Pola konsumsi makanan pada masyarakat modern kini menjadi
sorotan salah satunya makanan cepat saji seperti french fries, burger, dan fried chicken. Makanan tersebut mengandung lemak yang tinggi serta rendah serat. Konsumsi lemak secara berlebih dapat mengakibatkan kondisi kelebihan berat badan yang akan berkembang menjadi obesitas. Penderita obesitas cenderung memiliki konsentrasi trigliserida, kolesterol total, dan low density lipoprotein (LDL) lebih besar dari orang normal. Ketidakseimbangan tersebut berkaitan dengan adanya peningkatan kadar lipid didalam darah sehingga mengakibatkan penyakit hiperkolesterolemia. Penyebabnya karena terdapat timbunan lemak pada penderita obesitas, yang menghambat jaringan adiposa menyimpan trigliserida dengan baik sehingga terjadi peningkatan trigliserida dan kadar LDL. Konsekuensi dari penyakit hiperkolesterolemia yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol yang merupakan faktor predisposisi terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis ini merupakan suatu kondisi dimana terjadi pengerasan serta penebalan dinding pembuluh arteri akibat dari proses produksi lemak, karbohidrat, darah, dan adanya kalsium serta jaringan ikat (Enggarwati, 2023 ).
Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang beredar di dalam
darah, berwarna kekuningan seperti lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia, terutama di dalam lever (hati). Kolesterol yang ada dalam tubuh terbentuk secara alami dan memiliki beberapa fungsi antara lain untuk membuat hormon seks, hormon korteks adrenal, vitamin D dan membentuk garam empedu yang membantu usus untuk menyerap lemak. Asupan makanan dengan kandungan kolesterol yang tinggi dan berlangsung secara terus menerus dapat mengakibatkan kenaikan kadar kolesterol dalam darah. Pengobatan untuk menurunkan kadar kolesterol dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa golongan obat seperti Statin, Bile Acid Sequestrants ( Resin ), Cholesterol Absorption Inhibitors ( Ezetimibe ), Nicotinic Acid atau Niacin (Asam Nikotinat), dan Fibrates ( Asam Fibrat ) (Noviani, 2021 ).
Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi metabolik yang ditandai
dengan tingginya kadar kolesterol plasma darah dan dapat menjadi faktor pemicu berbagai penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, terapi farmakologi dengan pemanfaatan tumbuhan obat dapat menjadi alternatif dalam mengatasi hiperkolesterolemia. Beberapa tumbuhan obat yang dilaporkan berkhasiat sebagai antihiperkolesterolemia diantaranya kelor (Moringa oleifera), kersen (Muntingia calabura), dan sirsak (Annona muricata). Kandungan zat aktif pada kelor yang dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol antara lain: flavonoid dan β- sitosterol. Kandungan β- sitosterol pada daun M ( Syahruni, 2022).
hiperkolesterolemia dapat disebabkan karena konsumsi makanan-
makanan tidak sehat, seperti konsumsi makanan yang mengandung kadar lemak tinggi, dan sedikit konsumsi buah dan sayur, kemudian aktivitas fisik rendah, hipertensi, stres, merokok dan konsumsi alcohol. Selain itu, penyebab hiperkolesterolemia yang lain bisadikarenakan obesitas, gangguan ginjal, ganguan hati, kortikosteroid, dan penyakit tiroid. Obat yang sering digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol adalah simvastatin, obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan kolesterol dengan cara menghambat enzim HMG CoA reductase. Namun, penggunaan simvastatin dalam jangka panjang dapat memberikan beberapa efek samping, seperti hepatotoksik, malaise, rabdomiolisis, miopati, dll ( Sari, 2020 ).
Statin adalah obat penurun lipid paling efektif untuk menurunkan
kolesterol LDL dan terbukti aman tanpa efek samping yang berarti. Mekanisme kerja statin adalah dengan menghambat kerja HMG- CoA reduktase. Efeknya dalam regulasi CETP (Cholesteryl ester transfer protein) menyebabkan penurunan konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL. Di hepar, statin meningkatkan regulasi reseptor kolesterol LDL sehingga meningkatkan pembersihan kolesterol LDL. Dengan demikian, statin bekerja dengan menghambat enzim HMG-CoA reduktase, yang bertanggung jawab dalam produksi kolesterol di hati. Dengan mengurangi produksi kolesterol, statin membantu menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Beberapa efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan statin antara lain adalah nyeri otot, gangguan fungsi hati, serta peningkatan risiko diabetes tipe 2 ( Arfania, 2023 ).
