BIOAUTOGRAFI
SILVANA PAPOIWO
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapi, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-
secara turun temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi
umumnya tidak menimbulkan efek samping yang berarti seperti yang sering
merupakan negara yang beriklim tropis dan lembab. Salah satunya adalah
pitiriasis versicolor atau yang dikenal oleh orang awam sebagai penyakit panu.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Malassezia furfur yang
merupakan mikroflora normal berada pada fase hifa mempunyai sifat invasif, dan
patogen. Bagian tubuh yang diserang jamur ini meliputi badan dan kadang-kadang
dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher dan kulit kepala
yang berambut.
Salah satu tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat enrekang
dalam pengobatan penyakit panu adalah daun maja (Aegle marmelos L.).
Tumbuhan maja dikenal dengan berbagai sebutan seperti, maja, bila gedang, bila-
bila, bilak dan bila peak. Tumbuhan maja tersebar luas di Indonesia karena
tumbuh baik di iklim seluruh wilayah Indonesia. Maja yang dalam bahasa latinnya
Aegl emarmelos Linn adalah tumbuhan tingkat tinggi yang tahan dimusim
kemarau tetapi mudah gugur daunnya dan berasal dari daerah Asia tropika dan
marmelos Linn merupakan salah satu jenis tumbuhan obat yang terdapat di hutan
Karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka
sebagai berikut:
1. Berapa persentase jumlah komponen kimia dari ekstrak Daun Maja (Aegle
2. Berapa zona hambat dari komponen kimia ekstrak Daun Maja (Aegle
C. Tujuan Penelitian
2. Menentukan zona hambat dari komponen kimia ekstrak Daun Maja (Aegle
D. Manfaat Penelitian
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi ekstraksi dan uji aktivitas ekstrak
Daun Maja (Aegle marmelos L.) terhadap pertumbuhan Malassezia furfur secara
bioautografi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam maja diantaranya zat lemak dan
(C13H12O3). Buah, akar, dan daun maja bersifat antibiotik. Selain itu, akar, daun
Pohon; tinggi 10-15 m. Ranting berduri. Anak daun bulat telur sampai
bentuk lanset, meruncing, bergerigi beringgit tidak dalam, panjang 4-13,5 cm.
Bunga dalam malai atau tandan. Daun mahkota 4-5, bulat telur terbalik
Buah bentuk bola atau bulat memanjang, diameter 5-12,5 cm. Apr., Okt.-Nop.
Liar dan ditanam sebagai pohon buah; 1-300 m. Slijmappel, N, Maja, Ind, S,
Maos, J, Bila ghedang, Md, Bila paek, Md (Van Steenis, C.G.G.J., dkk, 2010)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Chorypetalae-Dialypetalae
Ordo : Rundales
Famili : Rutaceae
Genus : Aegle
batang dan akar maja untuk obat nyeri jantung, stomakikum, dan sedatif. Daun
maja untuk borok, kudis, panu, eksim, bisul, abortif, demam dan radang selaput
lendir hidung. Buah maja untuk disentri dan diare, sedangkan kulit buahnya untuk
pewangi.
4. Kandungan kimia
Namun, daun disebutkan dapat menyebabkan aborsi dan steril bagi wanita.
Sementara ranting digunakan sebagai racun ikan. Tanin yang digunakan dalam
B. Uraian Jamur
keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu.
Jamur ini merupakan bagian dari flora normal pada kulit manusia dan hanya
banyak keringat. Bagian tubuh yang sering terkena adalah punggung, lengan atas,
lengan bawah, dada dan leher. Penyakit ini lebih sering ditemukan di daerah
Kingdom : Fungi
Kelas : Basidiomycota
Divisio : Ustilaginomycotina
Genus : Malassezia
2. Morfologi
Jamur tampak sebagai kelompok kecil pada kulit penderita, sel ragi
berbentuk lonjong uniselular atau bentuk bulat bertunas (4-8 um) dan hifa pendek,
Bentuk ini dikenal sebagai spaghetti dan meat ball, pada biakan. Malassezia
furfur membentuk khamir, kering dan berwarna putih sampai krem. Pada kulit
penderita jamur tampak sebagai spora bulat dan hifa pendek (Sutanto, 2008).
