Anda di halaman 1dari 19

Nama : Abrar Rosyad Pradipta

Kelas : Beta 2018


NIM : 04011281823074

LI Metabolsme Lipid
Metabolisme lemak
Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil
produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Guyton,
2007).
Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid
dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus
dan masuk kedalam darah. Lemak tidak larut dalam air, berarti lemak juga tidak larut dalam plasma
darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan
berikatan dengan protein spesifik membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut dalam air.
Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut lipoprotein.
Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron, very
low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).
Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara yang
sedikit berbeda. Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur
endogen (Adam, 2009).

Gambar 3. Metabolisme lipoprotein (Adam, 2009)

a. Jalur eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolestrol. Trigliserida & kolesterol
dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai
asam lemak bebas sedangkan kolestrol, sebagai kolestrol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan
diubah lagi menjadi trigliserida, sedangkan kolestrol mengalami esterifikasi menjadi kolestrol ester.
Keduanya bersama fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk partikel besar lipoprotein, yang
disebut Kilomikron. Kilomikron ini akan membawanya ke dalam aliran darah. Trigliserid dalam
kilomikron tadi mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel,
sehingga terbentuk asam lemak bebas (free fatty acid) dan kilomikron remnant (Adam, 2009).
Asam lemak bebas dapat disimpan sebagai trigliserida kembali di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila
terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan untuk pembentukan
trigiserid hati. Sewaktu-waktu jika kita membutuhkan energi dari lemak, trigliserida dipecah menjadi
asam lemak dan gliserol, untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk dioksidasi menjadi energi.
Proses pemecahan lemak jaringan ini dinamakan lipolisis. Asam lemak tersebut ditransportasikan oleh
albumin ke jaringan yang memerlukan dan disebut sebagai asam lemak bebas (Adam, 2009).
Kilomikron remnan akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian
kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam
usus, berfungsi seperti detergen & membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi
dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu
kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen.
Pada akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari aliran darah oleh
hati. Kolesterol juga dapat diproduksi oleh hati dengan bantuan enzim yang disebut HMG Koenzim-A
Reduktase, kemudian dikirimkanke dalam aliran darah (Adam,2009)

b. Jalur endogen

Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk
VLDL.VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis
kilomikron menjadi IDL(Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati dan
mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL.LDL akan diambil oleh reseptor LDL
di hati dan mengalami katabolisme. LDL ini bertugas menghantar kolesterol kedalam tubuh. HDL berasal
dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol
acyltransferase (LCAT). Ester kolesterol ini akan mengalami perpindahan dari HDL kepada VLDL dan
IDL sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati.Aktifitas
ini mungkin berperan sebagai sifat antiterogenik (Adam, 2009).

c. Jalur Reverse Cholesterol Transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolestrol yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C, E dan
disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan
mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent akan mendekati makrofag untuk mengambil kolestrol yang
tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolestrol dari makrofag, HDL nascent berubah menjadi HDL
dewasa yang berbetuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDL nascent, kolestrol di bagian dalam makrofag
harus dibawa ke permukaan membran sel makrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine
triphosphate binding cassette transporter 1 atau ABC 1. Setelah mengambil kolestrol bebas dari sel
makrofag, kolestrol bebas akan diesterifikasi menjadi kolestrol ester oleh enzim lecithin cholesterol
acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolestrol ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua
jalur. Jalur pertama ialah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type I dikenal dengan SR-
B1. Jalur kedua adalah kolestrol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan
IDL dengan bantuan cholestrol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian fungsi HDL sebagai
penyerap kolestrol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung
melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolestrol kembali ke hati (Adam, 2009).

LI Dyslipidemia
Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah keadaan kadar lipid yang abnormal pada plasma dan mencakup spectrum yang
luas. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida serta
penurunan kadar HDL (Dipiro et al, 2015)
Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan proses terjadinya penyakit yaitu :
1. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer yaitu dislipidemia yang disebabkan karena kelainan penyakit genetik dan
bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah. Dislipidemia primer yang
berhubungan dengan obesitas ditandai dengan peningkatan trigliserida, penurunan kadar HDL, LDL,
dan komposisi abnormal (Grundy, 2004).
2. Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia Sekunder yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh suatu keadaan seperti
hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, syndrome nefrotik, kehamilan, anoreksia
nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida disebabkan oleh diabtes mellitus, konsumsi
alkohol, gagal ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Selain itu dislipidemia dapat disebabkan
oleh gagal ginjal akut, dan penyakit hati (Grundy, 2004).
Epidemiologi Dislipidemia
Data dari American Heart Association diperkirakan bahwa saat ini terdapat 98 juta warga Amerika
mempunyai kadar kolesterol lebih dari 200 mg/dl dan diperkirakan akan terus meningkat. Dislipidemia
merupakan faktor resiko primer utuk penyakit jantung koroner dan berperan sebelum faktor resiko utama
lainnya muncul. Data epidemiologi menunjukkan bahwa setiap penurunan LDL sebesar 30 mg/dL maka
akan terjadi penurunan resiko untuk penyakit jantung koroner sebesar 30% (Grundy, 2004).
Asupan asam lemak jenuh yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan dalam tubuh adalah 10% dari
energi total perhari dan kolesterol >300mg/ hari. Konsumsi asam lemak dapat meningkatkan kadar
kolesterol LDL. Jika kolesterol LDL meningkat serta HDL menurun, akan terjadi penimbunan kolesterol
di jaringan perifer termasuk pembuluh darah (Sitorus, 2006)
Etiologi Dislipidemia
Etiologi dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya seperti:
1. Faktor Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang berhubungan dengan rendahnya kolesterol HDL. Resiko
terjadinya dislipidemia pada wanita lebih besar daripada pria. Sebagaimana penelitian Cooper pada 589
perempuan didapatkan respon peningkatan kolesterol sedikit berbeda yaitu kadar LDL kolesterol meningkat
lebih cepat sedangkan kadar HDL kolesterol juga meningkat sehingga rasio kadar kolesterol total/HDL
menjadi rendah (Djauzi, 2005).
2. Faktor Usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu juga dengan
penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan
menyebabkan kadar kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL relative tidak berubah. Pada
usia 10 tahun bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di pembuluh darah. Prevalensi hiperkolesterolemia
pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3% dan meningkat sesuai dengan pertambahan usia hingga 15,5%
pada kelompok usia 55-64 tahun (Djauzi, 2005).
3. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan salah satu faktor terjadinya dislipidemia. Dalam ilmu genetika
menyebutkan bahwa gen diturunkan secara berpasangan memerlukan satu gen dari ibu dan satu gen dari
ayah,sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dan diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena faktor
genetik (Djauzi, 2005).
4. Faktor Kegemukan
Salah satu penyebab kolesterol naik adalah karena kelebihan berat badan atau juga bisa disebut
dengan penyakit obesitas. Kelebihan berat badan ini juga bisa disebabkan oleh makanan yang terlalu banyak
yang mengandung lemak jahat tinggi di dalamnya. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida
dan dapat menurunkan HDL (Anwar, 2004).
5. Faktor Olahraga
Manfaat berolahraga secara teratur dapat membantu untuk meningkatkan kadar kolesterol baik atau
HDL dalam tubuh. Selain itu berolahraga mampu meproduksi enzim yang berperan untuk membantu proses
memindahkan kolesterol LDL dalam darah terutama pada pembuluh arteri kemudian dikembalikan menuju
ke hati untuk diubah menjadi asam empedu. Asam empedu ini diperlukan melancarkan proses pencernaan
kadar lemak dalam darah. Semakin rutin berolahraga dengan teratur maka kadar kolesterol LDL dalam
tubuh akan semakin berkurang sampai menuju ke titik normal (Arisman, 2008).
6. Faktor Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan menurunkan
kolesterol HDL. Ketika pengguna rokok menghisap rokok maka secara otomatis akan memasukkan karbon
monoksida ke dalam paru-paru dan akan merusak dinding pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam
asap rokok akan merangsang hormone adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang dapat
menurunkan kadar kolesterol HDL dalam darah (Anwar, 2004).
7. Faktor Makanan
Konsumsi tinggi kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan arterosklerosis. Asupan tinggi
kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolestertol total dan LDL sehingga mempunyai resiko
terjadinya dislipidemia (Anwar, 2004).

