Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS BAHAN ALAM DAN PANGAN

“Analisis Aktivitas Antilipidemia”


Disusun untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Bioanalisis

Disusun oleh :
1. Kris Nugraheni 162210101012
2. Dwi Indah Noviyanti 162210101013
3. Mohamad Rofiq 162210101034

BAGIAN KIMIA ANALISIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dislipidemia merupakan suatu kelainan yang terjadi pada metabolisme lipoprotein,
baik itu berlebihan ataupun kekurangan. Keadaan yang mungkin timbul dapat berupa
peningkatan dari kadar kolesterol total, kadar low density lipoprotein (LDL), dan kadar
trigliserida serta penurunan dari kadar high density lipoprotein (HDL) di dalam darah
(Musunuru, 2010).
Prevalensi dislipidemia di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut penelitian yang
dilakukan pada warga usia lanjut di Jakarta, dari 307 sampel didapatkan kejadian dislipidemia
sebesar 44,6% (Khairani & Sumiera, 2005). Sedangkan pada penelitian di Padang didapatkan
angka kejadian dislipidemia mencapai lebih dari 50% (Kamso dkk., 2002).
Kadar kolesterol total dan trigliserida merupakan indikator dislipidemia dan
merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner
merupakan penyakit yang sangat berbahaya dikarenakan penyakit jantung koroner merupakan
penyakit penyebab kematian terbanyak (Brown, 2006). Hal ini mengindikasikan bahwa
dengan menurunkan angka kejadian dislipidemia maka angka kejadian penyakit jantung
koroner diharapkan akan menurun (Anwar, 2004).
Pengobatan yang diberikan untuk mengatasi dislipidemia saat ini belum baik. Banyak
efek samping yang mungkin timbul seperti rasa mual, gatal-gatal, sakit kepala, takikardi,
hiperurisemia bahkan gangguan fungsi hati akibat penggunaan obat-obatan untuk mengatasi
dislipidemia. Karena itu diperlukanlah pengobatan lain yang memiliki efek samping yang
lebih rendah, salah satunya dengan menggunakan obat herbal yang berasal dari bahan alami
yang sedikit efek sampingnya (Adam, 2009). Pada makalah kali ini akan dibahas tentang
beberapa senyawa yang memiliki potensi pada aktivitas antilipidemianya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dari dislipidemia?
2. Bagaimana penertian dari antilipidemia?
3. Apa yang tergolong senyawa aktif antilipidemia?
4. Bagaimana metode pengujian dari antilipidemia?

1.3 Manfaat
1. Memahami pengertian dari dislipidemia
2. Memahami pengertian dari antilipidemia
3. Memahami senyawa aktif yang tergolong sebagai antilipidemia
4. Memahami metode pengujian dari antilipidemia
BAB 2 ISI

2.1 Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam darah. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan
kolesterol HDL. Dislipidemia merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis sehingga
dapat menyebabkan stroke, Penyakit Jantung Koroner (PJK), Peripheral Arterial Disease
(PAD), Sindroma Koroner Akut (SKA) (Menteri Kesehatan RI, 2014).