Terapi farmakologi untuk penderita hiperkolesterolemia dapat
diberikan obat -obat golongan statin. Obat golongan statin merupakan obat lini pertama yang digunakan untuk penurunan kadar kolesterol serta berfungsi dalam pengelolaan serta pengobatan hiperkolesterolemia.Obat statin dikenal juga sebagai penghambat enzim hidroksimetilglutaril CoA reduktase. Adapun obat golongan statin diantaranya: Simvastatin, Atorvstatin, Pravastatin, Fluvastatin dan Rosuvastatin. Berdasarkan berbagai penelitian mengenai efek statin dalam menurunkan kadar kolesterol darah, ditemukan bahwa simvastatin lebih efektif dalam meningkatkan kadar kolesterol HDL dibandingkan dengan atorvastatin. Selain statin, obat tambahan seperti gemfibrozil dan fenofibrat, yang termasuk dalam golongan asam fibrat, dapat digunakan untuk kondisi seperti kadar trigliserida yang tinggi. Obat-obatan ini berfungsi menurunkan kadar trigliserida dalam plasma dan mengurangi sintesis trigliserida di hati ( Budi, 2023 ). B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah :
1. Bagaimana cara mengetahui konverso dosis beberapa obat
antihiperkolestrolemia ?
2. Bagaimana cara pengujian obat antihiperkoletrolemia dengan metode
kombinasi makanan tinggi lemak dan PTU ?
3. Bagaimana cara melakukan induksi hiperkolestrolemia pada hewan uji?
4. Bagaimana cara mengukur kadar kolestrolemia hewan uji dengan
menggunakan glucometer ?
5. Bagaimana cara menganalisis perbedaan efek penurunan kadar
kolestrol dengan obat antihiperkolestrolemia terhadap hewan uji ?
C. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan pada pecobaan ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui cara mengkonversi dosis beberapa
obat antihiperkolestrolemia dari manusia ke dosis pada hewan uji
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara pengujian obat
antihiperkolestrolemia dengan metode kombinasi makanan tinggi lemak dan PTU
3. Mahasiswa mampu melakukan induksi hiperkolestrolemia pada hewan
uji
4. Mahasiswa mampu mengukur kadar kolestrolemia hewan uji dengan
menggunakan glucometer
5. Mahasiswa mampu menganalisis perbeedaan efek penurunan kadar
kolestrolemia obat antihiperkolestrolemia tehadap hewan uji. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Ringkas
Salah satu penyakit yang ditemukan pada masyarakat terutama
pada usia >40 tahun adalah kolesterol tinggi. Jenis penyakit ini merupakan penyakit kronis yang sangat berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup masyarakat. Kolesterol tinggi juga banyak ditemukan pada anak anak dan remaja dengan berat badan yang berlebih. Kadar kolesterol yang berlebihan dapat menimbulkan plak yang menyumbat arteri dan dapat menimbulkan serangan jantung atau aterosklerosis yang akan memicu penyakit stroke. Penangan penyakit ini diperlukan untuk menghindari timbulnya penyakit berbahaya lainnya ( Muharni, 2022 ).
Kolesterol merupakan molekul lipida yang penting dalam
membrane sel dan lipoprotein. Kolesterol merupakan precursor untuk hormon steroid, asam empedu dan vitamin. Kolesterol biasanya diproduksi oleh tubuh dalam jumlah normal, namun perubahan pola makan yang terbentuk dari makanan hewani dan lemak tinggi, menyebabkan kadar kolesterol dalam darah meningkat. Peningkatan kolesterol dalam plasma menyebabkan hiperkoles- terolemia. Hiperkolesterolemia meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular. Penurunan kolesterol selama ini dilakukan dengan menggunakan obat golongan stantin. Berdasarkan hasil penelitian bahwa obat ini dapat menyebabkan banyak efek samping termasuk kerusakan otot dan ginjal sehingga perlu dilakukan pencarian obat antikolesterol yang aman. Salah satu senyawa kimia yang dapat menurunkan kadar kolesterol adalah asam sinamat ( Hanhadyanaputri, 2022 ).
Hiperkolesterolemia merupakan tingginya kadar total kolesterol
dalam darah ≥200 mg/dl. Hiperkolesterolemia dapat terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang tidak seimbang dan kurangnya aktivitas olahraga. Tingginya kadar kolesterol dapat disebabkan oleh sintesis kolesterol dan penyerapan kolesterol yang tinggi dan juga karena kebiasaan konsumsi makanan tinggi lemak serta tinggi karbohidrat. Kolesterol berlebihan dalam darah dapat membentuk plak pada dinding pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyempitan lumen yang dinamakan aterosklerosis. ( Mbulang, 2021 ).