Patofisiologi
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai kompleks lipid dan protein
(lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur
eksogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas sebagai
kilomikron. Selain kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang
diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun
yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Jalur endogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang disintesis
oleh hati mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron
menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil. LDL merupakan lipoprotein yang mengandung kolesterol
paling banyak (60-70%). Lipoprotein dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu : I (Kilomikron), IIa (LDL),
IIb (LDL+very-low-density lipoprotein [VLDL]), III (intermediate density lipoprotein), IV (VLDL), V
(VLDL+kilomikron) (Dipiro et al, 2015).
Pengelolaan Dislipidemia
Pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologis yang berupa diet, latihan jasmani, serta
pengelolaan berat badan. Tujuan terapi diet adalah menurunkan resiko penyakit jantung koroner dengan
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan keseimbangan kalori. Perbaikan
keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta
pembatasan asupan kalori. Terapi untuk penderita kolestrol tinggi yaitu:

A. Terapi Non Farmakologi


1. Terapi Nutrisi Medis
Pasien dengan penyakit dislipidemia dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak jenuh dan lemak
trans tidak jenuh sampai < 7-10% total energi. Penggantian makanan sumber kolesterol dan lemak jenuh
dengan makanan alternative lainnya misal produk susu rendah lemak. Pasien disarankan mengonsumsi
makanan padat gizi (sayuran, kacang-kacangan, dan buah) serta dianjurkan untuk menghindari makanan
tinggi kalori (makanan berminyak dan soft drink) konsumsi makanan suplemen contohnya asam lemak
omega 3, makanan tinggi serat dan sterol. Meskipun begitu, upaya perubahan pola diet harus dilakukan
secara bertahap (Sugiarto, 2015).
2. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang dianjurkan merupakan program latihan yang mencakup setidaknya 30 menit
aktivitas fisik dengan intensitas sedang (menurunkan 4-7 kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu, dengan
pengeluaran minimal 200 kkal/hari. Kegiatan yang disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda, dan
berenang. Tujuan aktivitas fisik harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau beberapa sesi sepanjang
rangkaian dalam sehari (minimal 10 menit). Bagi beberapa pasien, beristirahat selama beberapa saat disela
aktivitas penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal 2 hari seminggu (Sugiarto, 2015).

B. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu terapi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan dari terapi farmakologi dislipidemia dalam jangka pendek adalah untuk mengontrol kadar LDL dan
HDL dalam darah. Tujuan jangka panjang untuk mencegah terjadinya jantung koroner. Cara
penanganannya dengan menormalkan kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL dalam darah (Anwar,
2004).
LI Hiperurisemia
a. Definisi Hiperurisemia
Hiperurisemia merupakan keadaan yang menunjukkan terjadinya peningkatan kadar asam urat
darah diatas normal, dengan nilai normal asam urat dalam darah diatas 7 mg/dL untuk pria dan 6 mg/dL
untuk wanita (Putra, 2007). Untuk laki-laki, ambang normalnya dalam darah adalah 7,0 mg/dL. Adapun
pada perempuan normalnya adalah 5,7 mg/dL darah (Soeroso dan Algristian, 2011).

b. Klasifikasi Hiperurisemia
Berdasarkan penyebabnya hiperurisemia dibagi menjadi dua yaitu :
1) Hiperurisemia primer
Hiperurisemia primer disebabkan karena kelainan enzim spesifik akibat peningkatan aktivitas
varian dari enzim phosphoribosyl phosphate (PRPP) synthetase menyebabkan peningkatan pembentukan
purin nukleutida melalui sintesis de novo sehingga terjadi hiperurisemia tipe overproduction (Putra,2007).

2) Hiperurisemia sekunder
Hiperurisemia sekunder disebabkan oleh penyakit karena gangguan pengeluaran asam urat melalui
ginjal (under excretion) dapat melalui gangguan dalam filtrasi, reabsorbsi, sekresi dan reabsorbsi paska
sekresi (Putra, 2007).

c. Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya hiperurisemia dapat disebabkan oleh :
1) Produksi asam urat berlebih
Over produksi dapat terjadi karena peningkatan phosphoribosyl phosphate (PRPP) synthetase yang
menyebabkan peningkatan sintesis purin dan peruraian asam nukleat jaringan yang pada akhirnya dapat
menyebabkan peningkatan asam urat (Priyanto, 2008).

2) Pembuangan asam urat berkurang


Dua pertiga asam urat yang diproduksi diekresi melalui urin dan sisanya melalui gastrointestinal
(GI) setelah terdegradasi oleh bakteri kolon. Gangguan ekskresi ginjal pada tubuli distal atau karena ginjal
yang rusak misalnya glomeluronefritis dapat meningkatkan kadar asam urat (Priyanto, 2008).
Asam urat merupakan produk akhir degradasi purin.Pada manusia asam urat diekskresikan di dalam urin
karena manusia tidak memiliki enzim urikase, tetapi untuk mamalia asam urat dioksidasi lagi menjadi
alantion sebelum diekskresi (Putra, 2007).
Manusia mengubah nukleosida purin utama yaitu adenosin dan guanin menjadi produk akhir asam
urat yang diekskresikan keluar. Adenosin akan mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim
adenosindeaminase. Fosforilase ikatan N-glikosida inosin dan guanosin, yang dikatalisis oleh enzim
nukleosida purin fosforilase, akan melepaskan senyawa ribose 1-fosfat dan basa purin. Hipoksantin dan
guanin selanjutnya membentuk xanthine dalam reaksi yang dikatalisasi masing-masing oleh enzim XO dan
guanase, kemudian xanthine teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim
xanthin.Dengan demikian, XO merupakan tempat yang essensial untuk intervensi farmakologis pada
penderita penyakit hiperurisemia (Rodwell et al., 2003).
Gambar 1. Mekanisme pembentukan asam urat (Rodwell et al, 2003)

