Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

PEMASARAN FARMASI DAN KEWIRAUSAHAAN


“WIRASWASTA DAN WIRAUSAHA”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
NAMA :
1. SILVANA PAPOIWO (517 011 094)
2. IBNU HAJAR ASSALAFY (517 011 231)
3. MARIA ANISIA BAU (517 011210 )
4. LENI IRNAYANTI ( 516 18 011 514 )
5. ANGGUN OKTAVIANA PERTIWI ( 516 18 011 501)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASKTI
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

      Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “Wirausaha dan wiraswasta ”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Pemasaran Farmasi dan Kewirausahaan ”. Kami juga berharap semoga
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.

       Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi
bermanfaat bagi kita semua.

                                                                       

Makassar, 2November 2020`

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A.    Latar Belakang........................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah...................................................................................... 1

C.     Tujuan Pembahasan.................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2

A. Apa pengertian wiraswasta?........................................................................ 2


B. Apa pengertian Wirausaha………………………………………….………..10
C. Wirausaha Pemerintah ………………………………………………………18
D. Macam2 tipe wirausaha………………………………….…………………..24
E. Macam-macam profil wirausaha………………………………………..…..29
F. Bagaimana Perbedaan antara wirausaha dengan wiraswasta?................... 31
                                                 
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 35

A.    Kesimpulan................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 36

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Semakin maju negara maka semakin banyak yang terdidik, dan banyak pula
orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingkan dunia wirausaha.
pembangunan akan semakin maju dengan ditunjang oleh wiraysahawan yang
dapat membuka lapangan kerja kerena kemampuan pemerintah yang sangat
terbatas. Nmun, untuk mnjadi seorang wirausahawan diperlukan berbagai
kemampuan yang terdapat didalam sifat –sifat, ciri-ciri, dan karakteristik yang
harus dimiliki seorang wirausaha seorang wirausaha haruslah seorang yang
mampu melihat kedepan. Melihat kedepan bukan melamun kosong tetapi, melihat
berfikir dengan penuh perhitungan, mencari pilihan dari berbagai altrnatif masalah
dan pemecahannya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kewirausahaan dan wiraswasta ?
3.      Perbedaan antara wirausaha dengan wiraswasta?
4.      Bagaimana Pemanfaatan waktu ?

C.    Tujuan
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dan memberikan
sedikit banyak pengetahuan tentang sifat –sifat wirausaha dan wiraswasta agar
kita dapat memahami dan mendapatatkan sedikit banyaknya pengetahuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wiraswasta
Wiraswasta dihubungkannya dengan istilah Saudagar. Walaupun sama
artinya dalam bahasa Sansekerta, tetapi maknanya berlainan. Wiraswasta terdiri
atas tiga kata: wira, swa dan sta, masing-masing berarti; wira adalah manusia
unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani pahlawan/pendekar
kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya sendiri; sta artinya berdiri.
Sedangkan Saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau berarti seribu, dan dagar
artinya akal. Jadi, Saudagar berarti seribu akal. (Taufik Rashid)Daoed Yoesoef
menyatakan bahwa seorang wiraswasta adalah:
Memimpin usaha, baik secara teknis dan/atau ekonomis, dengan berbagai aspek
fungsionil seperti berikut :
a.       Memiliki, dipandang dari sudut permodalan, mungkin secara penuh (owner)
atau secara bagian (co-owner)
b.      Mengurus dalam kapasitas sebagai penanggung jawab, sebagai manager
c.       Menerima tantangan ketidakpastian dan karenanya menanggung resiko
ekonomi yang sulit diukur secara kuantitatif dan kualitatif
d.      Mempelopori usaha baru, menerapkan kombinasi-kombinasi baru, jadi disini
wiraswasta sebagai pionir, tokoh yang dinamis, organisator, coordinator
e.       Penemu (inovator), peniru (imitator) dan yang berhubungan dengan ini,
penyalur memindahkan teknologi.[2]
Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wirausaha.
Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa pengertian wiraswasta sama
dengan wirausaha, demikian pula penggunaan istilah wirausaha seperti sama
dengan wiraswasta.

Seorang pelopor yang gigih mengintrodusir dan memasyarakatkan istilah


Wiraswasta ini ialah DR. Suparman Sumahamijaya sejak tahun 1967 melalui
berbagai ceramah. DR. Suparman S. sebagai dosen Fakultas Ekonomi UNPAD

2
sangat menekankan peluang kelompok kreatif entrepreneur Indonesia untuk
mengangkat bangsa Indonesia dari lembah kemiskinan.

Istilah wiraswastawan ada yang menghubungkannya dengan istilah


saudagar. Walaupun sama artinya dalam bahasa Sansekerta, tetapi maknanya
berlainan. Wiraswasta terdiri atas tiga kata: wira, swa, dan sta, masing-masing
berarti; wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani,
pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya
sendiri; dan sta artinya berdiri.

Sedangkan saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau berarti seribu, dan
dagar artinya akal. Jadi, saudagar berarti seribu akal. (Taufik Rashid, 1981: 4)
Bertolak dari ungkapan etimologis di atas, maka wiraswasta berarti keberanian,
keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan
permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. (Wasty
Soemanto, 1984: 43).

Manusia wiraswasta mempunyai kekuatan mental yang tinggi sehingga


memungkinkan ia melompat dan meluncur maju ke depan di luar kemampuan
rata-rata, adakalanya wiraswastawan tidak berpendidikan tinggi.

Lihatlah nama-nama seperti Henry Ford, Thomas Edison, Philips, Krupp,


Mitsui, Sciciro Honda, Bahrudin, Pardede dan sebagainya. Diantara mereka itu
ada yang berasal dari kaum bangsawan, sarjana, tetapi kebanyakan termasuk
orang yang tidak tinggi sekolahnya.

Melihat kepada pengertian-pengertian di atas, maka DR Daoed Yoesoef


(1981: 78) menyatakan bahwa seorang wiraswasta adalah:

1. Memimpin usaha, baik secara teknis dan/atau ekonomis, dengan berbagai aspek
fungsionil seperti berikut:

a. memiliki, dipandang dari sudut permodalan, mungkin secara penuh (owner)


atau secara bagian (co-owner);

3
b. mengurus dalam kapasitas sebagai penanggung jawab atau manager;

c. menerima tantangan ketidakpastian dan karenanya menanggung resiko


ckonomi yang sulit diukur secara kuantitatif dan kualitatif;

d. mempelopori usaha baru, menerapkan kombinasi-kombisasi baru, jadi di


sini wiraswasta sebagai pionir, tokoh yang dinamis, organisator,
koordinator;

e. penemu (inovator), peniru (imitator), dan yang berhubungan dengan ini,


penyalur memindahkan teknologi.

2. Memburu keuntungan dan manfaat secara maksimal.

3. Membawa usaha ke arah kemajuan, perluasan, perkembangan, melalui jalan


kepemimpinan ekonomi, demi:

a. kenaikan prestise;

b. kebebasan (independency), kekuasaan dan kehormatan;

c. kontinuitas usaha.

Hal yang terakhir ini merupakan perbuatan yang di dorong tidak hanya oleh motif
ekonomi tetapi juga oleh pertimbangan-pertimbangan psikologis ,sosiologis, dan
bahkan politis. Fungsi apa yang dilakukan oleh seorang kepadanya tipe
kepribadian tertentu. Dipandang dari sudut ini kiranya dewasa ini dapat dibedakan
lima tipe pokok wiraswasta :

1. Wiraswasta sebagai orang vak, "captain of industry", di suatu bidang al yang


terakhir ini merupakan perbuatan yang didorong tidak hanva oleh motif
ekonomi tetapi juga oleh pertimbangan-pertimbangan psikologis, wiraswasta
serta bagaimana dia melakukan itu pada gilirannya memberikan ini dapat
dibedakan lima tipe pokok wiraswasta: tertentu, di mana ia membaktikan
prestasi teknik dan mengadakan penemuan ataupun peníruan. Perhatian
utamanya adalah aspek teknik dari usaha yang dijalankannya, sedangkan

4
langganan diperolehnya tidak secara disengaja tetapi melalui mutu barang
dan/atau mutu prestasinya.