2.2 Antilipidemia
Beberapa terapi farmakologis yang dapat digunakan untuk menangani dislipidemia
(Antilipidemia) adalah sebagai berikut:
- Statin (Inhibitor HMG-CoA Reduktase)
Obat golongan ini merupakan inhibitor kompetitif 3-hidroksi-3- metilglutaril CoA
Reduktase (HMG CoA) reduktase, yang merupakan enzim yang mengkatalisis perubahan
HMG CoA menjadi mevalonat dalam biosintesis kolesterol. Penghambat HMG-CoA
reduktase ini juga meningkatkan afinitas reseptor LDL yang tinggi sehingga kecepatan
katabolisme LDL meningkat. Obat golongan ini terjadi pula penurunan sedang trigliserida dan
peningkatan kadar HDL (Katzung, 1998).
- Resin Pengikat Asam Empedu
Asam empedu merupakan metabolit kolesterol yang dalam keadaan normal
direabsorbsi dalam jejenum dan ileum dengan efisiensi sekitar 95 %. Pemberian resin akan
meningkatkan eksresinya hingga sepuluh kali. Resin menurunkan kadar kolesterol dengan
cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik
sehingga eksresi steroid yang bersifat asam meningkat dan kolesterol yang diabsorbsi lewat
saluran cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja. Penurunan jumlah kolesterol di hati
akan meningkatan jumlah reseptor LDL sehingga katabolisme LDL meningkat dan
meningkatkan aktivitas HMG-KoA reduktase. Peningkatan kebutuhan akan kolesterol oleh
hati juga menyebabkan peningkatan ambilan kolesterol dari jaringan oleh HDL untuk dibawa
ke hati dan disintesis menjadi empedu sehinggakadar HDL plasma meningkat (Ganiswarna,
1995; Katzung, 1998).
- Turunan Asam Fibrat
Obat-obat golongan ini bekerja dengan meningkatkan aktivitas enzim lipoprotein
lipase sehingga meningkatkan lipolisis trigliserida. Akibatnya terjadi penurunan kadar
trigliserida dalam plasma (Katzung, 1998).
- β-sitosterol
Beta sitosterol merupakan gabungan sterol tanaman yang tidak diabsorbsi saluran
cerna manusia. Mekanisme kerja obat ini ialah menghambat absorbsi kolesterol dari saluran
pencernaan (Ganiswarna, 1995; Murray, 2006).
- Asam Nikotinat (Niasin)
Niasin merupakan vitamin B kompleks larut air yang hanya berfungsi sebagai vitamin
dalam bentuk amida. Mekanisme kerja niasin mungkin mempengaruhi penghambatan sekresi
VLDL sehingga menurunkan produksi LDL. Niasin menurunkan kadar trigliserida melalui
mekanisme peningkatan bersihan VLDL melalui jalur lipoprotein lipase. Niasin merupakan
penghambat pada sistem lipase interselular jaringan lemak yang kuat, mekanisme
menurunnya produksi VLDL pada niasin mungkin berhubungan dengan menurunkan asam
lemak bebas ke hati (Katzung, 1998).

2.3 Senyawa Aktif yang Berpotensi Sebagai Antilipidemia


Beberapa dari senyawa aktif yang terkandung pada tumbuh-tumbuhan atau bahan
alam yang hidup di sekitar manusia dan berpotensi sebagai antilipidemia, diantaranya adalah
sebagai berikut:
- Flavonoid
Senyawa flavanoid adalah senyawa yang berperan besar sebagai antioksidan.
Flavonoid dapat menekan pelepasan radikal O2 yang reaktif sehingga menekan terjadinya
kerusakan endotel dengan menghambat inisiasi dari reaksi rantai oksidasi dan sebagai anti
inflamasi yang dapat menghambat reaksi inflamasi, sehingga mencegah makin banyaknya
makrofag (Naim, 2017). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Venugopal et al. (2002), bahwa
secara in vitro flavanoid bekerja sebagai inhibitor enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl CoA
reduktase (HMG-CoA reduktase) sehingga sintesis kolesterol menurun.
- Tanin
Senyawa tanin dapat menghambat kerja dari enzim HMG-CoA reduktase, yaitu enzim
yang berperan dalam pembentukan kolesterol. Senyawa tanin juga dapat mengurangi kadar
kolesterol dalam tubuh dengan mengikat asam empedu masuk dalam usus halus diserap dan
dikeluarkan lewat feses (Zubaidah, 2014).
- Fitosterol
Fitosterol memiliki mekanisme dalam menurunkan kadar kolesterol LDL, yaitu
sebagai ligan untuk LXR-RXR nuclear receptor (Brousseau, 2003). Ikatan heterodimer LXR-
RXR mengatur beberapa gen yang terlibat dalam sintesis, penyerapan, ekskresi untuk
homeostasis kolesterol dan metabolisme lipoprotein. Salah satunya peningkatan ekspresi gen
ATP-Binding Cassette Transporter A1 (ABC A1), transporter yang membawa kolesterol dari
sel enterocyte, hepatosit dan makrofag. Ikatan heterodimer LXR-RXR juga meningkatkan
ekspresi gen transporter ABC-G5 dan G8 yang membawa kolesterol dari hepatosit ke kantong
empedu (Brousseau 2003). ATP-Binding Cassette Transporter A1 (ABCA 1) akan
berinteraksi dengan Apo-1 lalu tersekresi dalam plasma dengan bentuk lipid poor Apo A1
yang mengambil kolesterol berlebih dari sel dan membentuk pre-β-HDL (nascent). Kolesterol
bebas dari HDL diesterifikasi enzim Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT) untuk
merubah pre-β-HDL (nascent) menjadi α-HDL. LCAT adalah enzim yang bertugas mengikat
lipoprotein atau lemak bebas dalam plasma dan disekresi oleh hati (Brousseau 2003).
Fitosterol juga akan menghambat ikatan sterol regulatory element binding protein
(SREBP) dengan sterol regulatpry element (SRE), protein yang berperan dalam transkripsi
gen reseptor LDL. Hambatan ini mengakibatkan penurunan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-
methylglutaryl CoA reduktase (HMG-CoA reduktase) sehingga sintesis kolesterol dalam sel
berkurang. Kadar kolesterol intraseluler yang rendah mengakibatkan penurunan pembentukan
kilomikron (Mayes, 2000). Remnant kilomikron yang mencapai ke hati akan menurun.
Kondisi ini akan merangsang sintesis reseptor LDL. Selain itu sekresi VLDL oleh sel-sel hati
akan menurun sehingga menyebabkan konversi VLDL ke LDL berkurang. Hal ini berdampak
pada penurunan kadar LDL dalam tubuh (Trautwein et al. 2006).