Kejadian hiperurisemia disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, usia, jenis kelamin, berat
badan berlebih dan diet (Liu et al, 2011). Gen PPARγ berperan dalam meningkatkan kadar asam urat. Gen
PPARγ berhubungan dengan aktivitas xantin oksidase maupun xantin reduktase, glukosa, tekanan darah,
obesitas dan metabolisme lipid (Lee et al, 2013).
Hiperurisemia juga berhubungan dengan usia, prevalensi hiperurisemia meningkat di atas usia 30
tahun pada pria dan di atas usia 50 tahun pada wanita. Hal ini disebabkan oleh karena terjadi proses
degeneratif yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan menghambat eksresi
dari asam urat dan akhirnya menyebabkan hiperurisemia (Liu et al, 2011). Jenis kelamin juga
mempengaruhi kadar asam urat. Prevalensi pria lebih tinggi daripada wanita untuk mengalami
hiperurisemia. Hal ini dikarenakan wanita memiliki hormon estrogen yang membantu dalam eksresi asam
urat. Hal ini menjelaskan mengapa wanita pada post-menopause memiliki resiko hiperurisemia (Mc Adam-
De Maro et al, 2013).
Obesitas memiliki peran dalam terjadinya hiperurisemian. Pada orang yang mengalami obesitas,
akan terjadi penumpukan adipose yang akhirnya akan menyebabkan peningkatan produksi asam urat dan
penurunan eksresi asam urat (Lee et al, 2013).
Berdasarkan patofisiologisnya, hiperurisemia atau peningkatan asam urat terjadi akibat beberapa hal, yaitu
peningkatan produksi asam urat, penurunan eksresi asam urat, dan gabungan keduanya. Peningkatan
produksi asam urat terjadi akibat peningkatan kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk
membentuk inti sel DNA dan RNA. Peningkatan produksi asam urat juga bisa disebabkan asupan makanan
kaya protein dan purin atau asam nukleat berlebihan. Asam urat akan meningkatkan dalam darah jika
eksresi atau pembuangannya terganggu. Sekitar 90 % penderita hiperurisemia mengalami gangguan ginjal
dalam pembuangan asam urat ini. Dalam kondisi normal, tubuh mampu mengeluarkan 2/3 asam urat
melalui urin (sekitar 300 sampai denga 600 mg per hari). Sedangkan sisanya dieksresikan melalui saluran
gastrointestinal (Soeroso dan Algristian, 2011). Purin terdapat dalam semua makanan yang mengandung
protein. Contoh makanan yang mengandung tinggi purin adalah jeroan (misalnya, pankreas dan timus),
ikan asin, ikan sarden, daging kambing, sapi, hati, ikan salmon, ginjal, ayam kalkun dan lain-lain. Kadar
asam urat serum merupakan refleksi dari perilaku makan. Asam urat merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin dan konsumsi makanan tinggi purin akan mengakibatkan meningkatnya kadar asam urat
total (Villegas et al, 2012).
Asam urat juga berhubungan dengan berbagai penyakit seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes
mellitus dan berbagai penyakit metabolik lainnya. Mekanisme terjadinya hiperurisemia pada penyakit
metabolik adalah karena peningkatan kerja ginjal sehingga lama-kelamaan menyebabkan kelelahan ginjal
dan menurunkan kerja ginjal sehingga eksresi asam urat berkurang (Jin et al, 2012). Peningkatan asam urat
juga dapat menyebabkan peningkatan C-Reactive Protein (CRP). CRP merupakan biomarker terjadinya
inflamasi sistemik, yang kemudian mempermudah terjadinya penyakit metabolik seperti hipertensi dan
penyakit kardiovaskular (Krishnan, 2014).
Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan nukleo-protein. Selain didapat dari makanan, purin
juga berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua. Pembuatan atau sintesis purin juga bisa
dilakukan oleh tubuh sendiri dari bahan-bahan seperti CO2, glutamin, glisin, asam urat, dan asam folfat.
Diduga metabolit purin diangkut ke hati, lalu mengalami oksidasi menjadi asam urat. Kelebihan asam urat
dibuang melalui ginjal dan usus (Sutrnai et al, 2004).

Gambar 1. Sintesis Asam Urat (Jin et al, 2012).

Manusia mengubah adenosin dan guanosin menjadi asam urat. Adenosin mula-mula diubah
menjadi inosin oleh adenosin deaminase. Selain pada primata tingkat tinggi, uratase (uricase) mengubah
asam urat menjadi alatoin, suatu produk yang larut-air pada mamalia. Namun, karena manusia tidak
memiliki uratase, produk akhir metabolism purin adalah asam urat. Ketika kadar asam urat serum
melebihi batas kelarutannya, terjadilah kristalisasi natrium urat di jaringan lunak dan sendi sehingga
menimbulkan reaksi inflamasi, artritis gout. Namun, sebagian besar kasus gout mencerminkan gangguan
pengaturan asam urat di ginjal (Murray et al, 2006).

LI Omega 3
Asam lemak omega 3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini disebut
essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari makanan yang
dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003). Asam lemak essensial yakni linoleat (18:3 ω-6) dan asam linolenat
(18:3 ω-3). Kedua jenis ini dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan fungsi normal semua jaringan.
Masing-masing mempunyai ikatan rangkap pada karbon ke-6 dan ke-3 dari ujung gugus metil. Hewan dan
manusia tidak dapat menambahkan ikatan rangkap pada karbon ke-6 dan karbon ke-3 pada asam lemak
yang ada sehingga tidak dapat mensintesis kedua jenis asam lemak tersebut (Almatsier, 2004).
Asam lemak omega 3 merupakan asam lemak yang terdapat di ikan. Asam lemak ini termasuk
esensial yang dianggap memiliki beberapa keaktifan biologis terutama EPA dan DHA. Minyak ikan
terutama yang hidup di air dalam dan dingin kaya akan EPA dan DHA. Plankton laut mengandung asam
lemak omega 3. Ikan dapat mengubah asam lemak linolenat mejadi EPA dan DHA (Almatsier, 2004).
Asam lemak omega 3 memiliki peran penting bagi kesehatan manusia. EPA dapat memperbaiki
sistem sirkulasi dan dapat membantu pencegahan penyempitan, pengerasan pembuluh darah, dan
penggumpalan keping darah. Akhir-akhir ini penelitian terhadap sistem saraf pusat menunjukkan bahwa
DHA penting bagi perkembangan manusia sejak awal (Rasyid, 2003).
Minyak ikan laut yang kaya akan omega 3 saat ini mulai dianjurkan untuk dikonsumsi karena
dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dan kanker (Ando et al, 1998). Kedua penyakit tersebut saat ini
adalah penyakit yang sangat banyak dijumpai kasusnya baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Menurut
Schmidt et al (2001), penyakit kardiovaskuler berkurang jumlahnya di daerah yang banyak mengkonsumsi
ikan seperti orang eskimo. Di Jepang tempat-tempat yang banyak mengkonsumsi ikan (dekat laut) juga
ditemukan jumlah penyakit kardiovaskuler yang lebih sedikit dibanding tempat yang bertani. Ikan laut
dalam adalah sumber utama asam lemak omega 3 (Farrell, 1998).
Menurut Simbolon (2008), penambahan tepung undur-undur laut (Emierita sp) dapat
meningkatkan kadar omega 3 pada organ dalam ikan nila hitam (Oreochromis niloticus L). Penelitian ini
mencoba memanfaatkan ikan rucah untuk bahan substitusi pakan buatan dengan melihat potensi tersebut.
Ikan rucah akan dibuat tepung ikan. Tepung ikan ini ditambahkan ke pakan komersial sebagai sumber
omega 3. Ikan yang diberi pakan buatan yang diberi penambahan limbah ikan laut diharapkan akan
mengandung omega 3 terutama EPA dan DHA. Ikan yang akan dibuat sebagai hewan uji adalah ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus Burchell).
Lele dumbo memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi. Ikan lele dumbo
juga memiliki kelebihan yaitu mudah berkembang biak. Metode untuk mengawinkan ikan lele dumbo telah
banyak diketahui. Ikan lele dumbo bisa dikembangbiakan dengan sistem pasangan, sistem imbas, sistem
suntik. Anakan ikan lele dumbo juga sangat banyak jadi dapat mudah didapatkan oleh masyarakat. Lele
dumbo termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang dagingnya enak dan gurih dengan tekstur yang empuk.
Konsumen kurang begitu tertarik karena menganggap dagingnya terlalu banyak lemak. Anggapan tersebut
tidak sepenuhnya salah karena jika digoreng ada bagian dari daging lele yang berubah menjadi serpihan
(Khairul dan Khairuman, 2002). Menurut Khairul dan Khairuman (2002), berdasar penelitian daging ikan
lele dumbo memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. 100 gram daging lele dumbo mengandung 18,2
gram protein, dengan kandungan seperti itu, 0,5 kg lele yang berukuran kecil (sekitar 4 ekor) memiliki
kandungan protein 12 gram, 149 kalori, lemak 8,4 gram, dan karbohidrat 6,4 gram. Komposisi tersebut
jarang dimiliki ikan air tawar jenis lain. Lemak yang tinggi tersebut akan sangat berguna bila mengandung
banyak omega 3 yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.