2. Wiraswasta sebagai orang bisnis, yang terus menèrus secara tekun menganalisa
kebutuhan dan selera masyarakat, menimbulkan kebutuhan- kebutuhan baru
melalui reklame.. Perhatian dan keprihatinan utamanya adalah angka dan
grafik penjualan dan karenanya juga barang (produksi) yang mempunyai masa
depan yang cerah.

3. Wiraswasta sebagai orang uang, yang mengumpulkan dan menyalurkan dana,


mendirikan concern, yang pada pokoknya bergerak di pasaran uang dan
modal.

4. Wiraswasta sebagai social engineer, pengusaha yang berusaha mengikat para


pekerjanya melalui berbagai karya sosial (welfareworks), baik atas
pertimbangan mora! ataupun berdasarkan perhitungan zakelijk, yaitu
mengelakkan kerugian yang diakibatkan pertukaran personil yang terlalu
kerap dan cepat.

5. Wiraswasta sebagai manajer, yang memajukan usahanya dengan menggunakan


pengetahuan-pengetahuan bisnis modern dan mem- perhitungkan sepenuhnya
azas efisiensi. Di sini usaha meraih keuntungan tidak lagi sinonim dengan
usaha mencapai pendapatan yang sebesar mungkin bagi si pengusaha, sebab
alam pribadi pengusaha terpisah dari alam usaha itu sendiri.

Untuk menjadi seorang wiraswasta, sikap mental berani tetapi dengan


perhitungan yang matang sangat membantu keberhasilannya. Perolehan hasil
pendidikan formal juga membantu, tetapi menurut hasil penelitian Charles
Schriber, keberhasilan seseorang yang ditentukan oleh pendidikan formal banya
sebesar 15%, dan selebihnya (85%) ditentukan oleh sikap mental atau
kepribadian. Oleh sebab itu, pendidikan di sekolah kita, SLTP. SMU, dan PT
vang selama ini sangat mengagungkan transfer ilmu pengetahuan, dan melupakan
aspek-aspek pembinaan mental, telah membawa generasi remaja ke
pengangguran. Pembinaan aspek mental misalnya penegakan disiplin melatih

5
kejujuran dalam ujian, menyelesaikan tugas, bertanggung jawab. berani karena
benar, takut karena salah, ini sudah tidak diperhatikan. Anak- anak muda kita
banyak dirasuki oleh adegan-adegan film, sinetron, yang mempertontonkan
bagaimana cara mengeroyok orang, memfitnah orang, melawan atau menghardik
ibu bapaknya, balas dendam, lempar batu sembunyi tangan, lepas tanggung jawab,
cari kambing hitam, tawuran antara sekolah dan sebagainya. Ini semua adalah
didikan yang salah yang membuat siswa suka melawan guru, baik secara terang-
terangan dan kebanyakan secara sembunyi-sembunyi, menggunakan tangan orang
lain. Pribadi semacam ini tidak akan berhasil dalam memasuki dunia wiraswasta.

Kita mengharapkan secara nasional, kita memiliki bangsa yang kelak dapat
berdiri penuh atas nilai-nilai kepribadian yang bermutu tinggi. Jadi
kewiraswastaan terdiri dari 3 bagian pokok yang tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya, yaitu:

1. Sikap mental wiraswasta.

2. Kewaspadaan mental wiraswast

3. Keahlian dan keterampilan wiraswasta.

Bagian ke-3 ini telah banyak didapatkan dari pendidikan sekolah- sekolah
yang ada. Akan tetapi, bagian ke-l dan ke-2 masih memerlukan banyak waktu dan
pemikiran untuk mengembangkannya.

Khususnya untuk masyarakat pedesaan, yang tingkat pendidikan


formalnya rata-rata hanya tamat Sekolah Dasar, maka pendidikan kewira-
swastaan ini harus secara penuh diberikan untuk tiga unsur di atas. Dorongan
untuk memajukan wiraswasta adalah seperti sebuah mobil yang tidak punya
dinamo. Bila sang mobil didorong-dorong maka akan berjalan. Akan tetapi, begitu
berhenti didorong, maka mobil pun berhenti. Bukankah yang kita perlukan
dinamo? Dinarno yang dimaksudkan adalah daya penggerak diri.

Jadi, setiap orang harus kita berikan dinamo itu agar dia dapat berjalan
sendiri tanpa perlu didorong. Demikianlah peranan pendidikan kewira- swastaan

6
dalam memotivasikan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Dengan kata lain, bahwa untuk menjadikan jumlah penduduk yang besar menjadi
modal pembangunan adalah melalui pendidikan kewiraswastaan.

Menurut Prof DR Haryati Subadio, pengertian Wiraswasta adalah manusia


teladan yang berbudi luhur yaitu manusia yang mampu berdiri atas kemampuan
sendiri, tidak saja dalam sektor swasta tapi juga dalam sector negara.

Sedangkan DR Sudjoko menyatakan bahwa wiraswasta adalah mereka


yang memiliki dan masih memiliki nilai-nilai manusia perintis, pelopor dan
kepribadian wiraswasta. jiwa semangat dan keterampilan wiraswasta.

Suharsono Sagir menulis wiraswasta adalah seorang yang mot utamanya


adalah ketekunan yang dilandasi sikap optimis, kreatif dan melakukan usaha
sebagai pendiri pertama disertai dengan keberanian me- nanggung resiko
berdasarkan suatu perhitungan dan perencanaan yang tepar

Fadel Muhammad menyatakan bahwa wiraswasta adalah orang yang


pejuang kemerdekaan, pejuang kemajuan. Nilai-nilai ini adalah watak,
memfokuskan diri pada peluang bukan pada resiko. Wiraswasta bukanlah
pengambilan resiko melainkan penentu resiko.

Adapula yang berpendapat bahwa wiraswasta adalah kreativitas dan sikap


tindak manusia yang mampu mengkoordinir sumber alam, tenaga manusia dan
peralatannya menjadi benda-benda dan jasa-jasa ekonomi

Selanjutnya Soesarsono Wijandi (1988: 24) menulis pengertian wiraswasta


bukanlah teladan dalam usaha partikelir (swasta), melainkan adalah sifat-sifat
keberanian, keutamaan, keteladanan dan semangat yang bersumber dari kekuatan
sendiri, dari seorang pendekar kemajuan, baik dalam kekaryaan pemerintahan
maupun dalam kegiatan apa saja di luar peme- rintahan dalam arti yang menjadi
pangkal keberhasilan seseorang (Sumahamijaya, 1980). Dengan demikian,
wiraswasta juga mancakup semua aspek pekerjaan termasuk karyawan
pemerintahan, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN). petani, warga

7
angkatan bersenjata, dan sebagainya. Oleh karena itu, pernah orang menyarankan
untuk menggunakan istilah *wirakarya' yang mencakup lingkup pengertian
tersebut, sedangkan pengertian "wirnswasta' hanya diperuntukkan bagi lingkup
usaha swasta. Apa pun istilah yang digunakan, aspek kemandirian dan wira
merupakan aspek yang khas dan penting dalam kewiraswastaan.

Istilah 'swasta' sebagai pengganti istilah 'partikelir' atau private telah ada
dan dikenal sebelum istilah wiraswasta ada, sehingga kurang tepat jika istilah
wiraswasta hanya dikaitkan atau diasosiasikan dengan pengertian "usaha swasta'.
Pengertian swasta dari kata private sebenarnya mencakup pengertian 'segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah khusus perseorangan atau grup', atau
juga dapat berarti 'segala sesuatu yang bersifat tidak terbuka untuk umum atau
yang tidak diawasi secara langsung olch pemerintah' (Kamus Webster, 1967). Di
Malaysia dan Singapura, perusahaan Pe semula bertanda Pte (private) kemudian
diganti dengan istilah setempat (bahasa Melayu), yaitu Sdn (sendirian).