C. Metode Ekstraksi
1. Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
2. Pengertian ekstraksi
sari, yaitu suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan asal (Syamsuni,
A., 2012). Cara menarik keluar tersebut dapat dengan cara penyarian, diperas
(dipres), atau distilasi. Bahan baku alami berupa tumbuhan atau hewan
susunannya komplek dan biasa terdiri tidak tunggal. Bahan berkhasiatnya biasa
ada yang larut dalam satu atau lebih dari pelarut, sehingga dalam pengerjaannya
3. Tujuan ekstraksi
mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang
pemakaian, dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan simplisia asal, dan tujuan
hubungannya dengan bahan baku, atau bahan aktif yang akan disari. Bahan baku
tumbuhan yang dapat disari bahan aktif mulai dari akar (radix), bahan kayu
(lignum), klika (cortex), daun (folium), biji (semen) atau bunga (flos) atau
mungkin buahnya (fructus). Bahan baku ini ada yang keras setengah keras hingga
yang lunak, dengan demikian pemilihan metode penyarian juga tergantung dari
bahan tersebut. Pada dasarnya penyarian dapat dilakukan dengan cara panas atau
dingin.
a. Infudasi
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah
tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara
Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat
membuat ekstrak.
b. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-
lain.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau
pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya
kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
kurang sempurna.
dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi
dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung
dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas.
Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga
diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat
c. Perkolasi
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya
digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif
yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedang sisa setelah
d. Penyarian berkesinambung
tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan
karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih.
Penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap penyari mengembun
karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun turun melalui serbuk simplisia
sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu, cairan akan menguap
berdasarkan perbedaan interaksi sampel dengan fasa diam dan fasa gerak. Fasa
diam dapat berupa padatan atau cairan yang diletakkan pada permukaan fasa
pendukung. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan maka berkembangkan
konfigurasi KLT yang berbentuk planar (plate). Fasa diam berupa padatan yang
“mendapatkan visi” terkait metode pemisahan yang akan kita pilih. KLT
sehingga bisa diketahui sifat-sifatnya terutama polaritas. Sistem yang dipilih fase
diam dan fase gerak sebisa mungkin memberikan jumlah bercak sebanyak
Untuk melakukan KLT dapat digunakan plat yang sudah jadi dan dapat
dibelilewat supplier bahan kimia atau dapat kita buat sendiri dengan menyediakan
2. Fasa diam
menghilangkan air/kelembaban.
c. Untuk pemisahan senyawa bersifat asam, pelarut ditambah dengan asam asetat.
3. Fasa gerak
Baik fasa diam dan fasa gerak hanya digunakan bersama-sama dalam
melibatkan lapisan tipis adsorben, fasa pelarut dan fasa uap pelarut. Dengan
demikian, solvent tidak selalu ekuivalen dengan fasa gerak karena sering
komposisi keduanya berbeda sepanjang jalur plat meskipun digunakan fasa gerak
a. Tersedia dalam bentuk yang sangat murni dengan harga yang memadai.
b. Tidak bereaksi dengan komponen dalam sampel maupun material fasa diam.
pengembangan.
pada kromatografi hasil KLT atau kromatografi kertas yang mempunyai aktivitas
digunakan untuk mendeteksi antibiotik yang belum diketahui yang mana metode
kimia dan fisika hanya terbatas pada substansi yang murni. Sementara deteksi
agar di dalam petri yang telah diinokulasi dengan mikroorganisme yang sensitive
untuk antibiotik yang dipelajari. Setelah diinkubasi salama 15-20 jam pada
temperatur kira-kira 37oC akan tampak zona jernih pada lapisan media agar yang
1. Bioautografi langsung/direct
2. Bioautografi kontak/contact
3. Bioautografi pencelupan/overlay
lempeng KLT.
Metode bioautografi dalam mendeteksi komponen yang aktif sebagai
1. Keuntungan:
mekanismenya.