2.4 Metode Pengujian Aktivitas Antilipidemia


Pengujian aktivitas antilipidemia secara in vivo pada hewan uji dapat dilakukan
dengan mengamati beberapa parameter sebagai berikut:
- Parameter pertama, yaitu berat badan hewan uji yang diukur dari hari pertama hingga hari
terakhir diberikan perlakuan
- Parameter kedua, yaitu dilihat dari peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam
plasma selama perlakuan
- Parameter ketiga, yaitu dengan pengukuran berat organ hewan uji dan perhitungan indeks
organ pada hewan uji yang bertujuan untuk melihat apakah pemberian sampel uji
memberikan pengaruh sampai ke bagian organ atau tidak (Azhari, 2017).
2.5 uji aktivitas antioksidan
2.5.1. Preparasi sampel
a. Preparasi A. chinense ekstrak air (ACWE) dan ekstrak etanol (ACEE)

Dua serbuk A. chinense sebanyak 100 mg masing-masing dicampur dengan 200 ml (air dan
etanol) Kemudian diaduk pada suhu kamar selama 8 jam. Disaring dengan kertas saring
whatman no 1 dan disentrifugasi. Cairan supernatant disaring dengan kertas saring
whatman no 6 dan dikeringkan. Kemudian ditambah masing-masing sesuai pelarutnya air
(ACWE) dan etanol (ACEE) sebanyak 20 ml dan disimpan pada suhu -200 C.

b. Uji aktivitas radikal bebas dengan DPPH

2 ml larutan sampel ditambahkan 2 ml 0,2 mM DPPH didalam methanol , sampel terhindar


dari cahaya selama 30 menit dengan pengukuran absorbansi 517 nm.

c. Penentuan senyawa phenolic total

0,2 ml larutan sampan di campur dengan 1 ml agen folin geocalteu’s phenol selama 3
menit. 0,8 ml NA2CO3 7,5 % dicampurkan, sebelumnya diukur panjang gelombang 769 nm.
Sebagai control positif asam galat.

d. Total antioksidan

ACWE 1,5 ml; 0,25 peroxsidase (44 U/ml); 0,25 ml H2O2 (500 micro meter); 0.25 mL 2,2’-
azinobis-(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic acid) dicampur dan di reaksikan pada tempat
gelap selama 1 jam untuk menghasilkan bluegreen ABTS. Diukur absorbansinya 734 nm.
deteksi nilai absorbansi lebih rendah, karna aktivitas antioksidan total lebih kuat diamati.
Aktivitas antioksidan dihitung dengan rumus :

[1- (A734nm sampel / A734nm blank)] x 100%

e. Reducing aktivitas

Kosentrasi berbeda ACEE 2,5 ml ditambah 2,5 ml buffer phosphate pH 6,6 dan 2,5 ml
potassium ferricyanide 1% di reaksikan selama 20 menit dalam suhu 50 deajat celcius.
Selanjutnya ditambah 2, 5 ml asam trichloroacetic 10%, sampel disentrifugasi selama 10
menit. 5 ml supernatant 5 ACWE dan 1 ml ferric chloride 0,1% di reaksikan selama 10
menit, Diukur absorbansi 700 nm. BHA dan α-tocopherol sebagai control positif. Produksi
Fe4[Fe(CN)6]3 sebagai marker digunakan untuk penentuan reducing ativitas.