Moh. Said Reksohadiprodjo (1976: 80) menulis, bilamana istilan


wiraswasta diterima wira atau prawira berarti apa yang bersifat mulia atau luhur,
dan swasta yang biasanya digunakan untuk menyatakan pihak bukan- pemerintah,
sebenarnya berarti kemampuan untuk berdiri (=sta) atas kekuatan sendiri (=swa).
jadi kemampuan untuk berdikari, otonom, berdaulat atau menurut Ki Hajar
Dewantara merdeka lahir batin.

Jadi scorang wiraswasta adalah seorang usahawan yang di samping


mampu berusaha dalam bidang ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara
tepat-guna (tepat dan berguna, efektif dan efisien), juga berwatak merdeka lahir
batin serta berbudi luhur. Dengan demikian, maka seorang wiraswasta tidak akan
menjadi 'economic amimal".

Gambaran ideal manusia wiraswasta adalah orang yang dalam keadaan


bagaimanapun daruratnya, tetap mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk
menolong dirinya keluar dari kesulitan yang dihadapinya, termasuk mengatasi
kemiskinan tanpa bantuan instansi pemerintah atau instansi sosial. Dan dalam

8
keadaan yang biasa (tidak darurat) manusia-manusia wiraswasta bahkan akan
mampu menjadikan dirinya maju. kaya, berhasil lahir dan batin.

DR. Suparman menyatakan ciri manusia wiraswasta sebagai berikut:

1. Tahu apa maunya, dengan merumuskannya, merencanakan upayanya, dan


menentukan program batas waktu untuk mencapainya.
2. Berpikir teliti dan berpandangan kreatif dengan imajinasi konstruktif.
3. Siap mental untuk menyerap dan menciptakan kesempatan serta siap mental
dan kompetensi untuk memenuhi persyaratan kemahiran mengerjakan sesuatu
yang positif.
4. Membiasakan diri bersikap mental positif maju dan selalu bergairah dalam
setiap pckerjaan.
5. Mempunyai daya penggerak diri yang selalu menimbulkan inisiatif.
6. Tahu mensyukuri dirinya, waktu, dan mensyukuri lingkungannya.
7. Bersedia membayar harga kemajuan, yaitu kesediaan berjerih payah.
8. Memajukan lingkungan dengan menolong orang lain, agar orang lain dapat
menolong dirinya sendiri
9. Membiasakan membangun disiplin diri, bersedia menabung dan membuat
anggaran waktu dan uang.
10. Selalu menarik pelajaran dari kekeliruan, kesalahan dan pengalaman pahit,
serta berprihatin selalu.
11. Menguasai salesmanship (kemampuan jual), memiliki kepemimpinan, dan
kemampuan memperhitungkan resiko.
12. Mereka berwatak maju dan cerdik, serta percaya pada diri sendiri.
13. Mampu memusatkan perhatiannya terhadap setiap tujuannya.
14. Berkepribadian yang menarik. memahami seni berbicara dan seni bergaul.
15. Jujur, bertanggung jawah, ulet, tekun dan terarah.
16. Memperhatikan kesehatan diri, tidak suka begadang, jangan menjadi perokok
berat, tidak minum alkohol, dan narkotik.
17. Menjauhkan diri dari sifat iri, dengki, rakus, dendam, takut disaingi, khawatir
dan ragu-ragu (hambatan yang dibuat sendiri).

9
18. Tunduk dan bersyukur kepada Tuhan YME untuk mendapatkan ridhonya,
beriman dan memperhatikan hukum Allah, peraturan dan hukum yang berlaku
sebagai pedoman. (Suparman Sumahamijaya, 1981: 5)

Dari sekian banyak pandangan tentang pengertian wiraswasta, ten cukup


membingungkan.

Seperti ada yang menyatakan seorang wiraswasta adalah orang melakukan


usaha sebagai pendiri pertama. Timbul pertanyaan bagaimana jika scorang anak
mewarisi kegiatan bisnis ayahnya, kemudian bisnisnya melejit ocrkembang
membangun sebuah kerajaan bisnis besar. Apakah anaknya bukan scorang
wiraswasta? Juga ada pendapat seseorang yang bekerja di perusahaan non
pemerintah, dia bukan seorang wiraswasta, tetapi dia tidak lain sebagai
administrator atau pelaksana perintah yang telah digariskan oleh top manage-
ment. Dalam kebingungan ini, maka untuk sementara yang dapat kita sepakati
seorang wiraswasta ialah seseorang yang memiliki pribadi hebat, produktif,
kreatif, melaksanakan kegiatan pereneanaan bermula dari ide sendiri. kemudian
mengembangkan kegiatannya dengan menggunakan tenaga orang lain dan selalu
berpegang pada nilai-nilai disiplin dan kejujuran yang tinggi.

Jika ada orang melaksanakan usaha, mencapai kemajuan sebagian besar


melalui KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) atau hanya sebagai calo, tukang
catut, maka dia itu tak tergolong wiraswasta sejati. Kerajaan bisnis seperti ini akan
mengalami kehancuran pada waktunya.

B. Pegertian wirausaha
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti :pejuang,
pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah beranidan berwatak
agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuatsesuatu. Jadi wirausaha
adalah pejuang atau pahlawan yang berbuatsesuatu. Ini baru dari segi etimologi
(asal usul kata). Menurut KamusBesar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang
yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi

10
baru,menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur
permodalan operasinya serta memasarkannya. Dalam lampiran Keputusan
Menteri Koperasi dan PembinaanPengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995,
dicantumkan bahwa: Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap,
perilakudan kemampuan kewirausahaan. Kewirausahaan adalah semangat, sikap,
perilaku dan kemampuanseseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang
mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara
kerja,teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalamrangka
memberikan  pelayanan yang lebih baik dan atau  memperoleh keuntungan  yang
lebih besar.[1]
Berikut ini digambarkan perkembangan teori dan definisi wirausaha yang
asal katanya adalah terjemahan dari entrepreneur. Istilah wirausaha ini berasal dari
entrepreneur (bahasa Perancis) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris
dengan arti between taker atau go-between.

Perkembangan teori dan istilah entrepreneur adalah sebagai berikut:

- Asal kata entrepreneur dari bahasa Perancis berarti between taker atau go-
between
- Abad Pertengahan: Berarti aktor atau orang yang bertanggungjawa dalam
proyek produksi berskala besar
- Abad 17 diartikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rug dalam
mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah denga menggunakan fixed
price
- Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan entrepreneur secbagai orang yang
menanggung resiko yang berbeda dengan orang memberi modal
- Tahun 1797, Bedeau menyatakan wirausaha sebagai orang yang menanggung
resiko, yang merencanakan, supervisi, mengorganisasi dan memiliki
- Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya pemisahan antara
keuntungan untuk entrep[reneur dan keuntungan untuk pemilik modal

11
- Tahun 1876, Francis Walker, membedakan antara orang menyediakan modal
dan menerima bunga, dengan orang yang menerima keuntungan karena
keberhasilannya memimpin usaha
- Tahun 1934, Joseph Schumpeter, seorang entreprencur adalah seorang
inovator dan mengembangkan teknologi
- Tahun 1961, David McLelland, entrepreneur adalah seorang yang energik dan
membatasi resiko
- Tahun 1964 Peter Drucker, seorang entrepreneur adalah seseorang yang
mampu memanfaatkan peluang
- Tahun 1975, Albert Shapero, seorang yang memiliki inisiatif, mengor- ganisir
mekanis sosial dan ekonomi, dan menerima resiko kegagalan
- Tahun 1980, Karl Vesper, seorang entrepreneur berbeda dengan seorang ahli
ekonomi, psychologist, business persons, dan politicians
- Tahun 1983, Gifford Pinchot, intrapreneur adalah seorang entrepreneur dari
dalam organisasi yang sudah ada/organisasi yang sedang berjalan
- Tahun 1985, Robert Hisrich :Entrpreneur adalah the process of creating
something different with value by devoting the necessary time and effort,
assuming the accompanying finaneial, psychological, and social risks and
receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction (En-
trepreneur adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda
dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan
menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam
bentuk uang dan kepuasan pribadinya.

