Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

UJI DAYA HAMBAT SEDIAAN SALEP EKSTRAK DAUN


MIANA (Coleus scutellarioides [L] Benth.) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aurus.

ARAS LARASATI
517 011 043

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada mulanya manusia, manusia memanfaatkan tanaman sebagai sumber

bahan pangan karena kandungan nutrisinya. Namun seiring dengan ditemukanya

manffat tanman dalam bidang pengbatan, tanaman menjadi sumber alam yang

mampu mengobati berbagai jenis penyakit atau meningkatkan kesehatan manusia,

Salah satunya iyalah daun miana (Coleus scutellarioides [L] Benth.). Tanaman

miana mengandung senyawa-senyawa berhasiat sebagai antibakteri,diare dan sebgai

penambah nabsu makan.(Marpaung,2014)

Daun miana (Coleus scutellarioides [L] Benth.) memiliki kandungan kimia

minyak atsiri dan tanin. Adanya kandungan senyawa tanin dalam daun miana dapat

membantu menghambat pertumbuhan bakteri.

Materia media mencantumkan daun tanaman yang mengandung minyak atsiri

dan tanin dari literature dapat diketahiu golongan senyawa tanin telah terbukti

menghambat bakteri dan parasite malaria spesies primate microcebus parasite

dibandingkan dengan quinine HCl. Hasil observasi klinis didaerah Sulawesi utara

terhadap pemberian ramuan daun miana menunjukan hasil dapat menurunkan suhu

tubuh menghambat pertumbuhan bakteri dan juga parasite plasmodium. Penelitian

terhadap aktivitas antibakteri dan peluruh dahak penderita TBC telahdialkukan

terhadap ekstrak daun miana dan menunjukan hasil positif. (lisdawati,2008)


Dalimarta (2007) menyatakan bahwa miana merupakan tanaman yang dapat

dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang berasal dari asia tenggara. Corak, bentuk

dan warna miana beraneka ragam, tetapi yang berhasiat obat adalah daun miana

berwarna merah kecoklatan. Daun miana mengandung minyak atsiri antara lain

karvakrol yang bersifat antibiotic,eugenol berdifat menghilangkan nyeri, etil asetat

menghambat iritasi . senyawa-senyawa tertentu diduga memiliki aktifitas sebgai

antibakteri. Selain itu senyawa lain yang diduga memiliki aktiitas antibakteri adalh

senyawa karvakrol yang terdapat dalam minyak atsiri pada pada daun miana.

(fati,2020).

Salap antibotik dijupai penggunaanya untuk terapi pada penyakiyt kulit, yang

disebabkan oleh mikkroorganisme, seperti misalnya piodermie dan dermatomikase.

Penggunaan dasar salap prioritas arahnya menurut stadium penyakit (akut atau

kronis) dan jenis kulit (kulit seboroik atau sebostatik). Sesuai dengan itu bisa

digunakan salep emusi dari jenis A/M maupun juga dari jenis M/A. Jika perlu untuk

diperhatkan adalah stabilitas kimia yang terbatas dari bahan aktif, di Mana untuk

antibiotika yang dimasukkan menjamin suatu daya tahan yang memuaskan.

(voigt,1994)

Salep mengandung babsis tetrtentu untuk menghantarkan obat dan untuk

menghasilkan sifat emoliensa dan pelican sediaan salap. Salap, biasanya mengandung

bahan berhasiat, tetapi tidak selalu. Sifat-sifat salap dapat sangt bervariasi antara satu

produk dengan produk lainnya.bergantung pada tujuan penggunaan yang spesifik,

kemudahaan dan keluasan aplikasi. (


Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.

Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC dengan waktu pembelahan 0,47 jam,

tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada

perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar,

halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus

yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi

bakteri (Agung, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah apakah variasi konsentrasi pada salep ekstrak Daun miana

(Coleus scutellarioides [L] Benth.) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus

aureus

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak Daun miana (Coleus scutellarioides

[L] Benth.) yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus

aureus
D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat mengenai Daun miana (Coleus scutellarioides [L] Benth.) sebagai obat-

obatan herbal untuk mengobati berbagai penyakit, khususnya penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah efektifitas dari ekstrak Daun miana

(Coleus scutellarioides [L] Benth.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus

dan pada konsentrasi berapa dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Penyediaan Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan aluminium foil, autoklaf, batang pengaduk,

bunzen, botol semprot, cawan petri, erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur (Pyrex),

gelas kimia (Pyrex), inkubator (Memmert), labu ukur (Pyrex), ose bulat, sendok

tanduk, oven (Memmert), pinset, seperangkat alat maserasi,spoit, tabung reaksi

(Pyrex), timbangan analitik, water bath,

2. Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan aquadest, agar, adeps lanae,aluminium foil,

etanol 70%, Daun miana (Coleus scutellarioides [L] Benth.) , kapas, kertas

timbang, kertas cakram ,kultul murni bakteri Staphylococcus aureus, Medium

Nutrien Agar (NA), paper disk, pepton, pot salep

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian tentang Uji Daya Hambat Ekstrak Daun miana (Coleus

scutellarioides [L] Benth.) Terhadap Staphylococcus dilaksanakan pada bulan april

2021 di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Pancasakti Makassar.