LI Olahraga Aerobik
Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Dalam
olahraga tidak hanya melibatkan sistem muskuloskeletal semata, namun juga mengikutsertakan sistem lain
seperti sistem kardiovaskular, sistem respirasi, sistem ekskresi, sistem saraf dan masih banyak lagi.
Olahraga mempunyai arti penting dalam memelihara kesehatan dan menyembuhan tubuh yang tidak.
(Mutohir & Maksum, 2007).

Olahraga Aerob
Latihan aerobik adalah latihan yang memerlukan oksigen untuk pembentukan energinya yang
dilakukan secara terus menerus, ritmis, dengan melibatkan kelompok otot - otot besar terutama otot tungkai
pada intensitas latihan 60 - 90% dari Maximal Heart Rate (MHR) dan 50 – 85 % dari penggunaan maksimal
oksigen selama 20 - 50 menit dengan frekuensi latihan tiga kali perminggu (Kusmaningtyas, 2011).
Ada dua ciri dari latihan aerobik yaitu olahraga tersebut cukup memberikan banyak gerakan tubuh
yang mengakibatkan tubuh anda berfungsi untuk jangka waktu sedikitnya 20 sampai 30 menit setiap kali
berolahraga, olahraga tersebut akan memberikan kegiatan yang cukup menarik hingga ingin mengulanginya
kembali terus menerus untuk yang akan datang (Garrison, 2007).
Aktivitas olahraga aerobik merupakan jenis olahraga yang dapat meningkatkan kesehatan jantung
dan paru. Aktivitas olahraga aerobik dapat memberikan hasil yang maksimal jika dilakukan secara rutin
dan efektif sehingga mencapai tujuan tidak menimbulkan cedera. Olahraga aerobik adalah olahraga yang
dilakukan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen, masih dapat dipenuhi oleh tubuh. Olahraga
aerobik dibagi dalam 3 tipe : (Miller, 2006)

a. Tipe 1 : Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi yang relatif stabil . Contoh : jalan, bersepeda,
dan treadmill.
b. Tipe 2 : Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi secara bertahap . Contoh : senam, dansa, dan
renang.
c. Tipe 3 : Olahraga dengan naik turunnya denyut nadi secara mendadak, umumnya dalam bentuk
permainan. Contoh : sepak bola, basket, voli, tenis lapangan, dan tenis meja.

Kebugaran aerobik membuat tingkat efesiensi yang tinggi pada sistem sirkulasi dan respirasi dalam
membawa oksigen ke otot yang sedang bekerja. Banyaknya oksigen yang dapat kita hirup dan kita gunakan,
semakin lama juga kemampuan kita untuk bekerja (latihan) sebelum kelelahan. Pada olahraga basket sistem
aerobik yang efisien akan membantu tubuh beradaptasi terhadap tingkat laktat, mempermudah
penghilangannya, dan mempercepat penyembuhan. Ini akan membuat pemain mampu bermain maksimal
untuk waktu yang lebih lama (Brittenham, 2008).
Pada pemain bola basket terdapat beberapa kemampuan fisiologis yang sangat penting agar dapat
berprestasi, berlatih, dan bertanding dengan maksimal. Kemampuan fisiologis yang dibutuhkan atlet
untuk berprestasi maksimal antara lain daya tahan jantung paru (cardiovascular endurance), kapasitas
vital paru - paru (vital capacity, VC), volume ekspirasi paksa satu detik (Forced Expiratory Volume in
One Second, FEV1), dan kemampuan otot yang maksimal (Bompa,2009).
Saat olahraga basket maka tekanan darah akan naik cukup tinggi akibat dari latihan fisik yang
terjadi pada sistem kardiovaskular, sehingga jantung bekerja keras untuk memompa darah keseluruh tubuh,
kemudian saat selesai olahraga basket maka tekanan darah akan turun dan berlangsung selama 30 - 120
menit. Saat curah jantung meningkat, maka darah yang mengalir melewati arteri jugameningkat, sehingga
terjadi pelebaran di dalam pembuluh darah arteri. Begitu juga sebaliknya pada orang yang jarang olahraga,
makan otot jantung dalam memompa darah tidak terlatih, dan tidak maksimalnya jantung dalam memompa
darah, sehingga terjadi kekakuan dan penyempitan pada pembuluh arteri akibat tidak adanya efisiensi kerja
jantung. Agar darah dapat mengalir dan mencapai seluruh bagian tubuh, maka diperlukan adanya tekanan
darah minimum yang disebut juga critical clossing pressureyield pressure. Tekanan darah minimal ini
diperlukan untuk membuka rongga pembuluh darah kecil (kapiler) yaitu sebesar mmHg. Sebaliknya jika
tidak melakukan olahraga maka arteri akan kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Oleh karena itu, darah pada
setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah
(Brown,et.al., 2006).
Seorang pemain basket dituntut harus memiliki kecepatan yang maksimal pada saat menggiring
bola ketika bermain. Kecepatan adalah kapasitas gerak dari anggota tubuh atau bagaian dari sistem
pengungkit tubuh. Kecepatan pergerakan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang singkat
atau lebih sederhana (Syarif, 2011).

LI Makanan Cepat Saji, Seafood, dan Daging


Makanan Cepat Saji
Suatu makanan cepat saji ditandai dengan biaya rendah, ukuran porsi yang besar dan makanan padat
energi yang mengandung tinggi kalori dan tinggi lemak (Sharkey, 2011).
Ketidakseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terjadi jika fast food dijadikan sebagai pola makan
setiap hari. Kelebihan kalori, lemak dannatrium akan terakumulasi di dalam tubuh sehingga akan
dapatmenimbulkan berbagai penyakit degeneratif, seperti tekanan darah tinggi, aterosklerosis, jantung
koroner, dan diabetes melitus serta obesitas. Namun, konsumsi pangan tersebut tidak akan merugikan jika
disertai dengan menu seimbang, frekuensi yang rendah dan disertai dengan aktivitas fisik atau olahraga
yang teratur dan disesuaikan
dengan usia (Mahdiyah dkk, 2004).
Makanan fast food modern adalah jenis makanan yang mudah disajikan, praktis dan umumnya
diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif
untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Almatsier, 2011).
Sedangkan menurut Khasanah (2012), makanan fast food merupakan makanan yang umumnya
mengandung lemak, protein dan garam yang tinggi tetapi rendah serat.
Berikut ini adalah makanan fast food modern yang paling populer di seluruh dunia yang berasal dari
beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut (Khomsan dalam Fradjia, 2008):
1. Hamburger
Hamburger (atau seringkali disebut dengan burger) adalah sejenis makanan berupa roti berbentuk bundar
yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty yang biasanya diambil dari daging, kemudian sayur-
sayuran berupa selada, tomat dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger
diberi berbagai jenis saus seperti mayones, saus tomat dan sambal. Beberapa varian burger juga dilengkapi
dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti sosis.

