Anda di halaman 1dari 5

Tatalaksana Sindroma Metabolik

1. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan bahagian integral dalam manajemen obesitas,
sesuai dengan derajat penyakit penyerta. Latihan jasmani tidak saja meningkatkan
pengeluaran energi dan menurunkan fat tetapi juga mencegah penurunan masa tubuh
untuk yang kurus, memperbaiki kebugaran kardiorespirasi, ,menurunkan risiko
kardiometabolik akibat obesitas, dan meningkatkan kepercayaan diri. Latihan jasmani
aerob dapat memperbaiki aliran oksigen ke otot dan meningkatkan penggunaan
sejumlah besar simpanan fat (glikogen). Kebugaran kardiorespirasi dan peningkatan
aktivitas fisik terbukti berbanding terbalik dengan kematian penyakit serebrovaskular,
gangguan toleransi gula darah, dan DM Tipe 2. Aktivitas fisik dapat meramalkan
kejadian simet, sebagai contoh bahwa latihan jasmani yang lebih rendah akan
meningkatkan insiden, sedangkan yang lebih tinggi melindungi dari simet(Ekelundet
al, 2005) Mempertahankan gula darah normal sewaktu istrahat dan latihan jasmani
bergantung kepada koordinasi, integrasi syaraf simpatis, dan sistem endokrin.
Kontraksi otot akan meningkatkan ambilan glukosa, dan kadar glukosa darah
dipertahankan oleh produksi glukosa hati secara glikogenolisis, glukoneogenesis, dan
mobilisasi ALB (Suhet al, 2007). Gula darah tidak banyak berubah kecuali pada
waktu latihan jasmani yang lama dan sedangkan glikogen akan cepat menurun. Risiko
terjadi hipoglikemia akibat latihan jasmani menjadi minimal jika tidak menggunakan
insulin atau obat hipoglikemia oral (Colberget al,2010).
Hanya sedikit penelitian mengenai lipid dan lipoprotein pada DM Tipe 2. Dari
data yang telah dilaporkan terlihat bahwa latihan jasmani aerobik akan menurunkan
kolesterol total, LDL, dan meningkatkan HDL (Kadoglou et al, 2007). Respon lipid
terhadap latihan jasmani beragam, terhadap penurunan LDL sedikit sedangkan HDL
atau trigliserid tidak ada. Kombinasi penurunan BB dan latihan jasmani lebih efektif
dibanding latihan jasmani aerobik saja.Kajian Da Qing di China mendapatkan
bahwapengobatan dengan latihan jasmani dapat menurunkanrisiko diabetes sebesar
46%, 42% dengan diet dan latihan jasmani, dan 31% dengan diet saja(Panet al,1997).
Lama waktu melakukan latihan jasmani yang disarankan adalah 30 menit
selama 5 hari/minggu. Latihan jasmani ini akan menurunkan BB 0,5 kg/bulan. Untuk
mengoptimalkan penurunan BB, latihan jasmani dapat ditingkatkan sampai 60 menit
dalam 5 hari/minggu. Kegiatan yang dilakukan adalah seperti berjalan, bersepeda, dan
naik tangga (Wing, 1999). Intensitas aktivitas fisik yang dianjurkan untuk seseorang
bervariasi antara pencapaian 60-80 persen denyut nadi maksimum atau 70% kapasitas
oksigen maksimum (VO2 max) (NIH, 1998).
2. Obat-obatan
Farmakoterapi sering diperlukan untuk pencapaian penurunan BB pasien obesitas.
Pasien obesitas direkomendasi diberi obat jika IMT minimal 30 kg/m2 atau sekurang-
kurangnya 27 kg/m2
a. Orlistat dan Sibutramine
Dengan komorbiditas yang berhubungan dengan kelebihan BB. Hasil kajian
menunjukkan bahwa terapi farmakologi juga berhasil menurunkan BB dan
memperbaiki komponen simet(Brayet al,2007).Orlistat dan sibutramine adalah
obat yang direkomendasi oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk
pengobatan overweight dan obesitas dalam jangka waktu lama(NIH, 2000).
Namun,orlistat mempunyai efek samping gastrointestinal (Milleret al,1997) dan
Sibutramine dapat menyebabkan peningkatan denyut nadi untuk yang mempunyai
risiko kardiovaskular (Liet al,2005). Karena Universitas Sumatera Utara ke
terbatasan obat-obat ini diperlukan penelitian obat alternatif lain untuk pengobatan
overweight dan obesitas.
b. Obat Anti Diabetes
Obat oral antidiabetes termasuk acarbose (Willms dan Ruge, 1999), exenatide
(Kimet al,2007), dan metformin (Nicholset al, 2007) memunyai kemampuan
