berlawanan
dengan hasil penelitian. Pada bagian pertama akan membahas tentang hasil analisi untuk
variabel nilai kadar gula darah sebelum dan sesudah dilakukan senam aerobik. Hasil
penelitian dapat diterapkan dan diaplikasikan pada praktek keperawatan
1. Analisa Univariat
a. Kadar Gula Darah Sewaktu Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum
Diberikan Intervensi Senam Aerobik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai kadar gula darah
sewaktu pada pre test sebesar 133.97 mg/dL, nilai standar deviasi sebesar 25
mg/dL dengan nilai kadar gula darah sewaktu terendah sebelum dilakukan senam
aerobik yang dimiliki responden sebesar 95 mg/dL dan nilai kadar gula darah
sewaktu tertinggi 194 mg/dL. Hal ini dapat diakibatkan oleh usia yang umumnya
tergolong usia dan jenis kelamin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dyah
Astuti (2016) yang menghasilkan kesimpulan bahwa pengukuran kadar gula darah
puasa sebelum perlakuan didapatkan rata-rata sebesar 183,17 mg/dL, hasil
pengukuran kadar gula darah sebelum intervensi adalah sebesar 161,68 mg/dL.
Ada pengaruh signifikan senam aerobik terhadap kadar gula darah puasa
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 pada Kelompok prolanis UPT Puskesmas
Wonogiri 1.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo
(2012) yang menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata kadar gula darah sebelum
32

intervensi adalah sebesar 191,33 mg/dl dengan standar deviasi 20,76 melihat
perbandingan hasil rata-rata gula darah tersebut berarti sebelum dilakukan
tindakan kadar gula darah penderita diabetes mellitus rata-rata hampir memdekati
191,33 mg/dL.
Menurut Barmedh (2006) menyatakan bahwa aktivitas fisik mempunyai
hubungan bermakna dengan gangguan ekstermitas dimana aktivitas fisik yang
rendah, salah satunya tidak teratur berolahraga berisiko terjadi gangguan gerak.
Masalah lain yang sering terjadi terkait pengendalian gula darah adalah sering
terjadi kebosanan, tidak adanya motivasi dan keputusasaan. Kondisi tersebut
menurut teori Health Promotion Model perlu diberikan intervensi melalui edukasi,
supporting dari perawat, dengan menerapkan prinsip-prinsip teori Psikososial,
sehingga permasalahan kurangnya motivasi untuk menjaga kesehatan pada
pasien dapat diatasi.
b. Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sesudah
Diberikan Intervensi Senam Aerobik
Hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata nilai kadar gula darah sewaktu
pada post test sebesar 125.85 mg/dL tergolong mempunyai kadar gula darah yang
cukup tinggi, nilai standar deviasi 27.162 dengan nilai kadar gula darah sewaktu
terendah sesudah dilakukan senam aerobik yang dimiliki responden sebesar 90
mg/dL dan nilai kadar gula darah sewaktu tertinggi sebesar 190 mg/dL.
Menurut WHO (2012), tingginya angka atau kadar gula darah
menunjukkan tingkat kesakitan yang terjadi. Tanda-tanda awal yang dirasakan
seperti banyak makan, banyak kencing, banyak minum dan seandainya dilakukan
pemeriksaan gula darah lebih lanjut akan menunjukkan adanya peningkatan.
Untuk menurangi kadar gula darah yang melampaui batas maksimal, maka
diperluka aktivitas fisik yang dalam hal ini adalah senam aerobik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erlina
(2014) yang menjelaskan bahwa rata-rata kadar gula darah sebelum intervensi
sebesar 192.60 mg/dL dan sesudah intervensi mengalami penurunan menjadi
sebesar 159,73 mg/dL. Nilai kadar gula darah yang rendah ini menggambarkan
terjadinya perbaikan nilai kadar gula darah setelah dilakukan senam aerobik.
Penurunan kadar gula darah menunjukkan terjadinya penurunan tingkat gangguan
diabetes, karena tingkat keparahan diabetes mellitus akan ditunjukkan dengan
adanya kadar gula darah yang semakin tinggi, melebihi nilai ambang batas normal.
Hasil penelitiian PERKENI (2011) yang menyebutkan bahwa kegiatan
jasmani sehari-sehri dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan Diabetes
33

Mellitus tipe 2 juga sejalan dengan penelitian ini. Disebutkan bahwa latihan
jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti
senam aerobik, bersepeda santai, jogging, dan berenang dapat memperbaiki
sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.