2. Pizza
Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain sesuai selera. Pizza pertama
kali populer di negara Italia.

Bahaya Makanan Fast food Modern (Fast food)


Makanan fast food modern (fast food) menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai penyakit seperti:
penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi dan obesitas. Lemak jenuh dan kolesterol yang terdapat
dalam makanan fast food diketahui memperbesar risiko seseorang untuk terkena penyakit tersebut
(Khasanah, 2012). World Health Organization (WHO) and Food Agricultural Organization (FAO)
menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam
3 kategori yaitu :

1. Aspek Toksikologis
Berupa residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap
organ-organ tubuh.

2. Aspek Mikrobiologis
Berupa mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu
keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan

3. Aspek Imunopatologis
Yaitu keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.

Penggunaan zat aditif yang berlebihan dan dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan dampak
negatif bagi kesehatan. Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa, dan memantapkan kesegaran produk makanan (Boenga,
2011). Misalnya bahan penyedap rasa MSG (Monosodium glutamat) terdapat dalam french fries jika
dikonsumsi terlalu sering akan mengendap dalam
tubuh dan memicu risiko kanker (Arisman, 2009). Zat aditif yang lain yaitu berupa bahan pemanis yang
terdapat dalam fast food yaitu sakarin yang terdapat dalam bumbu salad dan bahan siklamat yang
merupakan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi (non-nutritive)
untuk pengganti sukrosa. Secara lebih rinci dampak makanan fast food modern (fast food)
dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit (Arisman, 2009)
diantaranya:
a. Makanan fast food memicu diabetes
Beberapa menu dalam restaurant fast food juga mengandung banyak gula. Gula, terutama gula buatan, tidak
baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi, dan obesitas.
Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya.
Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh
lebih dari 4 gram atau satu sendok teh sehari. Dengan hanya menikmati masakan cepat saji setidaknya satu
kali dalam seminggu mengakibatkan kenaikan lemak dalam darah.

b. Makanan fast food memicu penyakit jantung


The American Heart Association menganjurkan agar mengonsumsi daging tanpa lemak dan sayuran juga
menghindari makanan berlemak jenuh tinggi dan trans fat, sodium dan kolesterol seperti burger keju dan
makanan yang digoreng. Menurut The National Institutes of Health lemak jenuh dan kolesterol di makanan
tersebut dapat meningkatkan kolesterol dalam darah dan meningkatkan kemungkinan dengan permasalahan
pada jantung.

c. Makanan fast food memicu hipertensi


Sodium yang banyak terdapat dalam makanan fast food tidak boleh terlalu banyak dalam tubuh. Untuk
ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300
miligram, hal tersebut sama dengan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat di fast food, dapat
meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga dapat meningkatkan risiko terkena
penyakit tekanan darah tinggi.

d. Makanan fast food memicu obesitas


Selain karena faktor genetik, obesitas juga bisa dipicu dari pola makan yang tidak sesuai dengan kesehatan.
Pemilihan makanan karena pertimbangan selera dan prestise dibandingkan dengan
gizinya. Akibatnya, jenis makanan yang banyak dipilih adalah makanan fast food. Frekuensi yang rutin
dalam mengonsumsi makanan fast food akan memicu obesitas. Makanan fast food
lebih banyak mengandung lemak, kalori, zat pengawet, dan gula dibandingkan serat dan vitamin yang lebih
dibutuhkan oleh tubuh.
e. Makanan fast food memicu gagal ginjal
Kegemaran dan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi fast food juga menyebabkan semakin tingginya
asupan natrium dan garam karena kadar garamnya mencapai dua kali lipat dari batas normal yang
dianjurkan yaitu sebesar < 2,4 gram. Garam tinggi berpengaruh pada orang dengan kondisi ginjal terganggu,
dapat menjadi penyebab gagal ginjal. Selain itu kadar protein yang tinggi akan semakin merusak ginjal.

f. Makanan fast food menyebabkan gangguan gastrointestinal


Rendahnya kandungan serat menyebakan makanan yang diolah secara tidak sempurna di dalam tubuh.
Gangguan pencernaan dapat berupa konstipasi sampai memicu timbulnya kanker pencernaan. Banyak
penelitian menunjukan korelasi yang erat antara konstipasi dengan kebiasaan konsumsi fast food.

Seafood
Seafood atau makanan laut merupakan komoditas dagang yang penting baik dalam negeri maupun
internasional. Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan keunggulan dalam laut dan hasil lautnya,
oleh karena itu penanganan dan pengolahan seafood yang tepat akan meningkatkan nilai jual produk
makanan laut. Seafood merupakan sumber protein hewani dan omega 3 yang penting untuk tubuh.
(Almatsier, 2011)

Kandungan ikan: (Almatsier, 2011)


1. Protein, kandungan protein ikan lebih tinggi dari protein serealia dikacang-kacangan, setara dengan
daging, sedikit dibawah telur. Protein ikan sangat mudah dicerna, sehingga baik bagi balita yang system
pencernaannya belum sesempuna orang dewasa.Protein ikan mengandung berbagaui asam amino dalam
bentuk yang mendekati asam amino didalam tubuh manusia. Komposisi asam amino protein ikanjuga lebih
lengkap disbanding bahan makanan lain, salah satunya taurin, sangat bermanfaat merangsang pertumbuhan
sel otak balita.
2. Lemak, kandungan lemak pada meat jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan kandungan lemak pada
ikan. Asam lemak ikan merupakan asam lemak essensial yang sifatnya tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh
sangat bermanfaat sangat bermanfaat untuk mempertahankan kesehatan tubuh dan menjaga kestabilan
kadar kolesterol lagi.Beberapa ikan yang berasal dari laut dalam seperti salmon, tuna, sarden dan makarel,
mengandung asam lemak yang tergabung dalam kelompok asam lemak omega 3. Yang paling dominan dari
kelompok ini adalah asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Keduanya
bermanfaat dalam menurunkan kolesterol dalam darah dan meningkatkan pertumbuhan sel-sel otak sikecil.
3. Vitamin, ikan memiliki vitamin yang diantaranya vitamin A: banyak terdapat pada minyak hati ikan
bermanfaat mencegah kebutaan pada anak.Vitamin D: selain terdapat dalam daging ikan, juga pada telur
serta minyak hati ikan. Vitamin ini penting bagi pertumbuhan dan kekuatan tulang.Viatamin B6 : membantu
metabolisme asam amino dan lemak serta mencegah anemia dan kerusakan syaraf. Vitamin B 12
bermanfaat dalam pembentukan sel-sel darah merah, membantu metabolisme lemak, dan melindungi
jantung juga kerusakan syaraf.
4. Mineral. Zat besi: jauh lebih mudah diserap tubuh ketimbang dari sumber lain seperti serealia atau
kacang-kacangan. Zat besi membantu mencegah terjadinya anemia.Yodium, dapat mencegah terjadinya
penyakit gondok serat hambatan pertumbuhan anak, bahkan juga kecerdasannya. Selenium yang berperan
membantu metabolisme tubuh dan sebagai antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas,
antioksidan bisa mencegah terjadinya penyakit degeneratif seperti jantung koroner. Seng, membantu kerja
enzim dan hormone.Fluor berfungsi menguatkan serta menyehatkan gigi sikecil

