TINJAUAN PUSTAKA
a. Jenis kolestrol
1) Low Density Lipoprotein ( Risman dkk, 2019)
LDL atau sering juga disebut kolestrol jahat, LDL lipoprotein deposito
kolestrol bersama didalam dinding arteri, yang menyebabkan terjadinya
pembentukan zat keras, tebal atau sering disebut juga sebagai plakat
kolestrol, dan dengan seiring berjalannya waktu dapat menempel didalam
dinding arteri dan terjadinya penyempinan arteri.
2) High Density Lipoprotein ( Risman dkk, 2019)
HDL adalah kolestrol yang bermanfaat bagi tubuh manusia, fungsi HDL
yang mengangkut LDL didalam jaringan perifer ke hepar akan
membersihkan lemak-lemak yang menempel dipembuluh darah yang
kemudian akan dikeluarkan melalui saluran empedu
b. Prevalensi penderita Hiperkolesterolemia
Menurut WHO tahun 2008, prevalensi peningkatan total kolesterol
tertinggi adalah Wilayah Eropa (54% untuk kedua jenis kelamin), diikuti
oleh Wilayah Amerika (48% untuk kedua jenis kelamin). Di Indonesia,
angka kejadian hiperkolesterolemia menurut penelitian MONICA I
(Multinational Monitoring Of Trends Daterminants in Cardiovascular
Disease) sebesar 13,4% pada wanita dan 11,4% pria. Pada MONICA 2 II
didapatkan meningkat menjadi 16,2% pada wanita dan 14% pria
(Ayuandira, 2012). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, penduduk >
15 tahun yang memiliki kadar kolesterol total di atas nilai normal sebanyak
35,9%. Berdasarkan jenis kelamin dan tempat tinggal didapatkan bahwa
proporsi penduduk dengan kadar kolesterol di atas normal pada perempuan
(39,6%) lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki (30,0%) dan di daerah
perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan (Hanisa, 2012).
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan lemak dalam darah. Kadar
kolesterol total dalam darah tidak boleh lebih dari 240 mg/dL. Prevalensi
tahun 2003-2004 adalah 15,5% dan tahun 2008-2009 adalah 19,4%. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 melaporkan bahwa prevalensi
hiperkolesterolemia sebesar 26,1% pada laki-laki dan 25,9% pada wanita.
2.2.2 Mekanisme Hiperkolesterolemia
Mekanisme terjadinya hiperkolesterolemia adalah lemak yang berasal dari
makanan akan mengalami proses pencernaan di dalam usus menjadi asam
lemak bebas, trigliserid, fosfolipid dan kolesterol. Kemudian diserap ke
dalam bentuk kilomikron. Sisa pemecahan kilomikron beredar menuju hati
dan dipilah-pilah menjadi kolesterol. Sebagian kolesterol ini dibuang ke
empedu sebagai asam empedu dan sebagian lagi bersama-sama dengan
trigliserida akan bersekutu dengan protein tertentu (apoprotein) dan
membentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL), yang selanjutnya
dipecah oleh enzim lipoprotein menjadi Intermediet Density Lipoprotein
(IDL) yang tidak bisa bertahan 2-6 jam karena langsung akan diubah
menjadi Low Density Lipoprotein (LDL). Pembentukan LDL oleh reseptor
ini penting dalam pengontrolan kolesterol darah. Disamping itu dalam
pembuluh darah terdapat sel-sel perusak yang dapat merusak LDL. Melalui
jalur sel-sel perusak ini molekul LDL dioksidasi, sehingga tidak dapat
masuk kembali ke dalam aliran darah. Kolesterol yang banyak terdapat
dalam LDL akan menumpuk dalam sel-sel perusak. Bila ini terjadi selama
bertahun-tahun, kolesterol akan menumpuk pada dinding pembuluh darah
dan membentuk plak. Plak akan bercambur dengan protein dan ditutupi
oleh sel-sel otot dan kalsium. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang
menjadi aterosklerosis (Dipiro et al, 2015).
2.2.3 Patofisiologi
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai
kompleks lipid dan protein (lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut
dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur eksogen yaitu
trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
sebagai kilomikron. Selain kolesterol yang berasal dari makanan dalam
usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke
usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun
yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Jalur endogen yaitu
trigliserida dan kolesterol yang disintesis oleh hati mengalami hidrolisis
dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis
kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil. LDL merupakan
lipoprotein yang mengandung kolesterol paling banyak (60-70%).
Lipoprotein dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu : I (Kilomikron), IIa
(LDL), IIb (LDL+very-low-density lipoprotein [VLDL]), III (intermediate
density lipoprotein), IV (VLDL), V (VLDL+kilomikron) (Dipiro et al,
2015).
a). Golongan Statin
1. Simvastatin
Simvastatin merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur Penicillium
citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan HMG-CoA reduktase.
