panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di
Negara berkembang jumlah tersebut bahkan lebih rendah (BPOM, 2006).
Rendahnya kepatuhan menyebabkan kontrol glikemik yang buruk, sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya berbagai komplikasi kronik (mikrovaskular dan
makrovaskular). Konsekuensinya akan memberikan dampak negatif baik secara
ekonomi, klinik, maupun kualitas hidup pasien akibat dari seringnya relaps dan re-
hospitalisasi (Abrar S et al., 2012). Penurunan kualitas hidup memiliki hubungan
yang signifikan dengan angka kesakitan dan kematian, serta sangat berpengaruh
pada usia harapan hidup pasien diabetes melitus (Smeltzer et al., 2008). 3 Kualitas
hidup dipengaruhi oleh kepatuhan meminum obat atau kepatuhan berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas hidup. Semakin tinggi kepatuhan pengobatan
seorang pasien DM maka kualitas hidupnya juga akan semakin baik. Meningkatnya
kualitas hidup pasien bisa dipengaruhi oleh kepatuhan seorang pasien dalam
menjalani suatu terapi, yakni melalui kontrol glikemik. Glukosa darah berkaitan erat
dengan onset, progres dan komplikasi kronik dari DM sehingga mampu
mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Gusmai et al., 2015).
Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2. Program
latihan fisik secara teratur dilakukan 3 ʹ 5 hari seminggu selama sekitar 30 ʹ 45
menit, dengan total 150 menit per minggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari
2 hari berturut-turut. (A). Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan
termasuk dalam latihan fisik. Latihan fisik selain untuk menjaga kebugaran juga
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan fisik yang dianjurkan berupa latihan fisik
yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50 ʹ 70% denyut jantung maksimal)
seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. (A) Denyut jantung
maksimal dihitung dengan cara mengurangi 220 dengan usia pasien. Pasien
diabetes dengan usia muda dan bugar dapat melakukan 90 menit/minggu dengan
latihan aerobik berat, mencapai > 70% denyut jantung maksimal. Pemeriksaan
glukosa darah dianjurkan sebelum latihan fisik. Pasien dengan kadar glukosa darah
< 100 mg/dL harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila > 250 mg/dL
dianjurkan untuk menunda latihan fisik. Pasien diabetes asimptomatik tidak
diperlukan pemeriksaan medis khusus sebelum memulai aktivitas fisik intensitas
ringan-sedang, seperti berjalan cepat. Subyek yang akan melakukan latihan
intensitas tinggi atau memiliki kriteria risiko tinggi harus dilakukan pemeriksaan
medis dan uji latih sebelum latihan fisik.
Senam Prolanis merupakan program pengelolaan penyakit kronis bagi lansia, yaitu
berupa aktivitas fisik yang teratur dan terarah yang disarankan bagi orang lansia.
Penelitian sebelumnya mengemukakan bahwa senam prolanis dapat menurunkan
tekanan darah penderita hipertensi dan kadar gula darah pada penderita diabetes.
Aktivitas fisik merupakan salah satu pilar penatalaksanaan DM, berdasarkan
keterangan tersebut maka dapat dikatakan bahwa salah satu solusi untuk
menurunkan kadar gula darah adalah dengan melakukan olahraga seperti senam.
Senam adalah menggerakkan badan dengan gerakan tertentu seperti menggeliat,
menggerakkan dan meregangkan anggota badan (KBBI, 2019). Salah satu manfaat
senam adalah mencegah kegemukan dengan cara membakar kalori tubuh sehingga
glukosa darah bisa terpakai untuk energi (Damayanti, 2015)