Daging
Daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
protein, karena daging mengandung protein yang bermutu tinggi, yang mampu menyumbangkan asam
amino esensial yang lengkap. Menurut Soputan (2004), daging didefinisikan sebagai bagian dari hewan
potong yang digunakan manusia sebagai bahan makanan, selain mempunyai penampakan yang menarik
selera, juga merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi. Daging adalah seluruh bagian dari ternak
yang sudah dipotong dari tubuh ternak
kecuali tanduk, kuku, tulang dan bulunya. Dengan demikian hati, lympa, otak, dan isi perut seperti usus
juga termasuk daging. Soputan (2004) menyatakan bahwa jaringan otot, jaringan lemak, jaringan ikat,
tulang dan tulang rawan merupakan komponen fisik utama daging. Jaringan otot
terdiri dari jaringan otot bergaris melintang, jaringan otot licin, dan jaringan otot spesial. Sedangkan
jaringan lemak pada daging dibedakan menurut lokasinya, yaitu lemak subkutan, lemak intermuskular,
lemak intramuskular, dan lemak intraselular. Jaringan ikat yang penting adalah serabut kolagen, serabut
elastin, dan serabut retikulin. Secara garis besar struktur daging terdiri atas satu atau lebih otot yang masing-
masing disusun oleh banyak kumpulan otot, maka serabut otot merupakan unit dasar struktur daging
(Soputan,2004)

1. Daging Sapi
Daging sapi memiliki warna merah terang, mengkilap, dan tidak pucat. Secara fisik daging elastis, sedikit
kaku dan tidak lembek. Jika dipegang masih terasa basah dan tidak lengket di tangan. Dari segi aroma,
daging sapi sangat khas (gurih) (Usmiati, 2010). Sapi pedaging dapat dibedakan dari jenis kelamin dan
umur, dimana dengan perbedaan tersebut akan membedakan mutu dari daging sapi. Pada saat hewan
dipotong akan diperoleh karkas dan non karkas. Dari seekor sapi yang beratnya 500 kg, akan diperoleh 350
kg karkas dan 270 kg daging (Susilawati, 2001). Komposisi daging menurut Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan RI (1981) dalam Soputan (2004), dalam 100 gram daging dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi daging sapi tiap 100 gram bahan


Komponen Jumlah
Kalori (kal) 207,00
Protein (g) 18,80
Lemak (g) 14,00
Karbohidrat (g) 0
Kalsium (mg) 11,00
Fosfor (mg) 170,00
Besi (mg) 2,80
Vitamin A (SI) 30,00
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin C (mg) 0
Air (g) 66,00
Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1981) dalam Soputan (2004)

2. Daging Kambing
Daging kambing memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan daging sapi. Namun, kambing
memiliki serat lebih kecil dibandingkan serat daging sapi, serta aroma daging kambing yang khas goaty.
Daging domba dan kambing masingmasing mengandung protein 17,1% dan 16,6% dan lemak 14,8% dan
9,2%.
(Usmiati, 2010). Daging kambing memiliki cirri yang khas, yaitu hampir tidak memiliki lemak
dibawah kulit, kelebihan lemaknya ditimbun sebagai lemak yang tersebar diantara serat daging. Susunan
karkas daging kambing yaitu daging 62%, tulang 19%, dan lemak 19% (Tiven, dkk., 2007). Komposisi
daging kambing per 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Komposisi daging kambing per 100 gram bahan


Komponen Jumlah
Kalori (kal) 154,00
Protein (g) 16,60
Lemak (g) 9,20
Karbohidrat (g) 0
Kalsium (mg) 11,00
Fosfor (mg) 124,00
Besi (mg) 1,00
Vitamin A (SI) 0
Vitamin B1 (mg) 0,09
Vitamin C (mg) 0

Analisis Masalah
1. Apa kandungan yang terdapat pada seafood dan daging?
Kandungan ikan: (Almatsier, 2011)
Komposisi daging sapi tiap 100 gram bahan Soputan (2004).
Komponen Jumlah
Kalori (kal) 207,00
Protein (g) 18,80
Lemak (g) 14,00
Karbohidrat (g) 0
Kalsium (mg) 11,00
Fosfor (mg) 170,00
Besi (mg) 2,80
Vitamin A (SI) 30,00
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin C (mg) 0
Air (g) 66,00

Komposisi daging kambing per 100 gram bahan (Tiven, dkk., 2007).

Komponen Jumlah
Kalori (kal) 154,00
Protein (g) 16,60
Lemak (g) 9,20
Karbohidrat (g) 0
Kalsium (mg) 11,00
Fosfor (mg) 124,00
Besi (mg) 1,00
Vitamin A (SI) 0
Vitamin B1 (mg) 0,09
Vitamin C (mg) 0

2. Bagaimana metabolisme lipid?


Untuk langkah pertama dalam metabolisme lemak ialah konsumsi dan pencernaan
trigliserida yang ditemukan baik dalam sebuah makanan nabati seperti buah zaitun, kacang-
kacangan dan alpukat dan makanan hewani seperti daging, telur dan produk susu. Lemak ini
berjalan melalui saluran pencernaan ke usus dimana mereka tidak dapat diserap dalam bentuk
trigliserida.

Sebaliknya, mereka dibagi melalui enzim yang disebut lipase menjadi asam lemak, dan
yang paling sering, monogliserida yang merupakan asam lemak rantai tunggal yang melekat pada
gliserol. Trigliserida yang bercabang kemudian dapat diserap melalui usus dan disusun kembali
menjadi bentuk aslinya sebelum diangkut oleh kilomikron, jenis zat yang mirip dengan kolesterol
yang dikenal sebagai lipoprotein ke dalam sistem getah bening.

Trigliserida masuk ke dalam aliran darah, dimana proses metabolisme lipid atau lemak
diselesaikan dalam satu dari tiga cara, karena mereka juga diangkut ke hati, sel-sel otot atau sel-sel
lemak, yang dimana mereka disimpan atau digunakan untuk energi. Jika mereka berakhir di sel-sel
hati, mereka diubah menjadi jenis kolestrol “jahat” yang dikenal sebagai very-low-density
lipoprotein (VLDL) dan dilepaskan ke dalam aliran darah dimana mereka bekerja untuk
mengangkut lipid lain.

Trigliserida dikirim ke sel-sel otot dapat dioksidasi dalam mitokondria sel-sel untuk energi,
sedangkan yang dikirim ke sel-sel lemak akan disimpan sampai mereka dibutuhkan untuk energi
di lain waktu. Hal ini menyebabkan peningkatan ukuran sel-sel lemak, terlihat pada seseorang
sebagai peningkatab lemak tubuh.