menurunkan BB pada pasien diabetes. Metformin adalah golongan biguanid untuk
lini pertama penurun gula darah, BB, hiperinsulinemia, dan hiperglikemia pada
pasien DM Tipe 2 (UKPDS, 1998). Minimal ada enam puluh efek metformin terh
adap kardiometabolik (Tjokroprawiro, 2010). Metformin juga memunyai efek
tambahan termasuk inhibisi agregasi platelet, antioksidan, memperbaiki kolesterol
total, HDL, LDL, TG,dan hipertensi. Beberapa mekanisme metformin telah diteliti
sebagai tujuan primer atau sekunder(Levriet al, 2005) terhadap penurunan BB
antara lain menurunkan absorbsi karbohidrat di saluran cerna (Glueck et al,2001),
menyebabkan anoreksia dan lipolisis (Mannucci, 2001), dan menurunkan leptin
(Srinivasan et al, 2006). Penelitian terhadap remaja Cina pada umur 10-16 tahun
pada 20 pasien dengan simet, bahwa PHM dengan metformin 2 x 500 mg /sehari
dapat menurunkan IMT secara signifikan setelah tiga bulan (Fuetal, 2007). Pada
awal pengobatan terdapatefek samping di saluran cerna, antara lain 7 orang
mengalami penurunan nafsu makan, 2 orang mual, dan 2 orang mengalami
peninggian gerak usus.
Dari penelitian pendahuluan ini metformin memunyai efek yang positif terhadap
komponen simet seperti LP, gula darah, sensitivitas insulin, TD, TG, dan HDL.
Metformin aman diberikan pada pasien euglikemi dan tidak menyebabkan
hipoglikemia (Pasquali et al, 2000).
c. Obat Dislipidemia
Karakteristik dislipidemia metabolik adalah peningkatan TG, sd-LDL dan
penurunan HDL. Peningkatan LDL merupakan faktor risiko utama menjadi PKV,
jika diterapi dapat menurunkan kejadian PJK dan kematian (NCEPATP III, 2002).
Target utama pengobatan dislipidemia adalah peningkatan LDL(NCEP ATP III,
2001) tetapi bergant ung kepada risiko PJK seseorang. Kebanyakan pasien simet
memunyai risiko moderat sampai tinggi, dianjurkan target pengobatannya adalah
kurang dari 130 dan 100 mg/dl, sedangkan yang risiko sangat tinggi targetnya
kurang dari 70 mg/dl (Grundyet al, 2004). Sedangkan target sekunder non-HDL
adalah lebih besar 30 mg/dl dari pada LDL(NCEP ATP III, 2001). Beberapa obat
untuk dislipidemia antara lain:Statin
Statin
merupakan standard lini pertama untuk menurunkan LDL. Statin memunyai
efek samping yang minimal dan efektif (Hwang et al,2006). Statin dapat
meningkatkan HDL 5-10% dan menurunkan TG 7-30% dengan dosis yang
moderat atau tinggi (LIPID Study Group,1998). Efek pleiotropik statin
ditujukan terhadap infamasi, endotel, dan PKV (Davi gnon, 2004). Obat
penurun LDL lainBile acid sequestrants (BAS) dan cholesterol absorption
inhibitors (CAI) dapat menurunkan LDL sebesar 15-30% dan 15-25%, dengan
cara menurunkan absorbsi asam empedu dan kolesterol (Dujovne et al,2002).
Fibrat
Fibrat dapat menurunkan TG, LDL dan meningkatkan HDL masing-masing
sebesar 25-50%, 0-30%, dan 5-15% (Leaf et al,1989).
Niacin
Niacin memunyai efek terhadap ketiga dislipidemia. Niacin dapat
meningkatkan HDL (15-35%), menurunkan TG (20-50%), dan LDL (525%)
(NCEP ATP III, 2002). Niacin juga memunyai efek terhadap lipoprotein lain
yaitu menurunkan sd-LDL (Pan et al, 2002).
Omega-3
Pemberian omega-3 diindikasikan pada simet dengan dislipidemia gabungan.
Pemberian omega-3 sebesar 2-4 g/hari dapat menurunkan TG 20-40%
(Pownall et al, 1999), terhadap HDL kecil efeknya (Mori dan Wodman, 2006),
dan menyebabkan peningkatan LDL 5-10% (Harris, 1997).
d. Obat Hipertensi
Penanganan TD merupakan target untuk menurunkan PKV pada Simet walaupun
belum ada guidelines yang jelas. The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure merekomendasikan target TD kurang dari 140/90 mmHg pada pasien
tanpa diabetes atau penyakit ginjal kronik, dan kurang dari 130/80 mm jika ada
keduanya (Chobanian et al, 2003).Obat antihipertensi lini pertama untuk simet
adalah golongan angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitors atau angiotensin
receptor blockers (Israili et al, 2007).