Sebagai contoh dari pengertian go-between atau perantara yang


dimaksudkan dalam istilah bahasa Prancis entrepreneur adalah pada saat
Marcopolo yang mencoba merintis jalur pelayaran dagang ke timur jauh. Dia
setuju menandatangani kontrak untuk menjual barang dari seorang pengusaha.
Kontrak ini memberikan pinjaman dagang kepada Marcopolo dengan bagian
keuntungan sebesar 22,5% termasuk asuransi. Pemilik modal tidak menanggung
resiko apa-apa sedangkan si pedagang yang berlayar menanggung resiko besar.

12
Pada saat pelayaran tiba di tujuan dan barang dagangan dijual maka si pemilik
modal menerima keuntungan lebih dari 75% sedangkan si pedagang mencrima
keuntungan lebih kecil.

Kemudian pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk


menggambarkan seorang aktor sebagai orang yang memimpin proyek produksi.
Orang ini tidak menanggung resiko akan tetapi pemimpin proyek menyediakan
sumber-sumber yang diperlukan. Bentuk entrepreneur pada abad pertengahan ini
berbentuk clerical yaitu orang yang bertanggungjawab dalam pekerjaaan arsitek
seperti untuk pekerjaan bangunan istana dan sebagainya.

Pada abad ke 17 istilah entrepreneur digambarkan sebagai orang yang


melakukan kontrak pekerjaan dengan pemerintah untuk memasok produk tertentu.
Kontrak ini memakai harga tetap keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari
pekerjaan ini adalah merupakan imbalan dari kegiatan wirausaha.

Pengertian Wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh joseph Schumpeter


adalah Entrepreneur as the person who destroys the existing eco. nomic order by
introducing new products and services, by creating new form of organization, or
by exploiting new raw materials.

Jadi menurut Joseph Schumpeter Entreprenuer atau Wirausaha adalah


orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang
dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah
bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis
yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada. Di
dalam buku THE PORTABLE MBA IN ENTRE- PRENEURSHIP diberikan
definisi yang lebih luas dari definisi Joseph Schumpeter tadi. Secara lengkap
definisinya adalah sebagai berikut: Entrepre- neur is the person who perceives an
opportunity and creates an organization to pursue it (Bygrave, 1994:2).

Dalam definisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang
melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk
memanfaatkan peluang tersebut. Pengertian wirausaha di sini menekankan pada

13
setiap orang yang memulai sesuatu bisnis yang baru. Sedangkan proses
kewirausahaan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan
memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi.

Peter Drucker berkata bahwa wirausaha tidak mencari resiko, mereka


mencari peluang (David Osborne, 1992: xvi).

Seorang inovator dan wirausaha yang terkenal dan sukses membangun


sehuah bisnis besar, umumnya mereka bukan penanggung resiko, tetapi meieka
mencoba mendefinisikan resiko yang harus mereka hadapi dan mereka
meminimalkan resiko tersebut. Jika kita berhasil mendefinisikan resiko kernodian
membatasinya, dan mereka secara sistematis dapat menganalisis berbagai
peluang, serta mengeksploitasinya maka mereka akan dapat meraih keuntungan
membangun sebuah bisnis besar.

Melihat uraian di atas, dan juga dalam berbagai tulisan/literatur tampak


adanya pemakaian istilah saling bergantian antara wiraswasta dan wirausaha. Ada
pandangan yang menyatakan bahwa wiraswasta sebagai pengganti dari istilah
entrepreneur. Ada juga pandangan untuk istilah entrepreneur digunakan
wirausaha, sedangkan untuk istilah entrepreneurship digunakan istilah
kewirausahaan, Akhirnya disimpulkan bahwa istilah wiraswasta sama saja dengan
wirausaha, walaupun rumusannya berbeda-beda tetapi isi dan karakteristiknya
sama. Menurut penulis terdapat perbedaan fokus antara kedua istilah tersebut.
Wiraswasta lebih fokus pada objek, ada usaha yang mandiri, sedang wirausaha
lebih menekankan pada jiwa, semangat, kemudian diapli- kasikan dalam segala
aspek kehidupan. Dosen perguruan tinggi, para birokrat di kantor pemerintahan
harus ditanamkan pengetahuan kewirausahaan, agar jiwa dan semangatnya beda.
Mereka akan lebih kreatif, efisien tidak selalu ingin menghabiskan anggaran, dsb.
Pegawai negeri tidak perlu berwiraswasta. tetapi mereka diharuskan memiliki jiwa
wirausaha. Perhatikanlah pandangan- pandangan dengan berbagai rumusan dan
uraian berikut.

14
Sochardi Sigit (1980: 1). menyatakan bahwa kata "entrepreneur' secara
tertulis digunakan pertama kali oleh Savary pada tahun 1723 dalam bukunya
*Kamus Dagang'.

Menurut Savary, yang dimaksud dengan 'entrepreneur' ialah orang yang


membeli barang dengan harga pasti, meskipun orang itu belum tahu dengan harga
berapakah barang (atau guna ekonomi) itu akan dijual kemudian.

Salain itu banyak penulis yang memberi arti berbeda-beda, apa yang
dimaksud dengan 'entrepreneur' dan apa yang dimaksud dengan 'entrepre-
neurship'. Dari berbagai pendapat, dapatlah kiranya diketengahkan adanya
perbedaan-perbedaan pendapat apa yang discbut entrepreneur:

- ada yang mengartikan sebagai orang yang menanggung resiko:


- ada yang mengartikan sebagai orang yang mengurus perusahaan:
- ada yang mengartikan sebagai orang yang memobilisasi dan meng- alokasikan
modal;
- ada yang mengartikan sebagai orang yang mencipta barang baru;
- dan sebagainya.

Sebagai contoh, di Amerika sendiri istilah enterpreneur memberikan


gambaran atau image yang berbeda-beda. Misalnya dalam suatu kepustakaan yang
dimaksud entrepreneur atau 'entreprising man' ialah orang yang:

- mengambil resiko;
- berani menghadapi ketidakpastian:
- membuat rencana kegiatan sendiri:
- dengan semangat kebangsaan melakukan kebaktian dalam tugas;
- menciptakan kegiatan usaha dan kegiatan industri yang sebelumnya tidak ada

Dalam beberapa segi pandangan hikayat Amerika, entrepreneur di


gambarkan sebagai tokoh pahlawan yang membuka hutan, menaklukkan Sunung,
membendung sungai menciptakan dam, membangun masyaraka baru, menanjak

15
dari orang yang tiada sampai menjadi orang berada, kesemuanya itulah yang
membentuk bangsa Amerika sebagai bangsa baru.

Dalam kepustakaan bisnis beberapa Sarjana Amerika memberi arti on


trepreneurship sebagai kegiatan individual atau kelompok yang membuka usaha
baru dengan maksud memperolch keuntungan (laba), memelihara usahu itu dan
membesarkannya, dalam bidang produksi atau distribusi barang- barang ekonomi
atau jasa.

Meskipun orang dapat memberi arti 'entrepreneur dan entrepreneur- ship'


berbeda-beda, namun pendapat Schumpeter pada tahun 1912 masih banyak
diikuti-berbagai kalangan. Pendapat Schumpeter yang masih banyak diikuti dan
diterima itu disebutkan oleh seorang penulis sebagai berikut: ada.

"Bagi Schumpeter, scorang entrepreneur tidak selaiu seorang pedagang


(businessman) atau seorang manager; ia (entrepreneur) adalah orang yang unik
yang berpembawaan pengambil resiko dan yang memperkenalkan produk-produk
inovative dan teknologi baru ke dalam perekonomian. Schumpeter membedakan
dengan tegas antara proses invention dengan inovation. Hanya sedikit pengusaha
(businessman) yang dapat melihat ke depan dan inovative yang dapat merasakan
potensi invention baru dan memanfaatkannya. Setelah pengenalan inovation yang
berhasil dari entrepre- neur, maka pengusaha-pengusaha lain mengikutinya dan
produk atau teknologi baru itu tersebar dalam kehidupan ekonomi.