3. Apa saja jenis ikan yang kaya akan omega 3?

1. Salmon

Ikan pertama yang kaya kandungan omega 3-nya adalah salmon. Ikan ini memiliki tekstur daging
sedikit kasar dan sering disajikan sebagai hidangan premium. Setiap 85 gram salmon mengandung
1,5 gram omega 3.
2. Sardine

Sardine sering ditemukan dalam bentuk kemasan. Menyerupai tuna, namun memiliki ukuran lebih
kecil dan panjang. Setiap 85 gram sardine rata-rata menghasilkan omega 3 sebanyak 1,5 gram.
3. Tuna

Tuna mendominasi komoditas ikan laut dunia. Selain banyak varian, juga memiliki harga yang relatif
terjangkau jika dibandingkan dengan salmon. Setiap 85 gram tuna mengandung omega 3 sebanyak
1,6 gram.
4. Makarel

Di Indonesia ikan makarel jarang dikonsumsi, oleh karena habitat hidupnya di Samudera Atlantik.
Namun, bukan berarti sulit menemukannya. Di beberapa supermarket, ikan makarel dijual dalam
bentuk kemasan seperti sardine. Ikan ini mampu menyumbang omega 3 sebanyak 2,6 gram per 85
gram beratnya.
5. Lele

Ikan ini mungkin hampir menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat Indonesia. Kendati tidak hidup di
laut, ikan lele rupanya juga mengandung omega 3. Setiap 85 gramnya, mengandung omega 3
sebanyak 0,3 gram (Almatsier, 2011)

4. Bagaimana mekanisme hiperurisemia ringan?


Mekanisme terjadinya hiperurisemia pada penyakit metabolik adalah karena peningkatan kerja
ginjal sehingga lama-kelamaan menyebabkan kelelahan ginjal dan menurunkan kerja ginjal
sehingga eksresi asam urat berkurang (Jin et al, 2012)

5. Bagaimana fungsi omega 3 dalam metabolisme tubuh ?

Keuntungan omega 3 yaitu : sangat penting bagi kesehatan bahkan paling penting di antara
asam-asam lemak lainnya karena memiliki efek anti peradangandan anti penggumpalandarah, juga
baik bagi sistim saraf pusat dan otak serta dapat mencegahCVD (Duthie,dkk 1992)mengemukakan
asam lemak omega 3 yang paling banyak pada ikanadalah EPA dan DHAl4. Mengkonsumsi ikan
secara teratur dapat mencegah terjadinya CVD. Menurut Innis,SM (2000) asam lemak tak jenuh
omega-3, berperan penting dalam perkembangan morfologis, biokimia, dan molekuler dari otak dan
organ lainnya. Kekuranganasam lemak omega-3 yang disebabkan oleh asupan yang kurang atau
karena adanya penyakit yang mengurangi daya serap, dapat menghambat perkembangan otak,
kesehatan fisik dan interaksi lingkungan memiliki efek yang kuat dalam pembentukan perkembangan
kognitif.

6. Mengapa pada kasus dianjurkan olahraga aerobik ?


Senam aerobik menggunakan lemak sebagai bahan bakar, terutama jika beban ringan sampai
sedang. Lemak yang digunakan dalam bentuk asam lemak dan trigliserida yang banyak tersedia
didalam tubuh. Jika dilakukan secara teratur dan kontinu bukan hanya kebugaran jasmani yang
meningkat tetapi kadar lemak darah yang jelek (kolesterol LDL, kolesterol total, trigliserida)
menurun, sebaliknya kadar lemak yang baik (kolesterol HDL) akan meningkat. Olahraga akan
menurunkan kelebihan kolesterol LDL karena terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol di dalam
tubuh yang mengangkut kelebihan kolesterol dari tubuh. Peningkatan kadar HDL disebabkan adanya
peningkatan aktivitas LPL sehingga terjadi peningkatan katabolisme lipoprotein yang kaya akan
trigliserida sehingga mempercepat pemindahan komponen komponen bagian permukaan dari
lipoprotein HDL (Nielson EP, 1986).

7. Bagaimana mekanisme dislipidemia ?


Low Density Lipoprotein (LDL) disebut juga β-lipoprotein yang mengandung 21% protein dan
78% lemak. LDL dikatakan kolesterol jahat karena LDL berperan membawa kolesterol ke sel dan
jaringan tubuh, sehingga bila jumlahnya berlebihan, kolesterol dapat menumpuk dan mengendap
pada dinding pembuluh darah dan mengeras menjadi plak. Plak dibentuk dari unsur lemak,
kolesterol, kalsium, produk sisa sel dan materi-materi yang berperan dalam proses pembekuan
darah. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi menebal dan mengerasnya pembuluh
darah yang dikenal dengan nama aterosklerosis (Gandha, 2009).
8. Berapa ambang batas saat seseorang dikatakan dislipidemia ?

9. Bagaimana gejala dislipidemia ?


• Pusing
• Nyeri dada
• Sesak napas
• Keringat dingin
• Gangguan tidur
• Mengalami kejadian pingsan
• Masalah pencernaan
• Sering mual dan muntah
• Jantung berdebar kencang
• Sering lelah terutama saat siang hari
• Nyeri di kaki saat berdiri atau berjalan
• Kaki bengkak seperti di pergelangan kaki

10. Bagaimana dampak dalam tubuh akibat sering mengkonsumsi seafood dan daging ?
Daging
1. Pencernaan tidak sehat
2. Berat badan mudah naik
3. Nafas menjadi bau
4. Meningkatkan kolesterol
Seafood
1. Meningkatkan kolesterol
2. Beberapa makanan laut bisa menyebabkan racun bila tidak diolah dengan benar
3. Dapat menyebabkan alergi pada tubuh
4. Mengandung Bakteri salmonella dan merkuri yang berbahaya bagi tubuh

11. Mengapa pada kasus dianjurkan mengkonsumsi ikan yang tinggi kandungan omega 3 ?
Kadar omega-3 dalam minyak ikan, yaitu EPA dan DHA, terbukti mampu menurunkan kadar
trigliserida hingga 30 persen, meminimalisir pembengkakan dan pembekuan darah, serta
meningkatkan kolesterol baik (HDL).

12. Berapa ambang batas saat seseorang dikatakan hiperurisemia ringan ?


Kriteria hiperurisemia menurut Council For International Organization of Medical Sciences
(CIOMS) yaitu > 7mg/dL untuk laki-laki dan > 6 mg/dL untuk perempuan. Nilai normal asam
urat
dalam 95% populasi adalah 0,18–0,42 mmol/L (3,0–7,0 mg/dL) untuk laki-laki dan 0,13–0,34
mmol/L (2,2–5,7 mg/ dL) untuk wanita.

13. Bagaimana mekanisme Nyeri pada kasus ?


Konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi dapat menyebabkan ginjal kesulitan untuk
mengeluarkan kelebihan asam urat di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan terjadinya
penumpukan kristal asam urat pada area persendian (Herliana, 2013). Hiperurisemia
mengakibatkan
terjadinya akumulasi kristal monosodium urat yang tersimpan di dalam sendi yang kemudian
menyebar pada cairan senovial. Pecahnya kristal monosodium urat ke dalam cairan senovial pada
sendi memicu respon inflamasi seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak. Respon inflamasi inilah
yang diakibatkan karena adanya penumpukan asam urat (Berivan & Ozturk, 2014).
Daftar Pustaka
Adam, JM. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: FK UI.

Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. 132-150.

Almatsier, S. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Amri, Khairul, dan Khairuman.2002. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif, Agromedia Pustaka.
Jakarta

Arisman. (2008). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Halaman 74.

Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Bompa, T. O. 2009. Periodization: Theory and Methodology of Training. USA: Human Kinetics.

Brittenham,Greg. 2008. Panduan lengkap Latihan Khusus Pemantapan BolaBasket. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Boenga, 2011. Fenomena Makanan Siap Saji dan Dampaknya Bagi Kesehatan.

Brown, Stanley.,Miller, W.C., Eason., Jane M. 2006. Exercise Physiology: Basic of Human
Movement in Health and Disease. Baltimore: Lippcott Williams & Wilkins.

Christensen, JH., Skou, HA., Madsen, T., Torring, I., Schmidt, EB. 2001. Heart Rate Variability
and n-3 Polyunsaturated Fatty Acids in Patients with Diabetes Mellitus. Journal of Internal
Medicine. 249: 545–552.

Dipiro, J.T., Dipiro,C.V., Wells, B.G., dan Schwinghammer, T.L. 2015. Pharmacotherapy
Handbook. 9th edition. McGraw-Hill. United States.
Djauzi. 2005. Panduan Hidup Sehat dari kolesterol sampai Osteoporosis. Jakarta: Kompas Media
Group.
Farrell, D. J., 1998, Enrichment ofhen eggs with n-3 long-chain fatty acids and evaluation of
rnriched eggs in humans, American Journal Clinic Nutrition, 68:538-44
Garrison, S. J. 2007. Dasar-Dasar Terapi & Rehabilitasi Fisik. (Anton C. Widjaja. Terjemahan).
Jakarta: Hipokrates.

Guyton, AC., dan Hall, JE. 2007. Text Book of Medical Psysiology. Philadelphia: Elsevier
Saunders.

Grundy,M.S.,Cleeman I.J.,Merz C.N.B et al.,.2004.NCEP Report :Implication of Recent Clinical


Trial for the national Cholesterol education Program Adult Treatment Panel III
Guideslinespp. 227-34.

Jin M, Yang F, Yang I, Yin Y, Luo JJ, Wang H, Yang XF. 2012. Uric Acid, Hyperuricemia and
Vascular Diseases. Front Biosci. 17: 656–669.
Khasanah, Nur., 2012. Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif Akibat Pola Makan. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Penerbit Laksana.

Khomsan, Ali 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta:
Gramedia Widiasarana.

Krishnan E. 2014. Interaction of Inflammation, Hyperuricemia, and the Prevalence of


Hypertension Among Adults Free of Metabolic Syndrome: NHANES 2009–2010. J Am
Heart Assoc. 3(2): 1-10.

Kusumaningtyas, I. 2011. Temu Pakar GAKY Ditutup. dari Gizinet: gizi.depkes.go.id

Lee MF, Liou TH, Wang W, Pan WH, Lee WJ,Hsu CT, Wu SF, Chen HH. 2013. Gender, Body
Mass Index, and PPARg Polymorphism are Good Indicators in Hyperuricemia
Predictionfor Han Chinese. Genetic Testing and Molecular Biomarkers. 17(1): 40-46.

Liu B, Wang T, Zhao HN, Yue WW, Yu HP, Liu CX, Yin J, Jia RY, Nie HW. 2011. The
Prevalence of Hyperuricemia in China: a Meta-Analysis. BMC Public Health. 11: 832.

Mahdiyah, J., Zulaikhah, E.K., Asih. 2004. Peran Mahasiswa dalam Mengurangi Pola Konsumsi
Fast Food pada Remaja Kota. Karya Tulis Mahasiswa Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.
IPB. Bogor.

McAdams-DeMarco MA, Law A, Maynard JW, Coresh J, Baer AN. 2013. Risk Factors for
Incident Hyperuricemia during Mid-Adulthood in African American and White Men and
Women Enrolled in the ARIC Cohort Study. BMC Musculoskelet Disord. 14: 347.

Miller, M.G., J. J. Hernman, M.D., Richard, C. Cheatham, T.J. Michael. 2006. The Effects of a-
6week Plyometric Training Program on Agility, In: Journal of Sport Science and Medicine,
5.459-465.

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2006). Harper's Illustrated Biochemistry (Vol.
27). Toronto: The McGraw-Hill Companies Inc.

Mutohir dan Maksum (2007). Sport Development Index. ( Konsep, Metodologi dan Aplikasi
Alternatif Baru Mengukur Kemajuan Pembangunan Bidang Keolahragaan. PT. Index.
Jakarta

Priyanto, 2008, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, Lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi, Jakarta.

Putra, Tjokorda Raka. 2007. Hubungan Konsumsi Purin dengan Hiperurisemia pada Suku Bali di
Daerah Pariwisata Pedesaan. J Peny Dalam, Vol.8 No.1.

Rasyid.A., (2003). Asam Lemak Omega 3 dari Minyak Ikan. Jurnal Pusat Penelitian Osenografi,
LIPI – Jakarta. Volume XXVIII, Nomor 3, 2003 : 11-16

Rodwell, V.W., 2003, Metabolisme Nukleotida Purin & Pirimidin, in : Martin, D.W., 1997,
Biokimia Harper, Edisi 25, diterjemahkan oleh Darmawan, I., Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.

Sitorus, R. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit : Penataan Struktur &
Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : EGC.

Soeroso.J,Algristian.H.,2011. Asam Urat. Jakarta: Penebar Plus


Sharkey J.R, Cassandra M.J, Wesley R.D, dan Scott A.H. Association between proximity to and
coverage of traditional fast food restaurants and nontraditional fast-food outlets and fast-
food consumption among rural adults. International Journal of Health Geographics.
2011;10:37-48.

Simbolon, L.L., 2008, Potensi Tepung Undur-undur Laut (Emierita sp) dalam Pakan Untuk
Meningkatkan Kadar Omega 3 Pada Organ Dalam Perut Ikan Nila Hitam (Oreochromis
niloticus L.), Lap. Penelitian, Fakultas Teknobiologi UAJY

Soputan, J. E. M. 2004. Dendeng Sapi Sebagai Alternatif Pengawetan Daging. Makalah pribadi
Pengantar ke Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor.
Sugiarto., Asman, M., 2015. Panduan Pengelolaan Dislipidemia Indonesia, p. 25-26.

Susilawati. 2001. Pengetahuan Bahan Hasil Hewani Daging. Buku Ajar. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.

Sutrnai L., Syamsir A, & Iwan H., 2004. Asam Urat, informasi lengkap untuk penderita dan
keluarganya. Edisi 6. Jakarta: Gramedia

Syarif, H. 2011. Teori dan Metodologi Latihan Olahraga Pariwisata I. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha.

Tiven, N. C., E. Suryanto dan Rusman. 2007. Komposisi kimia, sifat fisik dan organoleptik bakso
daging kambing dengan bahan pengeyal yang berbeda.Jurnal Agritech 27(1):1-6.

Usmiati, S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.

Villegas R, Xiang YB, Elasy T, Xu WH, Cai H, Cai Q,Linton MR, Fazio S, Zheng W, Shu XO.
2012. Purine-rich foods, protein intake, and the prevalence of hyperuricemia: The Shanghai
Men’s Health Study. Nutr Metab Cardiovasc Dis. 22(5): 409-416.

Anda mungkin juga menyukai