Tata laksana sindroma metabolik pada anak

1. Gaya hidup sehat (healthy lifestyle)


yang terdiri dari nutrisi dan aktivitas fisik
2. Farmakoterapi
a. Sampai saat ini, tidak ada rekomendasi khusus untuk penggunaan terapi
farmakologi pada anak dan remaja dengan sindrom metabolik. Statin maupun obat
antihipertensi dipertimbangkan pada kasus yang berisiko sangat tinggi dan tidak
memberikan Diagnosis dan Tatalaksana Sindrom Metabolik pada Anak dan
Remaja. Konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia memperpendek waktu untuk
memulai pemberian terapi farmakologik pada remaja dengan dislipidemia
dibandingkan dengan NCEP. Terapi farmakologi yang diberikan pada anak dan
remaja adalah golongan 3-hydroxy-3-methyl-glutaryl coenzyme A reductase
inhibitors (statin) yang dimulai setelah menstruasi pada anak perempuan dan
Tanner II pada anak laki-laki atau usia 10 tahun. Apabila dislipidemia menetap
setelah pemberian terapi modifikasi gaya hidup dan farmakologik, pasien harus
segera dirujuk.

b. Tata laksana hipertensi

1. Pengobatan non-farmakologis:
Mengubah kebiasaan
Pengobatan tahap awal hipertensi pada sindrom metabolik adalah seiring
dengan tata laksana kondisi dasarnya, yaitupenurunan berat badan, diet
rendah lemak dan garam,olahraga secara teratur, ditambah dengan
menghilangkan kebiasaan tidak sehat, misalnya berhenti merokok dan
minum alkohol. Diet rendah garam yang dianjurkan adalah 1,2 g/hari (4-8
tahun) dan 1,5 g/hari untuk anak lebih besar.
2. Pengobatan farmakologis:
Indikasi pemberian obat hipertensi pada anak:
Hipertensi simtomatik
Ada kerusakan organ (retinopati, hipertrofi ventrikel kiri,proteinuria)
Hipertensi sekunder
Diabetes Mellitus
dislipidemia, seperti gangguan tiroid, hati, dan ginjal dilakukan jika
kadar kolesterol LDL darah tinggi ( 130 mg/dL).
Profil lipid-lipoprotein darah harus diulang setelah tata laksana dislipidemia
dilakukan minimal tiga bulan. Apabila kadar kolesterol LDL darah < 130
mg/dL, anak dan remaja dapat meneruskan diet yang sama dan pemeriksaan
profil lipid-lipoprotein darah diulang setelah satu tahun. Anak dan remaja yang
masih mempunyai kadar kolesterol LDL darah > 130 mg/dL harus memulai
diet NCEP step II, selanjutnya pemeriksaan profil lipid-lipoprotein darah
diulang minimal tiga bulan. Pada keadaan kadar kolesterol LDL darah tetap >
130 mg/dL dengan diet NCEP step II, anak dan remaja harus meneruskan diet
NCEP step II dan perubahan gaya hidup, dengan atau tanpa obat penurun
kadar lipid darah.

Pemberian terapi farmakologik dapat dipertimbangkan apabila


konsentrasi kolesterol LDL darah tetap > 190 mg/dL setelah dilakukan
terapi diet pada subjek yang tidak mempunyai faktor risiko penyakit
jantung koroner (PJK),
konsentrasi kolesterol LDL darah tetap > 160mg/dL setelah dilakukan
terapi diet pada subjek yang mempunyai faktor risiko lain, seperti obesitas,
hipertensi, merokok, atau mempunyai riwayat keluarga dengan PJK dini.
konsentrasi kolesterol LDL darah 130 mg/dL pada anak dengan diabetes
melitus.

Penelitian yang dilakukan di Jakarta menyarankan untuk memberikan terapi


farmakologik pada remaja obes jika tata laksana laksana diet dan aktivitas fisik
selama 28 hari tidak dapat memperbaiki dislipidemia. Hal ini didasarkan bukti bahwa
intervensi latihan fisis dan diet NCEP step II selama 28 hari memberikan respon yang
berbeda tergantung polimorfisme apolipoprotein (apo) E.

Pemantauan

Pemantauan yang dilakukan adalah:

Penerapan healthy lifestyle.


Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap umur dan lingkar pinggang dievaluasi setiap
sebulan sekali.
Pemantauan dislipidemia dilakukan setiap bulan sampai nilai normal.
Hipertensi derajat 1 yang tidak respon dengan terapi non-farmakologis
Hipertensi derajat 2

Anda mungkin juga menyukai