2. Analisa Bivariat
Kadar Gula Darah Sewaktu Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan
Sesudah Diberikan Intervensi Senam Aerobik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan senam aerobik, rata-
rata kadar gula darah responden adalah 133.97 mg/dL, nilai standar deviasi sebesar
25.084. Kadar gula darah yang tinggi tersebut dikarenakan terjadinya hiperglikemi
akibat gangguan resistensi insulin dan gangguan pada sekresi insulin. Peningkatan
kadar gula darah ini juga disebabkan karena responden tidak mampu untuk
mengontrol atau menurunkan kadar gula darahnya agar tetap stabil. Faktor pencetus
dari peningkatan kadar gula darah tersebut akibat dari gaya hidup yang salah dan
kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, hasil penelitian ini perkuat oleh penelitian yang
dilakukan oleh yang menjelaskan bahwa ada pengaruh latihan fisik berupa senam
aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus tipe 2
(p=0,000). Perlu diketahui bahwa beberapa manfaat senam aerobik yaitu
meningkatkan fungsi jantung, meningkatkan kinerja paru-paru dan meningkatkan
stamina serta kekuatannya, meningkatkan koordinasi tubuh, khususnya yang sudah
memasuki usia renta, meningkatkan kekebalan tubuh, mencegah berbagai penyakit,
termasuk diabetes, kolesterol, tekanan darah tinggi dan lainnya, melawan depresi,
karena olahraga mampu meningkatkan perasaan menyenangkan pada seseorang,
membantu menurunka berat badan, aerobik membantu membentuk tubuh lebih
sempurna (Yanuaristya, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus tipe 2. Kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat
dikendalikan dengan melakukan latihan jasmani (senam aerobik) secara teratur dan
kontinu karena pada saat istirahat ambilan glukosa oleh otot jaringan membutuhkan
insulin sedangkan pada saat otot aktif walaupun terjadi peningkatan kebutuhan
glukosa, tetapi kadar insulin tidak meningkat. Hal ini disebabkan karena peningkatan
kepekaan reseptor insulin otot dan pertambahan reseptor insulin otot pada saat
melakukan senam.
34

C. Keterbatasan Penelitian
1. Responden yang mengkonsumsi obat gula darah
Bagi yang mengkonsumsi obat gula darah, kemungkinan perubahan kadar
gula darah tidak dikarenakan hanya dengan melakukan senam aerobik, akan tetapi
bisa dikarenakan dari efek gula darah yang dikonsumsi responden sebelum
melakukan senam aerobik.
2. Peneliti tidak memiliki sertifikat senam aerobik
Dengan tidak adanya sertifikat senam aerobik, maka peneliti tidak bisa melatih
responden melakukan senam yoga, melainkan harus dipandu dengan instruktur
yang mempunyai sertifikat senam aerobik.
3. Rentang waktu yang berbeda
Pengukuran kadar gula darah tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan,
karena adanya keterbatasan alat yang digunakan. Seharusnya pengukuran
dilakukan 15 menit setelah melakukan senam. Namun dalam penelitian ini ada
beberapa responden yang dilakukan pengukuran lebih dari 15 menit.

D. Implikasi Keperawatan
Terapi senam aerobik merupakan salah satu terapi keperawatan yang efektif untuk
mengatasi masalah kadar gula darah sewaktu pada pasien dengan diabetes mellitus
tipe 2. Hasil penelitian ini dapat menambah keilmuan keperawatan khususnya di bidang
promosi kesehatan.
35

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu sebelum dilakukan
intervensi senam aerobik didapatkan data rata-rata sebesar 133.97
mg/dl.
2. Hasil pengukuran kadar gula darah sewaktu sesudah dilakukan
intervensi senam aerobik didapatkan data rata-rata sebesar 125.85
mg/dl.
3. Hasil uji statistik dengan menggunakan paired sample t-test dapat
disimpulkan bahwa efektif antara senam aerobik terhadap kadar gula
darah sewaktu pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Ibnu Sina
Balikpapan (p-value = 0.000).
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan para pendidik membekali peserta didiknya tentang
manfaat senam aerobik terhadap pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 agar
mampu memberikan penyuluhan kesehatan dan mampu
mempraktekkannya sehingga dapat menyampaikannya kepada
masyarakat luas. Karena masyarakat luas banyak yg kurang tau dan
memahami pentingnya manfaat dari senam aerobik itu sendiri. Senam
aerobik sebaiknya dilakukan secara rutin minimal setiap minggu sekali
dengan durasi waktu minimal 45 menit dan diadakan di fasilitas
kesehatan yg ada.
2. Bagi Perawat Poliklinik Ibnu Sina
Diharapkan Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan terus melakukan
kegiatan senam aerobik secara rutin tiap minggu. Karena melalui senam
secara teratur masyarakat diharapkan terbiasa hidup sehat dan
selanjutnya mau melakukan deteksi dini atau cek kesehatan (kadar gula
darah) di Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan. Hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan bagi pihak Poliklinik Ibnu Sina Balikpapan untuk menjadikan
senam aerobik sebagai salah satu alternatif senam atau terapi bagi
penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2
36

khususnya. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan,
sosialisasi cara senam aerobik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya diharapkan perlu diteliti lebih lanjut dengan
menggunakan variabel lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah
sewaktu seperti faktor obat-obatan, penyakit yang diderita, makanan dan
minuman serta kekuatan otot. Perlu dikembangkan juga faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kadar gula darah seperti lamanya intervensi, waktu
latihan senam aerobik, pagi atau sore.

Anda mungkin juga menyukai