Suparman Sumahamijaya (1981: 5) menulis: Entrepreneur dan fungsinya


yang unik sebagai penanggung resiko, pertama kali dikemukakan pada awal abad
ke 18 oleh Richard Cantillon, seorang Irlandia yang berdiam di Perancis, yang
mengutarakan dalam bukunya, Essai sur la Nature du Commerceen General, di
tahun 175S5 dengan istilah: "entrepreneur. Entrepre neur ini membeli barang dan
jasa-jasa dengan harga "tertentu", dengan maksud untuk dijual hasilnya dengan
harga yang "tidak pasti" di masa yang akan datang. Oleh karena itu, entrepreneur
dinyatakan memiliki fungsi pokok vang unik: Penanggung resiko tanpa jaminan.

16
Jadi, entrepreneur mengerjakan sebuah proyek dan menanggung resiko dalam
pelaksanaannya, terutama dalam resiko kcuangan.

Para pembuat teori ekonomi dan para penulis di masa lalu telah.
menyepakati perkntaan entrepreneur dalam arti: mereka yang memulai sebuah
usaha baru dan yang berani menanggung segala macam resiko serta mereka yang
mendapat keuntungannya.

Beberapa puluh tahun kemudian. Jean Baptist Say menggambarkan fungsi


entrepreneur dalam arti yang lebih luas, menekankan pada fungsi penggabungan
dari faktor-faktor produksi dan perlengkapan manajemen yang kontinyu dan
selain itu, juga sebagai penanggung resiko.

David Mc Clelland dalam bukunya The Achieving Society (1961),


mengungkapkan bahwa dorongan untuk mencapai keberhasilan merupakan motif
yang penting sekali, bukan saja untuk menentukan keberhasilan seseorang namun
juga keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan pembangunan.

Mc Clelland dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa berhasil


tidaknya suatu bangsa melaksanakan pembangunan tergantung kepada jumlah
penduduknya yang mempunyai motif untuk berhasil.

Sehubungan dengan changes of behaviour (perubahan tingkah laku) ini,


maka David Mc. Clelland berkata: Ada tiga sifat yang baku yang ada di dalam diri
setiap manusia, yaitu: need of power, need of affiliation, dan need of achievement.
Pada negara-negara sedang berkembang, maka kehausan akan kekuasaan (need of
power) adalah yang paling menonjol. Lihatlah perebutan kekuasaan yang terjadi
di negara kita atau di negara lain. Di negara lain, bisa terjadi perebutan kekuasaan
dengan cara menggulingkan pemerintahan yang sah. Cara menggulingkan itu
dapat dilakukan melalui kekerasan, demonstrasi masal ataupun melalui parlemen
dengan mosi tidak percaya.

Perebutan kekuasaan di negara kita terlihat melalui Pemilihan Umum. Kita


menyaksikan sepak terjang elit politik, berdialog, mempengaruhi massa, konfrensi

17
pers, debat politik, seminar, kampanye, wawancara TV, semua dilakukan dalam
rangka "need of power".Kemudian menyusul kehausan untuk berkumpul (need of
affiliation), sedang kehausan untuk berprestasi sangat sedikit. Kehausan untuk
berkumpul seperti membuat kelompok-kelompok dalam bentuk partai, organisasi,
club-club, dan berbagai bentuk persekutuan lainnya, di mana orang bisa bertemu,
mengembangkan informasi, dan saling menghargai satu sama lain.

Untuk menggerakkan penduduk agar berprestasi dalam pembangunan,


yang perlu dikobarkan adalah segala unsur-unsur yang dapat mendukung need of
achievement yang sekarang telah ditemukan. Seluruh unsur-unsur yang
mendukung need of achievement tersebut tidaklah mungkin kita pelajari melulu
dari Barat, tetapi hendaknya kita usahakan untuk menggali sendiri dari seluruh
unsur budaya yang bermakna dan bernilai tinggi yang terdapat dalam
perbendaharaan setiap suku yang ada di tanah air kita sendiri. Falsafat-falsafat
kehidupan yang sifatnya seperti virus mental yang terdapat di berbagai daerah di
Indonesia harus diinventarisir, kemudian unsur-unsur yang memajukan kita
kobarkan secara nasional dan unsur-unsur yang menghambat kita tinggalkan.

C. Wirausaha Pemerintah

Pandangan berwirausaha, sekarang tampaknya lebih maju dan me. masuki


sektor pemerintahan. Pemerintah mulai menginginkan pengelolaan bertindak
sebagai wirausaha, memperhatikan aspek-aspek ekonomis, untung/ rugi dalam
menjalankan, mengelola assets negara. Pemerintah mulai mengu. Fangi subsidi
yang makin lama terasa semakin merongrong keuangan negara, Jadl istilah
wirausaha inipun berlaku pula di dalam jajaran pemerintahan.

Wirausaha Pemerintah, dibahas panjang lebar oleh David Osborne dan


Ted Gaebler (1992) dalam buku yang berjudul Reinventing Goverment,
diterjemahkan "Mewirausahakan Birokrasi".

18
Pemerintah dengan seluruh jajarannya harus merubah orientasinya
terhadap rakyat. Pemerintah harus mengarahkan ketimbang mengayuh, harus
menyuntikan persaingan ke dalam pemberian layanan. Pemerintah harus
membiayai hasil, bukan masukan, harus berorientasi pelanggan, bukan birokrasi.
Pemerintah harus menghasilkan ketimbang membelanjakan melulu. Pemerintah
harus mencegah daripada mengobati. Pemerintah harus berorien- tasi pasar dan
mendongkrak perubahan melalui pasar. Rakyat harus memper- oleh kepuasan dari
segala sektor pelayanan pemerintah. Jika rakyat puas maka rakyat tidak segan
membayar pajak, retribusi, kontribusi dan sebagainya untuk kepentingan
pemerintahnya.

Pemerintah harus secara dini mencegah segala sesuatu terjadi, jangan


hanya fokus pada solusinya saja. Misalnya: Pemerintah jangan hanya fokus pada
kesejahteraan pegawai pemadam kebakaran, menambah mobil pemadam
kebakaran, menaikkan anggaran, tapi pemerintah juga harus mendidik rakyat agar
lebih berhati-hati, jangan mencuri listrik, ini dosa dan akan mengundang
malapetaka, sebagai hukuman, jangan menyambung listrik secara amatiran, vang
bisa menimbulkan kebakaran karena hubungan arus pendek, dsb. Pemerintah
jangan hanya meningkatkan anggaran kesehatan, anggaran kepolisian, tapi
pemerintah juga harus menjaga kebersihan, saluran limbah. tempat buang sampah,
makanan bergizi di sekolah, pengawasan keamanan lingkungan, dsb.

Mengusir pedagang kaki lima dari lokasi yang sudah lama mereka tempati,
atau melarang tukang becak agar tidak mengganakan jalan raya sebagai daerah
operasinya akan menimbulkan gejolak sosial. dan kadang- kadang harus dibayar
dengan harga mahal, karena muncul demonstrasi yang anarkis. Akan febih baik
jika sejak dini ditakukan pencegahan, misalnya dengan memasang rambu-rambu
dilarang berjualan di sini, dan ada pengawas setiap hari agar rambu tersebut
diindahkan. Jangan sekalipun membiarkan orang melanggar rambu-rambu
tersebut. Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati.

19
Wirausaha pemerintah ini berpijak pada pengertian wirausaha yang
dikemukakan olch Jean B.Say: sekitar tahun 1800 wirausaha adalah memindahkan
berbagai sumber ekonomi dari suatu wilayah dengan produktivitas rendah ke
wilayah dengan produktivitas lebih tinggi dan hasil yang lebih besar. Dengan kata
lain, seorang wirausahawan menggunakan sumber daya dengan cara baru untuk
memaksimalkan produktivitas dan efektivitas.

Fenomena sumber daya yang dijumpai dalam bidang pemerintahan selama


ini tampak begitu banyak pegawai yang tidak bekerja pengangguran tidak kentara,
ada yang kurang bertanggungjawab, kurang disiplin, kurang terampil, terjebak dan
tertekan di bawah komando birokrasi, tidak memiliki inisiatif, menunggu perintah
dari atas, kreativitasnya terhalang, kurang energi, kurang produktif, dan akhirnya
kurang layanan pada. masyarakat.