Ada beberapa faktor resiko penyebab yang dapat terkait dengan
hiperkolesterol diantaranya kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes. Kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat diturunkan dengan mengkonsumsi makanan yang berserat, seperti dengan melakukan diet serat dengan cara mengkonsumsi kacang polong, termasuk kacang merah, dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah hingga 10% pada seseorang yang mengalami hiperkolesterolemia ( Patala, 2023 ).
hiperkolesterolemia yaitu kadar kolesterol total dan LDL di dalam
darah melebihi kadar normal. Kadar kolesterol tinggi di dalam darah merupakan salah satu penyebab utama aterosklerosis dan atau penyakit berkaitan dengan aterosklerosis, seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular iskemia, dan penyakit pembuluh darah perifer. Faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol pada lansia antara lain jenis kelamin, obesitas, asupan kolesterol makanan, kebiasaan merokok dan kebiasaan olahraga ( Zara, 2023 ).
Kolesterol yang tinggi dalam darah (hiperkolesterolemia) memicu
terjadinya proses aterosklerosis yang dapat diawali pada masa kanak- kanak dan manifestasi penyakit tersebut secara klinis pada usia menengah dan lanjut. Ateroskelorosis ini merupakan akumulasi kolesterol dalam lapisan intima arteri, proses akumulasi terjadi hingga menahun dan diperburuk dengan pola hidup yang tidak sehat (pola makan berlebihan, kurang aktivitas fisik), faktor genetik atau bawaan serta adanya kelainan metabolisme dan dampaknya baru akan terlihat bila sudah dewasa. Arteriosklerosis adalah penyakit yang ditandai dengan pengerasan dan penebalan dinding arteri. LDL yang teroksidasi akan mengendap di pembuluh darah jantung sehingga menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit dan aliran darah terganggu, semakin tinggi LDL yang teroksidasi maka pembuluh darah akan semakin tebal sehingga dapat merusak endotel ( Juwita, 2021 ).
Penggolongan hiperlipidemia primer dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadarLow density lipoprotein (LDL) dan kolesterol total. Kolesterol tidak larut dalam air, sehingga dalam darah diangkut sebagai lipoprotein. Gangguan terhadap metabolisme kolesterol terutama kadar LDL dan kolesterol total dapat meningkatkan resiko aterosklerosis dan akhirnya menyebabkan penyakit jantung koroner. Pengobatan secara farmakologi yaitu menggunakan obat-obat golongan antihiperkolesterolemia seperti penghambat 3- hidroksi-3 metil-glutaril coenzim A reduktase (HMG CoA redukase), niasin, fibrat, resin terikat asam empedu, dan penghambat absorbsi kolesterol. Salah satu contoh obat yang digunakan dalam penelitian ini adalah obat golongan inhibitor HMG-CoA reduktase yaitu simvastatin. Simvastatin dapat menurunkan kadar LDL dalam waktu 2 - 4 minggu ( Benge, 2020 ).
Hiperlipidemia merupakan peningkatan satu atau lebih dari lipid
plasma, termasuk trigliserida, kolesterol, kolesterol ester dan fosfolipid dan/atau lipoprotein plasma termasuk very low dencity lipoproteins (VLDL) dan low dencity lipoproteins (LDL), serta menurunnya kadar high dencity lipoproteins (HDL). Sebagai salah satu parameter pemeriksaan lipid, LDL- C lebih sering diperiksa karena menjadi faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan berhubungan kuat dengan perburukan aterosklerosis. Penyebab utama terjadinya hiperlipidemia berkaitan dengan pola asupan makanan ( Prajawanti, 2023 ). Salah satu pilihan obat untuk penderita hiperkolesterolemia adalah obat golongan statin. Statin bekerja dengan cara menghambat enzim HMG- CoA reduktase dan merupakan obat pilihan yang efektif untuk menurunkan kolesterol LDL5. Obat golongan statin yang biasa digunakan untuk pasien hiperkolesterolemia adalah simvastatin. Simvastatin merupakan golongan obat keras yang harus tepat dalam penggunaannya untuk menurunkan risiko efek samping dan meningkatkan efektivitas obat. Pemicu peningkatan risiko efek samping apabila obat digunakan secara tidak tepat.( Hariadini, 2020 ).