Dari hasil pengujian aktivitas antioksidan didapatkan data sebagai berikut


Aktivitas antioksidan dalam ACEE dan ACWE, BHA dan α-tocopherol sebagai control positif pada
10mg/ml dan 20 mg/ml ACEE menunjukkan 84,09%-89,77% aktifitas radikal bebas DPPH, namun ACWE
menunjukkan aktivitas yang rendah.

ACEE memiliki kemampuan reduksi yang mirip dengan control positif BHA dan vitamin E dan
menunjukkan aktivitas 4-5 kali lebih kuat terhadap ACWE.
Uji kapasitas antioksidan total pada kosentrasi 10 mg/ml dan 20 mg/ml, ACEE menunjukkan efek
yang sebanding 86,5%- 96,2% dengan BHA dan vitamin E (Lin et al., 2016).

Jadi dapat disimpulkan ekstrak A. chinense etanol (ACEE) lebih efektif dibandingkan ekstrak A.
chinense water (ACWE)
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan
maupun penurunan fraksi lipid dalam darah.
 Beberapa terapi farmakologis yang dapat digunakan untuk menangani dislipidemia
(Antilipidemia) di antaranya adalah statin (inhibitor HMG-CoA reduktase), resin
pengikat asam empedu, turunan asam fibrat, β-sitosterol, dan asam nikotinat
(Niasin).
 Beberapa senyawa aktif yang berpotensi sebagai antilipidemia di antaranya adalah
flavonoid, tanin, dan fitosterol.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar TB. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
Azhari B., Luliana S., R. Robiyanto. 2017. Antihypercholestrolemic Activity Of Aqueous
Extract Of Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) On Hypercholesterolemic
Modelling Wistar Male Rats. Majalah Obat Tradisional. 22(1). 57-62.
Brousseau, M.E. 2003. ATP-binding cassette transporter A1, fatty acids, and cholesterol
absorption. Current Opinion in Lipidology. (14): 35-40.
Brown CT. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner. Hlm 576–612 Dalam: Price SA, Wilson
LM (ed). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol. 1Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kamso S, Purwantyastuti, Juwita R. 2002. Dislipidemia pada lanjut usia di kota Padang.
Makara Kesehatan. 6(2): 55–58.
Khairani R, Sumiera M. 2005. Profil lipid pada penduduk lanjut usia di Jakarta. Universa
Medicina: 175-183.
Mayes. 2000. Cholesterol synthesis, transport and excretion. In Murry RK, Granner DK,
Mayes PA & Rodwell VW, eds. Harpes Biochemistry. Mc Graw-Hill: p 285-97.
Menteri Kesehatan RI. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Murray K.R., Granner D.R., V.W. Rodwell. 1999. Biokimia Harper, Edisi 27. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 217-241.
Musunuru, K. 2010. Atherogenic Dyslipidemia: Cardiovascular Risk and Dietary
Intervention. Cardiovascular Research Center and Center for Human Genetic Research.
Boston. 45(10):907-14
Naim F., Marianti A., R. Susanti. 2017. Aktivitas Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Kadar
Kolesterol HDL dan LDL pada Tikus Hiperkolesterolemia. Life Science 6, (1). Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Price S. A., L. M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
6. Brahm U. Pendit dkk, Penerjemah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 585-588.
Trautwein E.A., Duchateau G.S., Awad A.B., P.G. Bradford. 2006. Phytosterols: sources and
metabolism in Nutrition and Cancer Prevention. CRC: Taylor and Francis group. p 223-
41.
Venugopal S.K., Devaraj S., Yuhanna I., Shaul P., I. Jialal. 2002. Demonstration that
creactive protein decreases eNOS expression and bioactivity in human aortic endothelial
cells. J Circulation. 106(12): 1439-1441.
Zubaidah E., Ichromasari D.Y., O.K. Mandasari. 2014. Effect of salacca vinegar Var. suwaru
on lipid profile diabetic rats. Food and Nutrition Sciences. 57: 43-74.
Lin, Y. P., Lin, L. Y., Yeh, H. Y., Chuang, C. H., Tseng, S. W., & Yen, Y. H. (2016).
Antihyperlipidemic activity of Allium chinense bulbs. Journal of Food and Drug
Analysis, 24(3), 516–526. https://doi.org/10.1016/j.jfda.2016.01.010

Anda mungkin juga menyukai