C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari peneltian ini adalah tumbuhan Daun miana (Coleus

scutellarioides [L] Benth.) yang tumbuh di Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu

Utara, Propinsi Sulawesi Selatan.

2. Sampel

Sampel yang digunakan tumbuhan Daun miana (Coleus scutellarioides [L]

Benth.)yang diambil dari Desa Buangin, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu

Utara, Propinsi Sulawesi Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Pengambilan Sampel

tumbuhan Daun miana (Coleus scutellarioides [L] Benth.) diambil Desa

Buangin, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Propinsi Sulawesi

Selatan. Daun yang diambil yaitu daun yang masih muda atau berwarna ungu

muda maupun yang sudah berwarna ungu tua yang bebas dari hama penyakit

serta diambil pada waktu pagi hari.

2. Pengolahan Sampel

a. Pengolahan Awal

tumbuhan Daun miana (Coleus scutellarioides [L] Benth.) yang telah

dikumpulkan, di cuci bersih dengan air mengalir. Kemudian sampel dipotong

kecil-kecil, kemudian dikeringkan diudara terbuka dan tidak langsung terkena


sinar matahari. Setelah cukup kering, disortasi kering, kemudian daun miana

(Coleus scutellarioides [L] Benth.) yang telah memenuhi syarat pengeringan,

dilakukan pengepakan. Ditimbang dan dilakukan proses ekstraksi.

b. Ekstraksi Sampel

Daun miana (Coleus scutellarioides [L] Benth.) yang telah memenuhi

syarat pengeringan ditimbang sebanyak 500 gram kemudian dimasukkan ke

dalam bejana maserasi lalu ditambahkan etanol 96% sebanyak sebanyak 3750

ml. Tutup dan biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sesekali

diaduk. Setelah 5 hari sampel disaring. Lalu ampasnya dimasukkan kembali

kedalam bejana maserasi dan dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 2 kali

hingga diperoleh ekstrak cair. Ekstrak kemudian dipekatkan menggunakan

rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental. Setelah itu ekstrak kental

dikeringkan menggunakan penangas air hingga diperoleh ekstrak kering.

3. Sterilisasi Alat

Sterilisasi alat berupa gelas disterilkan dalam oven pada suhu 180°C

selama 2 jam sedangkan yang tidak tahan panas kering disterilkan pada autoklaf

pada suhu 121°C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Sementara ose bulat dan pinset

disterilkan dengan pemijaran langsung pada nyala api bunsen sampai merah

pijar.
E. Pembuatan Medium

Medium Nutrien Agar (NA)

Komposisi :

Ekstrak daging 3 gram

Pepton 5 gram

Agar 15 gram

Air suling sampai 1000 ml

Cara pembuatan :

Bahan-bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan kemudian

dilarutkan dengan air suling, setelah larut volumenya dicukupkan hingga

1000 ml dengan air suling, kemudian dilakukan pengaturan pH yaitu 7,0.

Medium yang sudah dibuat dimasukkan dalam tabung sebanyak 5 ml

kemudian disterilkan pada autoklaf pada suhu 121°C, tekanan 1 atm selama

15 menit.

F. Penyiapan Bakteri Uji

a. Peremajaan Kultur Murni Bakteri

Bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dari biakan

murni diambil masing-masing satu ose secara aseptis kemudian

diinokulasikan dengan cara digoreskan pada medium Nutrien Agar (NA)

miring kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.


G. Formulasi Sediaan Salep

a. Rancangan Formula Salep

Tabel 1.Rancangan Formulasi

Konsentrasi
No Bahan % (b/v)
FI F2 F3 K(-)
Ekstrak daun
1 20 40 80 -
miana
2 Propilen glikol 2 2 2 -
3 Adeps lanae 1 1 1 -
4 Vaselin album 100 100 100 -
5

b. Pembuatan salep ektrak daun miana


Timbang bahan salep yang akan digunakan sesuai takaran. Babsis

yang akan digunakan adalah Vaseline album. Seblum dibuat babsis salep,

dipanaskan lumping dan alu dalam oven dengan suhu 500C hingga panas.

Setelah panas masukan vaselin album dan adeps lanae aduk dengan kecepatan

konstan hingga homogen dengan membentuk babsis salep. Basis yan telah

dibuat , ditambahkan dengan ekstra kental daun miana dan diaduk hingga

homogen disesuaikan dengan mmasing-masing konsentrasi.

Anda mungkin juga menyukai