Peter Drucker menyatakan bahwa setiap orang bisa menjadi


wirausahawan, asal organisasinya menunjang dan kondusif untuk mendorong
kewirausahaan. Sebaliknya setiap wirausahawan bisa menjadi birokrat sejati,
apabila organisasinya disusun dalam alam birokrasi yang menghalangi munculnya
inisiatif, kreativitas dan sebagainya.

Gejala seperti ini mudah kita jumpai pada semua lapangan pekerjaan
pemerintah, seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, kantor Pemda, mulai
dari kantor lurah, camat sampai ke atas. perkantoran berbagai departemen. kantor
perusahaan air minum, PLN dan sebagainya.

Menurut Osborne tahun 1980-an muncul pertanyaan di majalah Time


"Sudah matikah Pemerintahan Tahun 1990-an?" dijawab Ya oleh kebanyakan
orang Amerika. Memang pada waktu itu, dunia persekolahan Amerika sangat
buruk layanannya dan mutunya, pemeliharaan kesehatan sama saja, pengadilan
kehakiman dan kejaksaan, polisi, rumah penjara manajemennya sangat kacau,
sulit memperoleh keadilan, banyak kota hampir pailit. Para pejabat berusaha
menghabiskan anggaran, untuk keperluan yang tidak penting seperti, (di negara
kita misalnya berkunjung ke negara lain, studi banding, dana perpisahan pejabat,

20
kenangan-kenangan bagi pejabat yang habis masa jabatan, dsb) agar tidak ada
anggaran tersisa yang harus dikembalikan ke pemerintah pusat. Tahun depan
mereka akan mengajukan anggaran baru dan akan diberi jatah yang lebih kecil,
karena tahun lalu, tidak habis. Pengajuan anggaran berbelit-belit dan
membutuhkan waktu lama, melalui rapat demi rapat, menunggu pengesahan dari
berlapis-lapis pejabat birokrat. Sistem anggaran semacam ini tidak mendorong
Pemda untuk bekerja efisien, hemat, dan membuat surplus dalam anggarannya
agar dapat menambah anggaran belanja tahun depan.

Pengalaman di negara kita birokrasi sangat menghambat perkembangan


wirausaha pemerintahan, seperti persetujuan untuk investor yang mau
menginvestasi modalnya di daerah tertentu, turunnya anggaran menunggu lama,
sehingga tidak sesuai dengan iklim yang berubah, seperti anggaran perbaikan
jalan baru turun pada musim hujan, anggaran perbaikan bangunan sangat lambat,
sehingga bangunannya runtuh, dsb. Anggaran PLN, anggaran Telkom, anggaran
PDAM turun dalam waktu yang berbeda, sehingga galian-galian dipinggir jalan
untuk saluran kabel, pipa, dilakukan berulang kali dalam tahun yang sama, sulit
mengkoordinasikannya. Akibatnya sangat tidak nyaman bagi masyarakat
pengguna jalan.

Dengan munculnya perubahan mendasar dari sentralisasi ke otonomi


daerah diharapkan akan berpengaruh banyak terhadap pembentukan wirausaha
pemerintahan, tapi tampaknya ada daerah yang cukup responsif mengubah cara-
cara birokrasi pemerintahannya namun ada juga yang lambat, bahkan lebih parah.

Ada daerah yang sudah mulai merubah layanan bagi publik, sekolah gratis,
menjaga keamanan, mengutamakan keselamatan warganya, meningkatkan
kesehatan, mengundang investor luar, mengajak perantau datang ke daerahnya
agar ikut memajukan masyarakat setempat, menjual objek wisata,
mempromosikan daerah, serta layanan cepat aparat Pemda, dsb. Pemda akan maju
apabila dalam eksekutif, legislatif dan masyarakatnya terdapat kemajemukan
etnis, bukan satu etnis saja. Jika hanya satu etnis maka tidak akan terjadi saling

21
asah, adu argumentasi, pemunculan ide baru, yang ada hanyalah bagaimana atasan
saja, karena atasan adalah sesepuh yang diturut, tidak boleh dibantah dalam
masyarakatnya.

Model pemerintahan birokrat, tidak cocok dengan pemerintahan


wirausaha. Pimpinan Wirausaha didorong oleh motif laba, mereka akan bertahan
dalam kerajaan bisnisnya, sepanjang mereka berhasil, akan tetapi dalam
pemerintahan birokrasi mereka harus pandai menjaga diri agar dapat terpilih
kembali.Wirausaha memperoleh uang dari langganannya sebagai kemenangan
dalam kompetisi, sedangkan birokrat memperoleh uang dari pengenaan pajak
yang makin lama makin tinggi, dan mempertahankan monopoli dalam bisnis
birokrat. Birokrat akan melayani anggota partai politik yang telah berjasa
memilihnya, sedangkan wirausaha akan melayani fangganan secara memuaskan,
agar tetap loyal dengan bisnisnya.

Pemerintah wirausaha akan mendekatkan diri pada pelanggan. Öleh sebab


itu, pemerintah ini harus memiliki customer satisfaction intelligent. mencoba
menyelidiki bagaimana layanan yang diberikan oleh karyawan Pemda kepada
publik, bagaimana layanan di kantor polisi, layanan PDAM, PLN, dsb. Harus ada
orang ditugaskan menyamar, sebagai konsumen/anggota masyarakat yang
membutuhkan layanan pemerintah. Jadi, lakukan survai pelanggan, kontak
pelanggan, wawancara pelanggan, surat menyurat. kotak saran, pejabat penyelidik
keluhan, buat kotak pos, nomor telepon bebas pulsa untuk saran-saran, kemudian
perlu dilakukan pelatihan bagaimana cara karyawan memberi pelayanan yang baik
terhadap pelanggan.

Jika ada ketidakpuasan yang dialami konsumen, harus segera diperbaiki,


harus segera direspons. Inilah yang disebut dengan organisasi yang responsif.

Pemerintah wirausaha yang berorientasi pada pelanggan akan mendorong


karyawan bertanggungjawab dan berperilaku yang fokus terhadap kepuasan
pelanggan, berusaha mendepolitisasi, tidak melibatkan pandangan politik tertentu
dalam memberikan layanan, (misalnya satu daerah menganut politik yang berbeda

22
dengan politik yang menguasai pemerintahan, sehingga desanya tidak mendapat
layanan dalam pembangunan) merangsang lebih banyak inovasi, memberi
kesempatan memilih altermatif bagi pelanggan, dsb.

Pemerintah wirasusaha dapat pula membentuk polisi wirausaha untuk


mendatangkan income bagi pemerintah, misalnya polisi diminta agar lebih aktif
menangkap pelanggar lalu lintas, tidak pandang bulu, kemudian langsung diberi
tilang dengan uang denda yang masuk akal, rasional, (tidak seperti denda Rp 1
juta bagi yang tidak memakai sabuk pengaman, ini aneh dan luar biasa, sudah
dapat dipastikan pengemudi tidak sanggup membayamya, satu- satunya jalan
solusinya adalah berdamai) Jika denda tilang ditetapkan secara normal, dan
terbayar oleh pikiran sehat, maka para pelanggar diminta langsung menyetorkan
denda tersebut ke bank. Harus ditutup peluang berdamai dengan polisi. Dengan
demikian akan diperoleh uang denda yang luar biasa besarnya. Untuk itu polisi
diberi bonus tiap bulan misalnya 50% dari uang denda yang terkumpul. Sistem ini
akan meningkatkan kesejahteraan polisi yang sering dikatakan sangat minim.

Menurut Osbone, polisi California, mengontrak sebuah motel murah


kemudian menyewakannya kepada para pengemudi yang mabuk menjadi menjadi
tahanan dan harus membayar kamar motel dengan tariff mahal.