Mekanisme kerja Simvastatin yaitu dengan cara menghambat HMG-CoA
reduktase secara kompetitif 13 pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin
akan menghambat HMG-CoA reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam
mevalonat. Simvastatin menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan
afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati,
sehingga mengurangi simpanan LDL plasma. Simvastatin merupakan pro drug
dalam bentuk lakton yang harus dihidrolisis terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya
yaitu asam β-hidroksi di hati, lebih dari 95% hasil hidrolisisnya akan berikatan
dengan protein plasma. Konsentrasi obat bebas di dalam sirkulasi sistemik sangat
rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu paruh 2 jam. Sebagian besar
obat akan dieksresi melalui hati. Indikasi Simvastatin yaitu untuk mengurangi
kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer maupun
sekunder. Dosis awal pemberian obat adalah 10 mg pada malam hari, bila perlu
dinaikkan dengan interval 4 minggu sampai maksimal 40 mg, pasien harus
melakukan diet pengurangan kolesterol dan selama memulai pengobatan dengan
Simvastatin, jika hanya memerlukan pengurangan kolesterol LDL dapat diberikan
dosis dengan kekuatan 10 mg sekali sehari pada malam hari. Efek samping dari
pemakaian Simvastatin adalah miopati, gangguan psikis (depresi, ketakutan,
kecenderungan bunuh diri) dan kerusakan hati (sirosis), sakit kepala, konstipasi,
gangguan penglihatan, anemia. Kontraindikasi pada obat Simvastatin yaitu pada
wanita hamil, menyusui, pasien yang mengalami gagal fungsi hati atau pernah
mengalami gagal fungsi hati, pasien yang mengalami peningkatan jumlah serum
transaminase yang abnormal, pecandu alkohol (MIMS, 2017).
b). Golongan Fibrate
Terapi Fibrat yaitu Gemfibrozil, Fenofibrat, dan Clofibrat. Golongan fibrat
efektif dalam mengurangi VLDL, LDL, dan nilai kolesterol total. Konsentrasi
HDL dalam plasma dapat meningkat menjadi 10%-15%. Gemfibrozil dapat
mengurangi sintesis VLDL dan lebih beresiko menyebabkan miopati
dibandingkan fenofibrat jika dikombinasi dengan Statin. Jika Fibrat diberikan
bersamaan dengan statin maka sebaiknya waktu pemberiannya dipisah, misalnya
Fibrat pada pagi hari dan Statin diberikan pada malam hari. Penggunaan
Clofibrate kurang efektif dibandingkan Gemfibrozil atau Niacin dalam
mengurangi produksi VLDL. Fenofibrat merupakan golongan fibrat yang baik
jika dikombinasi dengan Statin untuk menurunkan kadar trigliserida dan
meningkatkan kadar kolesterol HDL dengan Dislipidemia campuran dan penyakit
jantung koroner. Efek samping Fibrat yaitu gangguan gastrointestinal (GI) terjadi
pada 3%- 5%, ruam, pusing, pandangan kabur, vertigo, sembelit, diare (Dipiro et
al, 2015)
c). Gemfibrozil
Gemfibrozil merupakan derivat asam fibrat generasi pertama turunan
klofibrat. Mekanisme gemfibrozil dalam menurunkan kadar trigliserida yaitu
dengan cara meningkatkan lipolisis lipoprotein trigliserida melalui lipoprotein
lipase yang akan berikatan dengan reseptor alfa peroxisome proliferator–activated
reseptor (PPAR-α) pada hepatosit . Sementara itu, mekanisme gemfibrozil dalam
meningkatkan kadar HDL karena konsekuensi langsung dari penurunan kadar
trigliserida dalam plasma. Hal tersebut, disebabkan pertukaran trigliserida ke Ririn
Lispita Wulandari 82 dalam HDL yang seharusnya ditempati oleh ester kolesterol
yang akan menyebabkan peningkatan kadar HDL ( Ririn dkk, 2015).
2.2 Uraian Hewan
Hewan coba adalah hewan yang dapat digunakan untuk suatu tujuan
penelitian tertentu dan umumnya menggunakan hewan laboratorium hingga
hewan ternak. Penggunaan hewan percobaan dalam berbagai penelitian fisiologi,
biokimia, farmakologi, patologi, komporatif zoologi dan ekologi, juga dilakukan
untuk pengembangan obat-obatan, vaksin dan produk-produk khusus misalnya:
kosmetik, shampoo, dan pasta gigi (Jumrodah, 2016).
Hewan coba adalah hewan yang sengaja dipelihara untuk digunakan sebagai
hewan model yang berkaitan untuk pembelajaran dan pengembangan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorium. Hewan
coba banyak digunakan sebagai penunjang dalam melakukan pengujian-pengujian
terhadap obat, vaksin, atau dalam penelitian biologi (Jumrodah, 2016).
Mencit (Mus musculus) (Rudy Nugroho, 2018)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Mus Musculus
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus.
Mencit (Mus musculus) merupakan omnivora alami sehat dan kuat,
profilik, kecil dan jinak. Mencit memiliki bulu pendek halus berwarna putih serta
ekor berwarna kemerahan dengan ukuran lebih panjang dari pada badan dan
kepala. Mencit memiliki warna bulu yang berbeda disebabkan perbedaan dalam
proporsi darah mencit liar dan memiliki kelenturan pada sifat-sifat produksi dan
reproduksinya.
Salah satu hewan laboratorium yang digunakan dalam penelitian biologis
maupun bromedis dan dipelihara secara intensif dilaboratorium digunakan yaitu
mencit (Mus musculus). Mencit dilaboratorium digunakan untuk untuk meneliti
atau untuk penelitian dalam bidang obat-obatan generik, diabetes melitus dan
obesitas. Mencit termasuk ke dalam golongan hewan omnivora sehingga mencit
dapat memakan semua jenis makanan (Rudy Nugroho, 2018)
2.3 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alcohol, Ethyl hydroxide.
Nama Kimia : Etanol
Rumus struktur :