Terapi hiperkolesterolemia dapat dilakukan dengan terapi non
farmakologi yaitu dengan melakukan pola hidup sehat seperti diet, aktivitas fisik yang cukup, penurunan berat badan, menghentikan kebiasaan merokok dan diet suplemen. Selain itu dapat juga dilakukan dengan terapi farmakologi yang terdiri dari penggunaan obat sintesis (kimia) dan obat tradisional. Salah satu tanaman obat tradisional yang telah dikenal dan digunakan oleh masyarakat adalah kemangi hutan (Ocimum sanctum). Tanaman kemangi hutan (Ocimum sanctum) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid. daun kemangi hutan (Ocimum sanctum) pada dosis 80 mg/kgBB/hari dapat menurunkan kadar kolesterol, trigliserida dan LDL darah tikus putih ( Rame, 2021 ).
Asam fenofibrat adalah obat yang diindikasikan sebagai
antihiperlipidemia atau antikolesterol. Obat ini memiliki kelarutan dalam air yang rendah dan memiliki permeabilitas yang tinggi. Kelarutan asam fenofibrat dalam air yang buruk dapat mempengaruhi penyerapan obat dari usus. Untuk mengatasi masalah ini asam fenofibrat memerlukan teknik, Salah satu teknik yang dapat dilakukan adalah liquisolid. Teknik liquisolid mengacu pada konversi obat cair (yaitu, larutan obat, suspensi, atau obat cair berminyak) menjadi bubuk kering ( Suhery, 2023 ). DAFTAR PUSTAKA
Arfania, Maya, dkk. 2023. Efektivitas Obat Golongan Statin Terhadap
Benge, Ermelinda. M, dkk. 2020. Pengaruh Pemberian Ekstrak etanol
Daun Afrika ( Vernonia amygdalina. Del ) Terhadap Kadar LDL Serum Tikus Hiperkolesterolemia. Kupang: CHMK Pharmaceutical Scientific Journal. Volume 3 Nomor 1.
Budi, Andre, dkk. 2023. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Ketepatan
Penggunaan Obat Simvastatin Pada pasien Hiperkolestrolemia di Rumah Sakit Advent Medan. Medan: Journal Of Pharmaceutical And Sciences volume 6 No.2.
Daun Ceremai ( Phyllanthus acidus L. ) pada Mencit ( Mus musculus ) yang Dinduksi high Fat Diet. Surabaya: Volume 12 Nomor 3.
Hanhadyanaputri, Susanti Eka, dkk. 2022. Variasi Konsentrasi asam Borat
pada Reaksi Amidasi Asam Sinamat dan Potensinya sebagai Antikolesterol. Semarang: Jurnal Ilmiah sains.
Hariadini, L, Ayuk, dkk. 2020. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Ketepatan Penggunaan Obat Simvastatin pada Pasien Hiperkolesterolemia di Apotek Kota Malang. Malang: Pharmaceutical Journal Of Indonesia.
Juwita, dkk. 2021. Efektivitas Antioksidan dari Ekstrak bunga Kasumba
Turate ( Carhamus tinctorius L. ) dan Potensinya sebagai Antihiperkolesterolemia. Manado: Jurnal Ilmiah Sains. Mbulang, K. A. Yohana, dkk. 2021. Aktivitas Antihiperkolesterolemia Ekstrak Akar Dan Batang Kemangi Hutan ( Ocinum sanctum ) pada Tikus Putih. Kupang: Vol.4 No.1.
Muharni, dkk. 2022. Edukasi Penggunaan Tumbuhan Sungkai ( Paronema
canescens ) Untuk Menurunkan Kolesterol. Palembang: Jurnal PEPADU. Vol.3 No.1.
Ekstrak Etanol Daun Afrika ( Gymnanthenum amygdalina Del. ) Dengan Ekstrak Etanol Daun Kelapa Sawit ( Elaeis guineensiis Jacq. ) pada Tikus Hiperkolesterol. Jurnal Penelitian Farmasi Herbal Vol.2 No.2.
Suhery, N, Wira, dkk. 2023. Pengaruh teknik Liquisolid Menggunakan
Trascutol Hp Terhadap disolusi Asam Fenofibrat. Riau: Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia Vol.12 No.2, Hal 104-110. Syahruni, Reny, dkk. 2022. Karakterisasi Tiga Tumbuhan Obat Antihiperkolesterolemia dengan pendekatan Berbasis Anatomi, Hitokimia, dan Fitokimia. Makassar: Jurnal Farmasi Indonesia Vol.19 No.2.