2. Kerugian:
b. Hasil tidak valid karena kemungkinan adanya kontaminan dari luar atau karena
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Autoklaf, Bejana
maserasi, Bunzen, Cawan petri, Chamber, Gelas ukur, Inkubator, Laminar air flow (LAF),
Lempeng KLT, Neraca analitik, Ose, Oven, Rotavapor, Spoit, dan Waterbath.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Air suling,
Benzene, Daun Maja, Etanol 96%, Etilasetat, Heksan, Kloroform, Malassezia furfur, medium
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah tanaman daun Maja (Aegle marmelos L.) yang
2. Sampel
17
D. Teknik Pengumpulan Data
Bahan uji berupa Daun Maja diambil pada pagi hari kemudian dicuci di air
mengalir, disortasi basah, kemudian proses perajangan (potong kecil-kecil) dan dikeringkan
dalam bejana maserasi. Ditambahkan pelarut etanol 96 % sampai sampel terendam kurang
lebih 2 cm di atas permukaan sampel. Diaduk-aduk lalu didiamkan selama 5 hari. Setelah 5
hari, disaring kemudian diganti dengan pelarut baru. Dilakukan penggantian pelarut hingga
3. Sterilisasi alat
Beberapa alat yang akan digunakan melalui tahap sterilisasi yang bertujuan
mematikan semua bentuk kehidupan mikroorganisme yang ada pada alat. Khusus alat-alat
gelas disterilkan dalam oven pada suhu 1800C selama 2 jam, sedangkan alat ose bulat dan
pingset disterilkan dengan cara pemijaran api spritus. Alat yang mempunyai ukuran atau
Cara pembuatan :
suling hingga semua bahan larut. Dimana untuk melarutkan bahan tersebut dilakukan
pemanasan sampai semua bahan tersebut larut lalu dicek pHnya 5-6 dan disterilkan
dalam otoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 2 atm selama 15 menit.
18
5. Identifikasi komponen kimia secara Kromatografi Lapis Tipis
dengan cara diambil MeOH sebanyak 2 ml dimasukan ke dalam stock erlenmeyer, diambil
b. Penjenuhan chamber
Cairan pengelusi yang akan digunakan sebagai fase gerak dimasukan ke dalam
chamber yang tertutup. Kedalam eluen tersebut kemudian dimasukkan potongan kertas saring
yang berlebih sampai keluar dari chamber. Jika bagian luar kertas saring sudah basah
Pada lempeng KLT dibuat batas penotol dan batas elusi (batas atas 0,5 cm dan
batas bawah 1,5 cm), kemudian diaktifkan di dalam oven dengan suhu 105-110 oC selama 30
menit.
penotol secara tegak lurus sehingga diperoleh penotolan yang baik, kemudian diangin
anginkan lalu dimasukkan kedalam chamber yg telah dijenuhkan. Posisi lempeng berdiri
dengan kemiringan kira-kira 80o dari dinding chamber. Chamber ditutup dan biarkan lempeng
terelusi sampai batas tanda bagian atas lempeng. Setelah sampai di batas tanda, lempeng
diangkat. Kemudian lempeng diletakkan pada permukaan medium yang telah disapukan
19
e. Pengamatan bercak noda pada sinar UV
Diambil lempeng yang telah ditotolkan ekstrak yang telah mencapai batas atas
6. Penyiapan jamur
a. Peremajaan jamur
Jamur yang digunakan adalah Malassezia furfur dari stok murni masing-masing
diambil 1 ose, lalu diinokulasi pada media Potato Dextrose Agar (PDA) miring, diinkubasi
b. Pembuatan Suspensi
steril.
7. Pengujian
Medium Potato Dextrose Agar (PDA) dituang secara aseptik kedalam cawan petri
Setelah itu, lempeng sintetik yang telah ditotolkan dengan ekstrak dimasukkan
dengan cara meletakan lempeng KLT tersebut pada permukaan medium berisi suspensi jamur
selama 15-30 menit. Lalu lempeng sintetik tersebut diangkat. Kemudian diinkubasi pada suhu
20
E. Pengamatan Dan Pengukuran Diameter Hambatan
komponen kimia dilakukan setelah diinkubasikan selama 1x24 jam, kemudian diameter zona
hambatan yang terbentuk diukur dengan menggunakan alat jangka sorong. Kemudian
F. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan nilai Rf hasil KLT dan zona hambat
G. Penarikan Kesimpulan
21