Pemerintah wirausaha akan membentuk pemerintahan desentralisasi,


bukan sentralisasi, bekerja dengan menetapkan visi dan misi yang akan menjadi
pedoman oleh seluruh karyawan. Penetapan misi ini akan organisasi pemerintahan
menjadi lebih efisien. lebih efektif, berarti akan mendatangkan hasil lebih banyak
lebih inovatif, fleksibel, dan semangat ker akan lebih tinggi: menuntus bukan
sentralisasi, bekerja dengan menetapkan visi dan misi yang akan

Zaman dulu pemerintahan memang bersifat sentralisasi karena ini


diperlukan sebab, teknologi informasi masih primitif, alat cetak, pengetikan masih
kuno, komunikasi berjalan lamban, tenaga kerja kurang terdidik Sekarang
suasananya sudah jauh berubah, sekarang perlu desentralisasi. Karena sistem
informasi sudah tak terbatas, globalisasi melanda seluruh aspek kehidupan, semua

23
berjalan cepat, tak ada lagi waktu untuk menunggu informasi, karyawan telah
menerima informasi dari segala media, mungkin lebih dulu dari bosnya di kantor.
Oleh sebab itu tidak perlu lagi rantai komando birokrasi yang mengagungkan
sentralisasi. Sekarang zaman sudah berubah dengan desentralisasi, sehingga
terbentuklah otonomi daerah. Hanya saja orang-orangnya belum berubah, belum
siap menerima suasana desentralisasi, masih memiliki jiwa birokrat, belum lagi
bermental wirausaha. Mental wirausaha ini perlu dikenalkan kepada semua
pegawai pemerintah. agar mereka mempunyai satu persepsi bagaimana berprilaku
yang memberi kepuasan kepada publik.

Sebagai kesimpulan akhir pemerintah wirausaha berusaha meninggalkan


cara-cara lama yang mengutamakan birokrasi, para pegawai dan manajer harus
bersifat inovatif, imajinatif, kreatif, membatasi resiko, efisien, dan berorientasi
langganan. Pemerintahan wirausaha akan meningkatkan pelayanan publik, dan
dapat menciptakan income ketimbang menghabiskan anggaran negara, mau
bekerja sama dengan sektor swasta, mendirikan berbagai perusahaan, berorientasi
pasar, mengutamakan prestasi daripada sistem perkoncoan.

D. Berbagai Macam Tipe Wirausaha

Dari pengamatan perilaku wirausaha maka dapat dikemukakan tiga tipe


wirausaha, yaitu: 1. Wirausaha yang memiliki inisiatif

2. Wirausaha yang mengorganisir mekanis sosial dan ekonomi untuk


menghasilkan sesuatu

3. Yang menerima resiko atau kegagalan

Bagi ahli ekonomi seorang entrepreneur adalah orang yang meng-


kombinasikan resources, tenaga kerja, material dan peralatan lainnya untuk
meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya, dan juga orang yang
memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi, dan perbaikan produksi lainnya.
Dengan kata lain wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang

24
mengorganisir faktor-faktor produksi, alam, tenaga, modal dan skill untuk tujuan
berproduksi.

Bagi seorang psychologist seorang wirausaha adalah seorang yang


memiliki dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh sesuatu tujuan, suka
mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar
kekuasaan orang lain.

Bagi seorang businessman atau wirausaha adalah merupakan ancaman,


persaing baru atau juga bisa seorang partner, pemasok, konsumen atau atau
seorang yang bisa diajak kerjasama.

Bagi seorang pemodal melihat wirausaha adalah seorang yang


menciptakan kesejahteraan buat orang lain, yang menemukan cara-cara baru
untuk menggunakan resources, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan
kerja yang disenangi oleh masyarakat.

Sedangkan kewirausahaan adalah proses dinamik untuk menciptakan


tambahan kemakmuran. Tambahan kemakmuran ini diciptakan oleh individu
wirausaha yang menanggung resiko, menghabiskan waktu, dan menyediakan
berbagai produk barang dan jasa. Barang dan jasa yang dihasilkannya boleh saja
bukan merupakan barang baru tetapi mesti mempunyai nilai yang baru dan
berguna dengan memanfaatkan skills dan resources yang ada. Dalam pengertian
wirausaha di atas tersimpul konsep-konsep seperti situasi baru, mengorganisir,
menciptakan, kemakmuran, dan menanggung resiko. Wirausaha ini dijumpai pada
semua profesi seperti pendidikan, kesehatan, penelitian, hukum, arsitektur,
engineering, pekerjaan sosial dan distribusi.

Oleh sebab itu definisi yang paling baik dari wirausaha ialah: Entre-
preneurship is the process of creating something different with value by devot- ing
the necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and
social risks, and receiving the resulting rewards of monetary and personal
satisfaction and independence. (Hisrich-Peters, 1995: 10)

25
Artinya Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain
dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta
menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.

Raymond Kao & Russell Knight (1987:13), Memberikan definisi tentang


wirausaha dengan menekankan pada aspek kebebasan berusaha yang
dinyatakannya sebagai berikut: An entrepreneur is an independent, growth-
oriented owner-operator.

Berbagai bentuk "kebebasan" banyak muncul dari definisi tersebut. Salah


satu bentuk kebebasan adalah corporate entrepreneur, atau intrapreneur yang
biasanya bukan merupakan pemilik perusahaan akan tetapi mereka menjalankan
perusahaan sebagaimana halnya pemilik. Oleh sebab itu, Raymond Kao melihat
adanya suatu rentang spektrum dari aspek kebebasan ini. Rentang kebebasan itu
bergerak dari pengusaha perseorangan yang bebas murni sampai kepada seorang
manajer dalam sebuah perusahaan milik orang lain. Rentang kebebasan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Tingkat Kebebasan Tinggi

 Tingkat Kebebasan Tinggi


 Partnership
 Management Team
 Group of Independent Firms (e.g., Buying Group)
 Distributors
 Joint Venture Entrepreneur
 Franchise Entrepreneurs
 Acquired Entrepreneurs
 Conglomerate Entrepreneurs
 Division Manager - Large Corporation
 Profit Centre Manager - Large Corporation
 Cost Centre Manager - Large Corporation

26
 Large Corporation - Manager

Tingkat Kebebasan Rendah

Sumber: Raymond Kao, Russel Knight, 1987:14)

Pada gambar tersebut dapat dilihat suatu rentangan antara pengusaha


perseorangan yang bebas murni sampai ke manejer dalam sebuah perusahaan.
Gambar ini menunjukkan bahwa wirausaha itu tidak membentuk suatu stereotip
sendiri akan tetapi ada banyak bentuk atau tipe wirausaha. Salah satu bentuknya
adalah wirausaha waralaba (franchise entrepreneur) yang terletak pada titik tengah
spektrum di atas. Seorang pewaralaba adalah seorang pemilik

usaha yang independen akan tetapi dia tergabung pada sebuah perusahaan besar
dan tunduk kepada pengusaha franchisor. Adapula individu-individu membentuk
suatu pengkongsian dan membuat sebuah tim manajemen.

Selanjutnya ada pula kelompok-kelompok orang yang mendirikan


perusahaan dalam bentuk buying group mereka mempunyai kebebasan berusaha
akan tetapi individunya terikat dalam suatu kelompok. Demikian pula seorang
distributor, dia adalah seorang wirausaha bebas akan tetapi tidak sepenuhnya
memiliki kebebasan. Distributor ini tunduk kepada peraturan- peraturan yang
ditetapkan oleh produsen yang membuat produk tertentu. Juga beberapa
pengusaha yang melakukan pengkongsian bagi hasil mereka juga sedikit
mengorbankan independensi. Sebuah perusahaan yang dibeli oleh perusahaan
yang lain akan tetapi pemiliknya tetap tinggal dalam perusahaan tersebut sebagai
general manager dia tidak terlalu bebas. Demikian pula seorang wirausaha
konglomerat, dia menghimpun beberapa perusahaan dibawahnya menjadi sebuah
konglomerat yang bergerak di dalam berbagai jenis bisnis. Tanggung jawab
operasional dari konglomerat ini dibagi-bagi di antara beberapa wirausaha yang
menjalankan berbagai usaha tadi.

27
Manajer sebuah devisi pada suatu perusahaan bebas melakukan kegiatan
dalam lingkup devisinya akan tetapi dia harus tunduk kepada aturan- aturan
umum perusahaan. Sebagai kesimpulan Raymond Kao menyatakan bahwa adalah
sulit untuk menggambarkan secara pasti pengertian wirausaha untuk tujuan
akademis.

Selanjutnya diungkapkan pula 3 tipe utama dari wirausaha yaitu:

1. Wirausaha Ahli (Craftman)

2. The Promoter

3. General Manager

- Wirausaha Ahli atau seorang penemu memiliki suatu ide yang ingin
mengembangkan proses produksi sistem produksi, dan sebagainya. Dia
cenderung bergerak dalam bidang penelitian membuat model percobaan
laboratorium dan sebagainya. Dia juga menjual lisensi idenya untuk dijadikan
produk komersial. Pengetahuannya lebih banyak pada bidang teknis produksi
dibandingkan pengetahuan di bidang pengawasan, financing dan sebagainya.
Wirausaha ahli ini biasanya seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan
besar kemudian memutuskan untuk keluar sebagai pegawai dan memulai
bisnisnya sendiri. Misalnya seorang tukang mendirikan sebuah perusahaan
kontruksi seorang sopir truk membuka perusahaan pengangkutan, seorang
dokter membuka sebuah perusahaan klinik kesehatan. Sebagian besar
wirausaha berasal dari tipe- tipe individu seperti ini.
- The Promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai latar
belakang pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang kemudian
mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampilan yang sudah ia miliki
biasanya merupakan faktor pendorong untuk mengembangkan perusahaan
yang baru ia rintis.
- General Manager adalah seorang individu yang ideal yang secara sukses
bekerja pada sebuah perusahaan dia banyak menguasai keahlian bidang
produksi, pemasaran, permodalan dan pengawasan

28
Berdasarkan uraian di atas istilah entrepreneur mempunyai arti yang
berbeda pada setiap orang karena mereka melihat konsep ini dari berbagai sudut
pandang. Namun demikian ada beberapa aspek umum yang terkandung dalam
pengertian entrepreneur yaitu adanya unsur resiko, kreativitas, efisiensi,
kebebasan, dan imbalan.

Pertumbuhan wirausaha di masa yang akan datang di negara kita sangat


cerah. Kita menghadapi masa depan yaitu masa pengembangan kegiatan
wirausaha yang ditunjang oleh lembaga pendidikan yang mengembangkan
pengetahuan kewirausahaan didorong pula oleh kebijaksanaan pemerintah dan
berbagai bantuan dari perusahaan-perusahaan swasta.

E. Berbagai Macam Profil wirausaha

Jika diperhatikan entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini terutama di


negara Amerika maka dijumpai berbagai macam profil. (Zimmerer &
Scarborough, I1996:9).

1. Women Entrepreneur Banyak wanita yang terjun kedalam bidang bisnis.


Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara
lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi
rumah tangga, frustrasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.
2. Minority Entrepreneur Kaum minoritas terutama di negara kita Indonesia
kurang memiliki kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagaimana
layaknya warga negara pada umumnya. Oleh sebab itu, mereka berusaha
menekuni kegiatan bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula para
perantau dari daerah tertentu yang menjadi kelompok minoritas pada suatu
daerah, mereka juga bergiat mengembangkan bisnis. Kegiatan bisnis mereka
ini makin lama makin maju, dan mereka membentuk organisasi minoritas di
kota-kota tertentu.
3. Immgrant entrepreneurs

Kaum pendatang yang memasuki suatu daerah biasanya sulit untuk


memperoleh pekerjaan formal. Oleh sebab itu, mereka lebih leluasa terjun

29
dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari berdagang kecil-
kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat menengah.

4. Part Time Entrepreneurs Memulai bisnis dalam mengisi waktu lowong atau part
time merupakan pintu gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar.
Bekerja part time tidak mengorbankan pekerjaan dibidang lain misalnya
scorang pegawai pada sebuah kantor mencoba mengembangkan hobinya
untuk berdagang atau mengembangkan suatu hobi yang menarik. Hobi ini
akhirnya mendatangkan keuntungan yang lumayan. Ada kalanya orang ini
beralih profesi, dan berhenti menjadi pegawai beralih ke bisnis yang
merupakan hobinya.

5. Home-Based Entrepreneurs Ada pula ibu-ibu rumah tangga yang memulai


kegiatan bisnisnya dari numah tangga misalnya ibu-ibu yang pandai membuat
kue dan aneka masakan, mengirim kue-kue ke toko eceran di sekitar
tempatnya. Akhirnya usaha makin lama makin maju. Usaha catering banyak
dimulai dari rumah tangga yang biasa masak. Kemudian usaha catering ini
berkembang melayani pesanan 3. Immigrant Entrepreneurs untuk pesta.

6. Family-Owned Business Sebuah keluarga dapat membuka berbagai jenis dan


cabang usaha. Mungkin saja usaha keluarga ini dimulai lebih dulu oleh bapak
setelah usaha bapak maju dibuka cabang baru dan dikelola olch ibu. Kedua
perusahaan ini maju dan membuka beberapa cabang lain mungkin jenis
usahanya berbeda atau lokasinya berbeda. Masing-masing usahanya ini bisa
dikembangkan atau dipimpin oleh anak-anak mereka. Dalam keadaan sulitnya
lapangan kerja pada sant ini maka kegiatan semacam ini perlu dikembangkan.

7. Copreneurs Copreneurs are entrepreneurial couples who work together as co-


own- ers of their businesses. (Zimmerer & Scarborough, 1996:9) Copreneurs
ini berbeda dengan usaha famili yang disebut sebagai usaha Mom & Pop (Pop
as "boss" and Mom as "subordinate "). Copreneurs dibuat dengan cara
menciptakan pembagian pekerjaan yang didasarkan atas keahlian masing-

30
masing orang. Orang-orang yang ahli dibidang ini diangkat menjadi
penanggung jawab divisi-divisi tertentu dari bisnis yang sudah ada.

F. Perbedaan antara wirausaha dengan wiraswasta


Definisi wirausaha antaralain adalah seseorang yang dapat mendobrak sistem
ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang yang
berani menanggung resiko atas bisnis yang ia tekuni. Orang tersebut juga melihat
bahwa terdapat suatu peluang luar biasa dalam suatu bidang. Seseorang yang
mengorganisir dan menanggung resiko sebuah bisnis atau usaha.
Sedangkan pengertian wiraswasta adalah orang yang berani bersikap, berfikir
dan bertindak menurut kemampuan dan keberanian untuk menciptakan pekerjaan
sendiri, mencari nafkah dan berkarir dengan sikap mandiri. Seseorang yang
memiliki dorongan untuk menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan
waktu dan kegiatan, disertai modal dan resiko, serta menerima balas jasa dan
kepuasan serta kebebasan pribadi atas usahanya tersebut.
Jadi perbedaan antara wirausaha dan wiraswasta terletak pada sikap mental
dan suatu bentuk gerak usaha dari perwujudan sikap itu sendiri. Jelas bahwa
wirausaha merupakan suatu bentuk usaha sendiri. Artinya, orang yang
berwirausaha pasti bekerja sendiri, bukan bekerja pada orang lain. Sedangkan
wiraswata merupakan suatu sikap mental yang berani berdiri diatas kekuatan
sendiri.

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Wiraswasta dihubungkannya dengan istilah Saudagar. Walaupun sama
artinya dalam bahasa Sansekerta, tetapi maknanya berlainan. Wiraswasta
terdiri atas tiga kata: wira, swa dan sta, masing-masing berarti; wira adalah
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani
pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya
sendiri; sta artinya berdiri.
Menurut KamusBesar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang
pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi
baru,menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur
permodalan operasinya serta memasarkannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Hobir.1996. “wirausaha dan wiraswasta”. Jakarta : Erlangga.hal 52


2. Yusuf, Suhendra. (1994). Teori Terjemah.Bandung : Pustaka Jaya.hal 72
3. Buchari alma.2011.kewirausahaan.bandung.hal;17

33

Anda mungkin juga menyukai